(Rungkut Megah Raya Blok D No 16)
Minggu, tgl 17 Juni 2012, pk 08.00
Pdt. Budi Asali, M. Div.
(HP: 7064-1331 / 6050-1331)
Yesus
gembala yang baik(2)
2)
Sekalipun bodoh, tetapi domba selalu mengenali suara gembala dan
mengikutinya, dan ia tak mau mengikuti suara orang lain.
Yoh 10:3-5,8,14,16,27
- “(3) Untuk dia penjaga membuka pintu
dan domba-domba mendengarkan suaranya dan ia memanggil domba-dombanya
masing-masing menurut namanya dan menuntunnya ke luar. (4) Jika semua dombanya
telah dibawanya ke luar, ia berjalan di depan mereka dan domba-domba itu
mengikuti dia, karena mereka mengenal suaranya. (5) Tetapi seorang
asing pasti tidak mereka ikuti, malah mereka lari dari padanya, karena suara
orang-orang asing tidak mereka kenal.’ ... (8) Semua orang yang datang
sebelum Aku, adalah pencuri dan perampok, dan domba-domba
itu tidak mendengarkan mereka. ... (14) Akulah gembala yang baik dan Aku
mengenal domba-dombaKu dan domba-dombaKu mengenal Aku ... (16) Ada lagi
padaKu domba-domba lain, yang bukan dari kandang ini; domba-domba itu harus
Kutuntun juga dan mereka akan mendengarkan suaraKu dan mereka akan
menjadi satu kawanan dengan satu gembala. ... (27) Domba-dombaKu mendengarkan
suaraKu dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku”.
Barclay
(tentang Yoh 10:1-6): “It is strictly true that in this part of the
world the sheep know and understand the shepherd’s voice, and that they will
never answer to the voice of a stranger. The author and journalist H. V. Morton
has a wonderful description of the way in which the shepherd talks to the sheep.
‘Sometimes he talks to them in a loud sing-song voice, using a weird language
unlike anything I have ever heard in my life. The first time I heard this sheep
and goat language I was on the hills at the back of Jericho. A goat-herd had
descended into a valley and was mounting the slope of an opposite hill, when turning round, he saw his goats had remained behind to
devour a rich patch of scrub. Lifting his voice, he spoke to the goats in a
language that Pan must have spoken on
the mountains of Greece. It was uncanny because there was nothing human about
it. The words were animal sounds arranged in a kind of order. No sooner had he
spoken than an answering bleat shivered over the herd, and one or two of the
animals turned their heads in his direction. But they did not obey him. The
goat-herd then called out one word, and gave a laughing kind of whinny.
Immediately a goat with a bell round his neck stopped eating, and, leaving the
herd, trotted down the hill, across the valley, and up the opposite slopes. The
man, accompanied by this animal, walked on and disappeared round a ledge of
rock. Very soon a panic spread among the herd. They forgot to eat. They looked
up for the shepherd. He was not to be seen. They became conscious that the
leader with the bell at his neck was no longer with them. From the distance came
the strange laughing call of the shepherd, and at the sound of it the entire
herd stampeded into the hollow and leapt up the hill after him’ (H. V. Morton,
In the Steps of the Master, pp.
154–5). W. M. Thomson in The Land and
the Book has the same story to tell. ‘The shepherd calls sharply from
time to time, to remind them of his presence. They know his voice, and follow
on; but, if a stranger call, they stop short, lift up their heads in alarm, and
if it is repeated, they turn and flee, because they know not the voice of a
stranger. I have made the experiment repeatedly.’ That is exactly John’s
picture. H. V. Morton tells of a scene that he saw in a cave near Bethlehem. Two
shepherds had sheltered their flocks in the cave during the night. How were the
flocks to be sorted out? One of the shepherds stood some distance away and gave
his peculiar call which only his own sheep knew, and soon his whole flock had
run to him, because they knew his voice. They would have come for no one else,
but they knew the call of their own shepherd. An eighteenth-century traveller
actually tells how Palestinian sheep could be made to dance, quick or slow, to
the peculiar whistle or the peculiar tune on the flute of their own shepherd.
Every detail of the shepherd’s life lights up the
picture of the good shepherd whose sheep hear his voice and whose constant care
is for his flock”
[= Adalah benar secara ketat bahwa dalam bagian
dari dunia ini domba-domba mengetahui dan mengerti suara gembala, dan bahwa
mereka tidak akan pernah menjawab suara dari seorang asing. Pengarang dan
wartawan H. V. Morton mempunyai suatu penggambaran yang luar biasa / sangat
indah tentang cara dalam mana gembala berbicara kepada domba-domba.
‘Kadang-kadang ia berbicara kepada mereka dengan suara mendatar, menggunakan
suatu bahasa yang aneh yang tidak seperti apapun yang pernah saya dengar dalam
hidup saya. Pertama kalinya saya mendengar bahasa domba dan kambing saya berada
di bukit-bukit di belakang Yerikho. Seorang
gembala kambing telah turun ke dalam suatu lembah dan sedang naik di suatu bukit
yang berseberangan, pada waktu berpaling, ia melihat kambing-kambingnya
tertinggal di belakang untuk memakan suatu potongan semak kecil yang kaya.
