Kebaktian

G. K. R. I. ‘GOLGOTA’

(Rungkut Megah Raya Blok D No 16)

Minggu, tgl 17 Juni 2012, pk 08.00

Pdt. Budi Asali, M. Div.

(HP: 7064-1331 / 6050-1331)

[email protected]

http://www.golgothaministry.org

 

Yesus gembala yang baik(2)

 

2)            Sekalipun bodoh, tetapi domba selalu mengenali suara gembala dan mengikutinya, dan ia tak mau mengikuti suara orang lain.

 

Yoh 10:3-5,8,14,16,27 - “(3) Untuk dia penjaga membuka pintu dan domba-domba mendengarkan suaranya dan ia memanggil domba-dombanya masing-masing menurut namanya dan menuntunnya ke luar. (4) Jika semua dombanya telah dibawanya ke luar, ia berjalan di depan mereka dan domba-domba itu mengikuti dia, karena mereka mengenal suaranya. (5) Tetapi seorang asing pasti tidak mereka ikuti, malah mereka lari dari padanya, karena suara orang-orang asing tidak mereka kenal.’ ... (8) Semua orang yang datang sebelum Aku, adalah pencuri dan perampok, dan domba-domba itu tidak mendengarkan mereka. ... (14) Akulah gembala yang baik dan Aku mengenal domba-dombaKu dan domba-dombaKu mengenal Aku ... (16) Ada lagi padaKu domba-domba lain, yang bukan dari kandang ini; domba-domba itu harus Kutuntun juga dan mereka akan mendengarkan suaraKu dan mereka akan menjadi satu kawanan dengan satu gembala. ... (27) Domba-dombaKu mendengarkan suaraKu dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku.

 

