Pemahaman
Alkitab
(Rungkut Megah
Raya, Blok D 16)
Pdt. Budi Asali, M. Div.
(7064-1331 /
6050-1331)
Pria
sejati / maximal (11)
F)
Doktrin-doktrin yang salah / sesat.
1)
Ajaran Arminian.
a)
“Di Kis 13:22 dikatakan, setelah Saul disingkirkan, Allah mengangkat
Daud menjadi raja mereka. Tentang Daud, Allah telah menyatakan: ‘Aku telah
mendapat Daud bin Isai, seorang yang berkenan di hatiKu dan yang melakukan
segala kehendakKu.’ Tuhan mencari seorang yang taat untuk melakukan kehendak
Tuhan. ... Perhatikanlah, di dalam Firman Tuhan, setiap kali Tuhan ingin
melakukan sesuatu untuk kepentingan kerajaan atau umatNya, Tuhan selalu mencari
seorang pria terlebih dahulu untuk dapat melakukannya. Setelah Tuhan menemukan
pria yang tepat seperti yang Dia inginkan, barulah Tuhan memberitahukan metode
apa yang harus dipakainya untuk menyelesaikan semua rencana Tuhan tersebut.”
(‘Hikmat Bagi Pria’, hal 74).
Tanggapan
saya:
Ini
ajaran Arminian! Dalam Reformed, Tuhan memilih dulu (dalam kekekalan), baru
menjadikan orang itu sesuai kehendakNya (dalam waktu). Bandingkan dengan:
·
Ro 9:10-13 - “(10) Tetapi
bukan hanya itu saja. Lebih terang lagi ialah Ribka yang mengandung dari satu
orang, yaitu dari Ishak, bapa leluhur kita. (11) Sebab waktu anak-anak itu belum
dilahirkan dan belum melakukan yang baik atau yang jahat, - supaya rencana Allah
tentang pemilihanNya diteguhkan, bukan berdasarkan perbuatan, tetapi berdasarkan
panggilanNya - (12) dikatakan kepada Ribka: ‘Anak yang tua akan menjadi hamba
anak yang muda,’ (13) seperti ada tertulis: ‘Aku mengasihi Yakub, tetapi
membenci Esau.’”.
·
Ef 1:4,5 - “(4) Sebab di dalam
Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan
tak bercacat di hadapanNya. (5) Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari
semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anakNya, sesuai dengan kerelaan
kehendakNya”.
·
Paulus maupun Yeremia dipilih oleh
Tuhan sejak dari dalam kandungan.
Yer 1:5
- “‘Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku telah mengenal
engkau, dan sebelum engkau keluar dari kandungan, Aku telah menguduskan
engkau, Aku telah menetapkan engkau menjadi nabi bagi bangsa-bangsa.’”.
Gal 1:15
- “Tetapi waktu Ia, yang telah memilih aku sejak kandungan ibuku dan
memanggil aku oleh kasih karuniaNya”.
b)
“... dapat menghapuskan keselamatan jiwa Anda” (‘Menjadi
Pria Sejati’, hal 30).
Tanggapan
saya:
Ini
pandangan Arminian! Dalam theologia Reformed / Calvinisme, orang kristen yang
sejati tidak bisa kehilangan keselamatan.
Yoh 10:27-29
- “(27) Domba-dombaKu mendengarkan suaraKu dan Aku mengenal mereka dan
mereka mengikut Aku, (28) dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan
mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorangpun tidak akan
merebut mereka dari tanganKu. (29) BapaKu, yang memberikan mereka kepadaKu,
lebih besar dari pada siapapun, dan seorangpun tidak dapat merebut mereka dari
tangan Bapa”.
c) “Segala sesuatu dalam hidup ini ada dalam
kekuasaan pilihan kita, dan begitu suatu pilihan kita tentukan, kita akan
menjadi hamba dari pilihan tersebut” (‘Menjadi Pria Sejati’, hal 302).
Tanggapan
saya:
1. Jangankan
memilih segala sesuatu, bahkan memilih percaya Yesus atau tidak, tidak ada dalam
kekuasaan kita!
Yoh
6:44,65 - “(44) Tidak ada seorangpun yang dapat datang kepadaKu, jikalau ia
tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku, dan ia akan Kubangkitkan pada akhir
zaman. ... (65) Lalu Ia berkata: ‘Sebab itu telah Kukatakan kepadamu: Tidak
ada seorangpun dapat datang kepadaKu, kalau Bapa tidak mengaruniakannya
kepadanya.’”.
2. Dalam
bagian akhir dari kutipan itu mungkin Cole ‘ada benarnya’. Begitu seseorang
memilih untuk memihak gerakan pria sejati ini, ia menjadi hamba dari gerakan
ini. Begitu fanatiknya orang-orang ini sehingga sekalipun diserang dengan
menggunakan ayat-ayat Alkitab, dan mereka sama sekali tidak bisa menjawab,
tetapi mereka sama sekali tidak peduli, dan bahkan menyatakan ingin
memperkarakan / menuntut secara hukum orang-orang yang menuduh gerakan mereka
sebagai sesat (bdk. 1Kor 6:1-8). Begitu tegar tengkuk, keras kepala, dan tidak
tunduk pada Firman Tuhan / Alkitab. Dalam hal-hal ini mereka tidak terlalu
berbeda dengan Saksi-Saksi Yehuwa, para pengikut Yahweh-isme, dan sebagainya.
d) “Ketika Roh Kristus masuk ke dalam kehidupan
seorang manusia, terjadilah suatu ‘kelahiran’, karena dengan cara itu
manusia dibuat hidup di dalam Roh” (‘Menjadi Pria Sejati’, hal 72).
“Dosa
karena kelalaian - tidak percaya dan tidak menerima Yesus - itu adalah
dasar perpisahan kekal umat manusia dari Allah. Dengan tidak dilahirkan
kembali - dan dengan itu manusia tidak menerima Roh Yesus Kristus di
dalam hidupnya - sebenarnya manusia sedang mengerjakan semua bentuk
pelanggaran dan dosa secara berulang”
(‘Kesempurnaan Seorang Pria’, hal 123).
Tanggapan saya:
Kelihatannya
ia mengidentikkan kelahiran baru dan berimannya seseorang kepada Kristus. Suatu
kesalahan yang umum, dan merupakan ajaran Arminianisme, tetapi ini tetap salah.
Ajaran Reformed mengatakan manusia itu mati secara rohani (Yoh 10:10
Ef 2:1), dan karena itu tidak akan bisa memahami ataupun menghargai
Injil (1Kor 2:14), dan karena itu harus dilahir-barukan dulu, baru bisa
mengerti, menghargai Injil, dan setelah itupun iman masih harus dianugerahkan
oleh Allah (Kis 16:14-15 Fil 1:29).
Yoh
10:10 - “Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan; Aku
datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala
kelimpahan”.
Ef
2:1 - “Kamu dahulu sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan
dosa-dosamu”.
1Kor
2:14 - “Tetapi manusia duniawi tidak menerima apa yang berasal dari Roh
Allah, karena hal itu baginya adalah suatu kebodohan; dan ia tidak dapat
memahaminya, sebab hal itu hanya dapat dinilai secara rohani”.
Kis 16:14-15
- “(14) Seorang dari perempuan-perempuan itu yang bernama Lidia turut
mendengarkan. Ia seorang penjual kain ungu dari kota Tiatira, yang beribadah
kepada Allah. Tuhan membuka hatinya, sehingga ia memperhatikan apa yang
dikatakan oleh Paulus. (15) Sesudah ia dibaptis bersama-sama dengan seisi
rumahnya, ia mengajak kami, katanya: ‘Jika kamu berpendapat, bahwa aku
sungguh-sungguh percaya kepada Tuhan, marilah menumpang di rumahku.’ Ia
mendesak sampai kami menerimanya”.
