Kebaktian P. I.

G. K. R. I. ‘GOLGOTA’

(Jl. Dinoyo 19b, lantai 3)

Minggu, tgl 27 Juli 2008, pk 17.00

Pdt. Budi Asali, M. Div.

(8: 7064-1331 / 6050-1331)

 

Penghakiman akhir jaman(3)

Wahyu 20:11-15

 

Wah 20:11-15 - “(11) Lalu aku melihat suatu takhta putih yang besar dan Dia, yang duduk di atasnya. Dari hadapanNya lenyaplah bumi dan langit dan tidak ditemukan lagi tempatnya. (12) Dan aku melihat orang-orang mati, besar dan kecil, berdiri di depan takhta itu. Lalu dibuka semua kitab. Dan dibuka juga sebuah kitab lain, yaitu kitab kehidupan. Dan orang-orang mati dihakimi menurut perbuatan mereka, berdasarkan apa yang ada tertulis di dalam kitab-kitab itu. (13) Maka laut menyerahkan orang-orang mati yang ada di dalamnya, dan maut dan kerajaan maut menyerahkan orang-orang mati yang ada di dalamnya, dan mereka dihakimi masing-masing menurut perbuatannya. (14) Lalu maut dan kerajaan maut itu dilemparkanlah ke dalam lautan api. Itulah kematian yang kedua: lautan api. (15) Dan setiap orang yang tidak ditemukan namanya tertulis di dalam kitab kehidupan itu, ia dilemparkan ke dalam lautan api itu”.

 

IV) Keadaan akhir.

 

Ay 14-15: “(14) Lalu maut dan kerajaan maut itu dilemparkanlah ke dalam lautan api. Itulah kematian yang kedua: lautan api. (15) Dan setiap orang yang tidak ditemukan namanya tertulis di dalam kitab kehidupan itu, ia dilemparkan ke dalam lautan api itu”.

 

1)   Maut dan kerajaan maut (Hades) dilemparkan ke neraka.

 

Ay 14:Lalu maut dan kerajaan maut itu dilemparkanlah ke dalam lautan api. Itulah kematian yang kedua: lautan api.

 

Barnes’ Notes: “‘And death and hell were cast into the lake of fire.’ ... The idea is, that death, considered as the separation of soul and body, with all the attendant woes, will exist no more. The righteous will live forever, and the wicked will linger on in a state never to be terminated by death. The reign of Death and Hades, as such, would come to an end, and a new order of things would commence where this would be unknown. ... There would be ‘death’ still, but a ‘second death differs from the first, in the fact that it is not a separation of the soul and body, but a state of continual agony like what the first death inflicts - like that in intensity, but not in kind’ (Prof. Stuart)” [= ‘Lalu maut dan kerajaan maut itu dilemparkanlah ke dalam lautan api’. ... Gagasannya adalah, bahwa maut, dianggap sebagai perpisahan jiwa dan tubuh, dengan semua kesengsaraan yang melayaninya, tidak akan ada lagi. Orang benar akan hidup selama-lamanya, dan orang jahat akan tetap hidup dalam suatu keadaan yang tidak akan pernah diakhiri oleh kematian. Pemerintahan dari Maut dan Hades yang seperti itu akan berakhir, dan suatu susunan baru dari hal-hal akan mulai dimana ini tidak akan dikenal. ... Memang tetap akan ada ‘maut / kematian’, tetapi itu adalah ‘kematian kedua yang berbeda dengan kematian pertama, dalam fakta bahwa itu bukanlah perpisahan dari jiwa dan tubuh, tetapi suatu keadaan dari kesengsaraan yang terus menerus, seperti yang diberikan oleh kematian pertama - seperti itu dalam intensitas, tetapi bukan dalam jenisnya’ (Prof. Stuart)].

 

2)   Orang-orang yang tidak percaya juga dilemparkan ke neraka.

Ay 15: “Dan setiap orang yang tidak ditemukan namanya tertulis di dalam kitab kehidupan itu, ia dilemparkan ke dalam lautan api itu”.

Bdk. Wah 21:8 - “Tetapi orang-orang penakut, orang-orang yang tidak percaya, orang-orang keji, orang-orang pembunuh, orang-orang sundal, tukang-tukang sihir, penyembah-penyembah berhala dan semua pendusta, mereka akan mendapat bagian mereka di dalam lautan yang menyala-nyala oleh api dan belerang; inilah kematian yang kedua.’”.

