Bagaimana menaklukkan dan membongkar fitnah/dusta/kepalsuan

Saksi-saksi palsu Yehuwa?

oleh : Pdt. Budi Asali M.Div.


PELAJARAN I

DOKTRIN TENTANG ALLAH TRITUNGGAL

A) Ajaran Saksi Yehuwa tentang Allah Tritunggal.

Saksi-Saksi Yehuwa tidak menerima ajaran tentang Allah Tritunggal yang mengatakan bahwa Allah itu hanya satu (dalam hakekatNya), tetapi mempunyai 3 pribadi yang setingkat. Mereka beranggapan bahwa Allah betul-betul hanya satu secara mutlak, dan bahwa Yesus dan Roh Kudus bukanlah Allah.

Saksi-Saksi Yehuwa mengatakan: “Musa mengingatkan orang-orang Israel bahwa (Yehuwa) itu Allah kita, (Yehuwa) itu esa’. (Ulangan 6:4) Yesus Kristus mengulangi kata-kata tersebut (Markus 12:28,29) Oleh karena itu, mereka yang menerima Alkitab sebagai Firman Allah tidak menyembah suatu Tritunggal yang terdiri dari tiga pribadi atau tiga allah dalam satu allah. Sebenarnya, kata ‘Tritunggal’ bahkan tidak pernah muncul dalam Alkitab. Allah yang benar adalah satu Pribadi, terpisah dari Yesus Kristus. (Yohanes 14:28; 1 Korintus 15:28) Roh kudus Allah bukanlah suatu pribadi. Itu adalah tenaga aktif Yehuwa, yang digunakan oleh Yang Mahakuasa untuk melaksanakan maksud tujuan-Nya” - ‘Pengetahuan Yang Membimbing Kepada Kehidupan Abadi’, hal 31.

Perhatikan bagaimana mereka melakukan fitnahan, pada bagian yang saya garis bawahi itu! Orang kristen tidak menyembah ‘tiga allah dalam satu allah’! Sekalipun orang kristen mengakui Bapa sebagai Allah, Yesus sebagai Allah, dan Roh Kudus sebagai Allah, tetapi orang kristen hanya mempercayai adanya satu Allah! Orang kristen tidak mempercayai tiga Allah, tetapi tiga Pribadi!

Bandingkan dengan Pengakuan Iman Athanasius, yang merupakan Pengakuan Iman Kristen, di bawah ini:

3. Tetapi iman Katolik / universal / am adalah ini, bahwa kami menyembah satu Allah dalam tritunggal, dan tritunggal dalam kesatuan.  4. Tidak ada kekacauan / percampuran pribadi-pribadi ataupun pemisahan zat.  5. Karena pribadi dari Bapa adalah satu, dari Anak adalah pribadi yang lain, dan dari Roh Kudus adalah pribadi yang lain.  6. Tetapi dari Bapa, dari Anak, dan dari Roh Kudus ada satu keilahian, kemuliaan yang sama / setara dan keagungan yang sama kekalnya.  7. Apa adanya Bapa itu, demikian juga dengan Anak, dan juga Roh Kudus.  8. Bapa tidak diciptakan, Anak tidak diciptakan, Roh Kudus tidak diciptakan.  9. Bapa itu maha besar, Anak itu maha besar, Roh Kudus itu maha besar.  10. Bapa itu kekal, Anak itu kekal, Roh Kudus itu kekal.  11. Tetapi tidak ada tiga yang kekal, tetapi satu yang kekal.  12. Demikian juga tidak ada tiga (makhluk) yang tidak dicipta, juga tidak tiga yang maha besar, tetapi satu yang tidak dicipta, dan satu yang maha besar.  13. Dengan cara yang sama Bapa adalah maha kuasa, Anak adalah maha kuasa, Roh Kudus adalah maha kuasa.  14. Tetapi tidak ada tiga yang maha kuasa, tetapi satu yang maha kuasa.  15. Demikian juga Bapa adalah Allah, Anak adalah Allah, Roh Kudus adalah Allah.  16. Tetapi tidak ada tiga Allah, tetapi satu Allah.  17. Demikian pula Bapa adalah Tuhan, Anak adalah Tuhan, dan Roh Kudus adalah Tuhan.  18. Tetapi tidak ada tiga Tuhan, tetapi satu Tuhan.  19. Karena sebagaimana kami didorong seperti itu oleh kebenaran Kristen untuk mengakui setiap pribadi secara terpisah / individuil sebagai Allah dan Tuhan; demikian pula kami dilarang oleh agama Katolik / universal / am untuk mengatakan bahwa ada tiga Allah atau Tuhan.  20. Bapa tidak dibuat dari apapun, tidak diciptakan, tidak diperanakkan.  21. Anak itu dari Bapa saja, tidak dibuat, tidak dicipta, tetapi diperanakkan.  22. Roh Kudus itu dari Bapa dan Anak, tidak dibuat, tidak dicipta, tidak diperanakkan, tetapi keluar.  23. Karena itu ada satu Bapa, bukan tiga bapa, satu Anak, bukan tiga anak, satu Roh Kudus, bukan tiga Roh Kudus.  24. Dan dalam tritunggal ini tidak ada yang pertama atau terakhir, tidak ada yang lebih besar atau lebih kecil.  25. Tetapi ketiga pribadi yang sama-sama kekal dan setara di antara mereka sendiri; sehingga mereka semua secara keseluruhan, seperti dikatakan di atas, baik kesatuan dalam tritunggal, maupun tritunggal dalam kesatuan, harus disembah.