Fil 1:29
- “Sebab kepada kamu dikaruniakan bukan saja untuk percaya kepada
Kristus, melainkan juga untuk menderita untuk Dia”.
e)
“Hidup dan mati merupakan keputusan kita” (‘Kesempurnaan
Seorang Pria’, hal 114).
Tanggapan
saya:
Bahkan
orang Arminianpun biasanya tidak mempercayai seperti ini. Hidup mati kita ada di
tangan Tuhan, bukan di tangan siapapun / apapun.
Mat 10:28-30
- “(28) Dan janganlah kamu takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh,
tetapi yang tidak berkuasa membunuh jiwa; takutlah terutama kepada Dia yang
berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka. (29) Bukankah
burung pipit dijual dua ekor seduit? Namun seekorpun dari padanya tidak akan
jatuh ke bumi di luar kehendak Bapamu. (30) Dan kamu, rambut kepalamupun
terhitung semuanya”.
Maz 39:5-6
- “(5) ‘Ya TUHAN, beritahukanlah kepadaku ajalku, dan apa batas umurku,
supaya aku mengetahui betapa fananya aku! (6) Sungguh, hanya beberapa telempap
saja Kautentukan umurku; bagiMu hidupku seperti sesuatu yang hampa. Ya,
setiap manusia hanyalah kesia-siaan! Sela”.
Ayub 2:6
- “Maka firman TUHAN kepada Iblis: ‘Nah, ia dalam kuasamu; hanya
sayangkan nyawanya.’”.
Dari
ayat dalam kitab Ayub ini terlihat bahwa setanpun tidak mungkin bisa membunuh
seseorang, kalau itu bukan kehendak Tuhan.
f)
“Jika hukum itu tidak dipahami sepenuhnya, maka orang berdosa tidak
akan menghargai kasih karunia Allah yang terpancar dari salib. Mengkhotbahkan
tentang anugerah tanpa pengetahuan tentang hukum sama dengan memberikan obat
kepada seseorang sementara ia sendiri tidak tahu bahwa ia menderita sakit.
Orang tidak dapat menghargai suatu pengobatan jika ia tidak tahu bahwa ia
menderita sakit. Hukum menunjukkan bahwa kita adalah orang-orang yang sakit
karena dosa. Kita membutuhkan pengobatan. Pengobatan itu adalah pemberian
cuma-cuma, yaitu keselamatan di dalam Kristus Yesus, tetapi jika kita tidak
mengakui bahwa kita menderita sakit, maka pengobatan itu tidak ada
artinya bagi kita” (‘Kesempurnaan Seorang Pria’, hal 153).
Tanggapan
saya:
Alkitab
tidak mengatakan bahwa orang berdosa itu sakit, tetapi mati dalam dosa (Yoh
10:10 Ef 2:1). Karena itu, kita
membutuhkan kelahiran baru, bukan pengobatan.
Yoh
10:10 - “Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan; Aku
datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala
kelimpahan”.
Ef
2:1 - “Kamu dahulu sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan
dosa-dosamu”.
Sekalipun
memberikan banyak ajaran Arminian, tetapi di bagian lain dari bukunya, Edwin
Louis Cole berkata sebagai berikut: “Jadi, keselamatan itu kita peroleh
bukan karena kebaikan kita, melainkan dianugerahkan Allah berdasarkan kemurahan
dan kasihNya yang tidak bersyarat” (‘Menjadi Pria Sejati’, hal 33).
Tanggapan
saya:
Ini
Reformed! Jadi, Edwin Louis Cole mencampur hal-hal yang Reformed dengan yang
Arminian!!! Theologia gado-gado?
2)
Setuju dengan Katolik?
“Ada
perbedaan yang sangat besar antara Madonna dan Ibu Teresa. Tenar merupakan
istilah yang tepat untuk Madona, sedangkan kata Besar layak disandang oleh Ibu
Teresa” (‘Menjadi Pria Sejati’,
hal 226).
Tanggapan
saya:
Orang
ini tidak bisa melihat kesesatan dari Ibu Teresa yang adalah orang Katolik!
Jangan terlalu dipesonakan oleh ‘kesalehan / kebaikan’ dari Ibu Teresa. Ia
tidak pernah memberitakan Injil, lalu bagaimana nasib orang-orang yang ia
layani? Juga, bagaimanapun baik / salehnya Ibu Teresa, Alkitab mengatakan bahwa
segala kesalehannya seperti kain kotor (Yes 64:6)!
3)
Ajaran tentang iblis / setan / roh jahat.
Dari
buku ‘Menjadi Pria Sejati’:
a)
Yeh 28:14-16 menunjuk pada kejatuhan iblis??? (‘Menjadi Pria Sejati’,
hal 239).
Tanggapan
saya:
Memang
ada banyak orang yang berpendapat demikian, tetapi ayat-ayat di bawah ini tidak
memungkinkan pandangan itu.
Yeh
28:1-2,7-12 - “(1) Maka datanglah
firman TUHAN kepadaku: (2) ‘Hai anak manusia, katakanlah kepada raja Tirus:
Beginilah firman Tuhan ALLAH: Karena engkau menjadi tinggi hati, dan berkata:
Aku adalah Allah! Aku duduk di takhta Allah di tengah-tengah lautan. Padahal
engkau adalah manusia, bukanlah Allah, walau hatimu menempatkan diri sama
dengan Allah. ... (7) maka, sungguh, Aku membawa orang asing melawan engkau,
yaitu bangsa yang paling ganas, yang akan menghunus pedang mereka, melawan
hikmatmu yang terpuja; dan semarakmu dinajiskan. (8) Engkau diturunkannya ke
lobang kubur, engkau mati seperti orang yang mati terbunuh di tengah lautan.
(9) Apakah engkau masih akan mengatakan di hadapan pembunuhmu: Aku adalah
Allah!? Padahal terhadap kuasa penikammu engkau adalah manusia, bukanlah
Allah. (10) Engkau akan mati seperti orang tak bersunat oleh tangan orang
asing. Sebab Aku yang mengatakannya, demikianlah firman Tuhan ALLAH.’ (11)
Lalu datanglah firman TUHAN kepadaku: (12) ‘Hai anak manusia, ucapkanlah suatu
ratapan mengenai raja Tirus dan katakanlah kepadanya: Beginilah firman
Tuhan ALLAH: Gambar dari kesempurnaan engkau, penuh hikmat dan maha indah.”.
b)
“Iblis adalah makhluk yang paling gila karena ia tidak
henti-hentinya percaya bahwa dirinya sanggup mengalahkan Allah”
(‘Menjadi Pria Sejati’, hal 239).
Tanggapan
saya:
Mana
dasar ayatnya???? Bukan hanya tidak ada dasar ayatnya, tetapi Alkitab justru
memberikan gambaran yang bertentangan dengan apa yang dikatakan oleh Edwin Louis
Cole berkenaan dengan Iblis. Perhatikan ayat-ayat di bawah ini:
1. Ayub 1:8-12
- “(8) Lalu bertanyalah TUHAN kepada
Iblis: ‘Apakah engkau memperhatikan hambaKu Ayub? Sebab tiada seorangpun di
bumi seperti dia, yang demikian saleh dan jujur, yang takut akan Allah dan
menjauhi kejahatan.’ (9) Lalu jawab Iblis kepada TUHAN: ‘Apakah dengan tidak
mendapat apa-apa Ayub takut akan Allah? (10) Bukankah Engkau yang membuat pagar
sekeliling dia dan rumahnya serta segala yang dimilikinya? Apa yang
dikerjakannya telah Kauberkati dan apa yang dimilikinya makin bertambah di
negeri itu. (11) Tetapi ulurkanlah tanganMu dan jamahlah segala yang
dipunyainya, ia pasti mengutuki Engkau di hadapanMu.’ (12) Maka firman TUHAN
kepada Iblis: ‘Nah, segala yang dipunyainya ada dalam kuasamu; hanya janganlah
engkau mengulurkan tanganmu terhadap dirinya.’ Kemudian pergilah Iblis dari
hadapan TUHAN.”.