 

a)         Hubungan kematian pertama dan kematian kedua.

Barnes’ Notes: “when it is said that ‘death and hell were cast into the lake of fire,’ it cannot be meant that all punishment will cease forever, and that all will be saved, for the writer goes on to describe what he calls ‘the second death’ as still existing. ... John describes this as the second death, not because it in all respects resembles the first death, but because it has so many points of resemblance that it may be properly called ‘death.’ Death, in any form, is the penalty of law; it is attended with pain; it cuts off from hope, from friends, from enjoyment; it subjects him who dies to a much-dreaded condition, and in all these respects it was proper to call the final condition of the wicked ‘death’ - though it would still be true that the soul would live. There is no evidence that John meant to affirm that the second death would imply an extinction of ‘existence.’ Death never does that; the word does not naturally and properly convey that idea” (= pada waktu dikatakan bahwa ‘maut dan kerajaan maut itu dilemparkanlah ke dalam lautan api’, itu tidak bisa diartikan bahwa semua hukuman akan berakhir selama-lamanya, dan bahwa semua akan diselamatkan, karena sang penulis melanjutkan dengan menggambarkan apa yang ia sebut ‘kematian yang kedua’ sebagai tetap ada. ... Yohanes menggambarkan ini sebagai kematian kedua, bukan karena itu dalam segala hal menyerupai kematian pertama, tetapi karena itu mempunyai begitu banyak point kemiripan sehingga itu bisa secara benar disebut ‘kematian’. Kematian, dalam bentuk apapun, merupakan hukuman dari hukum; itu disertai dengan rasa sakit; itu memotong kita dari pengharapan, dari teman-teman, dari penikmatan; itu membuat orang yang mati sebagai sasaran dari kondisi yang sangat ditakuti, dan dalam semua hal-hal ini adalah benar untuk menyebut kondisi akhir dari orang-orang jahat sebagai ‘kematian’ - sekalipun adalah tetap benar bahwa jiwa akan hidup. Tidak ada bukti bahwa Yohanes bermaksud untuk menegaskan bahwa kematian kedua ini secara implicit menunjuk pada pemusnahan keberadaan. Kematian tidak pernah melakukan hal itu; secara wajar dan benar kata itu tidak menyampaikan gagasan / pengertian itu).

 

Barnes’ Notes: “the wicked will be destroyed, in what may be properly called the ‘second’ death. ... It does not mean that they will be ‘annihilated,’ for ‘death’ never implies that. The meaning is, that this will be a cutting off from what is properly called ‘life,’ from hope, from happiness, and from peace, and a subjection to pain and agony, which it will be proper to call ‘death’ - death in the most fearful form; death that will continue for ever. No statements in the Bible are more clear than those which are made on this point; no affirmation of the eternal punishment of the wicked could be more explicit than those which occur in the sacred Scriptures” (= orang-orang jahat akan dihancurkan, dalam apa yang secara benar disebut ‘kematian yang kedua’. ... Itu tak berarti bahwa mereka akan dimusnahkan, karena ‘kematian’ tidak pernah mempunyai arti seperti itu. Artinya adalah, bahwa ini merupakan suatu pemotongan dari apa yang secara benar disebut ‘hidup’, dari pengharapan, dari kebahagiaan, dan dari damai, dan suatu ketundukan pada rasa sakit dan penderitaan, yang menyebabkan benar untuk menyebutnya ‘kematian’ - kematian dalam bentuknya yang paling menakutkan; kematian yang akan berlangsung selama-lamanya. Tidak ada pernyataan dalam Alkitab yang lebih jelas dari hal-hal yang dibuat tentang hal ini; tidak ada penegasan tentang hukuman kekal dari orang-orang jahat yang bisa lebih explicit dari itu yang ada dalam Kitab Suci yang kudus).