Barclay (tentang Yoh 10:1-6): It is strictly true that in this part of the world the sheep know and understand the shepherd’s voice, and that they will never answer to the voice of a stranger. The author and journalist H. V. Morton has a wonderful description of the way in which the shepherd talks to the sheep. ‘Sometimes he talks to them in a loud sing-song voice, using a weird language unlike anything I have ever heard in my life. The first time I heard this sheep and goat language I was on the hills at the back of Jericho. A goat-herd had descended into a valley and was mounting the slope of an opposite hill, when turning round, he saw his goats had remained behind to devour a rich patch of scrub. Lifting his voice, he spoke to the goats in a language that Pan must have spoken on the mountains of Greece. It was uncanny because there was nothing human about it. The words were animal sounds arranged in a kind of order. No sooner had he spoken than an answering bleat shivered over the herd, and one or two of the animals turned their heads in his direction. But they did not obey him. The goat-herd then called out one word, and gave a laughing kind of whinny. Immediately a goat with a bell round his neck stopped eating, and, leaving the herd, trotted down the hill, across the valley, and up the opposite slopes. The man, accompanied by this animal, walked on and disappeared round a ledge of rock. Very soon a panic spread among the herd. They forgot to eat. They looked up for the shepherd. He was not to be seen. They became conscious that the leader with the bell at his neck was no longer with them. From the distance came the strange laughing call of the shepherd, and at the sound of it the entire herd stampeded into the hollow and leapt up the hill after him’ (H. V. Morton, In the Steps of the Master, pp. 154–5). W. M. Thomson in The Land and the Book has the same story to tell. ‘The shepherd calls sharply from time to time, to remind them of his presence. They know his voice, and follow on; but, if a stranger call, they stop short, lift up their heads in alarm, and if it is repeated, they turn and flee, because they know not the voice of a stranger. I have made the experiment repeatedly.’ That is exactly John’s picture. H. V. Morton tells of a scene that he saw in a cave near Bethlehem. Two shepherds had sheltered their flocks in the cave during the night. How were the flocks to be sorted out? One of the shepherds stood some distance away and gave his peculiar call which only his own sheep knew, and soon his whole flock had run to him, because they knew his voice. They would have come for no one else, but they knew the call of their own shepherd. An eighteenth-century traveller actually tells how Palestinian sheep could be made to dance, quick or slow, to the peculiar whistle or the peculiar tune on the flute of their own shepherd. Every detail of the shepherd’s life lights up the picture of the good shepherd whose sheep hear his voice and whose constant care is for his flock [= Adalah benar secara ketat bahwa dalam bagian dari dunia ini domba-domba mengetahui dan mengerti suara gembala, dan bahwa mereka tidak akan pernah menjawab suara dari seorang asing. Pengarang dan wartawan H. V. Morton mempunyai suatu penggambaran yang luar biasa / sangat indah tentang cara dalam mana gembala berbicara kepada domba-domba. ‘Kadang-kadang ia berbicara kepada mereka dengan suara mendatar, menggunakan suatu bahasa yang aneh yang tidak seperti apapun yang pernah saya dengar dalam hidup saya. Pertama kalinya saya mendengar bahasa domba dan kambing saya berada di bukit-bukit di belakang Yerikho. Seorang gembala kambing telah turun ke dalam suatu lembah dan sedang naik di suatu bukit yang berseberangan, pada waktu berpaling, ia melihat kambing-kambingnya tertinggal di belakang untuk memakan suatu potongan semak kecil yang kaya. Mengangkat suaranya, ia berbicara kepada kambing-kambing dalam bahasa yang pasti digunakan oleh Pan di gunung-gunung Yunani. Itu aneh karena disana tidak ada apapun yang bersifat manusia tentangnya. Kata-kata itu merupakan bunyi-bunyi binatang yang diatur dalam suatu jenis keteraturan. Begitu ia telah berbicara, suatu embikan jawaban bergetar di atas kawanan, dan satu atau dua dari binatang-binatang itu memalingkan kepala mereka ke arahnya. Tetapi mereka tidak mentaatinya. Gembala kambing itu lalu meneriakkan satu kata, dan memberikan suatu jenis tawa dari rengekan. Segera seekor kambing dengan sebuah lonceng mengelilingi lehernya berhenti makan, dan meninggalkan kawanannya, lari menuruni bukit, menyeberangi lembah, dan menaiki lereng yang berseberangan. Orang itu, bersama dengan binatang ini, berjalan terus dan menghilang di balik suatu tonjolan batu karang. Dengan segera suatu kepanikan menyebar di antara kawanan itu. Mereka lupa untuk makan. Mereka mencari sang gembala. Ia tidak terlihat. Mereka menjadi sadar bahwa si pemimpin dengan lonceng di lehernya sudah tidak lagi bersama mereka. Dari jauh datang panggilan tawa yang aneh dari sang gembala, dan pada bunyinya seluruh kawanan berlari ke dalam lembah dan melompat ke bukit mengikuti dia’ {H. V. Morton, In the Steps of the Master’ (Dalam Langkah-langkah Dari Tuan), hal 154–5}. W. M. Thomson dalam The Land and the Book’ (Negara dan Kitab), mempunyai cerita yang sama untuk diceritakan. ‘Gembala memanggil dengan tajam dari waktu ke waktu, untuk mengingatkan mereka tentang kehadirannya. Mereka mengenal suaranya, dan terus mengikuti; tetapi jika seorang asing memanggil, mereka berhenti sebentar, mengangkat kepala mereka dalam ketakutan, dan jika panggilan itu diulang, mereka berbalik dan lari, karena mereka tidak mengenal suara dari seorang asing. Saya telah membuat pengalaman itu berulang kali’. Itu tepat merupakan gambaran dari Yohanes. H. V. Morton menceritakan suatu suasana / pemandangan yang ia lihat dalam sebuah gua dekat Betlehem. Dua gembala telah melindungi kawana mereka dalam gua sepanjang malam. Bagaimana kawanan itu harus disortir? Satu dari gembala-gembala itu berdiri pada jarak tertentu dan memberikan panggilan yang khas yang hanya domba-dombanya sendiri yang tahu / kenal, dan segera seluruh kawanan lari kepadanya, karena mereka mengenal suaranya. Mereka tidak akan datang bagi orang lain manapun, tetapi mereka mengenal panggilan dari gembala mereka sendiri. Seorang pelancong abad 18 sungguh-sungguh menceritakan bagaimana domba-domba Palestina bisa disuruh untuk berdansa, cepat atau lambat, pada siulan khas atau nada khas dari seruling dari gembala mereka sendiri. Setiap detail dari kehidupan gembala menerangi gambaran dari gembala yang baik yang domba-dombanya mendengar suaranya dan yang perhatiannya yang tetap adalah untuk domba-dombanya].

Catatan: saya tidak tahu dengan pasti siapa / apa yang Barclay maksudkan dengan ‘Pan’. Dalam Encyclopedia Britannica 2010 dikatakan bahwa ‘Pan’ adalah nama dari salah satu dewa Yunani.

 

The Biblical Illustrator (New Testament): “‘Sheep will not follow strangers:’ - A man in India was accused of stealing a sheep. He was brought before the judge, and the supposed owner of the sheep was present. Both claimed the sheep, and had witnesses to prove their claims; so it was not easy to decide to whom the sheep belonged. Knowing the habits of the shepherds and the sheep, the judge ordered the animal to be brought into court, and sent one of the two men into another room while he told the other to call the sheep. But the poor sheep not knowing the voice of the stranger would not go to him. In the meantime, the other man in the adjoining room growing impatient gave a kind of a ‘chuck,’ upon which the sheep bounded away towards him at once. This ‘chuck’ was the way in which he had been used to call the sheep, and it was at once decided that he was the real owner (= ‘Domba-domba tidak akan mengikuti orang-orang asing’: - Seorang laki-laki di India dituduh mencuri seekor domba. Ia dibawa ke hadapan hakim, dan orang yang dianggap sebagai pemilik domba hadir di sana. Keduanya mengclaim domba itu, dan mempunyai saksi-saksi untuk membuktikan claim mereka; dan dengan demikian tidaklah mudah untuk memutuskan domba itu milik siapa. Karena mengetahui kebiasaan tentang gembala-gembala dan domba, sang hakim memerintahkan binatang itu dibawa ke ruang pengadilan, dan menyuruh satu dari dua orang itu untuk masuk ke dalam ruangan yang lain sementara ia menyuruh orang yang satunya untuk memanggil domba itu. Tetapi domba yang malang itu tidak mengenal suara dari orang asing itu dan karena itu tidak mau pergi kepadanya. Sementara itu, orang satunya dalam ruangan yang berdampingan menjadi tidak sabar dan memberikan sejenis bunyi ayam betina, terhadap mana domba itu segera menuju kepadanya. Bunyi seperti ayam betina ini adalah cara dengan mana ia telah menggunakannya untuk memanggil domba itu, dan segera diputuskan bahwa ia adalah pemilik yang sesungguhnya).