Text
ini menunjukkan betapa sadarnya setan / Iblis bahwa ia begitu dibatasi dan
tergantung kepada Tuhan. Kalau Tuhan memagari / melindungi Ayub, maka ia tidak
bisa berbuat apapun terhadap Ayub. Dan kalau Tuhan mengijinkan ia untuk
menyerang Ayub, maka serangannya hanya bisa ia lakukan sebatas yang Tuhan
ijinkan. Apakah ini menunjukkan bahwa ia ‘percaya
bahwa dirinya sanggup mengalahkan Allah’ seperti yang dikatakan oleh Edwin
Louis Cole?
2. Bdk.
Yak 2:19 - “Engkau percaya, bahwa hanya
ada satu Allah saja? Itu baik! Tetapi setan-setanpun juga percaya akan hal
itu dan mereka gemetar.”.
Kata
‘mereka gemetar’ jelas
menunjukkan bahwa setan sangat takut kepada Allah, dan bukannya ‘percaya
bahwa dirinya sanggup mengalahkan Allah’ seperti yang dikatakan oleh Edwin
Louis Cole.
3. Mark 3:11
- “Bilamana roh-roh jahat melihat Dia, mereka
jatuh tersungkur di hadapanNya dan berteriak: ‘Engkaulah Anak Allah.’”.
Apakah
sikap ‘jatuh tersungkur di
hadapanNya’ ini menunjukkan bahwa mereka ‘percaya bahwa dirinya sanggup mengalahkan Allah’ seperti yang
dikatakan oleh Edwin Louis Cole?
4. Mat
8:29 - “Dan mereka itupun berteriak, katanya: ‘Apa urusanMu dengan kami,
hai Anak Allah? Adakah Engkau ke mari untuk menyiksa kami sebelum waktunya?’”.
Jelas
ia tahu bahwa akan datang waktunya ia akan disiksa oleh Yesus / Allah. Apakah
ini menunjukkan bahwa ia ‘percaya bahwa
dirinya sanggup mengalahkan Allah’ seperti yang dikatakan oleh Edwin Louis
Cole?
Bdk.
Luk 8:30-33 - “(30) Dan Yesus bertanya kepadanya: ‘Siapakah namamu?’ Jawabnya:
‘Legion,’ karena ia kerasukan banyak setan. (31) Lalu setan-setan itu
memohon kepada Yesus, supaya Ia jangan memerintahkan mereka masuk ke dalam
jurang maut. (32) Adalah di sana sejumlah besar babi sedang mencari makan di
lereng gunung, lalu setan-setan itu meminta kepada Yesus, supaya Ia
memperkenankan mereka memasuki babi-babi itu. Yesus mengabulkan permintaan
mereka. (33) Lalu keluarlah setan-setan itu dari orang itu dan memasuki
babi-babi itu. Kawanan babi itu terjun dari tepi jurang ke dalam danau lalu mati
lemas.”.
Perhatikan
kata-kata ‘memohon’ dan ‘meminta’
kepada Yesus. Apakah ini menunjukkan bahwa mereka ‘percaya bahwa dirinya sanggup mengalahkan Allah’ seperti yang
dikatakan oleh Edwin Louis Cole?
4)
Ajaran tentang Adam dan Hawa, dosa makan buah, dan dosa asal.
a) “Pada bab terdahulu kita telah berbicara tentang Hawa
yang menyerah pada tiga pencobaan dasar yang disebut ‘dosa asal’.
Sekarang kita akan melihat peranan Adam dalam hal ini. Allah secara langsung
memerintahkan Adam untuk tidak menyentuh buah pohon pengetahuan yang ada
di tengah Taman Eden” (‘Menjadi Pria Sejati’, hal 226).
Tanggapan
saya:
Hawa
tidak ada urusannya dengan dosa asal! Dosa asal bukanlah tiga pencobaan dasar,
tetapi dosa yang ada pada semua manusia (kecuali Yesus Kristus) sejak lahir,
karena dosa pertama dari Adam. Juga Allah melarang untuk memakan buah,
bukan menyentuh buah! Hawalah yang melebih-lebihkan kata-kata Allah itu.
Kej
2:16-17 - “(16) Lalu TUHAN Allah memberi perintah ini kepada manusia:
‘Semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas, (17) tetapi
pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan
buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati.’”.
Kej
3:1-3 - “(1) Adapun ular ialah yang paling cerdik dari segala binatang di
darat yang dijadikan oleh TUHAN Allah. Ular itu berkata kepada perempuan itu:
‘Tentulah Allah berfirman: Semua pohon dalam taman ini jangan kamu makan
buahnya, bukan?’ (2) Lalu sahut perempuan itu kepada ular itu: ‘Buah
pohon-pohonan dalam taman ini boleh kami makan, (3) tetapi tentang buah pohon
yang ada di tengah-tengah taman, Allah berfirman: Jangan kamu makan ataupun raba
buah itu, nanti kamu mati.’”.
b)
“Beberapa ahli Alkitab berpendapat bahwa Adam diusir dari Taman Eden
bukan karena ia berbuat dosa, melainkan karena ia menolak untuk bertanggung
jawab atas perbuatannya. Alasan para ahli itu adalah karena Allah tentu akan
mengampuni Adam kalau saja ia mau mengakui dosanya, bertobat, dan meminta ampun
dengan hati yang tulus. Tetapi, Adam tidak berbuat demikian sehingga Allah tidak
dapat membiarkannya tetap tinggal di Taman Eden” (‘Menjadi Pria
Sejati’, hal 227).
Tanggapan
saya:
Ahli
Alkitab yang mana? Ini theologia gila dari orang yang kacau theologianya! Apakah
Allah bisa mengampuni tanpa penebusan?
Bdk.
Ibr 9:22 - “Dan hampir segala sesuatu disucikan menurut hukum Taurat dengan
darah, dan tanpa penumpahan darah tidak ada pengampunan”.
c) “Dakwaan Adam terhadap Allah yang bertujuan untuk
membenarkan dirinya sendiri itu menunjukkan kerja sama Adam dengan iblis
yang disebut sebagai pendakwa saudara-saudara (Wahyu 12:10). Dengan mendakwa
Allah, itu berarti Adam telah menyangkal kemahakuasaan Allah. Kemahakuasaan
Allah terletak pada hak mutlak yang dimilikiNya untuk menentukan apa yang benar
dan yang salah bagi manusia ciptaanNya” (‘Menjadi Pria Sejati’,
hal 228).
Tanggapan saya:
1. Adam
memang berdosa, tetapi itu berbeda dengan mengatakan bahwa ia bekerja sama
dengan Iblis. Edwin Louis Cole-lah yang bekerja sama dengan Iblis, atau mungkin
lebih tepat, dipakai oleh Iblis, sehingga menciptakan buku dan gerakannya yang
sesat ini!