Argumentasi Saksi-Saksi Yehuwa untuk menentang doktrin Allah Tritunggal:

1)  Doktrin Allah Tritunggal membingungkan / tidak dapat dimengerti, dan bertentangan dengan 1Kor 14:33.

Saksi-Saksi Yehuwa mengatakan: “Banyak orang beriman yang tulus merasa hal itu membingungkan, bertentangan dengan akal sehat, benar-benar sulit dipahami. Bagaimana mungkin, sang Bapa adalah Allah, Yesus adalah Allah, dan roh kudus adalah Allah, namun tidak ada tiga Allah melainkan hanya satu Allah?” - ‘Haruskah Anda Percaya Kepada Tritunggal?’, hal 4.

Dan mereka lalu mengutip 1Kor 14:33 untuk membuktikan bahwa ajaran Tritunggal ini tidak datang dari Allah.

1Kor 14:33 - “Sebab Allah tidak menghendaki kekacauan, tetapi damai sejahtera”.

Saksi-Saksi Yehuwa menambahkan: “Tetapi, dengan berkukuh bahwa Tritunggal adalah misteri yang begitu membingungkan karena berasal dari wahyu ilahi, mereka menciptakan problem besar lain. Mengapa? Karena dalam wahyu ilahi itu sendiri tidak ada pandangan demikian mengenai Allah: ‘Allah ... bukan Allah yang suka pada kekacauan’ - 1Korintus 14:33, Alkitab dalam Bahasa Indonesia Sehari-hari (BIS). Mengingat pernyataan itu, mungkinkah Allah akan mencetuskan doktrin mengenai diri-Nya sendiri yang begitu membingungkan sehingga bahkan para sarjana Ibrani, Yunani, dan Latin tidak dapat menjelaskannya?” - ‘Haruskah Anda Percaya Kepada Tritunggal?’, hal 4-5.

Dalam buku yang sama juga ditambahkan bahwa orang-orang sederhana / tidak terpelajarpun bisa mengenal Allah, dan ini tidak memungkinkan adanya doktrin yang begitu sukar / membingungkan tentang Allah:

“Selain itu, apakah orang-orang harus menjadi teolog untuk dapat mengenal satu-satunya Allah yang benar dan Yesus Kristus yang telah Ia utus? (Yohanes 17:3). Jika demikian halnya, mengapa begitu sedikit dari para pemimpin agama Yahudi yang terpelajar mengakui Yesus sebagai Mesias? Sebaliknya, murid-muridNya yang setia, adalah petani-petani, nelayan, pemungut cukai, ibu-ibu rumah tangga yang sederhana. Orang-orang sederhana tersebut begitu yakin dengan apa yang Yesus ajarkan tentang Allah sehingga mereka dapat mengajarkannya kepada orang lain dan bahkan rela mati demi kepercayaan mereka - Matius 15:1-9  21:23-32,43  23:13-36  Yohanes 7:45-49  Kisah 4:13” - ‘Haruskah Anda Percaya Kepada Tritunggal?’, hal 5.

Saksi-Saksi Yehuwa mengatakan: “Mengenai Tritunggal, Kredo Athanasia (dalam bahasa Inggris) mengatakan bahwa anggota-anggotanya ‘tidak dapat dimengerti.’ Guru-guru dari doktrin tersebut sering mengatakan bahwa itu suatu ‘misteri.’ Jelas bahwa Allah Tritunggal bukanlah Allah yang ada dalam pikiran Yesus ketika ia berkata: ‘Kami menyembah apa yang kami kenal.’ (Yoh. 4:22)” - ‘Bertukar Pikiran Mengenai Ayat-Ayat Alkitab’, hal 413.

Bantahan / jawaban:

a)   Sekalipun saya / kristen mengakui bahwa doktrin Allah Tritunggal tidak dapat dimengerti sepenuhnya, tetapi dalam Kredo / Pengakuan Iman Athanasius tidak ada kata-kata seperti itu (lihat dan baca sendiri Pengakuan Iman Athanasius di bawah nanti, yang saya berikan dalam versi Inggris dengan terjemahannya).

Ini lagi-lagi menunjukkan betapa gegabahnya dan dengan seenaknya sendiri Saksi-Saksi (palsu) Yehuwa ini memberikan pernyataan, yang sangat jauh dari kebenaran.

b)   Memang harus diakui bahwa doktrin tentang Allah Tritunggal itu sangat sukar dan bahkan tidak dapat dimengerti sepenuhnya.

Tetapi sukarnya doktrin tentang Allah (tritunggal) itu justru cocok dengan ajaran Kitab Suci.

Bandingkan dengan ayat-ayat di bawah ini.

·                    Ayub 11:7-9 - “(7) Dapatkah engkau memahami hakekat Allah, menyelami batas-batas kekuasaan Yang Mahakuasa? (8) Tingginya seperti langit - apa yang dapat kaulakukan? Dalamnya melebihi dunia orang mati - apa yang dapat kauketahui? (9) Lebih panjang dari pada bumi ukurannya, dan lebih luas dari pada samudera”.

Pertanyaan dalam Ayub 11:7 itu jelas harus dijawab ‘Tidak!’.