Mengangkat suaranya, ia berbicara kepada kambing-kambing dalam bahasa yang pasti
digunakan oleh Pan di gunung-gunung
Yunani. Itu aneh karena disana tidak ada apapun yang bersifat manusia
tentangnya. Kata-kata itu merupakan bunyi-bunyi binatang yang diatur dalam suatu
jenis keteraturan. Begitu ia telah berbicara, suatu embikan jawaban bergetar di
atas kawanan, dan satu atau dua dari binatang-binatang itu memalingkan kepala
mereka ke arahnya. Tetapi mereka tidak mentaatinya. Gembala kambing itu lalu
meneriakkan satu kata, dan memberikan suatu jenis tawa dari rengekan. Segera
seekor kambing dengan sebuah lonceng mengelilingi lehernya berhenti makan, dan
meninggalkan kawanannya, lari menuruni bukit, menyeberangi lembah, dan menaiki
lereng yang berseberangan. Orang itu, bersama dengan binatang ini, berjalan
terus dan menghilang di balik suatu tonjolan batu karang. Dengan segera suatu
kepanikan menyebar di antara kawanan itu. Mereka lupa untuk makan. Mereka
mencari sang gembala. Ia tidak terlihat. Mereka menjadi sadar bahwa si pemimpin
dengan lonceng di lehernya sudah tidak lagi bersama mereka. Dari jauh datang
panggilan tawa yang aneh dari sang gembala, dan pada bunyinya seluruh kawanan
berlari ke dalam lembah dan melompat ke bukit mengikuti dia’ {H. V. Morton, ‘In the Steps of the Master’ (Dalam Langkah-langkah Dari Tuan), hal 154–5}. W. M. Thomson
dalam ‘The Land and the Book’
(Negara dan Kitab), mempunyai cerita yang sama untuk diceritakan. ‘Gembala
memanggil dengan tajam dari waktu ke waktu, untuk mengingatkan mereka tentang
kehadirannya. Mereka mengenal suaranya, dan terus mengikuti; tetapi jika seorang
asing memanggil, mereka berhenti sebentar, mengangkat kepala mereka dalam
ketakutan, dan jika panggilan itu diulang, mereka berbalik dan lari, karena
mereka tidak mengenal suara dari seorang asing. Saya telah membuat pengalaman
itu berulang kali’. Itu tepat merupakan gambaran dari Yohanes. H. V. Morton
menceritakan suatu suasana / pemandangan yang ia lihat dalam sebuah gua dekat
Betlehem. Dua gembala telah melindungi kawana mereka dalam gua sepanjang malam.
Bagaimana kawanan itu harus disortir? Satu
dari gembala-gembala itu berdiri pada jarak tertentu dan memberikan panggilan
yang khas yang hanya domba-dombanya sendiri yang tahu / kenal, dan segera
seluruh kawanan lari kepadanya, karena mereka mengenal suaranya. Mereka tidak
akan datang bagi orang lain manapun, tetapi mereka mengenal panggilan dari
gembala mereka sendiri. Seorang pelancong abad 18 sungguh-sungguh menceritakan
bagaimana domba-domba Palestina bisa disuruh untuk berdansa, cepat atau lambat,
pada siulan khas atau nada khas dari seruling dari gembala mereka sendiri.
Setiap detail dari kehidupan gembala menerangi gambaran dari gembala yang baik
yang domba-dombanya mendengar suaranya dan yang perhatiannya yang tetap adalah
untuk domba-dombanya].
Catatan:
saya tidak tahu dengan pasti siapa / apa yang Barclay maksudkan dengan
‘Pan’. Dalam Encyclopedia Britannica 2010 dikatakan bahwa ‘Pan’ adalah
nama dari salah satu dewa Yunani.
The
Biblical Illustrator (New Testament):
“‘Sheep
will not follow strangers:’ - A man in India was accused of stealing a sheep.
He was brought before the judge, and the supposed owner of the sheep was
present. Both claimed the sheep, and had witnesses to prove their claims; so it
was not easy to decide to whom the sheep belonged. Knowing the habits of the
shepherds and the sheep, the judge ordered the animal to be brought into court,
and sent one of the two men into another room while he told the other to call
the sheep. But the poor sheep not knowing the voice of the stranger would not go
to him. In the meantime, the other man in the adjoining room growing impatient
gave a kind of a ‘chuck,’ upon which the sheep bounded away towards him at
once. This ‘chuck’ was the way in which he had been used to call the sheep,
and it was at once decided that he was the real owner” (= ‘Domba-domba tidak akan mengikuti orang-orang asing’: - Seorang
laki-laki di India dituduh mencuri seekor domba. Ia dibawa ke hadapan hakim, dan
orang yang dianggap sebagai pemilik domba hadir di sana. Keduanya mengclaim
domba itu, dan mempunyai saksi-saksi untuk membuktikan claim
mereka; dan dengan demikian tidaklah mudah untuk memutuskan domba itu milik
siapa. Karena mengetahui kebiasaan tentang gembala-gembala dan domba, sang hakim
memerintahkan binatang itu dibawa ke ruang pengadilan, dan menyuruh satu dari
dua orang itu untuk masuk ke dalam ruangan yang lain sementara ia menyuruh orang
yang satunya untuk memanggil domba itu. Tetapi domba yang malang itu tidak
mengenal suara dari orang asing itu dan karena itu tidak mau pergi kepadanya.