2. Adam
memang berdosa dengan tidak mau mengakui dosanya tetapi melemparkan tanggung
jawab kepada Hawa dan kepada Allah, tetapi itu berbeda dengan menyangkal
kemaha-kuasaan Allah. Kalau ia memang menyangkal kemaha-kuasaan Allah, mengapa
ia menjadi takut ketika Allah datang?
Kej
3:8-10 - “(8) Ketika mereka mendengar bunyi langkah TUHAN Allah, yang
berjalan-jalan dalam taman itu pada waktu hari sejuk, bersembunyilah manusia
dan isterinya itu terhadap TUHAN Allah di antara pohon-pohonan dalam taman.
(9) Tetapi TUHAN Allah memanggil manusia itu dan berfirman kepadanya: ‘Di
manakah engkau?’ (10) Ia menjawab: ‘Ketika aku mendengar, bahwa Engkau ada
dalam taman ini, aku menjadi takut, karena aku telanjang; sebab itu
aku bersembunyi.’”.
3. Kemaha-kuasaan
Allah ditunjukkan dengan kemampuan melakukan segala sesuatu, dan tak ada
hubungannya dengan menentukan mana yang salah dan mana yang benar. Yang terakhir
ini mungkin lebih berhubungan dengan kesucian dan kedaulatan Allah.
5)
Tentang pengampunan / pertobatan.
a)
Tanpa pengakuan dosa tidak ada pengampunan.
“Dosa
yang tidak diakui adalah dosa yang tidak dimaafkan. Dosa hanya bisa hilang dari
dalam kehidupan manusia melalui mulut.”
(‘Kesempurnaan Seorang Pria’, hal 32).
Tanggapan
saya:
1. Di
depan saya sudah membahas bahwa pengampunan kita dapatkan karena iman kepada
Kristus, bukan karena pengakuan dosa.
2. Penjahat
yang bertobat di kayu salib tak pernah mengaku dosa, tetapi ia diampuni!
3. Pengakuan
dosa merupakan perbuatan baik kita. Kalau hal ini dimutlakkan untuk bisa
menerima pengampunan, itu mengajarkan keselamatan karena iman + perbuatan baik,
yang adalah ajaran sesat!
4. Ada
berapa orang kristen yang sejati yang sempat mengaku dosa sebelum mati? Lalu
yang tidak sempat mengaku dosa, semuanya tidak diampuni, dan masuk neraka?
5. Yang
penting bukan pengakuan dari mulut, tetapi dari hati!
Mat
15:7-8 - “(7) Hai orang-orang
munafik! Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu: (8) Bangsa ini memuliakan Aku
dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari padaKu”.
Maz 51:19
- “Korban sembelihan kepada Allah ialah jiwa yang hancur; hati yang
patah dan remuk tidak akan Kaupandang hina, ya Allah”.
Ro
10:9-10 - “(9) Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus
adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu,
bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan
diselamatkan. (10) Karena dengan hati orang
percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan
diselamatkan”.
Jelas
bahwa ‘mulut’ tanpa ‘hati’ tak ada gunanya!
b)
“Saya sering melihat kaum pria yang bertobat dari dosa mereka, dan
mereka sungguh-sungguh merasakan pengampunan itu. Mereka meninggalkan ruang doa
dengan rasa puas atas kondisi kerohanian mereka, meskipun mereka menemukan diri
mereka memohon pengampunan untuk dosa yang sama, dan kemudian membutuhkan
pengampunan yang sama. Kehendak Allah adalah mengampuni kita, kemudian membasuh
kita agar kita tidak melanjutkan kebiasaan untuk berbuat dosa. Bebaskanlah diri
Anda dari berbuat dosa” (‘Kesempurnaan Seorang Pria’, hal 32).
Tanggapan
saya:
Ini
kemunafikan dari orang yang ‘self-righteous’ (= merasa diri sendiri benar). Tidak ada orang
yang tidak mengulang dosa, dan darah Yesus tercurah untuk dosa-dosa yang
diulangi itu. Memang ini bukan hal ideal, tetapi ini fakta! Tidak berarti bahwa
kita boleh membiarkan fakta itu berlangsung terus. Kita memang harus berusaha
menghentikan dosa, tetapi tidak seorangpun bisa tidak mengulang dosa yang sudah
ia akui.
Pengudusan
digambarkan sebagai ‘buah Roh Kudus’ (Gal 5:22-23), dan ini menunjukkan
suatu proses seumur hidup, yang baru disempurnakan pada saat kita mati,
atau sesaat setelah kita mati (Ibr 12:23).
Ibr
12:23 - “dan kepada jemaat anak-anak sulung, yang namanya terdaftar di
sorga, dan kepada Allah, yang menghakimi semua orang, dan kepada roh-roh
orang-orang benar yang telah menjadi sempurna”.
6)
Tentang mengampuni orang dan diampuni orang.
a)
“Saya sedang berada di Cleveland saat saya sedang membuat kesimpulan
khotbah yang baru saja saya sampaikan, ketika seorang pria meminta saya
bersama-sama dengan dia berdoa untuk keselamatan kedua anaknya. Ketika kami
mulai berdoa, ia berkata: ‘Kedua anak saya pecandu berat alkohol, dan saya
tahu, bila Allah menyelamatkan mereka, mereka akan terbebas dari hal itu. ...
‘Apakah Anda pernah menjadi pecandu alkohol juga?’ saya bertanya kepadanya.
... ‘Ya,’ ia menjawab dengan sangat perlahan, bahkan hampir seperti
berbisik. ‘Apakah ketika itu anak-anakmu ada di rumah?’ ‘Ya.’
‘Pernahkah Anda mendatangi anak-anak Anda di rumah dan meminta maaf kepada
mereka karena ketika mereka masih kanak-kanak, Anda sudah menjadi seorang
pecandu alkohol?’ ... Pria itu menunduk, ‘Belum
pernah.’ ... ‘Datangi anak-anak Anda, meminta maaf kepada mereka karena Anda
pernah menjadi pecandu alkohol,’ saya mengatakan hal itu, dan kemudian
menatapnya dengan sungguh-sungguh, menanti jawabannya. Dia menatap saya kembali,
kemudian setuju. ... Dengan memaafkan dosa seseorang, kita sesungguhnya
sedang membebaskan mereka, tetapi bila kita tidak memaafkan mereka, dosa yang
sudah ia lakukan itu akan tetap mengikatnya. Inilah prinsip Kerajaan Allah. Anak
laki-lakinya sangat membenci kebiasaan ayahnya yang kecanduan alkohol.
Anak-anaknya tidak pernah memaafkan
ayahnya untuk perkara itu. Karena mereka tidak pernah memaafkan hal itu, mereka
menyimpan dosa ayah mereka di dalam hati mereka, dan perkara itu menjadi sesuatu
yang akhirnya membuat mereka benci terhadap ayahnya. Kebencian akan mengikat
dosa tetap berada di dalam diri mereka. Mereka mengikat diri mereka kepada dosa
ayahnya” (‘Kesempurnaan Seorang Pria’, hal 41-43).
Tanggapan
saya:
1. Pertama-tama,
mana ayat dasar dari ajaran ini?
2. Ini
tolol dan salah, karena berarti bahwa pengudusan kita tergantung pada orang
kepada siapa kita berbuat salah! Bagaimana kalau kita sudah minta maaf tetapi
orang itu tidak mau memaafkan?
3. Dan
cerita ini membingungkan, karena contohnya tidak cocok dengan pernyataannya.
Karena tidak adanya pemaafan, yang terikat dosa itu ayahnya atau anak-anaknya?