Matthew Henry: “We may, by searching find God (Acts 17:27), but we cannot find him out in any thing he is pleased to conceal; we may apprehend him, but we cannot comprehend him; we may know that he is, but cannot know what he is. ... We may, by a humble, diligent, and believing search, find out something of God, but cannot find him out to perfection; we may know, but cannot know fully, what God is, nor find out his work from the beginning to the end, Eccl. 3:11. Note, God is unsearchable” [= Kita bisa, dengan mencari, menemukan Allah (Kis 17:27), tetapi kita tidak bisa menemukan Dia dalam hal apapun yang Ia berkenan untuk menyembunyikan; kita bisa memahami / mengerti Dia, tetapi kita tidak dapat memahami / mengerti Dia dengan sepenuhnya; kita bisa mengetahui bahwa Ia ada, tetapi kita tidak bisa tahu apa Dia itu. ... Kita bisa, dengan pencarian yang rendah hati, rajin, dan percaya, mengetahui sesuatu tentang Allah, tetapi kita tidak dapat mengetahui Dia dengan sempurna; kita bisa tahu / mengenal, tetapi tidak bisa tahu / mengenal dengan sepenuhnya, apa Allah itu, ataupun memahami pekerjaanNya dari awal sampai akhir, Pkh 3:11. Perhatikan, Allah itu tidak terselidiki / terselami].

Bdk. Pkh 3:11b - “Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir”.

Kalau pekerjaan Allah saja manusia tidak bisa menyelami, apalagi Allahnya sendiri!

·                    Ayub 36:26 - “Sesungguhnya, Allah itu besar, tidak tercapai oleh pengetahuan kita, jumlah tahunNya tidak dapat diselidiki”.

NIV: ‘How great is God - beyond our understanding! The number of his years is past finding out’ (= Alangkah besarnya Allah - melampaui pengertian kita! Jumlah tahun-tahunNya tidak dapat diselidiki).

Kalau jumlah tahun-tahun Allah itu saja tidak dapat kita selidiki, apalagi Allahnya sendiri!

·                    Ayub 37:5b,22-23 - “(5b) ... Ia melakukan perbuatan-perbuatan besar yang tidak tercapai oleh pengetahuan kita; ... (22) Dari sebelah utara muncul sinar keemasan; Allah diliputi oleh keagungan yang dahsyat. (23) Yang Mahakuasa, yang tidak dapat kita pahami, besar kekuasaan dan keadilanNya; walaupun kaya akan kebenaran Ia tidak menindasnya”.

Ay 5bnya menunjukkan bahwa perbuatan-perbuatan Allah saja begitu besar sehingga tidak bisa kita mengerti, apalagi Allahnya sendiri. Dan bahwa Allahnya sendiri tidak bisa kita mengerti, ditekankan lagi oleh ay 22-23nya.

Jadi, adalah sesuatu yang Alkitabiah kalau ajaran ten­tang Allah Tritunggal itu tidak bisa dimengerti sepenuhnya. Bukan hanya lebih Alkitabiah, tetapi bahkan juga lebih logis. Mengapa? Karena Allah itu memang mahabesar / tidak terbatas, sedangkan otak / pikiran kita sangat terbatas. Kalau otak / pikiran kita yang sangat terbatas ini bisa mengerti sepenuhnya tentang Allah yang tidak terbatas, maka itu justru tidak masuk akal, dan juga tidak Alkitabiah karena tidak sesuai dengan ayat-ayat di atas ini!

Ada seorang yang bahkan berani mengatakan: kalau ada orang yang bisa mengajarkan doktrin Allah Tritunggal sehingga bisa dimengerti sepenuhnya, maka orang itu pasti pengajar sesat!

Ini bisa diterapkan pada ajaran tentang doktrin Allah dari Saksi Yehuwa. Doktrin mereka tentang Allah (Yehuwa), begitu sederhana dan bisa dimenger­ti sepenuhnya, dan karenanya justru merupakan ajaran sesat!

c)   Sekarang bagaimana dengan Yoh 4:22?

Yoh 4:22 - “Kamu menyembah apa yang tidak kamu kenal, kami menyembah apa yang kami kenal, sebab keselamatan datang dari bangsa Yahudi”.

Tidak ada problem dengan ayat ini. Kita yang mengenal Allah melalui pengertian yang benar dari Kitab Suci, bisa mengatakan hal yang sama. Kita bisa berkata bahwa kita mengenal Allah, tetapi kita tidak bisa berkata bahwa kita mengerti Dia dengan sempurna.

Matthew Henry: “‘We know what we worship. We go upon sure grounds in our worship, for our people are catechised and trained up in the knowledge of God, as he has revealed himself in the scripture.’ Note, Those who by the scriptures have obtained some knowledge of God (a certain though not a perfect knowledge) may worship him comfortably to themselves, and acceptably to him, for they know what they worship” [= ‘Kami tahu / kenal apa yang kami sembah. Kami berjalan di atas tanah / dasar yang pasti dalam ibadah / penyembahan kami, karena bangsa kami diberi pelajaran dasar dan dididik dalam pengetahuan / pengenalan terhadap Allah, sebagaimana Ia telah menyatakan diriNya sendiri dalam Kitab Suci’. Perhatikan, Mereka yang dengan Kitab Suci telah mendapatkan suatu pengetahuan tentang Allah (suatu pengetahuan yang pasti, sekalipun bukan pengetahuan yang sempurna) bisa menyembah Dia dengan menyenangkan bagi diri mereka sendiri, dan bisa diterima bagi Dia, karena mereka tahu / kenal apa yang mereka sembah].

Saya ingin mengutip ulang kata-kata Saksi-Saksi Yehuwa di atas. Mereka berkata:

“Jelas bahwa Allah Tritunggal bukanlah Allah yang ada dalam pikiran Yesus ketika ia berkata: ‘Kami menyembah apa yang kami kenal.’ (Yoh. 4:22)” - ‘Bertukar Pikiran Mengenai Ayat-Ayat Alkitab’, hal 413.