Sementara itu, orang satunya dalam ruangan yang berdampingan menjadi tidak sabar
dan memberikan sejenis bunyi ayam betina, terhadap mana domba itu segera menuju
kepadanya. Bunyi seperti ayam betina ini adalah cara dengan mana ia telah
menggunakannya untuk memanggil domba itu, dan segera diputuskan bahwa ia adalah
pemilik yang sesungguhnya).
William
Hendriksen (tentang Yoh 10:5):
“A normal sheep does not follow a
stranger even though the latter may put on the shepherd’s garb, and may try to
imitate the shepherd’s call. It has been tried again and again. So also (and
much more so!) the true disciple of the Lord ‘does not know’ (refuses to
acknowledge) the voice of strangers (cf. II John 10), who come to him with
strange philosophy, strange theology, and strange ethics; and, therefore, he
does not follow them. He is resolutely determined to follow only the one
true shepherd, Jesus, as he speaks in his Word. All others he shuns; in fact, he
runs away from them in horror”
[= Seekor domba yang normal tidak mengikuti suara dari seorang asing, sekalipun
orang itu mengenakan pakaian gembala, dan mencoba untuk meniru panggilan dari
gembala. Hal itu telah dicoba berulang-ulang. Demikian juga (dan lebih-lebih
demikian!) murid yang sejati dari Tuhan ‘tidak mengenal’ (menolak untuk
mengenal / mengakui) suara dari orang-orang asing (bdk. 2Yoh 10), yang datang
kepadanya dengan filsafat yang aneh, theologia yang aneh, dan etika yang aneh;
dan karena itu, ia tidak mengikuti mereka. Ia dengan tegas menentukan untuk
hanya mengikuti satu Gembala yang sejati / benar, Yesus, sebagaimana Ia
berbicara dalam FirmanNya. Semua yang lain ia jauhi; dalam faktanya ia lari dari
mereka dengan ketakutan] - hal 106.
Catatan:
2Yoh 10 - “Jikalau seorang datang kepadamu dan ia tidak membawa ajaran ini,
janganlah kamu menerima dia di dalam rumahmu dan janganlah memberi salam
kepadanya”. Ayat ini rasanya tidak cocok, karena ini bukan menunjukkan
sifat domba, tetapi merupakan perintah kepada domba. Kalau hanya perintah,
bukankah bisa saja tidak diikuti? Mungkin yang ia maksudkan adalah 2Yoh 9 - “Setiap orang yang tidak tinggal di dalam ajaran Kristus, tetapi yang
melangkah keluar dari situ, tidak memiliki Allah. Barangsiapa tinggal di dalam
ajaran itu, ia memiliki Bapa maupun Anak”.
Calvin
(tentang Yoh 10:4): “We
must attend to the reason why it is said that the sheep follow; it is, because they know how to distinguish shepherds from wolves by the
voice. This is the spirit of discernment, by which the elect discriminate
between the truth of God and the false inventions of men. So then, in the
sheep of Christ a knowledge of the truth goes before, and next follows an
earnest desire to obey, so that they not only understand what is true, but
receive it with warm affection. And not only does he commend the obedience of
the faith, because the sheep assemble submissively at the
voice of the shepherd, but also because they do not listen to the voice
of strangers, and do not
disperse when any one cries to them” (= Kita harus
memperhatikan alasan mengapa dikatakan bahwa domba-domba mengikuti; itu adalah
karena mereka mengetahui bagaimana membedakan gembala-gembala dari
serigala-serigala oleh suara. Ini adalah roh pembedaan, dengan mana orang-orang
pilihan membedakan kebenaran dari Allah dan penemuan-penemuan palsu dari
manusia. Maka demikianlah, dalam domba-domba Kristus suatu pengetahuan /
pengenalan tentang kebenaran berjalan di depan, dan selanjutnya mengikuti suatu
keinginan yang sungguh-sungguh untuk mentaati, sehingga mereka bukan hanya
mengerti apa yang benar, tetapi menerimanya dengan kasih yang hangat. Dan bukan
hanya Ia menghargai / memuji ketaatan dari iman, karena domba-domba berkumpul
dengan tunduk pada suara dari gembala, tetapi juga karena mereka tidak mendengar
pada suara dari orang-orang asing, dan tidak bubar / tercerai berai pada waktu
siapapun berteriak kepada mereka.).
Kalau
demikian, mengapa banyak domba bisa dengan mudah menerima ajaran-ajaran yang
kacau, bahkan yang sesat? Mengapa banyak domba krasan berada dalam gereja yang
ajarannya tidak karuan, dan bahkan sesat? Kemungkinan sangat besar, mereka
memang bukan domba-domba yang sejati!