Kalau dilihat dari bagian yang saya beri garis bawah tunggal maka yang terikat
adalah orang yang tidak dimaafkan (ayahnya), tetapi kalau dilihat dari kalimat
yang saya beri garis bawah ganda, maka yang terikat adalah orang yang tidak mau
memaafkan (anaknya). Jelas bahwa ini adalah omongan kontradiksi dari orang yang
IQnya rendah!
b)
“Bila Anda tidak memaafkan dosa yang sudah diperbuat oleh seseorang
terhadap Anda, sesungguhnya Anda sedang menanggung dosa tersebut; menahannya.
Akibatnya Anda akan membuat kesalahan-kesalahan yang sama terhadapnya”
(‘Kesempurnaan Seorang Pria’, hal 44).
Tanggapan
saya:
Lagi-lagi
suatu kegilaan yang diberikan tanpa dasar Alkitabnya! Memang ‘tidak memaafkan
/ mengampuni’ merupakan dosa. Tetapi itu tidak menjadikan kita melakukan
kesalahan-kesalahan yang sama terhadapnya. Sebagai contoh: kalau seorang gadis
diperkosa oleh seorang pemuda, dan ia tidak mau mengampuni pemuda itu, apakah
nanti ia akan memperkosa pemuda itu atau menjadi seorang pemerkosa?
c)
“Di Charlotte, North Carolina, ada seorang pria yang tidak pernah
memaafkan rekan bisnisnya yang terdahulu. Rekan bisnisnya ini membawa kabur
semua uangnya. Akibatnya, ia membayar sendiri semua utang-utangnya. Pria yang
marah ini terus mengalami masalah di dalam bisnisnya, sebelum ia memaafkan rekan
bisnisnya tersebut pada malam itu. Sekarang ini, ia sungguh-sungguh mengalami
keberhasilan yang belum pernah ia alami sebelumnya” (‘Kesempurnaan
Seorang Pria’, hal 44-45).
Tanggapan
saya:
Sama
dengan yang di atas.
d) “Seorang
ahli ilmu pengetahuan ruang angkasa di California mendengar prinsip memaafkan
yang saya ajarkan, dan perkara itu mengubah kehidupannya. Ia dan ayahnya tidak
pernah lagi berbicara hampir lima belas tahun ketika ayahnya masih hidup.
Ayahnya sudah meninggal dua puluh tahun yang lalu. Ini berarti, sudah ada tiga
puluh lima tahun ia hidup tanpa pengampunan. Masalahnya, sekarang ahli ilmu
pengetahuan ini juga sudah tidak berbicara lagi dengan putrinya selama hampir
dua tahun. Sekarang ini, putrinya sudah pindah ke Hawai untuk menghindari
dirinya. Malam itu dia sadar, bahwa ia menanggung konsekwensi yang sama pula
sebagaimana yang sudah dilakukan ayahnya terhadapnya. Ayahnya sudah
meninggal, sekarang apa yang harus ia perbuat? Adalah penting baginya untuk
memaafkan ayahnya, meskipun peristiwa itu sudah berlalu. Kami berdoa bersama dan
ia mendapatkan pembebasan yang sungguh-sungguh ia butuhkan itu. Malam itu,
setelah pertemuan, ia menulis sepucuk surat yang panjang kepada putrinya yang
tinggal di Hawai, memohon maaf dan mengatakan kepada putrinya suatu perkara yang
belum pernah ia pahami sebelumnya. Beberapa minggu kemudian, saya berjumpa lagi
dengannya. Mereka sudah berdamai, dan merencanakan suatu perjalanan ke Hawai
untuk mengunjungi putri dan cucunya. Banyak ayah yang meyakini bahwa ketika
mereka mengakui kegagalan atau kesalahan mereka kepada anak-anak mereka, atau
mengakui dosa-dosa mereka, dan meminta pengampunan, hal ini akan melemahkan diri
mereka. Tidak ada perkara yang lebih besar
daripada kebenaran ini. Ini adalah bagian yang maximal dari kepriaan Anda. Memberi
dan menerima pengampunan adalah tindakan yang menyerupai Kristus. Ini adalah
bukti nyata bahwa kebanyakan orangtua yang saat ini memperlakukan anak-anak
mereka dengan kejam, mereka juga adalah anak-anak yang dahulunya pernah
mendapatkan perlakuan kejam. Banyak orang yang bekerja di dinas-dinas sosial,
badan penyuluhan sekolah, dan kepolisian yang tidak memahami perkara
yang sudah diajarkan oleh Yesus ini” (‘Kesempurnaan Seorang Pria’,
hal 45).
Tanggapan
saya:
1. Kata-kata
‘Tidak ada perkara yang lebih besar daripada kebenaran ini’ apa tidak
salah?
2. Kata-kata
‘Memberi dan menerima pengampunan adalah tindakan yang menyerupai
Kristus’
berarti bahwa Kristus juga menerima pengampunan! Ini sesat!
3. Cerita
ini tidak jelas tujuannya. Ayahnya bersalah kepada dia, dan dia tidak
memaafkannya sampai ayahnya mati. Lalu dia tidak berbicara dengan putrinya, itu
salah siapa? Orang itu lalu meminta maaf kepada putrinya dan mereka berdamai.
Apakah karena tadinya ia tidak memaafkan ayahnya maka sekarang setelah ia
bersalah kepada putrinya, putrinya tidak mau memaafkan dia? Kalau begitu,
dosanya menurun kepada putrinya! Ini salah dan sesat. Alkitab tidak pernah
mengajarkan ada dosa menurun dengan cara seperti itu.
4. Seluruh
pelajaran / bab ini penuh dengan contoh-contoh, tetapi tidak ada dasar Alkitab.
Tetapi lucunya pada bagian akhirnya Edwin Louis Cole berkata “Banyak orang
yang bekerja di dinas-dinas sosial, badan penyuluhan sekolah, dan kepolisian
yang tidak memahami prinsip yang sudah diajarkan oleh Yesus ini”.
Diajarkan oleh Yesus dimana? Oh, pasti diajarkan oleh Yesus langsung kepada
Edwin Louis Cole melalui pemberian wahyu!
e) “Wanita yang merasa bahwa suaminya adalah pria yang
tidak percaya - atau seorang suami Kristen yang kurang memaksimalkan potensinya
sebagai seorang pria sejati - ada dua langkah kunci yang terdapat dalam Alkitab.
Pertama, yakinkanlah diri Anda bahwa Anda sudah mengampuni semua dosa suami
Anda. Banyak istri yang tidak mengampuni suami mereka. Tanpa pengampunan,
sesungguhnya seorang istri sedang menahan dosa suaminya dan mengikat dosa
tersebut di dalam diri sang suami. Pengampunan membuka; tidak adanya pengampunan
menutup. Pengampunan membebaskan, tidak adanya pengampunan mengikat. Banyak pria
yang sungguh-sungguh ingin menjadi pria sejati seperti yang Allah inginkan atas
hidup mereka, dan sering menjumpai diri mereka sedang berjuang untuk terbebas
dari perbudakan karena tidak adanya pengampunan dari istri mereka. Kedua,
cintailah suami Anda.” (‘Kesempurnaan Seorang Pria’, hal 66).
Tanggapan
saya:
1. Ini
sesat! Orang yang berbuat salah kepada seseorang membutuhkan pengampunan dari
Tuhan, bukan dari orang kepada siapa ia bersalah!
2. Dan
lucunya, wanita / istri itu tidak disuruh memberitakan Injil kepada suami yang
belum Kristen itu.
Tanggapan
saya tentang seluruh point ini (tentang pengampunan dosa):
Seluruh
ajaran Edwin Louis Cole tentang pengampunan ini (a-e) sesat!
7)
Kelahiran baru mengidentikkan kita kembali dengan Yesus Kristus.