 

Adam Clarke: “‘This is the second death.’ The first death consisted in the separation of the soul from the body for a season; the second death in the separation of body and soul from God forever. The first death is that from which there may be a resurrection; the second death is that from which there can be no recovery. By the first the body is destroyed during time; by the second, body and soul are destroyed through eternity” (= ‘Inilah kematian yang kedua’. Kematian yang pertama terdiri dari pemisahan dari jiwa dari tubuh untuk sementara; kematian kedua terdiri dari pemisahan dari tubuh dan jiwa dari Allah untuk selama-lamanya. Kematian pertama adalah itu dari mana bisa ada suatu kebangkitan; kematian kedua adalah itu dari mana tidak bisa ada pemulihan. Oleh kematian yang pertama tubuh dihancurkan dalam waktu; oleh kematian yang kedua tubuh dan jiwa dihancurkan dalam sepanjang kekekalan).

 

b)   Jelas bahwa neraka / lautan api itu merupakan suatu tempat, dan itu adalah tempat penyiksaan.

 

Seiss’ Apocalypse: “What that ‘lake of fire’ is I cannot tell, I do not know, and I pray God that I may never find out. That it is a place, everything said about it proves. People in corporeal life, as these condemned ones are, must needs have locality. That it is a place of woe, pain, and dreadful torment, is specifically stated, and is the chief idea in every image of the description” (= Apa ‘lautan api’ itu saya tidak bisa memberi tahu, saya tidak tahu, dan saya berdoa kepada Allah supaya saya tidak pernah bisa tahu. Bahwa itu adalah suatu tempat, segala sesuatu yang mengatakan tentangnya membuktikannya. Orang-orang dalam hidup badaniah, seperti orang-orang yang dihukum ini, pasti membutuhkan tempat. Bahwa itu adalah suatu tempat kesengsaraan, rasa sakit, dan siksaan yang mengerikan, dinyatakan secara khusus, dan merupakan gagasan utama dalam setiap bayangan penggambaran).

 

Newell: “The very brevity of this verse is one of the elements of its awfulness. ... It is not love, or faithfulness, to avoid them because they are such terrible facts” [= Singkatnya ayat ini (Wah 20:15), adalah salah satu elemen dari sifat mengerikannya. ... Bukanlah kasih, atau kesetiaan, untuk menghindari mereka karena mereka adalah fakta-fakta yang begitu mengerikan] - hal 334.

 

Seiss’ Apocalypse: “But judgment is given as the works have been. There is just gradation in the sorrows of the lost, as well as in the rewards of the righteous. ... Though all the finally condemned go into one place, they do not all alike feel the same pains, or sink to the same depths in those dreadful flames. But the mildest hell is nevertheless HELL, and quite too intolerable for any sane being to be content to make experiment of it (= Tetapi penghakiman diberikan sesuai dengan perbuatan-perbuatannya. Ada tingkatan-tingkatan yang adil dalam kesedihan / penderitaan dari orang-orang yang terhilang, maupun dalam pahala dari orang-orang benar. ... Sekalipun semua pada akhirnya dihukum dengan pergi ke satu tempat, tetapi mereka semua tidak merasakan rasa sakit yang sama, atau tenggelam pada kedalaman yang sama dalam nyala api yang mengerikan itu. Tetapi neraka yang paling ringan / sejuk tetap adalah neraka, dan terlalu tidak tertahankan untuk setiap orang waras yang mau mencobanya).

 

c)   ‘Orang-orang kristen’ yang keberatan dengan doktrin hukuman kekal di neraka.

 

The Bible Exposition Commentary (NT): “When the judgment is finished, all of the lost will be cast into hell, the lake of fire, the second death. Many people reject the biblical doctrine of hell as being ‘unchristian,’ and yet Jesus clearly taught its reality (Matt 18:8; 23:15,33; 25:46; Mark 9:46). A sentimental kind of humanistic religion will not face the reality of judgment but teaches a God who loves everyone into heaven and sends no one to hell [= Pada waktu penghakiman selesai, semua orang-orang yang terhilang akan dilemparkan ke neraka, lautan api, kematian yang kedua. Banyak orang menolak doktrin Alkitabiah tentang neraka sebagai ‘tidak kristen’, tetapi Yesus dengan jelas mengajar kenyataan tentang hal ini (Mat 18:8; 23:15,33; 25:46; Mark 9:46). Suatu jenis agama yang sentimentil yang bersifat humanisme tidak akan menghadapi kenyataan dari penghakiman tetapi mengajarkan seorang Allah yang mengasihi setiap orang ke dalam surga dan tidak mengirimkan siapapun ke neraka].

Catatan: humanisme adalah ajaran yang menekankan kepentingan manusia.