Dan
bagaimana dengan domba-domba yang masih baru (orang Kristen yang masih bayi
rohani)? Bukankah karena mereka tak terlalu mengerti firman Tuhan, mereka bisa
dengan mudah disesatkan? Jawaban saya: mereka mungkin bingung, tetapi kalau
mereka orang kristen yang sejati, tak peduli betapapun barunya, tetap Roh Kudus
akan membimbing mereka, untuk menjauhi kesesatan. Kalaupun suatu saat mereka
menerima suatu ajaran yang salah, lambat atau cepat Roh Kudus akan meluruskan
mereka.
Yoh 14:26
- “tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus,
yang akan diutus oleh Bapa dalam namaKu, Dialah yang akan mengajarkan segala
sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan
kepadamu”.
Yoh 16:12-14
- “(12) Masih banyak hal yang harus Kukatakan
kepadamu, tetapi sekarang kamu belum dapat menanggungnya. (13) Tetapi apabila Ia
datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran;
sebab Ia tidak akan berkata-kata dari diriNya sendiri, tetapi segala sesuatu
yang didengarNya itulah yang akan dikatakanNya dan Ia akan memberitakan kepadamu
hal-hal yang akan datang. (14) Ia akan memuliakan Aku, sebab Ia akan
memberitakan kepadamu apa yang diterimanya dari padaKu”.
Mat 24:22,24
- “(22) Dan sekiranya waktunya tidak dipersingkat, maka dari segala
yang hidup tidak akan ada yang selamat; akan tetapi oleh karena orang-orang
pilihan waktu itu akan dipersingkat. ... (24) Sebab Mesias-mesias palsu dan
nabi-nabi palsu akan muncul dan mereka akan mengadakan tanda-tanda yang dahsyat
dan mujizat-mujizat, sehingga sekiranya mungkin, mereka menyesatkan
orang-orang pilihan juga”.
Yoh
8:31,32,47 - “(31) Maka kataNya kepada
orang-orang Yahudi yang percaya kepadaNya: ‘Jikalau kamu tetap dalam
firmanKu, kamu benar-benar adalah muridKu (32) dan kamu akan mengetahui
kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu.’ ... (47) Barangsiapa
berasal dari Allah, ia mendengarkan firman Allah; itulah sebabnya kamu tidak
mendengarkannya, karena kamu tidak berasal dari Allah.’”.
2Yoh 9 - “Setiap
orang yang tidak tinggal di dalam ajaran Kristus, tetapi yang melangkah keluar
dari situ, tidak memiliki Allah. Barangsiapa tinggal di dalam ajaran itu, ia
memiliki Bapa maupun Anak”.
Bahwa
domba-domba selalu mendengarkan suara Kristus merupakan sesuatu yang bisa
dijadikan penghiburan bagi pelayan-pelayan firman yang setia.
Calvin
(tentang Yoh 10:8): “if
the number of believers is smaller than might be desired, and if out of this
small number a large proportion be continually dropping off, faithful
teachers have this consolation to support them, that the elect of God, who are
Christ’s sheep, listen to them”
(= Jika jumlah dari orang-orang percaya lebih kecil dari yang bisa diinginkan,
dan jika dari jumlah yang kecil ini suatu bagian yang besar terus menerus
berkurang / merosot, guru-guru yang setia mempunyai penghiburan ini untuk
menopang mereka, bahwa orang-orang pilihan Allah, yang adalah domba-domba
Kristus, mendengarkan mereka).
Catatan: perhatikan bahwa ini berlaku
untuk ‘guru-guru yang setia’,
yang memang melakukan kewajibannya sebagai guru / gembala, bukan bagi seadanya
pendeta yang tidak bertanggung jawab, dengan terus meninggalkan domba-dombanya
untuk khotbah keliling untuk mencari uang!
Semua
jaminan di atas tak berarti bahwa domba tak mempunyai kewajiban. Bandingkan
dengan kata-kata Calvin di bawah ini.