Kalau kata-kata orang-orang sesat di atas ini benar, maka Paulus juga mempunyai Allah, yang bukanlah Allah yang ada dalam pikiran Yesus, karena Paulus berkata dalam 1Kor 13:8-12 - “(8) Kasih tidak berkesudahan; nubuat akan berakhir; bahasa roh akan berhenti; pengetahuan akan lenyap. (9) Sebab pengetahuan kita tidak lengkap dan nubuat kita tidak sempurna. (10) Tetapi jika yang sempurna tiba, maka yang tidak sempurna itu akan lenyap. (11) Ketika aku kanak-kanak, aku berkata-kata seperti kanak-kanak, aku merasa seperti kanak-kanak, aku berpikir seperti kanak-kanak. Sekarang sesudah aku menjadi dewasa, aku meninggalkan sifat kanak-kanak itu. (12) Karena sekarang kita melihat dalam cermin suatu gambaran yang samar-samar, tetapi nanti kita akan melihat muka dengan muka. Sekarang aku hanya mengenal dengan tidak sempurna, tetapi nanti aku akan mengenal dengan sempurna, seperti aku sendiri dikenal.

Penyelesaian yang sebenarnya adalah sebagai berikut: ayat-ayat yang menunjukkan bahwa kita bisa mengenal Allah, harus diartikan sebagai pengenalan yang terbatas, sejauh yang Allah kehendaki / nyatakan tentang diriNya sendiri. Ini cukup untuk keselamatan kita! Tetapi ayat-ayat yang menunjukkan bahwa kita tidak bisa mengenal Allah, harus diartikan sebagai pengenalan yang sempurna.

d)   Dalam 2Pet 3:15b-16 Petrus mengatakan bahwa dalam tulisan Paulus ada hal-hal yang sukar dimengerti.

2Pet 3:15b-16 - “(15b) ... seperti juga Paulus, saudara kita yang kekasih, telah menulis kepadamu menurut hikmat yang dikaruniakan kepadanya. (16) Hal itu dibuatnya dalam semua suratnya, apabila ia berbicara tentang perkara-perkara ini. Dalam surat-suratnya itu ada hal-hal yang sukar difahami, sehingga orang-orang yang tidak memahaminya dan yang tidak teguh imannya, memutarbalikkannya menjadi kebinasaan mereka sendiri, sama seperti yang juga mereka buat dengan tulisan-tulisan yang lain”.

Juga dalam 1Kor 3:2 dan Ibr 5:11-14, Paulus dan penulis surat Ibrani berbica­ra tentang ‘makanan keras’ yang jelas menunjuk pada ajaran yang sukar.

Ini semua membuktikan bahwa Kitab Suci sendiri mengakui bahwa dalam Kitab Suci ada bagian-bagian yang sukar. Karena itu kalau melalui penggalian Kitab Suci akhirnya dihasilkan doktrin Allah Tritung­gal yang begitu sukar, ini tidak mengherankan!

e)   Banyak orang menyalah-gunakan 1Kor 14:33,40 untuk menyerang ajaran yang mereka anggap kacau / salah.

Dalam menafsirkan suatu ayat, kita tidak boleh mengabaikan kontext dari ayat tersebut. Dan 1Kor 14:33 ada dalam kontext yang membicarakan penggunaan bahasa roh (1Kor 14:27-28) dan nubuat (1Kor 14:29-32) dalam ibadah / kebaktian.

1Kor 14:27-33,40 - “(27) Jika ada yang berkata-kata dengan bahasa roh, biarlah dua atau sebanyak-banyaknya tiga orang, seorang demi seorang, dan harus ada seorang lain untuk menafsirkannya. (28) Jika tidak ada orang yang dapat menafsirkannya, hendaklah mereka berdiam diri dalam pertemuan Jemaat dan hanya boleh berkata-kata kepada dirinya sendiri dan kepada Allah. (29) Tentang nabi-nabi - baiklah dua atau tiga orang di antaranya berkata-kata dan yang lain menanggapi apa yang mereka katakan. (30) Tetapi jika seorang lain yang duduk di situ mendapat penyataan, maka yang pertama itu harus berdiam diri. (31) Sebab kamu semua boleh bernubuat seorang demi seorang, sehingga kamu semua dapat belajar dan beroleh kekuatan. (32) Karunia nabi takluk kepada nabi-nabi. (33) Sebab Allah tidak menghendaki kekacauan, tetapi damai sejahtera. ... (40)  Tetapi segala sesuatu harus berlangsung dengan sopan dan teratur.

Catatan: kata ‘sopan’ dalam ay 40 seharusnya ‘benar’ atau ‘pantas’ / ‘selaras’.

Dalam text ini Paulus / Tuhan memberikan peraturan tentang penggunaan bahasa roh dan nubuat dalam kebaktian (perhatikan kata-kata ‘dalam pertemuan jemaat’ dalam ay 28), supaya tidak terjadi kekacauan dalam ibadah / kebaktian, karena Allah tidak senang kekacauan seperti itu. Ia menghendaki kebaktian yang tertib!

Jadi, 1Kor 14:33,40 berbicara tentang kekacauan dalam ibadah / kebaktian, bukan dalam hal ajaran.

Karena itu, kalau ayat ini dipakai oleh Saksi-Saksi Yehuwa untuk menentang doktrin Allah Tritunggal, yang mereka anggap sebagai ajaran yang kacau, maka jelas bahwa mereka sudah melepas ayat itu dari kontextnya (‘out of context’!). Ini memang salah satu taktik busuk dari Saksi-Saksi (palsu) Yehuwa ini!

f)    Ajaran tentang Allah Tritunggal bukanlah suatu kekacauan yang membingungkan. Ajaran ini tidak bertentangan dengan akal / logi­ka, tetapi melampaui akal / logika.

