Eksposisi Injil Yohanes

oleh: Pdt. Budi Asali MDiv.


Yohanes 14:21-24

Ay 21:

1)   ‘Barangsiapa memegang perintahKu’.

Lit: ‘has’ (= mempunyai / memiliki).

Ini menunjukkan bahwa orang itu mengerti firman dan menjadikannya sebagai miliknya.

Thomas Whitelaw mengatakan bahwa kata ‘has’ (= mempunyai) ini menunjuk pada:

“actual possession by and through the reception of faith” (= pemilikan sebenarnya oleh dan melalui penerimaan iman) - hal 309.

Jadi bukan hanya menunjuk pada pengertian intelektual saja, tetapi juga ada iman terhadap firman yang telah dimengerti secara intelektual itu.

2)   ‘dan melakukannya’.

William Hendriksen: “But why does Jesus, having spoken about the dispensation of the Spirit in verses 16-20, return to the thought of verse 15, the keeping of his (Christ’s) precepts? Probably because apart from the Spirit, no keeping of precepts is possible” (= Tetapi mengapa Yesus, setelah berbicara tentang Roh dalam ay 16-20, kembali pada pemikiran dari ay 15, yaitu tentang ketaatan pada perintah-perintahNya? Mungkin karena terpisah dari Roh, tidak mungkin ada ketaatan pada perintah-perintahNya) - hal 281.

3)   ‘Dan barangsiapa mengasihi Aku, ia akan dikasihi oleh BapaKu dan Akupun akan mengasihi dia’.

Ini tidak boleh diartikan bahwa kasih kita kepada Yesus mendahului dan menjadi penyebab dari kasih Bapa / Yesus kepada kita (bdk. 1Yoh 4:10,19).

William Hendriksen: “But does not the Father’s love precede ours? Is it not true that the whole of our love is but the answer to his love? True not only, but that is also exactly what the apostle John remembered of the teaching of Jesus (1John 4:19). But why cannot God’s love both precede and follow ours? That is exactly what it does, and that is the beauty of it: first, by preceding our love, it creates in us the eager desire to keep Christ’s precepts; then, by following our love, it rewards us for keeping them!” [= Tetapi tidakkah kasih Bapa mendahului kasih kita? Itu bukan hanya benar, tetapi itu juga adalah apa yang secara persis diingat oleh rasul Yohanes tentang ajaran Yesus (1Yoh 4:19). Tetapi mengapa kasih Allah tidak bisa baik mendahului maupun mengikuti kasih kita? Itulah persisnya yang dilakukannya, dan itulah keindahan dari kasih Allah: pertama-tama, dengan mendahului kasih kita, kasih Allah itu menciptakan dalam kita suatu keinginan yang sungguh-sungguh untuk mentaati perintah-perintah Kristus; lalu, dengan mengikuti kasih kita, kasih Allah memberikan pahala bagi kita karena mentaati perintah-perintah Kristus itu] - hal 281.

John G. Mitchell: “This is an added love, a special love to those who are obedient” (= Ini merupakan kasih tambahan, kasih yang khusus bagi mereka yang taat) - hal 278.

Saya meragukan penafsiran ini, karena kalau demikian maka besarnya cinta Tuhan terhadap kita tetap tergantung pada kehidupan kita.

Calvin: “Christ meant only, that all who love him will be happy, because they will also be loved by him and by the Father; not that God begins to love them, but because they have a testimony of his love to them, as a Father, engraven on their hearts” (= Kristus hanya memaksudkan bahwa semua yang mengasihiNya akan berbahagia, karena mereka juga akan dikasihi olehNya dan oleh Bapa; bukan bahwa Allah mulai mengasihi mereka, tetapi karena mereka mempunyai kesaksian tentang kasihNya, sebagai seorang Bapa, kepada mereka, diukir pada hati mereka) - hal 96.

Jadi, dengan kita mentaati Tuhan, kita akan makin yakin akan kasih Allah kepada kita.

4)   ‘dan akan menyatakan diriKu kepadanya’.

a)   Ini tidak berarti bahwa kalau kita mengasihi Kristus dan mentaatiNya, maka barulah kita mulai mengenal Kristus. Tetapi artinya adalah: melalui kasih yang dibuktikan dengan ketaatan, maka kita akan makin mengenal Kristus.