“Tetapi,
melalui kelahiran baru, kita diidentikkan kembali dengan Yesus Kristus
dan kebenaranNya, dan karena itu tidak ada lagi murka, yang ada adalah
anugerah” (‘Kesempurnaan Seorang
Pria’, hal 35).
Tanggapan
saya:
Melalui
kelahiran baru kita diidentikkan dengan Yesus? Apa artinya ‘diidentikkan
kembali dengan Yesus Kristus dan kebenaranNya’??? Kapan manusia
pernah identik dengan Yesus, kok bisa digunakan kata ‘kembali’?
Sampai kapanpun kita tidak akan pernah identik dengan Yesus, yang adalah Allah
dan manusia dalam satu pribadi itu!
8)
Kelompok pria sejati / Edwin Louis Cole percaya adanya wahyu dan
pengilhaman pada jaman sekarang, dan ia sendiri mengatakan dirinya menerima
wahyu, menjadi nabi dan sebagainya.
a)
Pada bagian intro dari buku ‘Hikmat Bagi Pria’: “Apakah
Christian Men’s Network? Christian Men’s Network adalah sebuah jaringan
pelayanan pria, yang didirikan oleh DR Edwin Louis Cole pada tahun 1979. “Saya
percaya Allah telah memanggil saya untuk berbicara dengan suara
kenabian kepada pria-pria generasi ini. Dia telah menetapkan saya
dengan pelayanan yang berfokus kepada pria, untuk membawa mereka kepada
keserupaan dengan Kristus dan menjamah mereka dengan kenyataan bahwa ‘Menjadi
pria sejati dan keserupaan dengan Kristus adalah hal yang sama’ (DR Edwin L
Cole)”.
Tanggapan
saya:
Terlihat
bahwa gerakan pria sejati ini (Eddy Leo adalah editor buku ‘Hikmat Bagi
Pria’ ini) menyetujui claim dari Edwin Louis Cole bahwa ia adalah seorang nabi! Saya
sendiri tidak percaya bahwa pada jaman sekarang ini masih ada nabi. Tetapi kalau
nabi palsu banyak sekali, dan Edwin Louis Cole adalah salah satu di antaranya!
b) “Kalau
hati kita berbalik kepada Tuhan, maka selubung (penghalang) kita diambil,
sehingga komunikasi kita dengan Tuhan kembali tercipta, dan pewahyuan
dari Tuhan menjadi nyata atas kita, sehingga kita tidak berjalan
dalam kehendak kita sendiri tetapi berjalan di dalam kehendak Tuhan”
(‘Hikmat Bagi Pria’, hal 88).
Tanggapan
saya:
Bdk.
2Kor 3:14-16 - “(14) Tetapi pikiran mereka telah menjadi tumpul, sebab
sampai pada hari ini selubung itu masih tetap menyelubungi mereka, jika mereka
membaca perjanjian lama itu tanpa disingkapkan, karena hanya Kristus saja yang
dapat menyingkapkannya. (15) Bahkan sampai pada hari ini, setiap kali mereka
membaca kitab Musa, ada selubung yang menutupi hati mereka. (16) Tetapi apabila
hati seorang berbalik kepada Tuhan, maka selubung itu diambil dari padanya”.
Dari
text di atas ini terlihat bahwa kalau seseorang berbalik kepada Tuhan, maka
selubung yang menghalanginya untuk mengerti Firman Tuhan / Perjanjian Lama itu
akan diambil, sehingga ia bisa mengerti Firman Tuhan / Alkitab / Perjanjian Lama
itu. Jadi, sama sekali tidak berarti ia akan mendapatkan wahyu yang baru!
c)
“Dari nada bicaranya saya segera dapat merasakan bahwa Allah
sendiri yang telah mengilhaminya untuk berbicara demikian” (‘Menjadi
Pria Sejati’, hal 134).
Tanggapan
saya:
1. Ini
lagi-lagi sesat. Kalau ada ilham, maka apa yang dikatakan orang itu harus jadi
Alkitab jilid 2! Mengapa? Karena ilham itu yang menjadikan Alkitab adalah Firman
Tuhan yang tak ada salahnya.
2Tim 3:16
- “Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk
mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk
mendidik orang dalam kebenaran”.
RSV/NASB:
‘All Scripture is inspired by God’ (= Seluruh Kitab Suci diilhamkan
oleh Allah).
2. Dari
mana / bagaimana Edwin Louis Cole bisa ‘merasakan’ ilham itu dalam diri
orang lain? Penulis-penulis Alkitab sendiri belum tentu merasakan kalau
Allah mengilhaminya dalam menuliskan Alkitab.
d)
“Bertahun-tahun kemudian, Tuhan kembali menyampaikan firmanNya
secara khusus kepada saya. Ketika itu saya sedang berpuasa dan seperti
biasa, pagi itu saya juga berjalan-jalan menyusuri pantai seorang diri di
tengah-tengah udara yang masih terasa begitu dingin dan berkabut. Saya kemudian
berseru kepada Allah dan RohNya menyampaikan kelima ‘firman’ ini kepada
roh saya:
‘Kuduskanlah
dirimu.’
‘Beritakanlah
Firman Tuhan.’
‘Jangan
ragu akan apapun.’
‘Gunakanlah
emas, namun jangan jamah kemuliaannya.’
‘Naikkanlah
doa yang terdapat dalam Kisah Rasul 4:24.’”
(‘Menjadi Pria Sejati’, hal 135).
e)
“Tiba-tiba anak perempuan kami, Joann, berkata: ‘Pa, tahukah Papa
kalau dosa seksual akan merupakan masalah yang melanda gereja pada dasa warsa
delapan puluhan nanti? Pada akhir minggu pertama bulan Februari 1980 dalam
sebuah retreat kaum pria di Oregon, saya mengutarakan hal itu. Saat itu saya
tidak menyadari nubuat yang terkandung
dalam pernyataan tersebut” (‘Menjadi Pria Sejati’, hal 135,136).
f)
“Itu sebabnya kita harus memperhatikan perkataan para nabi”
(‘Menjadi Pria Sejati’, hal 137).
Nabi
Perjanjian Lama atau nabi jaman sekarang? Kelihatannya ia percaya jaman sekarang
masih ada nabi.
g)
“Anda harus dapat menjadi wahyu Allah
yang dinyatakan bagi orang-orang tersebut. Sebagaimana dahulu Yesus menjadi
wahyu Allah yang dinyatakan di atas bumi, demikian pula kaum pria harus berdiri
mewakili Kristus dan menjadi wahyu Allah bagi sesamanya”
(‘Menjadi Pria Sejati’, hal 138).
h)
“Apabila orang menolak wahyu yang baru, maka ia akan
terjerumus ke dalam proses kristalisasi. Padahal, Tuhan adalah Allah yang tidak
mengenal kemandekan. Dia terus menerus menyatakan diriNya untuk memulihkan
segala sesuatu sebelum kedatangan Kristus yang keduakalinya” (‘Menjadi
Pria Sejati’, hal 142-143).
Tanggapan
saya:
Jadi,
tak ada henti-hentinya Ia memberi wahyu? Lalu mengapa tak keluar Alkitab jilid
2,3 dst? Allah tidak mengenal kemandekan? Hari ketujuh Allah ‘mandek’ dari
pekerjaan penciptaanNya (Kej 2:2-3)!
i)
“... semuanya itu hendaknya tidak membuat manusia lupa untuk kembali
kepada Allah guna mendapatkan lagi wahyu yang baru. Bangsa Israel harus
mengumpulkan manna segar setiap hari (Keluaran 16:16-21) sebab jika lewat dari
satu hari, manna itu akan membusuk. Kalau kita berusaha memuaskan diri
dengan wahyu mula-mula saja dan tidak berusaha mencari wahyu baru dari Allah,
kita akan mengalami kemerosotan dan menjadi orang yang ‘setengah-setengah’
saja atau bahkan ke tingkat yang lebih rendah lagi”
(‘Menjadi Pria Sejati’, hal 148-149).