Sedikit penjelasan untuk hal itu: kalau kita berkata bahwa Allah itu 1 hakekat dan 3 hakekat pada saat yang sama, maka itu berten­tangan dengan akal / logika dan itu betul-betul merupakan suatu kekacauan. Demikian juga kalau kita berkata bahwa Allah itu 1 pribadi dan 3 pribadi pada saat yang sama. Tetapi kalau kita berkata bahwa Allah itu 1 hakekat tetapi 3 pribadi, itu tidak bertentangan dengan akal / logika, tetapi melampaui akal / logi­ka. Mengapa saya katakan ‘melampaui akal / logika’? Karena kita tidak bisa membayangkan bagaimana satu hakekat dengan tiga pribadi itu!

W. G. T. Shedd: “The clue to the right construction of the doctrine of the Trinity, lies in the accurate distinction and definition of Essence and Person. The doctrine is logically consistent, because it affirms that God is one in another sense than he is three; and three in another sense than he is one. If it affirmed unity in the same respect that it affirms trinality, the doctrine would be self-contradictory” (= Petunjuk pada konstruksi / penyusunan doktrin Tritunggal, terletak pada pembedaan dan pendefinisian yang akurat / tepat dari ‘Hakekat’ dan ‘Pribadi’. Doktrin ini konsisten secara logika, karena doktrin ini menegaskan bahwa Allah itu satu dalam arti yang berbeda dengan pada waktu dikatakan Ia itu tiga, dan tiga dalam arti yang berbeda dengan pada waktu dikatakan Ia itu satu. Seandainya doktrin ini menegaskan kesatuan dalam hal yang sama dengan pada waktu doktrin ini menyatakan ke-tiga-an, maka doktrin ini bertentangan dengan dirinya sendiri) - ‘Shedd’s Dogmatic Theology’, vol I, hal 268.

g)   Sedangkan tentang serangan mereka bahwa dengan adanya doktrin Allah Tritunggal itu berarti bahwa orang harus menjadi teolog untuk bisa mengenal Allah, maka saya memberikan jawaban sebagai berikut:

1.   Sedikit banyak setiap orang kristen memang harus menjadi teolog! Pada waktu seseorang mendengar dan mengerti Injil, yang intinya adalah bahwa Yesus telah mati untuk menebus dosa-dosa manusia, bukankah sebetulnya ia sudah berteologia?

2.   Kekristenan tidak mengajarkan bahwa seseorang harus mengerti seluruh doktrin Allah Tritunggal baru bisa diselamatkan!

a.   Yoh 17:3 - “Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus”.

Perhatikan bahwa ayat ini mengatakan ‘mengenal’ Allah, bukan ‘mengerti’ Allah!

b.   Disamping itu, Yesus berkata bahwa barangsiapa yang melihat Dia sudah melihat Allah, dan barangsiapa mengenal Dia sudah mengenal Allah.

Yoh 14:7,9 - “(7) Sekiranya kamu mengenal Aku, pasti kamu juga mengenal BapaKu. Sekarang ini kamu mengenal Dia dan kamu telah melihat Dia.’ ... (9) Kata Yesus kepadanya: ‘Telah sekian lama Aku bersama-sama kamu, Filipus, namun engkau tidak mengenal Aku? Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa; bagaimana engkau berkata: Tunjukkanlah Bapa itu kepada kami”.

Karena itu, maka orang yang mengenal Yesus / percaya kepada Yesus, sekalipun tidak menjadi ahli teologia yang mengerti seluruh doktrin Allah Tritunggal, sudah mengenal Allah / diselamatkan. Jadi, orang yang sederhana sekalipun bisa saja mengenal Allah dan diselamatkan!

Memang dalam Pengakuan Iman Athanasius, dikatakan:

1. Barangiapa yang ingin diselamatkan, adalah perlu baginya di atas segala-galanya untuk memegang / mempercayai iman Katolik / universal / am. 2. Yang, kecuali setiap orang memelihara / mempertahankannya secara sempurna dan tidak diganggu gugat, ia pasti akan binasa selama-lamanya. 26. Karena itu, ia yang ingin diselamatkan harus berpikir demikian tentang tritunggal. 40. Inilah iman Katolik / universal / am, yang, kecuali seseorang percaya dengan setia dan teguh, ia tidak bisa diselamatkan) - diterjemahkan dari A. A. Hodge, ‘Outlines of Theology’, hal 117-118.

A. A. Hodge sendiri mengomentari pengakuan iman Athanasius ini dengan kata-kata sebagai berikut:

“It presents a most admirably stated exposition of the faith of all Christians, and it is objected to only because of the ‘damnatory clause,’ which ought never to be attached to any human composition, especially one making such nice distinctions upon so profound a subject” [= Ini menyajikan exposisi tertulis yang paling mengagumkan dari iman semua orang Kristen, dan keberatan terhadapnya hanyalah karena ‘kalimat ancaman / kutukan’, yang tidak pernah boleh diberikan pada komposisi manusia manapun, khususnya tentang sesuatu yang membuat perbedaan yang sukar / teliti seperti itu tentang persoalan yang begitu mendalam] - ‘Outlines of Theology’, hal 117-118.

Catatan: yang dimaksud dengan ‘damnatory clause’ (= kalimat ancaman / kutukan) adalah point no 1,2,26,40.

Saya setuju dengan kata-kata A. A. Hodge ini. Doktrin tentang Allah Tritunggal yang begitu rumit ini bukanlah doktrin dasar dalam persoalan keselamatan, dan karena itu tidak boleh dijadikan sebagai syarat keselamatan.