 

William Hendriksen (tentang Yoh 10:5): A normal sheep does not follow a stranger even though the latter may put on the shepherd’s garb, and may try to imitate the shepherd’s call. It has been tried again and again. So also (and much more so!) the true disciple of the Lord ‘does not know’ (refuses to acknowledge) the voice of strangers (cf. II John 10), who come to him with strange philosophy, strange theology, and strange ethics; and, therefore, he does not follow them. He is resolutely determined to follow only the one true shepherd, Jesus, as he speaks in his Word. All others he shuns; in fact, he runs away from them in horror [= Seekor domba yang normal tidak mengikuti suara dari seorang asing, sekalipun orang itu mengenakan pakaian gembala, dan mencoba untuk meniru panggilan dari gembala. Hal itu telah dicoba berulang-ulang. Demikian juga (dan lebih-lebih demikian!) murid yang sejati dari Tuhan ‘tidak mengenal’ (menolak untuk mengenal / mengakui) suara dari orang-orang asing (bdk. 2Yoh 10), yang datang kepadanya dengan filsafat yang aneh, theologia yang aneh, dan etika yang aneh; dan karena itu, ia tidak mengikuti mereka. Ia dengan tegas menentukan untuk hanya mengikuti satu Gembala yang sejati / benar, Yesus, sebagaimana Ia berbicara dalam FirmanNya. Semua yang lain ia jauhi; dalam faktanya ia lari dari mereka dengan ketakutan] - hal 106.

Catatan: 2Yoh 10 - “Jikalau seorang datang kepadamu dan ia tidak membawa ajaran ini, janganlah kamu menerima dia di dalam rumahmu dan janganlah memberi salam kepadanya”. Ayat ini rasanya tidak cocok, karena ini bukan menunjukkan sifat domba, tetapi merupakan perintah kepada domba. Kalau hanya perintah, bukankah bisa saja tidak diikuti? Mungkin yang ia maksudkan adalah 2Yoh 9 - “Setiap orang yang tidak tinggal di dalam ajaran Kristus, tetapi yang melangkah keluar dari situ, tidak memiliki Allah. Barangsiapa tinggal di dalam ajaran itu, ia memiliki Bapa maupun Anak”.

 

Calvin (tentang Yoh 10:4): We must attend to the reason why it is said that the sheep follow; it is, because they know how to distinguish shepherds from wolves by the voice. This is the spirit of discernment, by which the elect discriminate between the truth of God and the false inventions of men. So then, in the sheep of Christ a knowledge of the truth goes before, and next follows an earnest desire to obey, so that they not only understand what is true, but receive it with warm affection. And not only does he commend the obedience of the faith, because the sheep assemble submissively at the voice of the shepherd, but also because they do not listen to the voice of strangers, and do not disperse when any one cries to them (= Kita harus memperhatikan alasan mengapa dikatakan bahwa domba-domba mengikuti; itu adalah karena mereka mengetahui bagaimana membedakan gembala-gembala dari serigala-serigala oleh suara. Ini adalah roh pembedaan, dengan mana orang-orang pilihan membedakan kebenaran dari Allah dan penemuan-penemuan palsu dari manusia. Maka demikianlah, dalam domba-domba Kristus suatu pengetahuan / pengenalan tentang kebenaran berjalan di depan, dan selanjutnya mengikuti suatu keinginan yang sungguh-sungguh untuk mentaati, sehingga mereka bukan hanya mengerti apa yang benar, tetapi menerimanya dengan kasih yang hangat. Dan bukan hanya Ia menghargai / memuji ketaatan dari iman, karena domba-domba berkumpul dengan tunduk pada suara dari gembala, tetapi juga karena mereka tidak mendengar pada suara dari orang-orang asing, dan tidak bubar / tercerai berai pada waktu siapapun berteriak kepada mereka.).