Tanggapan
saya:
1. Ini
lagi-lagi suatu pengalegorian yang ngawur. Kalau ‘manna’ diartikan sebagai
‘wahyu’, maka pada hari Sabat mereka tidak mendapat wahyu, karena Tuhan
tidak beri manna pada hari Sabat!
2. Ini
jelas merupakan ajaran yang bertentangan dengan SOLA SCRIPTURA, (hanya Kitab
Suci), dan karena itu harus dianggap sebagai ajaran sesat!
3. Kata-kata
Edwin Louis Cole ini secara implicit merendahkan Firman Tuhan yang tertulis
dalam Alkitab. Dan anehnya, nabi palsu yang menghina Firman Tuhan / Alkitab ini
disanjung dan diikuti oleh banyak orang yang mengaku diri Kristen dan bahkan
mengaku diri hamba Tuhan!
j)
“Pada minggu terakhir dari masa puasa selama empat puluh hari yang
saya lakukan, saya merasa begitu peka terhadap Roh Allah. Pada saat
itulah saya mendapat dorongan yang kuat untuk ..... Ketika akhirnya saya
merenungkan kejadian itu, saya mendengar suara lembut Roh Kudus berbicara
dalam hati dan pikiran saya dan menyampaikan perkataan Yesus”
(‘Menjadi Pria Sejati’, hal 270).
Lalu
ada dialog dia dan Roh Kudus (‘Menjadi Pria Sejati’, hal 271).
k)
“Roh Kudus berbicara kepada saya, ...” (‘Menjadi Pria
Sejati’, hal 274).
l)
“Saya juga telah menambahkan beberapa bab yang tidak hanya
menguatkan apa yang telah ditulis pada awalnya, tetapi juga memberikan pewahyuan
yang luas dan makna yang lebih dalam pada kebenaran bahwa ‘Kesempurnaan
seorang pria dan keserupaan dengan Kristus adalah hal yang sama.’”
(‘Kesempurnaan Seorang Pria’, hal 0 / prakata untuk edisi baru).
m) “Mesin
jet menderu di belakang badan pesawat. Alkitab dan buku catatan saya terbuka di
atas meja lipat yang ada di hadapan saya. Tetapi, di dalam perenungan ini, saya
seperti kehilangan kesadaran akan keadaan di sekitar saya. Sesuatu sedang
bergejolak di dalam roh saya. Saya sadar, hadirat Allah hadir”
(‘Kesempurnaan Seorang Pria’, hal 2).
Catatan:
saat ini Edwin Louis Cole sedang mempersiapkan bahan khotbahnya dalam pesawat.
n)
“Pesawat United Airlines membawa saya semakin mendekati tujuan.
Momen demi momen mendekatkan saya pada retret yang harus saya layani. Tiba-tiba
saya ingin menulis. Saya sadar bahwa Roh Allah di
dalam diri saya mengilhami dan menuntun pena saya untuk menuliskan sesuatu di
dalam buku catatan” (‘Kesempurnaan Seorang Pria’, hal 5).
Catatan:
terlihat bahwa Edwin Louis Cole mempersiapkan khotbahnya tanpa buku-buku yang
dipelajari, tetapi hanya bergantung pada pimpinan Roh Kudus. Perhatikan
khususnya kata ‘mengilhami’! Catatannya seharusnya menjadi Alkitab jilid 2!
o)
“Sebenarnya perkara ini terlalu keras, terlalu tajam - bahkan untuk seorang
nabi-pengkhotbah seperti saya, yang sudah berkhotbah di hadapan
ribuan orang” (‘Kesempurnaan Seorang Pria’, hal 5).
Tanggapan
saya:
Perhatikan
bagaimana orang narsis ini meninggikan dirinya sendiri. Betul-betul memuakkan!
p)
“Perkataan yang Allah berikan kepada
saya ketika saya masih berada di dalam pesawat menuju retret di Oregon
secara spesifik dan langsung tertuju kepada salah satu dari dosa-dosa tersebut:
berbuat cabul. Hal ini sungguh memiliki kekuatan dan dampak yang fenomenal. Dua
ratus enam puluh lima orang berlari menuju ke depan panggung dan ingin bertobat
di hadapan Allah. Malam itu, kuasa Allah begitu kuat, tak seorang pun di antara
mereka yang pulang tanpa dijamah atau diubahkan”
(‘Kesempurnaan Seorang Pria’, hal 14).
q)
“Dan, ketika saya berdoa bersama orang-orang tersebut di kapel kecil
di Oregon tersebut, saya merasakan Roh Kudus
membisikkan kepada saya untuk juga menjangkau yang lain”
(‘Kesempurnaan Seorang Pria’, hal 15).
r)
“Akan tetapi Tim sudah dipengaruhi oleh
firman Allah dan kepada pewahyuan dari jiwanya bahwa Yesus Kristus adalah
Juruselamat pribadinya” (‘Kesempurnaan
Seorang Pria’, hal 126).
Apa
yang orang ini maksudkan dengan ‘pewahyuan dari jiwanya’??? Apa yang ia
maksudkan dengan istilah ‘wahyu’????
s)
“Suatu ketika saya sedang melayani seorang pendeta di Chicago,
tiba-tiba Roh Kudus mengambil alih ‘saat-saat
Allah’ itu. Sambil memandang jemaatnya, saya berkata bahwa ada
beberapa orang anggota jemaat yang sedang mencari kesalahan pendeta, mereka
mengeluh karena tidak bisa bertemu dengan pendeta atau tidak ada lagi hubungan
seperti yang mereka rasakan beberapa tahun sebelumnya. Persoalannya adalah bahwa
ia telah bertumbuh ke tingkat-tingkat yang baru, tetapi jemaatnya tidak
bertumbuh” (‘Kesempurnaan Seorang Pria’, hal 168).
t)
‘Kesempurnaan Seorang Pria’, hal 39-40, Edwin Louis Cole bercerita
tentang anaknya yang mau meminjam mobilnya, dan lalu bersikap kurang ajar pada
waktu permintaannya ditolak. Dia mau marah tetapi Roh Kudus melarangnya!
“Saya
akan mengajarnya. Tetapi, Roh Kudus melangkah masuk, dengan tenang, dan
hening, Ia membisikkan sebuah kalimat di dalam hati saya: ‘Bapa-bapa,
janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu.’”
(hal 40).
Ia
lalu minta ampun kepada Tuhan, bertobat, mengakui kesalahannya kepada anaknya,
dan meminjamkan mobil itu kepada anaknya.
Tanggapan
saya:
1.
Perhatikan kata-kata ‘Roh Kudus
melangkah masuk, dengan tenang, dan hening, ...’.
2. Apakah
Roh Kudus mengajar kita untuk tidak mendisiplin anak tetapi justru malah
memanjakan anak? Ini bertentangan dengan Ibr 12:5-11!
Ibr
12:5-11 - “(5) Dan sudah lupakah kamu akan nasihat yang berbicara kepada
kamu seperti kepada anak-anak: ‘Hai anakku, janganlah anggap enteng didikan
Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkanNya; (6) karena Tuhan
menghajar orang yang dikasihiNya, dan Ia menyesah orang yang diakuiNya sebagai
anak.’ (7) Jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu
seperti anak. Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya? (8)
Tetapi, jikalau kamu bebas dari ganjaran, yang harus diderita setiap orang, maka
kamu bukanlah anak, tetapi anak-anak gampang. (9) Selanjutnya: dari ayah kita
yang sebenarnya kita beroleh ganjaran, dan mereka kita hormati; kalau demikian
bukankah kita harus lebih taat kepada Bapa segala roh, supaya kita boleh hidup?