Memang di satu sisi saya berpendapat bahwa kalau ada orang ‘kristen’ yang tingkat I.Q.nya maupun pendidikannya cukup baik, dan ia telah mendapat penjelasan tentang Allah Tritunggal, lengkap dengan dasar-dasar Kitab Sucinya, tetapi ia tetap menolaknya, maka bisa dipastikan bahwa ia bukanlah orang kristen yang sejati (karena kalau ia adalah orang kristen yang sejati, ia pasti mempunyai Roh Kudus, dan Roh Kudus itu pasti akan mendorongnya untuk mempercayai ajaran Kitab Suci yang benar), dan karenanya ia tidak selamat.

Tetapi di sisi yang lain, kalau ada orang desa yang I.Q.nya maupun pendidikannya sangat rendah, atau ada orang yang tidak pernah mendapat kesempatan untuk diajar tentang doktrin Allah Tritunggal ini, sehingga memang tidak memungkinkannya mengerti tentang doktrin ini, maka sukar dipercaya bahwa kepercayaan tentang doktrin ini menjadi syarat mutlak bagi keselamatannya.

Tetapi ada penafsiran yang lain tentang kata-kata dalam Pengakuan Iman Athanasius tersebut. C. S. Lewis dalam ‘Introduction’ yang ia berikan dalam buku Athanasius yang berjudul ‘On The Incarnation’ memberikan komentar sebagai berikut tentang pasal yang kedua dalam Pengakuan Iman Athanasius tersebut:

“The words ‘Which Faith except every one do keep whole and undefiled, without doubt he shall perish everlastingly’ are the offence. They are commonly misunderstood. The operative word is ‘keep’; not ‘acquire’ or even ‘believe’, but ‘keep’. The author, in fact; is not talking about unbelievers, but about deserters, not about those who have never heard of Christ, nor even those who have misunderstood and refused to accept Him, but of those who having really understood and really believed, then allow themselves, under the sway of sloth or of fashion or any other invited confusion to be drawn away into sub-Christian modes of thought. They are a warning against the curious modern assumption that all changes of belief, however brought about, are necessarily exempt from blame” (= Kata-kata ‘Yang, kecuali setiap orang memelihara / mempertahankannya secara sempurna dan tidak diganggu gugat, ia pasti akan binasa selama-lamanya’ adalah batu sandungannya. Kata-kata ini seringkali disalah-mengerti. Kata yang digunakan adalah ‘memelihara / mempertahankan’; bukan ‘mendapatkan’ atau bahkan ‘percaya’, tetapi ‘memelihara / mempertahankan’. Sebenarnya sang pengarang bukan berbicara tentang orang-orang yang tidak percaya, tetapi tentang orang-orang yang murtad / meninggalkan iman, bukan tentang mereka yang tidak pernah mendengar tentang Kristus, atau bahkan mereka yang telah salah mengerti dan menolak untuk menerima Dia, tetapi tentang mereka yang pernah betul-betul mengerti dan betul-betul percaya, lalu mengijinkan diri mereka sendiri, di bawah goyangan / pengaruh dari kemalasan atau dari mode atau kebingungan lain yang diundang, ditarik ke dalam cara pemikiran yang lebih rendah dari pemikiran Kristen. Kata-kata itu adalah suatu peringatan terhadap pandangan modern yang aneh bahwa semua perubahan kepercayaan, bagaimanapun terjadinya, pasti bebas dari kesalahan) - hal 8.

3.   Orang bisa mengenal Allah / Yesus bukan karena kemampuan dirinya sendiri dalam berpikir dan mencari kebenaran. Seseorang bisa mengenal Allah / Yesus, karena pekerjaan Tuhan sendiri di dalam diri orang itu. Ini terlihat dari banyak ayat Kitab Suci, seperti:

·        Mat 11:25,27 - “(25) Pada waktu itu berkatalah Yesus: ‘Aku bersyukur kepadaMu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil. ... (27) Semua telah diserahkan kepadaKu oleh BapaKu dan tidak seorangpun mengenal Anak selain Bapa, dan tidak seorangpun mengenal Bapa selain Anak dan orang yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakannya.

·        Mat 16:15-17 - “(15) Lalu Yesus bertanya kepada mereka: ‘Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?’ (16) Maka jawab Simon Petrus: ‘Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!’ (17) Kata Yesus kepadanya: ‘Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan BapaKu yang di sorga.

·        Yoh 6:44a,65b - “(44a) Tidak ada seorangpun yang dapat datang kepadaKu, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku, ... (65b) Tidak ada seorangpun dapat datang kepadaKu, kalau Bapa tidak mengaruniakannya kepadanya”.

·        Kis 11:18b - “Jadi kepada bangsa-bangsa lain juga Allah mengaruniakan pertobatan yang memimpin kepada hidup”.

·        1Kor 12:3b - “tidak ada seorangpun, yang dapat mengaku: ‘Yesus adalah Tuhan,’ selain oleh Roh Kudus”.

·        Fil 1:29 - “Sebab kepada kamu dikaruniakan bukan saja untuk percaya kepada Kristus, melainkan juga untuk menderita untuk Dia”.

Karena itu orang sederhanapun bisa mengenal Allah / Yesus kalau Allah mau menyata­kan diriNya kepada orang itu, dan sebaliknya, orang pandaipun tidak akan bisa mengenal Allah / Yesus kalau Allah tidak berkenan menyatakan diriNya kepadanya.

4.   Ajaran Saksi Yehuwa sendiri juga sangat sukar.

a.   Ajaran mereka tentang Yesus sangat sukar.