 

Kalau demikian, mengapa banyak domba bisa dengan mudah menerima ajaran-ajaran yang kacau, bahkan yang sesat? Mengapa banyak domba krasan berada dalam gereja yang ajarannya tidak karuan, dan bahkan sesat? Kemungkinan sangat besar, mereka memang bukan domba-domba yang sejati!

 

Dan bagaimana dengan domba-domba yang masih baru (orang Kristen yang masih bayi rohani)? Bukankah karena mereka tak terlalu mengerti firman Tuhan, mereka bisa dengan mudah disesatkan? Jawaban saya: mereka mungkin bingung, tetapi kalau mereka orang kristen yang sejati, tak peduli betapapun barunya, tetap Roh Kudus akan membimbing mereka, untuk menjauhi kesesatan. Kalaupun suatu saat mereka menerima suatu ajaran yang salah, lambat atau cepat Roh Kudus akan meluruskan mereka.

 

Yoh 14:26 - tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam namaKu, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu.

Yoh 16:12-14 - “(12) Masih banyak hal yang harus Kukatakan kepadamu, tetapi sekarang kamu belum dapat menanggungnya. (13) Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran; sebab Ia tidak akan berkata-kata dari diriNya sendiri, tetapi segala sesuatu yang didengarNya itulah yang akan dikatakanNya dan Ia akan memberitakan kepadamu hal-hal yang akan datang. (14) Ia akan memuliakan Aku, sebab Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterimanya dari padaKu.

Mat 24:22,24 - “(22) Dan sekiranya waktunya tidak dipersingkat, maka dari segala yang hidup tidak akan ada yang selamat; akan tetapi oleh karena orang-orang pilihan waktu itu akan dipersingkat. ... (24) Sebab Mesias-mesias palsu dan nabi-nabi palsu akan muncul dan mereka akan mengadakan tanda-tanda yang dahsyat dan mujizat-mujizat, sehingga sekiranya mungkin, mereka menyesatkan orang-orang pilihan juga.

Yoh 8:31,32,47 - “(31) Maka kataNya kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepadaNya: ‘Jikalau kamu tetap dalam firmanKu, kamu benar-benar adalah muridKu (32) dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu.’ ... (47) Barangsiapa berasal dari Allah, ia mendengarkan firman Allah; itulah sebabnya kamu tidak mendengarkannya, karena kamu tidak berasal dari Allah.’”.

2Yoh 9 - “Setiap orang yang tidak tinggal di dalam ajaran Kristus, tetapi yang melangkah keluar dari situ, tidak memiliki Allah. Barangsiapa tinggal di dalam ajaran itu, ia memiliki Bapa maupun Anak”.

 

Bahwa domba-domba selalu mendengarkan suara Kristus merupakan sesuatu yang bisa dijadikan penghiburan bagi pelayan-pelayan firman yang setia.

 

Calvin (tentang Yoh 10:8): if the number of believers is smaller than might be desired, and if out of this small number a large proportion be continually dropping off, faithful teachers have this consolation to support them, that the elect of God, who are Christ’s sheep, listen to them (= Jika jumlah dari orang-orang percaya lebih kecil dari yang bisa diinginkan, dan jika dari jumlah yang kecil ini suatu bagian yang besar terus menerus berkurang / merosot, guru-guru yang setia mempunyai penghiburan ini untuk menopang mereka, bahwa orang-orang pilihan Allah, yang adalah domba-domba Kristus, mendengarkan mereka).

Catatan: perhatikan bahwa ini berlaku untuk ‘guru-guru yang setia, yang memang melakukan kewajibannya sebagai guru / gembala, bukan bagi seadanya pendeta yang tidak bertanggung jawab, dengan terus meninggalkan domba-dombanya untuk khotbah keliling untuk mencari uang!

 

Semua jaminan di atas tak berarti bahwa domba tak mempunyai kewajiban. Bandingkan dengan kata-kata Calvin di bawah ini.

 

Calvin (tentang Yoh 10:10): “‘The thief cometh not.’ By this saying, Christ - if we may use the expression - pulls our ear, that the ministers of Satan may not come upon us by surprise, when we are in a drowsy and careless state; for our excessive indifference exposes us, on every side, to false doctrines. For whence arises credulity so great, that they who ought to have remained fixed in Christ, fly about in a multitude of errors, but because they do not sufficiently dread or guard against so many false teachers? And not only so, but our insatiable curiosity is so delighted with the new and strange inventions of men, that, of our own accord, we rush with mad career to meet thieves and wolves. Not without reason, therefore, does Christ testify that false teachers, whatever may be the mildness and plausibility of their demeanour, always carry about a deadly poison, that we may be more careful to drive them away from us (= ‘Pencuri tidak datang’. Dengan kata-kata ini, Kristus - jika kita boleh menggunakan ungkapan ini - menarik telinga kita, sehingga pelayan-pelayan Setan tidak datang kepada kita secara mengejutkan, pada waktu kita ada dalam keadaan mengantuk / lesu / malas dan ceroboh; karena sikap acuh tak acuh kita yang berlebih-lebihan membuka kita, pada setiap sisi, bagi ajaran-ajaran palsu. Karena dari mana muncul kecenderungan untuk terlalu cepat percaya yang begitu besar, sehingga mereka yang seharusnya tetap terpancang dalam Kristus, lari kesana kemari dalam banyak kesalahan, kecuali mereka tidak secara cukup takut atau berjaga-jaga terhadap begitu banyak guru-guru palsu? Dan bukan hanya demikian, tetapi keingin-tahuan kita yang tak terpuaskan begitu senang dengan penemuan-penemuan yang baru dan aneh dari manusia, sehingga, dari persetujuan kita sendiri, kita berlari cepat-cepat dengan kecepatan penuh yang gila untuk menemui pencuri-pencuri dan serigala-serigala. Karena itu, bukan tanpa alasan Kristus memberi kesaksian, bahwa guru-guru palsu, bagaimanapun kelembutan dan masuk akalnya sikap mereka, selalu membawa suatu racun yang mematikan, supaya kita bisa lebih hati-hati mengusir mereka dari kita).