Calvin
(tentang Yoh 10:10): “‘The
thief cometh not.’ By this saying,
Christ - if we may use the expression - pulls our ear, that the ministers of
Satan may not come upon us by surprise, when we are in a drowsy and careless
state; for our excessive indifference exposes us, on every side, to false
doctrines. For whence arises credulity so great, that they who ought to have
remained fixed in Christ, fly about in a multitude of errors, but because they
do not sufficiently dread or guard against so many false teachers? And not only
so, but our insatiable curiosity is so delighted with the new and strange
inventions of men, that, of our own accord, we rush with mad career to meet
thieves and wolves. Not without reason, therefore, does Christ testify that
false teachers, whatever may be the mildness and plausibility of their
demeanour, always carry about a deadly poison, that we may be more careful to
drive them away from us”
(= ‘Pencuri tidak datang’. Dengan kata-kata ini, Kristus - jika kita
boleh menggunakan ungkapan ini - menarik telinga kita, sehingga
pelayan-pelayan Setan tidak datang kepada kita secara mengejutkan, pada waktu
kita ada dalam keadaan mengantuk / lesu / malas dan ceroboh; karena sikap acuh
tak acuh kita yang berlebih-lebihan membuka kita, pada setiap sisi, bagi
ajaran-ajaran palsu. Karena dari mana
muncul kecenderungan untuk terlalu cepat percaya yang begitu besar, sehingga
mereka yang seharusnya tetap terpancang dalam Kristus, lari kesana kemari dalam
banyak kesalahan, kecuali mereka tidak secara cukup takut atau berjaga-jaga
terhadap begitu banyak guru-guru palsu? Dan bukan hanya demikian, tetapi keingin-tahuan
kita yang tak terpuaskan begitu senang dengan penemuan-penemuan yang baru dan
aneh dari manusia, sehingga, dari persetujuan kita sendiri, kita berlari
cepat-cepat dengan kecepatan penuh yang gila untuk menemui pencuri-pencuri dan
serigala-serigala. Karena itu, bukan tanpa alasan Kristus memberi kesaksian,
bahwa guru-guru palsu, bagaimanapun kelembutan dan masuk akalnya sikap mereka,
selalu membawa suatu racun yang mematikan, supaya kita bisa lebih hati-hati
mengusir mereka dari kita).
Calvin (tentang Yoh
10:1-2): “For
if they who are called shepherds attempt to lead us away from Christ, we ought
to flee from them, at the command of Christ, as we would flee from wolves
or thieves; and we ought not to form or maintain intercourse with
any society but that which is agreed in the pure faith of the Gospel. For this
reason Christ exhorts his disciples to separate themselves from the unbelieving
multitude of the whole nation, not to suffer themselves to be governed by wicked
priests, and not to allow themselves to be imposed upon by proud and empty names”
(= Karena jika mereka yang disebut gembala-gembala berusaha membimbing kita
menjauhi Kristus, kita harus lari dari mereka, pada perintah Kristus, seperti
kita lari dari serigala-serigala dan pencuri-pencuri; dan kita tidak boleh
membentuk atau memelihara pergaulan / hubungan dengan masyarakat apapun kecuali
masyarakat yang setuju / cocok dalam iman yang murni dari Injil. Karena alasan
ini Kristus mendesak murid-muridNya untuk memisahkan diri mereka sendiri dari
orang banyak yang tidak percaya dari seluruh bangsa, untuk tidak membiarkan diri
mereka sendiri diperintah oleh imam-imam yang jahat, dan tidak mengijinkan diri
mereka sendiri diperdayakan oleh sebutan-sebutan yang sombong dan kosong).
3)
Dua macam domba.
Yoh
10:16 - “Ada lagi padaKu domba-domba
lain, yang bukan dari kandang ini; domba-domba itu harus Kutuntun juga dan
mereka akan mendengarkan suaraKu dan mereka akan menjadi satu kawanan dengan
satu gembala”.
Calvin (tentang Yoh 10:8):
“here
a question arises, When does a person begin to belong to the flock of the Son of
God? For we see many who stray and wander through deserts during the greater
part of their life, and are at length brought into the fold of Christ. I reply,
the word sheep is here used in
two ways. When Christ says afterwards, that he has other
sheep besides, he includes all the elect of God, who had at that time no
resemblance to sheep. ... By
nature, we are at the greatest possible distance from being sheep;
but, on the contrary, are born lions, tigers, wolves, and bears, until the
Spirit of Christ tames us, and from wild and savage beasts forms us to be mild sheep.
Thus, according to the secret election of God, we are already sheep
in his heart, before we are born; but we begin to be sheep in ourselves by the calling, by which he gathers us into
his fold. Christ declares that they who are called into the order of believers
are so firmly bound together, that they cannot stray or wander, or be carried
about by any wind of new doctrine.” (= di sini suatu pertanyaan muncul, Kapan seseorang mulai termasuk dalam
kawanan domba dari Anak Allah? Karena kita melihat banyak orang yang tersesat
dan mengembara melalui padang pasir selama bagian yang lebih besar dari
kehidupan mereka, dan pada akhirnya dibawa ke dalam kandang Kristus. Saya
menjawab, kata ‘domba’ di sini digunakan dalam dua cara. Pada waktu Kristus
berkata belakangan bahwa Ia mempunyai domba-domba yang lain, Ia mencakup semua
orang-orang pilihan Allah, yang pada saat itu tidak mempunyai kemiripan dengan
domba. ... Secara alamiah, kita ada dalam jarak terjauh yang memungkinkan dari
keberadaan sebagai domba; tetapi sebaliknya, kita dilahirkan sebagai singa,
serigala, dan beruang, sampai Roh Kristus menjinakkan kita, dan dari
binatang-binatang yang liar dan buas membentuk kita menjadi domba-domba yang
lembut. Jadi, sesuai dengan pilihan rahasia dari Allah, kita sudah adalah domba
dalam hatiNya, sebelum kita dilahirkan; tetapi kita mulai menjadi domba dalam
diri kita sendiri oleh panggilan, dengan mana Ia mengumpulkan kita ke dalam
kandangNya. Kristus menyatakan bahwa mereka yang dipanggil ke dalam kelompok
orang-orang percaya diikat dengan begitu teguh / kuat, sehingga mereka tidak
bisa tersesat atau mengembara, atau dibawa / dihanyutkan oleh angin manapun dari
ajaran yang baru).