Padahal Saksi Yehuwa mengatakan bahwa pengetahuan tentang Allah akan tertutup, kalau seseorang tak mengerti dengan seksama tentang Yesus.

Saksi-Saksi Yehuwa mengatakan: “Bagaimanapun juga, pengetahuan tentang Allah akan tertutup bagi kita jika kita tidak mendapatkan pemahaman yang saksama tentang tokoh penting ini, Yesus Kristus” - ‘Pengetahuan Yang Membimbing Kepada Kehidupan Abadi’, hal 32.

Doktrin dari Saksi Yehuwa tentang Allah / Yahweh memang mudah, tetapi doktrin mereka tentang Yesus sangat sukar!

Ajaran Saksi-Saksi Yehuwa tentang Yesus sebagai ‘suatu allah’, mereka buktikan dengan penjelasan yang sangat sukar, dengan menggunakan gramatika bahasa Yunani berkenaan dengan Yoh 1:1, dsb. Juga kepercayaan mereka tentang adanya Allah besar dan allah kecil / suatu allah, dan juga bahwa sekalipun Yesus adalah allah kecil yang diciptakan / tidak kekal, tetapi Yesus bisa menciptakan alam semesta, merupakan sesuatu yang membingungkan. Ini masih ditambah lagi dengan kepercayaan mereka bahwa Yesus adalah malaikat Mikhael. Bagaimana malaikat bisa adalah ‘suatu allah’? Juga mereka berpandangan bahwa pada saat Yesus menjadi manusia, Ia kehilangan keilahianNya / ke-malaikat-anNya, sehingga Ia hanyalah manusia biasa saja. Lalu pada waktu Yesus ‘bangkit’, Ia kembali menjadi ‘suatu allah’ / malaikat lagi. Bagaimana suatu allah bisa kehilangan keilahiannya, lalu mendapatkannya kembali?

b.   Saksi Yehuwa juga beranggapan bahwa seseorang baru bisa selamat, kalau sudah mempelajari doktrin Allah Tritunggal sampai ke akar perdebatannya, lalu menyatakannya sebagai salah, dan memeluk kepercayaan Saksi Yehuwa tentang Allah.

Saksi-Saksi Yehuwa: “Karena Yesus sendiri berkata: ‘Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus.’ Jadi seluruh masa depan kita bergantung pada mengenal sifat yang sebenarnya dari Allah, dan hal itu berarti memeriksa sampai ke akar dari perdebatan mengenai Tritunggal. Maka, tidakkah sebaiknya anda mengujinya sendiri? - Yohanes 17:3” - ‘Haruskah Anda Percaya Kepada Tritunggal?’, hal 3.

Dari kata-kata ini, jelas mereka berpandangan bahwa seseorang harus mengenal sifat yang sebenarnya dari Allah, mempelajari doktrin Allah Tritunggal yang sukar itu sampai ke akarnya, dan lalu menganggapnya salah, dan memeluk ajaran Saksi Yehuwa, baru orang itu bisa selamat. Bukankah ini juga mengharuskan seseorang menjadi teolog kalau ia mau selamat? Bahkan, bukankah kata-kata ini menunjukkan bahwa seseorang harus menjadi teolog Kristen dan teolog Saksi Yehuwa baru bisa selamat? Saya berpendapat bahwa kata-kata ini menampar muka mereka sendiri!

c.   Saksi-Saksi Yehuwa juga beranggapan bahwa manusia tidak mungkin bisa selamat (masuk Firdaus, yang menurut mereka adalah bumi yang disempurnakan) kalau mereka tidak menjadi Saksi Yehuwa. Ini juga berarti bahwa seseorang harus menjadi teolog, mengerti doktrin-doktrin dari Saksi Yehuwa, yang penjelasannya begitu sukar dan ruwet, bahkan seringkali bertentangan satu dengan yang lain, baru bisa selamat.

d.   Mengapa Saksi-Saksi Yehuwa hanya mengatakan bahwa doktrin Allah Tritunggal saja yang merupakan suatu kekacauan, dan tidak memandang ajaran mereka sendiri dengan cara yang sama?

Karena itu terhadap serangan Saksi Yehuwa ini, sebagai tambahan jawaban, saya kutipkan Mat 7:3-5 - “Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui? Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Biarlah aku mengeluarkan selumbar itu dari matamu, padahal ada balok di dalam matamu. Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu.’”.

Catatan: kata ‘saudara’ dalam ayat ini artinya ‘sesama manusia’, bukan ‘saudara seiman’!

h)   Tujuan dari perumusan doktrin Allah Tritunggal itu, dan juga penggunaan istilah-istilah ‘hakekat’ dan ‘pribadi’ bukanlah untuk memberi penjelasan kepada kita tentang diri Allah, tetapi hanya untuk menangkis ajaran-ajaran sesat berkenaan dengan doktrin Allah Tritunggal.

Calvin (pada waktu ia berbicara tentang Allah Tritunggal dalam Yoh 1:1-2) berkata sebagai berikut:

“And yet the ancient writers of the Church were excusable, when, finding that they could not in any other way maintain sound and pure doctrine in opposition to the perplexed and ambiguous phraseology of the heretics, they were compelled to invent some words, which after all had no other meaning than what is taught in the Scriptures. They said that there are three Hypostases, or Subsistences, or Persons, in the one and simple essence of God” (= dan penulis-penulis kuno dari gereja bisa dibenarkan, karena pada waktu mereka melihat bahwa tidak ada jalan lain untuk mempertahankan doktrin yang sehat dan murni untuk menentang penyusunan kata yang membingungkan dan berarti dua dari orang-orang sesat, maka mereka terpaksa menciptakan beberapa kata-kata, yang sebetulnya tidak mempunyai arti lain dari pada apa yang diajarkan dalam Kitab Suci. Mereka berkata bahwa ada tiga pribadi dalam hakekat Allah yang satu dan sederhana) - hal 28-29.