(10) Sebab mereka mendidik kita dalam waktu yang pendek sesuai dengan apa yang
mereka anggap baik, tetapi Dia menghajar kita untuk kebaikan kita, supaya kita
beroleh bagian dalam kekudusanNya. (11) Memang tiap-tiap ganjaran pada waktu ia
diberikan tidak mendatangkan sukacita, tetapi dukacita. Tetapi kemudian ia
menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai kepada mereka yang dilatih
olehnya”.
Betul-betul
aneh bahwa ajaran langsung (wahyu) dari Roh Kudus ini bisa bertentangan dengan
Alkitab / Firman Tuhan yang tertulis!
u) Dalam
buku ‘Menjadi Pria Sejati’, hal 140-148 - istilah ‘wahyu’ maupun
‘inspirasi’ digunakan dalam arti yang ngawur! Dan dalam buku ‘Menjadi Pria
Sejati’, hal 141,142,143,145,146,147,148 Cole menggunakan istilah-istilah
‘wahyu yang baru’ dan ‘inspirasi yang baru’.
Orang
ini memang sinting dan sesat. Bandingkan dengan kata-kata 2 orang di bawah ini.
Dalam
bukunya yang berjudul ‘The Charismatics and the Word of God’, hal 138, Victor Budgen
mengutip kata-kata John Owen, seorang ahli theologia Reformed yang hidup pada
tahun 1616-1683. John Owen berkata sebagai berikut tentang ‘revelations’ (= wahyu):
“They
are of two sorts - objective and subjective. Those of the former sort, whether
they contain doctrines contrary unto that of Scripture, or additional thereunto,
or seemingly confirmatory thereof, they are universally to be rejected, the
former being absolutely false, the latter useless. ... By subjective
revelations, nothing is intended but that work of spiritual illumination whereby
we are enabled to discern and understand the mind of God in the Scripture; which
the apostle prays for in the behalf of believers (Eph 1:16-19) ...” [= Mereka (Wahyu-wahyu) terdiri dari 2 macam - obyektif dan subyektif. Yang tergolong jenis
pertama (wahyu obyektif), apakah itu
berisikan ajaran yang bertentangan dengan Kitab Suci, atau ajaran yang
ditambahkan pada Kitab Suci, atau ajaran yang kelihatannya meneguhkan Kitab
Suci, harus ditolak secara universal, yang pertama karena palsu, yang terakhir
karena tidak berguna. ... Yang dimaksud dengan wahyu subyektif tidak lain adalah
pekerjaan pencerahan rohani dengan mana kita dimampukan untuk melihat dan
mengerti pikiran Allah dalam Kitab Suci; yang untuknya sang rasul berdoa demi
orang percaya
(Ef 1:16-19) ...].
Lalu
dalam buku yang sama, hal 183, Victor Budgen mengutip lagi dari Charles Haddon
Spurgeon (1834-1892) sebagai berikut:
“Every
now and then there comes up a heresy, some woman turns prophetess and raves; or
some lunatic gets the idea that God has inspired him, and there are always fools
ready to follow any impostor” (= Sesekali
muncullah seorang penyesat, seorang wanita yang menjadi nabiah dan mengoceh;
atau seorang gila yang mempunyai gagasan bahwa Allah mengilhaminya, dan selalu
ada orang-orang tolol yang siap untuk mengikuti seadanya penipu).
9)
Peremehan terhadap Alkitab dan peninggian terhadap ajarannya sendiri.
a)
“Saya bahagia sekali menjadi seorang pria. ... Namun demikian, saya
belum menjadi manusia yang benar-benar sesuai dengan potensi diri saya yang
sesungguhnya sebagai seorang pria. Saat ini saya dapat melangkah dengan mantap
dalam perjalanan saya mencapai kepenuhan sebagai seorang pria. Sebelumnya, dalam
usaha saya menjadi seorang pria yang sejati, selama bertahun-tahun saya hanya
terombang-ambing ke sana kemari tanpa arah yang pasti. Itu
disebabkan karena saya tidak pernah diajari cara-cara untuk menjadi pria yang
sesungguhnya. Melalui berbagai pergumulan dan kesukaran, keberhasilan serta
penghargaan, akhirnya saya belajar banyak hal mengenai hakikat serta cara yang
sebenarnya untuk menjadi pria. Sekarang saya dapat mengatakan bahwa
hidup sebagai seorang pria adalah suatu kehidupan yang indah” (‘Menjadi
Pria Sejati’, hal 3).
Tanggapan
saya:
Dia
menjadi seperti itu bukan karena belajar Firman Tuhan, tetapi karena
melalui banyak pergumulan, kesukaran, keberhasilan, serta penghargaan, ia
akhirnya banyak belajar tentang hakikat dan cara sebenarnya untuk menjadi pria!
Bdk.
Ef 4:11-15 - “(11) Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun
nabi-nabi, baik pemberita-pemberita Injil maupun gembala-gembala dan
pengajar-pengajar, (12) untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan
pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus, (13) sampai kita semua telah mencapai
kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh,
dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus, (14) sehingga kita
bukan lagi anak-anak, yang diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran,
oleh permainan palsu manusia dalam kelicikan mereka yang menyesatkan, (15)
tetapi dengan teguh berpegang kepada kebenaran di dalam kasih kita bertumbuh di
dalam segala hal ke arah Dia, Kristus, yang adalah Kepala”.
Perhatikan
bahwa lima jabatan dalam Ef 4:11 itu semuanya adalah jabatan dari orang-orang
yang memberitakan Firman Tuhan! Dan pemberitaan Firman Tuhan yang mereka lakukan
itulah yang bisa membuat seseorang menjadi teguh dan tidak lagi
terombang-ambing.
b)
“Pengajarannya tentang ‘Sembilan Prinsip Syafaat’ itulah yang
mengubah kehidupan pernikahan saya dan Nancy. ... Kami menerima tantangan
tersebut dan mulai mempraktekkan sembilan langkah dalam bersyafaat yang
diajarkan Joy. Hasilnya sungguh luar biasa” (‘Menjadi Pria Sejati’,
hal 134).
Tanggapan
saya:
Kalau
begitu seluruh sisa Alkitab yang begitu banyak dibuang saja. Toh yang sembilan
langkah sudah cukup!
Kata-kata
saya ini juga berlaku untuk orang-orang dari kalangan pria sejati yang
mengatakan bahwa mereka bisa maju secara rohani, dan maju dalam pengudusan,
hanya dengan mempelajari buku Eddy Leo yang berjudul ‘Seri
Penuntun Saat Teduh Pria’, yang merupakan sebuah buku tipis yang
membimbing orang melakukan Saat Teduh hanya dalam 49 hari! Kalau ini benar,
tolollah orang yang membuang bertahun-tahun dan jerih payah yang sangat banyak
dengan masuk sekolah theologia dsb dalam usaha mereka untuk mempelajari Kitab
Suci.
-bersambung-
Author : Pdt. Budi Asali,M.Div.
E-mail : [email protected]
e-mail us at [email protected]
Link ke Channel Video Khotbah2 Pdt. Budi Asali di Youtube:
https://www.youtube.com/channel/UCP6lW2Ak1rqIUziNHdgp3HQ
Channel Live Streaming Youtube : bit.ly/livegkrigolgotha / budi asali