4)
Domba yang tersesat dan hilang.
Calvin (tentang Yoh
10:8): “It
will perhaps be objected, that even those who had been devoted to Christ
frequently go astray, and that this is proved by frequent experience, ... I
readily acknowledge that it frequently happens, that they who had belonged to
the household of faith are, for a time, estranged; but this is not at variance
with Christ’s statement, for, so far as they go astray, they cease, in some
respects, to be sheep. What
Christ means is simply this, that all the elect of God, though they were tempted
to go astray in innumerable ways, were kept in obedience to the pure faith, so
that they were not exposed as a prey to Satan, or to his ministers. But this
work of God is not less astonishing, when he again gathers the
sheep which had wandered for a little, than if they had all along
continued to be shut up in the fold. It is always true, and without a single
exception, that ‘they who go out from us were not of us, but that they who
were of us remain with us to the end,’ (1 John 2:19.)”
[= Mungkin akan diajukan keberatan, bahwa bahkan mereka yang telah diserahkan
kepada Kristus seringkali tersesat, dan bahwa hal ini dibuktikan oleh pengalaman
yang sering terjadi, ... Saya dengan segera mengakui bahwa itu sering terjadi,
bahwa mereka yang telah termasuk dalam rumah tangga dari iman, dijauhkan untuk
sementara waktu; tetapi ini tidaklah bertentangan dengan pernyataan Kristus,
karena sejauh mereka tersesat, mereka berhenti, dalam aspek-aspek tertentu,
menjadi domba. Apa yang Kristus maksudkan adalah ini, bahwa semua orang-orang
pilihan Allah, sekalipun mereka dicobai untuk tersesat dengan cara-cara yang tak
terhitung banyaknya, tetap dijaga dalam ketaatan pada iman yang murni, sehingga
mereka tidak terbuka sebagai mangsa bagi Iblis atau pelayan-pelayannya. Tetapi
pekerjaan Allah ini tidak kurang mengherankan, pada waktu ia mengumpulkan lagi
domba-domba yang telah mengembara untuk waktu yang singkat, dari pada jika
mereka selalu terus dikurung dalam kandang. Merupakan sesuatu yang selalu benar,
dan tanpa satu perkecualianpun, bahwa ‘mereka yang keluar dari kita, bukanlah
dari kita, tetapi mereka yang dari kita tetap bersama kita sampai akhir’,
(1Yoh 2:19).].
1Yoh
2:18-19 - “(18) Anak-anakku, waktu ini
adalah waktu yang terakhir, dan seperti yang telah kamu dengar, seorang
antikristus akan datang, sekarang telah bangkit banyak antikristus. Itulah
tandanya, bahwa waktu ini benar-benar adalah waktu yang terakhir. (19) Memang
mereka berasal dari antara kita, tetapi mereka tidak sungguh-sungguh termasuk
pada kita; sebab jika mereka sungguh-sungguh termasuk pada kita, niscaya mereka
tetap bersama-sama dengan kita. Tetapi hal itu terjadi, supaya menjadi nyata,
bahwa tidak semua mereka sungguh-sungguh termasuk pada kita”.
Jadi kesimpulannya,
kalau ada domba yang tersesat, ia pasti akan kembali, kalau ia sungguh-sungguh
domba. Tetapi kalau ada ‘domba’ yang tersesat dan akhirnya hilang, maka
sebetulnya ia bukan domba, dan tidak pernah menjadi domba.
II) Gembala.
1)
Gembala dan penggembalaan.
Barclay
(tentang Yoh 10):
“There
is no better loved picture of Jesus than the Good Shepherd. The picture of the
shepherd is woven into the language and imagery of the Bible. ... The main part
of Judaea was a central plateau, stretching from Bethel to Hebron for a distance
of about 35 miles and varying from 14 to 17 miles across. The ground, for most
part, was rough and stony. Judaea was, much more a pastoral than an agricultural
country and was, therefore, inevitable that the most familiar figure of the
Judaean uplands was the shepherd. His life was very hard. No flock ever grazed
without a shepherd, and he was never off duty. There being little grass, the
sheep were bound to wander, and since there were no protecting walls, the sheep
had constantly to be watched. On either side of the narrow plateau the ground
dipped sharply down to the craggy deserts and the sheep were always liable to
stray away and get lost. The shepherd’s task was not only constant but
dangerous, for, in addition, he had to guard the flock against wild animals,
especially against wolves, and there were always thieves and robbers ready to
steal the sheep”
(= Tidak ada gambaran yang dicintai lebih baik tentang Yesus dari pada Gembala
yang Baik. Gambaran tentang gembala ditenun / dirangkaikan ke dalam bahasa dan
perumpamaan dari Alkitab. ... Bagian besar dari Yudea adalah dataran tinggi di
tengah, membentang dari Betel ke Hebron untuk suatu jarak dari kira-kira 35 mil
dan lebarnya bervariasi dari 14 sampai 17 mil. Tanahnya, sebagian besar, adalah
kasar dan berbatu-batu. Yudea lebih merupakan negara penggembalaan dari pada
pertanian, dan karena itu merupakan sesuatu yang tak terhindarkan bahwa gambaran
yang paling akrab tentang dataran tinggi Yudea adalah gembala. Kehidupan gembala
sangat sukar / berat. Tak ada kawanan domba yang pernah makan rumput tanpa
seorang gembala, dan ia tidak pernah bebas tugas. Karena disana hanya ada
sedikit rumput, domba-domba harus / terpaksa mengembara, dan karena disana tidak
ada tembok yang melindungi, domba-domba harus dijaga terus menerus. Di kedua
sisi dari dataran tinggi yang sempit tanahnya turun dengan tajam pada padang
gurun yang berbatu-batu dan domba selalu mempunyai kemungkinan yang besar untuk
mengembara / keluar dari kawanan dan hilang. Tugas gembala bukan hanya terus
menerus, tetapi juga berbahaya, karena sebagai tambahan, ia harus menjaga
kawanan domba itu terhadap binatang-binatang liar, khususnya terhadap
serigala-serigala, dan disana selalu ada pencuri-pencuri dan perampok-perampok
yang siap untuk mencuri domba).