 

Bible Knowledge Commentary: “The lake of fire is the second death, the final destination of the wicked. The doctrine of eternal punishment has always been a problem to Christians who enjoy the grace of God and salvation in Christ. The Bible is clear, however, that the punishment of the wicked is eternal. ... Though many have attempted to find some scriptural way to avoid the doctrine of eternal punishment, as far as biblical revelation is concerned there are only two destinies for human souls; one is to be with the Lord and the other is to be forever separated from God in the lake of fire. This solemn fact is motivation for carrying the gospel to the ends of the earth whatever the cost, and doing everything possible to inform and challenge people to receive Christ before it is too late” (= Lautan api adalah kematian yang kedua, tujuan akhir dari orang-orang jahat. Doktrin dari hukuman kekal selalu menjadi problem bagi orang-orang kristen yang menikmati kasih karunia Allah dan keselamatan dalam Kristus. Tetapi Alkitab adalah jelas, bahwa hukuman dari orang jahat itu kekal. ... Sekalipun banyak orang telah mencoba untuk menemukan beberapa jalan yang Alkitabiah untuk menghindari doktrin hukuman kekal, sejauh menyangkut wahyu yang Alkitabiah, hanya ada 2 tujuan / nasib bagi jiwa-jiwa manusia; yang satu adalah bersama dengan Tuhan, dan yang lain adalah terpisah dari Allah untuk selama-lamanya dalam lautan api. Fakta yang khidmat ini merupakan motivasi / pendorong untuk membawa Injil ke ujung-ujung bumi tak peduli berapapun ongkosnya, dan melakukan apapun yang mungkin untuk memberi tahu dan menantang orang-orang untuk menerima Kristus sebelum terlambat).

 

d)   Orang-orang Kristen yang mempunyai pandangan yang ‘bijaksana’ dan juga orang Kristen yang mempercayai adanya ‘second chance’ (= kesempatan yang kedua).

 

Pulpit Commentary: “MEN WILL BE JUDGED ACCORDING TO THE LIGHT THEY HAD; i.e. according to the use they made of the light God had granted them (Rom 2:11-15; Matt 10:15; 11:21-24; Luke 11:31,32; 12:47,48; Acts 10:34,35). The principles here laid down are those of most manifest equity, and we are quite sure that there will be nothing contrary thereto in the sentence of God. The late Dr. Lawson, of Selkirk, was once asked by a flippant young man how he could think that any, such as Plato and Socrates, would be lost because they had not heard of Jesus Christ. He replied, ‘If it please God in his mercy, and through faith in his Son, to take you and me to heaven, and that we shall find there Socrates and Plato, I am sure we shall be glad indeed to meet them; but if we shall not find them in heaven, I am also sure that the Judge of all the earth will be able to assign a good reason for their absence, and that none in heaven will be either able or willing to dispute either the justice or the wisdom of his sovereign arrangements.’ We may also add that Scripture not obscurely intimates that every soul will, before the dread day comes, be brought into contact with the Lord Jesus for acceptance or rejection; and those who followed conscientiously the dimmer light will surely accept joyfully the clearer. Certainly the Judge of all the earth will do right” [= Orang-orang akan dihakimi menurut terang yang mereka miliki; yaitu menurut bagaimana mereka menggunakan terang yang Allah telah berikan kepada mereka (Ro 2:11-15; Mat 10:15; 11:21-24; Luk 11:31,32; 12:47,48; Kis 10:34,35). Prinsip-prinsip yang diletakkan di sini adalah prinsip-prinsip yang paling menyatakan keadilan, dan kami cukup yakin bahwa di sana tidak akan ada apapun yang bertentangan dengannya dalam hukuman / vonis dari Allah. Almarhum Dr. Lawson, dari Selkirk, pernah ditanya oleh seorang muda yang bermulut usil, bagaimana ia bisa berpikir bahwa siapapun, seperti Plato dan Socrates, akan terhilang karena mereka tidak pernah mendengar tentang Yesus Kristus. Ia menjawab: ‘Jika itu menyenangkan Allah dalam belas kasihanNya, dan melalui iman kepada AnakNya, untuk membawa engkau dan aku ke surga, dan bahwa kita bertemu dengan mereka di surga, aku yakin bahwa kita akan gembira bertemu dengan mereka; tetapi jika kita tidak bertemu dengan mereka di surga, aku juga yakin bahwa Hakim dari seluruh bumi akan bisa memberikan alasan yang baik untuk absennya mereka, dan bahwa tidak ada orang di surga akan bisa atau mau mempertengkarkan keadilan atau hikmat dari pengaturanNya yang berdaulat’. Kami juga bisa menambahkan bahwa Kitab Suci tidak secara samar-samar menunjukkan bahwa setiap jiwa akan, sebelum hari yang menakutkan itu tiba, dipertemukan dengan Tuhan Yesus untuk penerimaan atau penolakan; dan mereka yang dengan sungguh-sungguh telah mengikuti terang yang lebih suram, pasti akan menerima dengan sukacita terang yang lebih besar. Pasti Hakim dari seluruh bumi akan melakukan hal yang benar] - hal 489-490.