 

Calvin (tentang Yoh 10:1-2): For if they who are called shepherds attempt to lead us away from Christ, we ought to flee from them, at the command of Christ, as we would flee from wolves or thieves; and we ought not to form or maintain intercourse with any society but that which is agreed in the pure faith of the Gospel. For this reason Christ exhorts his disciples to separate themselves from the unbelieving multitude of the whole nation, not to suffer themselves to be governed by wicked priests, and not to allow themselves to be imposed upon by proud and empty names (= Karena jika mereka yang disebut gembala-gembala berusaha membimbing kita menjauhi Kristus, kita harus lari dari mereka, pada perintah Kristus, seperti kita lari dari serigala-serigala dan pencuri-pencuri; dan kita tidak boleh membentuk atau memelihara pergaulan / hubungan dengan masyarakat apapun kecuali masyarakat yang setuju / cocok dalam iman yang murni dari Injil. Karena alasan ini Kristus mendesak murid-muridNya untuk memisahkan diri mereka sendiri dari orang banyak yang tidak percaya dari seluruh bangsa, untuk tidak membiarkan diri mereka sendiri diperintah oleh imam-imam yang jahat, dan tidak mengijinkan diri mereka sendiri diperdayakan oleh sebutan-sebutan yang sombong dan kosong).

 

3)   Dua macam domba.

Yoh 10:16 - “Ada lagi padaKu domba-domba lain, yang bukan dari kandang ini; domba-domba itu harus Kutuntun juga dan mereka akan mendengarkan suaraKu dan mereka akan menjadi satu kawanan dengan satu gembala”.

Calvin (tentang Yoh 10:8): here a question arises, When does a person begin to belong to the flock of the Son of God? For we see many who stray and wander through deserts during the greater part of their life, and are at length brought into the fold of Christ. I reply, the word sheep is here used in two ways. When Christ says afterwards, that he has other sheep besides, he includes all the elect of God, who had at that time no resemblance to sheep. ... By nature, we are at the greatest possible distance from being sheep; but, on the contrary, are born lions, tigers, wolves, and bears, until the Spirit of Christ tames us, and from wild and savage beasts forms us to be mild sheep. Thus, according to the secret election of God, we are already sheep in his heart, before we are born; but we begin to be sheep in ourselves by the calling, by which he gathers us into his fold. Christ declares that they who are called into the order of believers are so firmly bound together, that they cannot stray or wander, or be carried about by any wind of new doctrine. (= di sini suatu pertanyaan muncul, Kapan seseorang mulai termasuk dalam kawanan domba dari Anak Allah? Karena kita melihat banyak orang yang tersesat dan mengembara melalui padang pasir selama bagian yang lebih besar dari kehidupan mereka, dan pada akhirnya dibawa ke dalam kandang Kristus. Saya menjawab, kata ‘domba’ di sini digunakan dalam dua cara. Pada waktu Kristus berkata belakangan bahwa Ia mempunyai domba-domba yang lain, Ia mencakup semua orang-orang pilihan Allah, yang pada saat itu tidak mempunyai kemiripan dengan domba. ... Secara alamiah, kita ada dalam jarak terjauh yang memungkinkan dari keberadaan sebagai domba; tetapi sebaliknya, kita dilahirkan sebagai singa, serigala, dan beruang, sampai Roh Kristus menjinakkan kita, dan dari binatang-binatang yang liar dan buas membentuk kita menjadi domba-domba yang lembut. Jadi, sesuai dengan pilihan rahasia dari Allah, kita sudah adalah domba dalam hatiNya, sebelum kita dilahirkan; tetapi kita mulai menjadi domba dalam diri kita sendiri oleh panggilan, dengan mana Ia mengumpulkan kita ke dalam kandangNya. Kristus menyatakan bahwa mereka yang dipanggil ke dalam kelompok orang-orang percaya diikat dengan begitu teguh / kuat, sehingga mereka tidak bisa tersesat atau mengembara, atau dibawa / dihanyutkan oleh angin manapun dari ajaran yang baru).