Barclay
(tentang Yoh 10:1-6):
“The
Palestinian shepherd had different ways of doing things from the shepherds of
our country; and, to get the full meaning of this picture, we must look at the
shepherd and the way in which he worked. His equipment was very simple. ... He
had his sling. The skill of
many of the men of Palestine was such that they ‘could sling a stone at a
hair, and not miss’ (Judges 20:16). The shepherd used his sling as a weapon of
offence and defence; but he made one curious use of it. There were no
sheepdogs in Palestine, and, when the shepherd wished to call back a sheep which
was straying away, he fitted a stone into his sling and landed it just in front
of the straying sheep’s nose as a warning to turn back. He had his staff,
a short wooden club which had a lump of wood at the end often studded with
nails. ... His staff was the weapon with which he defended himself and his flock
against marauding animals and robbers. He
had his rod, which was like the
shepherd’s crook. With it, he could catch and pull back any sheep which was
moving to stray away. At the end of the day, when the sheep were going into
the fold, the shepherd held his rod across the entrance, quite close to the
ground; and every sheep had to pass under it (Ezekiel 20:37; Leviticus 27:32);
and, as each sheep passed under, the shepherd quickly examined it to see if it
had received any kind of injury during the day. The relationship between sheep
and shepherd is quite different in Palestine. In Britain, the sheep are largely
kept for killing, but in Palestine largely for their wool. It thus happens that
in Palestine the sheep are often with the shepherd for years, and often they
have names by which the shepherd calls them. Usually these names are
descriptive, for instance, ‘Brown-leg’, ‘Black-ear’. In Palestine, the
shepherd went in front and the sheep followed. The shepherd went first to see
that the path was safe, and sometimes the sheep had to be encouraged to follow.
A traveller tells how he saw a shepherd leading his flock come to a ford across
a stream. The sheep were unwilling to cross. The shepherd finally solved the
problem by carrying one of the lambs across. When its mother saw her lamb on the
other side she crossed too, and soon all the rest of the flock had followed her”
[= Gembala Palestina mempunyai cara-cara yang berbeda untuk
melakukan hal-hal dengan gembala-gembala dari negara kita; dan untuk mendapatkan
arti sepenuhnya tentang gambaran ini, kita harus memandang kepada gembala dan
cara dengan mana ia bekerja. Peralatannya sangat sederhana. ... Ia mempunyai
pengumbannya. Keahlian dari banyak orang-orang Palestina adalah sedemikian
rupa sehingga mereka ‘bisa mengumban suatu batu pada sehelai rambut, dan tidak
luput’ (Hak 20:16). Gembala menggunakan pengumbannya sebagai sebuah senjata
untuk menyerang dan bertahan; tetapi ia membuat satu penggunaan yang aneh
dengannya. Disana tidak ada anjing yang terlatih untuk menjaga domba di
Palestina, dan pada waktu gembala ingin memanggil kembali domba yang menyimpang,
ia memasang sebuah batu ke dalam pengumbannya dan mendaratkannya persis di depan
hidung domba yang menyimpang itu sebagai suatu peringatan untuk berbalik. Ia
mempunyai gadanya, suatu pentungan kayu yang pendek yang mempunyai gumpalan kayu
di ujungnya, dan seringkali ditaburi dengan paku-paku. ... Gadanya adalah
senjata dengan mana ia mempertahankan dirinya sendiri dan kawanan dombanya
terhadap binatang-binatang dan perampok-perampok yang menyerang / merampas. Ia
mempunyai tongkatnya, yang adalah seperti bantolan / tongkat gembala yang
mempunyai kait di ujungnya. Dengannya, ia bisa menangkap dan menarik kembali
domba manapun yang bergerak untuk menyimpang. Pada akhir dari suatu hari,
pada waktu domba-domba kembali ke dalam kandang, sang gembala memegang
tongkatnya melintang di atas jalan masuk, cukup dekat dengan tanah; dan setiap
domba harus lewat di bawahnya (Yeh 20:37; Im 27:32); dan, pada saat setiap domba
lewat di bawahnya, sang gembala dengan cepat memeriksanya untuk melihat jika
domba itu telah mendapatkan luka apapun pada hari itu. Hubungan antara domba dan
gembala sangat berbeda di Palestina. Di Inggris domba pada umumnya dipelihara
untuk dibunuh (diambil
dagingnya), tetapi di Palestina pada
umumnya domba dipelihara untuk bulu / wol mereka. Karena itu yang terjadi di
Palestina adalah bahwa domba sering bersama dengan gembalanya sampai
bertahun-tahun, dan sering mereka mempunyai nama-nama dengan mana sang gembala
memanggil mereka. Biasanya nama-nama itu bersifat menggambarkan, misalnya,
‘Kaki Coklat’, ‘Telinga Hitam’. Di
Palestina, gembala berjalan di depan dan domba-domba mengikutinya.