Calvin: “Knowledge undoubtedly goes before love; but Christ’s meaning was, ‘I will grant to those who purely observe my doctrine, that they shall make progress from day to day in faith;’ that is, ‘I will cause them to approach more nearly and more familiarly to me.’ Hence infer, that the fruit of piety is progress in the knowledge of Christ” (= Tidak diragukan lagi bahwa penge-tahuan mendahului kasih; tetapi maksud Kristus adalah: ‘Aku akan memberikan kepada mereka yang secara murni mematuhi / menjalankan ajaranKu, sehingga mereka akan maju dalam iman dari hari ke sehari’; yaitu, ‘Aku akan menyebabkan mereka mendekat secara lebih dekat dan lebih intim kepadaKu’. Jadi kesimpulannya adalah bahwa buah dari kesalehan adalah kemajuan dalam pengenalan akan Kristus) - hal 96-97.

William Barclay: “it is to the man who keeps his commandments that Christ reveals himself. ... The more we obey God, the more we understand him; and the man who walks in his way inevitably walks with him” (= adalah kepada orang yang memelihara / mentaati perintah-perintahNyalah Kristus me-nyatakan diriNya sendiri. ... Makin kita mentaati Allah, makin kita mengertiNya; dan orang yang berjalan dalam jalanNya pasti berjalan denganNya) - hal 169.

Bdk. 2Pet 1:5-8.

b)   Bagaimana Kristus menyatakan diriNya?

William Hendriksen: “This manifestation of Christ to the believer is ever in the Spirit and through the Word” (= Perwujudan / penyataan Kristus kepada orang percaya selalu ada dalam Roh dan melalui Firman) - hal 282.

Sekalipun pada jaman sekarangpun kita bisa mendapatkan penyataan yang bersifat spektakuler dari Kristus, tetapi pada umumnya Ia tidak melakukan hal itu. Ia menyatakan diriNya melalui Roh dan firmanNya.

Ay 22:

1)   ‘Yudas, yang bukan Iskariot’.

Yudas yang bukan Iskariot ini adalah Yudas anak Yakobus (Luk 6:16  Kis 1:13), juga disebut dengan nama Tadeus (Mat 10:3  Mark 3:18).

2)   ‘Tuhan, apakah sebabnya maka Engkau hendak menyatakan diriMu kepada kami, dan bukan kepada dunia?’.

Yudas merasa keberatan dengan pembatasan penyataan Yesus ini, yang hanya dilakukan kepada orang yang mengasihi dan mentaatiNya. Ia menginginkan supaya Yesus menyatakan diri kepada seluruh dunia, bukan hanya kepada orang yang mengasihi dan mentaati Yesus.

Kebanyakan penafsir berpendapat bahwa Yudas memikirkan suatu penyataan yang spektakuler dari Yesus kepada dunia.

William Hendriksen: “Jesus had clearly spoken about a manifestation in the Spirit, and therefore spiritual in character. Judas, however, was probably thinking of a public manifestation by means of mighty miracles or by means of a kind of Messianic theophany, as on the coming judgment day (cf. 5:27-29)” [= Yesus telah berbicara secara jelas tentang suatu manifestasi dalam Roh, dan karena itu bersifat rohani. Tetapi mungkin Yudas berpikir tentang manifestasi secara umum melalui mujijat-mujijat yang hebat atau melalui sejenis theophany yang bersifat Mesias, seperti pada hari penghakiman yang mendatang (bdk. 5:27-29)] - hal 283.

Ay 23:

1)   “Jawab Yesus: ‘Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firmanKu dan BapaKu akan mengasihi dia dan Kami akan datang kepadanya dan diam bersama-sama dengan dia’.”.

Kristus tidak menjawab seluruh pertanyaan Yudas dalam ay 22. Yesus hanya berkeras bahwa Ia (dan Bapa) akan menyatakan diri / datang hanya kepada orang yang mengasihiNya, dan membuktikan kasihnya itu dengan ketaatan pada firman Kristus.