 

4)   Domba yang tersesat dan hilang.

 

Calvin (tentang Yoh 10:8): It will perhaps be objected, that even those who had been devoted to Christ frequently go astray, and that this is proved by frequent experience, ... I readily acknowledge that it frequently happens, that they who had belonged to the household of faith are, for a time, estranged; but this is not at variance with Christ’s statement, for, so far as they go astray, they cease, in some respects, to be sheep. What Christ means is simply this, that all the elect of God, though they were tempted to go astray in innumerable ways, were kept in obedience to the pure faith, so that they were not exposed as a prey to Satan, or to his ministers. But this work of God is not less astonishing, when he again gathers the sheep which had wandered for a little, than if they had all along continued to be shut up in the fold. It is always true, and without a single exception, that ‘they who go out from us were not of us, but that they who were of us remain with us to the end,’ (1 John 2:19.) [= Mungkin akan diajukan keberatan, bahwa bahkan mereka yang telah diserahkan kepada Kristus seringkali tersesat, dan bahwa hal ini dibuktikan oleh pengalaman yang sering terjadi, ... Saya dengan segera mengakui bahwa itu sering terjadi, bahwa mereka yang telah termasuk dalam rumah tangga dari iman, dijauhkan untuk sementara waktu; tetapi ini tidaklah bertentangan dengan pernyataan Kristus, karena sejauh mereka tersesat, mereka berhenti, dalam aspek-aspek tertentu, menjadi domba. Apa yang Kristus maksudkan adalah ini, bahwa semua orang-orang pilihan Allah, sekalipun mereka dicobai untuk tersesat dengan cara-cara yang tak terhitung banyaknya, tetap dijaga dalam ketaatan pada iman yang murni, sehingga mereka tidak terbuka sebagai mangsa bagi Iblis atau pelayan-pelayannya. Tetapi pekerjaan Allah ini tidak kurang mengherankan, pada waktu ia mengumpulkan lagi domba-domba yang telah mengembara untuk waktu yang singkat, dari pada jika mereka selalu terus dikurung dalam kandang. Merupakan sesuatu yang selalu benar, dan tanpa satu perkecualianpun, bahwa ‘mereka yang keluar dari kita, bukanlah dari kita, tetapi mereka yang dari kita tetap bersama kita sampai akhir’, (1Yoh 2:19).].

1Yoh 2:18-19 - “(18) Anak-anakku, waktu ini adalah waktu yang terakhir, dan seperti yang telah kamu dengar, seorang antikristus akan datang, sekarang telah bangkit banyak antikristus. Itulah tandanya, bahwa waktu ini benar-benar adalah waktu yang terakhir. (19) Memang mereka berasal dari antara kita, tetapi mereka tidak sungguh-sungguh termasuk pada kita; sebab jika mereka sungguh-sungguh termasuk pada kita, niscaya mereka tetap bersama-sama dengan kita. Tetapi hal itu terjadi, supaya menjadi nyata, bahwa tidak semua mereka sungguh-sungguh termasuk pada kita.

 

Jadi kesimpulannya, kalau ada domba yang tersesat, ia pasti akan kembali, kalau ia sungguh-sungguh domba. Tetapi kalau ada ‘domba’ yang tersesat dan akhirnya hilang, maka sebetulnya ia bukan domba, dan tidak pernah menjadi domba.

 

II) Gembala.

 

1)      Gembala dan penggembalaan.

 

Barclay (tentang Yoh 10): There is no better loved picture of Jesus than the Good Shepherd. The picture of the shepherd is woven into the language and imagery of the Bible. ... The main part of Judaea was a central plateau, stretching from Bethel to Hebron for a distance of about 35 miles and varying from 14 to 17 miles across. The ground, for most part, was rough and stony. Judaea was, much more a pastoral than an agricultural country and was, therefore, inevitable that the most familiar figure of the Judaean uplands was the shepherd. His life was very hard. No flock ever grazed without a shepherd, and he was never off duty. There being little grass, the sheep were bound to wander, and since there were no protecting walls, the sheep had constantly to be watched. On either side of the narrow plateau the ground dipped sharply down to the craggy deserts and the sheep were always liable to stray away and get lost. The shepherd’s task was not only constant but dangerous, for, in addition, he had to guard the flock against wild animals, especially against wolves, and there were always thieves and robbers ready to steal the sheep (= Tidak ada gambaran yang dicintai lebih baik tentang Yesus dari pada Gembala yang Baik. Gambaran tentang gembala ditenun / dirangkaikan ke dalam bahasa dan perumpamaan dari Alkitab. ... Bagian besar dari Yudea adalah dataran tinggi di tengah, membentang dari Betel ke Hebron untuk suatu jarak dari kira-kira 35 mil dan lebarnya bervariasi dari 14 sampai 17 mil. Tanahnya, sebagian besar, adalah kasar dan berbatu-batu. Yudea lebih merupakan negara penggembalaan dari pada pertanian, dan karena itu merupakan sesuatu yang tak terhindarkan bahwa gambaran yang paling akrab tentang dataran tinggi Yudea adalah gembala. Kehidupan gembala sangat sukar / berat. Tak ada kawanan domba yang pernah makan rumput tanpa seorang gembala, dan ia tidak pernah bebas tugas. Karena disana hanya ada sedikit rumput, domba-domba harus / terpaksa mengembara, dan karena disana tidak ada tembok yang melindungi, domba-domba harus dijaga terus menerus. Di kedua sisi dari dataran tinggi yang sempit tanahnya turun dengan tajam pada padang gurun yang berbatu-batu dan domba selalu mempunyai kemungkinan yang besar untuk mengembara / keluar dari kawanan dan hilang. Tugas gembala bukan hanya terus menerus, tetapi juga berbahaya, karena sebagai tambahan, ia harus menjaga kawanan domba itu terhadap binatang-binatang liar, khususnya terhadap serigala-serigala, dan disana selalu ada pencuri-pencuri dan perampok-perampok yang siap untuk mencuri domba).