Gembala berjalan dulu untuk melihat bahwa jalan itu adalah aman, dan
kadang-kadang domba-domba harus didorong untuk mengikuti. Seorang pelancong
menceritakan bagaimana ia melihat seorang gembala membimbing kawanan dombanya
menyeberangi sebuah sungai di bagian yang dangkal. Domba-domba itu tidak mau
menyeberang. Akhirnya sang gembala membereskan problem itu dengan menggendong
satu dari anak domba dan menyeberang. Ketika induknya melihat anaknya di
seberang, ia menyeberang juga, dan dengan segera semua sisa dari kawanan domba
itu mengikutinya].
Hak
20:16 - “Dari segala laskar ini ada
tujuh ratus orang pilihan yang kidal, dan setiap orang dari mereka dapat
mengumban dengan tidak pernah meleset sampai sehelai rambutpun”.
KJV:
‘could sling stones at an hair breadth,
and not miss’ (= dapat mengumban batu-batu pada lebar dari selembar
rambut, dan tidak luput).
RSV/NIV/NASB:
‘could sling a stone at a hair, and not
miss’ (= dapat mengumban sebuah batu pada selembar rambut, dan tidak
luput).
Yeh 20:37
- “Aku akan membiarkan kamu lewat dari
bawah tongkat gembalaKu dan memasukkan kamu ke kandang dengan menghitung kamu”.
Yoh
10:4a - “Jika semua dombanya telah
dibawanya ke luar, ia berjalan di depan mereka dan domba-domba itu mengikuti
dia”.
Ada
beberapa hal yang sangat perlu diperhatikan berkenaan dengan cara penggembalaan
di Palestina, yang pasti berhubungan / mempunyai persamaan dengan cara Allah /
Yesus menggembalakan kita sebagai domba-dombaNya, yaitu:
a)
Perhatian dan penjagaan yang begtiu besar dan teliti, sehingga tak
memungkinkan gembala kehilangan dombanya.
b)
Hal-hal yang dilakukan gembala untuk mengembalikan domba yang menyimpang
/ mau tersesat, dengan mengumban batu di depannya, untuk menyuruhnya kembali,
atau dengan bantolan tongkat gembalanya, yang menarik domba yang menyimpang
untuk kembali. Ini jelas bertentangan dengan teori free will dari
Arminianisme, yang mengajarkan bahwa kalau dombanya mau sesat, gembala tak akan
memaksa domba untuk tetap tinggal dalam kawanan, tetapi akan mengijinkan dia
untuk sesat. Tak ada gembala sebodoh dan segila itu, karena kalau ia
bertindak seperti itu, lambat atau cepat, ia akan kehilangan seluruh kawanan
dombanya.
Bagaimana
kalau toh ada domba yang luput dari perhatian gembala dan lalu hilang /
tersesat?
Fred
H. Wight: “Being responsible
for anything that happens to one of his flock, the Eastern shepherd will spend
hours if necessary in traversing the wilderness or mountain side, in search of a
sheep that has strayed away and is lost” (= Karena bertanggung jawab untuk
apapun yang terjadi pada salah satu dari kawanan dombanya, seorang gembala Timur
akan menghabiskan berjam-jam, jika diperlukan, dalam melintasi padang gurun atau
lereng gunung, dalam mencari seekor domba yang telah menyimpang dan hilang)
- ‘Manners and Customs of Bible Lands’, hal 162.
Satu
hal yang perlu dingat / dicamkan adalah pada saat Allah / Yesus digambarkan
sebagai gembala dalam perumpamaan atau allegory, maka jelas bahwa Ia lebih
bagus / lebih unggul dari gambaran tentangNya! Jadi, seorang gembala,
karena keterbatasannya, bisa saja betul-betul kehilangan dombanya. Tetapi
Allah / Yesus sebagai Gembala yang baik tidak mungkin kehilangan yang manapun
dari domba-dombaNya.
-bersambung-
e-mail
us at [email protected]
http://golgothaministry.org