Tasker (Tyndale): “Jesus insists that the unbelieving world would be insensitive to any such manifestation. They would not believe though one rose from the dead (see Lk. 16:31). The heart that does not love Jesus with the love that is expressed in obedience cannot be an abiding place either for Jesus or His Father” [= Yesus berkeras bahwa dunia yang tidak percaya tidak akan peka terhadap manifestasi seperti itu. Mereka tidak akan percaya sekalipun seseorang bangkit dari antara orang mati (lihat Luk 16:31). Hati yang tidak mengasihi Yesus dengan kasih yang dinyatakan dalam ketaatan tidak bisa menjadi tempat tinggal tetap bagi Yesus maupun BapaNya] - hal 167.

2)   ‘Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firmanKu’.

Untuk ketiga kalinya Ia berbicara tentang kasih yang dibuktikan dengan ketaatan ini (yang pertama dalam ay 15, yang kedua dalam ay 21).

Calvin: “the reason why he so frequently reminds the disciples of this is, that they may not turn aside from this object; for there is nothing to which we are more prone than to slide into a carnal affection, so as to love something else than Christ under the name of Christ (= alasan mengapa Ia begitu sering mengingatkan para murid tentang hal ini adalah bahwa supaya mereka tidak menyimpang dari tujuan ini; karena tidak ada hal lain kemana kita lebih condong dari pada terperosok ke dalam kasih yang bersifat daging, sehingga mengasihi sesuatu yang lain dari pada Kristus atas nama Kristus) - hal 96.

Misalnya:

·        kita mengasihi gereja, aliran, tokoh, atau pendeta tertentu.

·        kita ngotot dalam sekolah minggu karena senang anak.

·        kita ngotot dalam paduan suara karena senang menyanyi.

·        kita rajin ke gereja karena senang ketemu teman, dsb.

3)   ‘Kami’.

Bandingkan dengan Yoh 10:30 dimana Yesus berkata ‘Aku dan Bapa adalah satu’. Sekarang Ia menggunakan kata ganti bentuk jamak ‘Kami’! Jelas bahwa dalam arti tertentu Ia menyatukan diriNya dengan Bapa, karena Mereka hanya mempunyai satu hakekat, tetapi dalam arti yang lain Ia membedakan diriNya dengan Bapa, karena Mereka terdiri dari 2 pribadi.

4)   ‘akan datang kepadanya dan diam bersama-sama dengan dia’.

Kata ‘diam’ di sini menggunakan kata Yunani yang sama dengan kata ‘tempat tinggal’ dalam Yoh 14:2, yang menunjukkan bahwa Yesus dan Bapa akan tinggal secara menetap bersama-sama dengan orang yang mengasihiNya.

Ay 24:

1)   ‘Barangsiapa tidak mengasihi Aku, ia tidak menuruti firmanKu’.

Kalau tadi Yesus sudah 3 x menyatakan secara positif (ay 15,21,23), maka sekarang Ia menyatakan hal ini secara negatif.

2)   ‘firman yang kamu dengar itu bukanlah dari padaKu.

NASB/Lit: ‘is not mine’ (= bukanlah milikKu).

Calvin: “When he says that the word is not his, he accommodates himself to the disciples; as if he had said that it is not human, because he teaches faithfully what has been enjoined on him by the Father. Yet we know that, in so far as he is the eternal Wisdom of God, he is the only fountain of all doctrine, and that all the prophets who have been from the beginning spoke by his Spirit” (= Pada waktu Ia berkata bahwa firmanNya bukanlah milikNya / dari Dia, Ia menyesuaikan diriNya sendiri dengan para murid; seakan-akan Ia telah berkata bahwa firmanNya itu bukan dari manusia, karena Ia mengajar dengan setia apa yang telah diperintahkan kepadaNya oleh Bapa. Tetapi kita tahu bahwa sepanjang Ia adalah Hikmat yang kekal dari Allah, Ia adalah satu-satunya sumber dari semua ajaran, dan bahwa semua nabi dari semula berbicara oleh RohNya) - hal 99.

3)   ‘melainkan dari Bapa yang mengutus Aku’.

Supaya para murid tidak ikut-ikutan dengan dunia yang tidak mengasihi Kristus dengan tidak mentaatiNya, maka Yesus lalu mengatakan bahwa firman yang Ia beritakan berasal dari Bapa.

-AMIN-


e-mail us at [email protected]