 

Barclay (tentang Yoh 10:1-6): The Palestinian shepherd had different ways of doing things from the shepherds of our country; and, to get the full meaning of this picture, we must look at the shepherd and the way in which he worked. His equipment was very simple. ... He had his sling. The skill of many of the men of Palestine was such that they ‘could sling a stone at a hair, and not miss’ (Judges 20:16). The shepherd used his sling as a weapon of offence and defence; but he made one curious use of it. There were no sheepdogs in Palestine, and, when the shepherd wished to call back a sheep which was straying away, he fitted a stone into his sling and landed it just in front of the straying sheep’s nose as a warning to turn back. He had his staff, a short wooden club which had a lump of wood at the end often studded with nails. ... His staff was the weapon with which he defended himself and his flock against marauding animals and robbers.  He had his rod, which was like the shepherd’s crook. With it, he could catch and pull back any sheep which was moving to stray away. At the end of the day, when the sheep were going into the fold, the shepherd held his rod across the entrance, quite close to the ground; and every sheep had to pass under it (Ezekiel 20:37; Leviticus 27:32); and, as each sheep passed under, the shepherd quickly examined it to see if it had received any kind of injury during the day. The relationship between sheep and shepherd is quite different in Palestine. In Britain, the sheep are largely kept for killing, but in Palestine largely for their wool. It thus happens that in Palestine the sheep are often with the shepherd for years, and often they have names by which the shepherd calls them. Usually these names are descriptive, for instance, ‘Brown-leg’, ‘Black-ear’. In Palestine, the shepherd went in front and the sheep followed. The shepherd went first to see that the path was safe, and sometimes the sheep had to be encouraged to follow. A traveller tells how he saw a shepherd leading his flock come to a ford across a stream. The sheep were unwilling to cross. The shepherd finally solved the problem by carrying one of the lambs across. When its mother saw her lamb on the other side she crossed too, and soon all the rest of the flock had followed her [= Gembala Palestina mempunyai cara-cara yang berbeda untuk melakukan hal-hal dengan gembala-gembala dari negara kita; dan untuk mendapatkan arti sepenuhnya tentang gambaran ini, kita harus memandang kepada gembala dan cara dengan mana ia bekerja. Peralatannya sangat sederhana. ... Ia mempunyai pengumbannya. Keahlian dari banyak orang-orang Palestina adalah sedemikian rupa sehingga mereka ‘bisa mengumban suatu batu pada sehelai rambut, dan tidak luput’ (Hak 20:16). Gembala menggunakan pengumbannya sebagai sebuah senjata untuk menyerang dan bertahan; tetapi ia membuat satu penggunaan yang aneh dengannya. Disana tidak ada anjing yang terlatih untuk menjaga domba di Palestina, dan pada waktu gembala ingin memanggil kembali domba yang menyimpang, ia memasang sebuah batu ke dalam pengumbannya dan mendaratkannya persis di depan hidung domba yang menyimpang itu sebagai suatu peringatan untuk berbalik. Ia mempunyai gadanya, suatu pentungan kayu yang pendek yang mempunyai gumpalan kayu di ujungnya, dan seringkali ditaburi dengan paku-paku. ... Gadanya adalah senjata dengan mana ia mempertahankan dirinya sendiri dan kawanan dombanya terhadap binatang-binatang dan perampok-perampok yang menyerang / merampas. Ia mempunyai tongkatnya, yang adalah seperti bantolan / tongkat gembala yang mempunyai kait di ujungnya. Dengannya, ia bisa menangkap dan menarik kembali domba manapun yang bergerak untuk menyimpang. Pada akhir dari suatu hari, pada waktu domba-domba kembali ke dalam kandang, sang gembala memegang tongkatnya melintang di atas jalan masuk, cukup dekat dengan tanah; dan setiap domba harus lewat di bawahnya (Yeh 20:37; Im 27:32); dan, pada saat setiap domba lewat di bawahnya, sang gembala dengan cepat memeriksanya untuk melihat jika domba itu telah mendapatkan luka apapun pada hari itu. Hubungan antara domba dan gembala sangat berbeda di Palestina. Di Inggris domba pada umumnya dipelihara untuk dibunuh (diambil dagingnya), tetapi di Palestina pada umumnya domba dipelihara untuk bulu / wol mereka. Karena itu yang terjadi di Palestina adalah bahwa domba sering bersama dengan gembalanya sampai bertahun-tahun, dan sering mereka mempunyai nama-nama dengan mana sang gembala memanggil mereka. Biasanya nama-nama itu bersifat menggambarkan, misalnya, ‘Kaki Coklat’, ‘Telinga Hitam’. Di Palestina, gembala berjalan di depan dan domba-domba mengikutinya. Gembala berjalan dulu untuk melihat bahwa jalan itu adalah aman, dan kadang-kadang domba-domba harus didorong untuk mengikuti. Seorang pelancong menceritakan bagaimana ia melihat seorang gembala membimbing kawanan dombanya menyeberangi sebuah sungai di bagian yang dangkal. Domba-domba itu tidak mau menyeberang. Akhirnya sang gembala membereskan problem itu dengan menggendong satu dari anak domba dan menyeberang. Ketika induknya melihat anaknya di seberang, ia menyeberang juga, dan dengan segera semua sisa dari kawanan domba itu mengikutinya].