Herman Bavinck mengatakan sebagai berikut:

“It is of course self-evident that this confession of Nicea and Chalcedon may not lay claim to infallibility. The terms of which the church and its theology make use, such as person, nature, unity of substance, and the like, are not found in Scripture, but are the product of reflection which Christianity gradually had to devote to this mystery of salvation. The church was compelled to do this reflecting by the heresies which loomed up on all sides, both within the church and outside of it. All those expressions and statements which are employed in the confession of the church and in the language of theology are not designed to explain the mystery which in this matter confronts it, but rather to maintain it pure and unviolated over against those who would weaken or deny it (= Jelaslah bahwa penga­kuan iman Nicea dan Chalcedon tidak bisa dianggap infalli­ble / tak bisa salah. Istilah-istilah yang digunakan oleh gereja dan theologinya, seperti ‘pribadi’, ‘hakekat’, ‘kesatuan hakekat / zat’, dan sebagainya, tidak ditemukan dalam Kitab Suci, tetapi merupakan hasil pemikiran yang secara bertahap / perlahan-lahan harus diberikan oleh kekristenan kepada misteri tentang keselamatan ini. Gereja dipaksa untuk melakukan pemikiran ini oleh bidat-bidat yang muncul dan mengancam dari semua sisi, baik di dalam maupun di luar gereja. Semua istilah dan pernyataan yang digunakan dalam pengakuan iman gereja dan dalam bahasa theologia, tidak dimaksudkan untuk menjelaskan misteri yang dihadapi, tetapi untuk menjaganya supaya tetap murni dan tak terganggu dari mereka yang ingin melemahkan atau menyangkalnya) - ‘Our Reasonable Faith’, hal 321-322.

Memang ada banyak orang yang menyerang penggunaan istilah-istilah ‘hakekat’ dan ‘pribadi’, dengan alasan bahwa istilah-istilah itu tidak ada dalam Kitab Suci. Sebagai jawaban terhadap serangan seperti ini, Bavinck mengatakan:

“There have been many, and there still are many, who look down upon the doctrine of the two natures from a lofty vantage point, and try to supplant it by other words and phrases. What differences does it really make, they begin by saying, whether we agree with this doctrine or not? What matters is that we ourselves possess the person of Christ, He who stands high and exalted above this awkward confes­sion. But before long these same persons begin introducing words and terms themselves in order to describe the person of Christ whom they accept. ... And then history has taught that the terms of the attackers of the Doctrine of the Two Natures are far poorer in worth and force, and that they often, indeed, involve doing injustice to the incarnation as Scripture explains it to us (= Dari dulu sampai sekarang ada banyak orang, yang dari tempat yang tinggi dan menguntungkan, meremehkan / meman­dang rendah doktrin tentang 2 hakekat ini, dan mencoba untuk menggantinya dengan kata-kata dan ungkapan-ungkapan yang lain. Mereka memulainya dengan berkata: apa bedanya apakah kami menyetujui doktrin ini atau tidak? Yang penting adalah bahwa kami memiliki pribadi Kristus, yang berdiri jauh di atas pengakuan yang aneh ini. Tetapi sebentar lagi, orang-orang ini sendiri mulai memperkenalkan kata-kata dan istilah-istilah untuk menggambarkan pribadi Kristus yang mereka terima. ... Dan sejarah telah mengajar bahwa isti­lah-istilah dari para penyerang doktrin  tentang 2 hakekat ini, jauh lebih jelek dalam nilainya dan kekuatannya, dan bahwa mereka bahkan sering terlibat dalam perlakuan yang tidak benar terhadap inkarnasi seperti yang dijelaskan oleh Kitab Suci kepada kita) - ‘Our Reasonable Faith’, hal 322.

Catatan: dalam kedua kutipan dari Bavinck di atas, ia sebetulnya bukan berbicara tentang Allah Tritunggal, tetapi tentang diri Kristus, yang adalah satu pribadi tetapi memiliki 2 hakekat. Tetapi saya mengutip kata-kata Bavinck di sini, karena saya menganggap bahwa katanya juga bisa diterapkan dalam persoalan Allah Tritunggal.

Calvin: “And Augustine’s excuse is similar: on account of the poverty of human speech in so great a matter, the word ‘hypostasis’ had been forced upon us by necessity, not to express what it is, but only not to be silent on how Father, Son, and Spirit are three” [= Dan alasan Agustinus juga mirip: karena kemiskinan dari kata-kata manusia dalam persoalan yang begitu besar seperti ini, kata ‘HUPOSTASIS’ (= pribadi) dipaksakan kepada kita karena kebutuhan, bukan untuk menyatakan apa hal itu, tetapi hanya supaya tidak bungkam / diam tentang bagaimana Bapa, Anak, dan Roh adalah tiga] - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book I, Chapter XIII, no 5.

Philip Schaff: “Augustine says in one place: ‘If we be asked to define the Trinity, we can only say, it is not this or that.’” (= Agustinus berkata di satu tempat: ‘Jika kami diminta untuk mendefinisikan Tritunggal, kami hanya bisa berkata: Tritunggal bukan ini atau itu’) - ‘History of the Christian Church’, vol III, hal 672.

-AMIN-


e-mail us at [email protected]