Hak 20:16 - “Dari segala laskar ini ada tujuh ratus orang pilihan yang kidal, dan setiap orang dari mereka dapat mengumban dengan tidak pernah meleset sampai sehelai rambutpun.

KJV: ‘could sling stones at an hair breadth, and not miss’ (= dapat mengumban batu-batu pada lebar dari selembar rambut, dan tidak luput).

RSV/NIV/NASB: ‘could sling a stone at a hair, and not miss’ (= dapat mengumban sebuah batu pada selembar rambut, dan tidak luput).

Yeh 20:37 - “Aku akan membiarkan kamu lewat dari bawah tongkat gembalaKu dan memasukkan kamu ke kandang dengan menghitung kamu”.

Yoh 10:4a - “Jika semua dombanya telah dibawanya ke luar, ia berjalan di depan mereka dan domba-domba itu mengikuti dia.

 

Ada beberapa hal yang sangat perlu diperhatikan berkenaan dengan cara penggembalaan di Palestina, yang pasti berhubungan / mempunyai persamaan dengan cara Allah / Yesus menggembalakan kita sebagai domba-dombaNya, yaitu:

a)      Perhatian dan penjagaan yang begtiu besar dan teliti, sehingga tak memungkinkan gembala kehilangan dombanya.

b)      Hal-hal yang dilakukan gembala untuk mengembalikan domba yang menyimpang / mau tersesat, dengan mengumban batu di depannya, untuk menyuruhnya kembali, atau dengan bantolan tongkat gembalanya, yang menarik domba yang menyimpang untuk kembali. Ini jelas bertentangan dengan teori free will dari Arminianisme, yang mengajarkan bahwa kalau dombanya mau sesat, gembala tak akan memaksa domba untuk tetap tinggal dalam kawanan, tetapi akan mengijinkan dia untuk sesat. Tak ada gembala sebodoh dan segila itu, karena kalau ia bertindak seperti itu, lambat atau cepat, ia akan kehilangan seluruh kawanan dombanya.

 

Bagaimana kalau toh ada domba yang luput dari perhatian gembala dan lalu hilang / tersesat?

 

Fred H. Wight: “Being responsible for anything that happens to one of his flock, the Eastern shepherd will spend hours if necessary in traversing the wilderness or mountain side, in search of a sheep that has strayed away and is lost” (= Karena bertanggung jawab untuk apapun yang terjadi pada salah satu dari kawanan dombanya, seorang gembala Timur akan menghabiskan berjam-jam, jika diperlukan, dalam melintasi padang gurun atau lereng gunung, dalam mencari seekor domba yang telah menyimpang dan hilang) - ‘Manners and Customs of Bible Lands’, hal 162.

 

Satu hal yang perlu dingat / dicamkan adalah pada saat Allah / Yesus digambarkan sebagai gembala dalam perumpamaan atau allegory, maka jelas bahwa Ia lebih bagus / lebih unggul dari gambaran tentangNya! Jadi, seorang gembala, karena keterbatasannya, bisa saja betul-betul kehilangan dombanya. Tetapi Allah / Yesus sebagai Gembala yang baik tidak mungkin kehilangan yang manapun dari domba-dombaNya.

 

-bersambung-

 

e-mail us at [email protected]

http://golgothaministry.org