 

Ada 2 hal yang perlu dibahas tentang kutipan dari Pulpit Commentary di atas ini:

 

1.   Saya berpendapat, kata-kata dari Dr. Lawson itu, yang mungkin oleh banyak orang akan dianggap sebagai kata-kata yang ‘bijaksana’, sudah berbau ketidak-yakinan bahwa Yesus adalah satu-satunya jalan. Mungkin sekali orang-orang seperti  Dr. Lawson itu berkata seperti itu, karena rasa hormat dan kekaguman yang luar biasa terhadap orang-orang seperti Plato dan Socrates, yang memang merupakan ahli-ahli filsafat yang luar biasa. Tetapi kekaguman kepada siapapun (misalnya Lady Di, Mother Theresa, dsb) tetap mengharuskan kita untuk bersikap obyektif dan hanya berdasarkan pada Firman Tuhan tentang keselamatan orang tersebut. Saya juga mendengar bahwa Stephen Tong percaya Kong Hu Cu bisa selamat. Saya tidak tahu apakah berita itu benar atau tidak. Tetapi kalau itu benar, maka ia sama saja dengan Dr. Lawson itu.

Catatan: Encyclopedia Britannica 2007 mengatakan bahwa Plato adalah ahli filsafat Yunani yang dilahirkan tahun 428 / 427 SM, dan mati pada tahun 348 / 347 SM. Sedangkan Socrates juga adalah ahli filsafat Yunani, yang lahir pada tahun 470 SM, dan mati pada tahun 399 SM. Jadi, keduanya hidup pada jaman sebelum Kristus, dan untuk mereka yang hidup sebelum Kristus, yang bisa diselamatkan hanyalah dari kalangan bangsa Israel / Yahudi, atau orang non Israel yang masuk agama Yahudi / diyahudikan.

Bdk. Ro 2:12 - “Sebab semua orang yang berdosa tanpa hukum Taurat akan binasa tanpa hukum Taurat; dan semua orang yang berdosa di bawah hukum Taurat akan dihakimi oleh hukum Taurat”.

 

2.   Dan tambahan bagian terakhir yang diberikan oleh penafsir dari Pulpit Commentary itu (bagian yang saya garis-bawahi), jelas-jelas juga merupakan ajaran sesat, yang menunjukkan bahwa setelah kematianpun seseorang bisa bertobat / percaya kepada Kristus dan diselamatkan!

Bandingkan kata-kata itu dengan komentar di bawah ini.

 

Pulpit Commentary: “That the final state of every soul will depend on its attitude to the Lord Jesus Christ. ... That for those who reject Jesus Christ in this life there will be no such thing as making up lost time, and that they will never attain to the blessedness they would have reached if they had received Christ in this, the accepted time. Their time once lost is lost forever, and the corresponding loss of blessedness will never be retrieved” (= Bahwa keadaan akhir dari setiap jiwa / orang akan tergantung pada sikapnya terhadap Tuhan Yesus Kristus. ... Bahwa untuk mereka yang menolak Yesus Kristus dalam hidup ini di sana tidak akan ada apa yang disebut mengejar / menebus waktu yang hilang, dan bahwa mereka tidak akan pernah mencapai keadaan diberkati yang akan sudah mereka capai, seandainya mereka telah menerima Kristus dalam waktu ini, waktu yang diterima ini. Waktu mereka yang sekali hilang, hilang selama-lamanya, dan kehilangan berkat yang sesuai tidak akan pernah didapatkan kembali) - hal 494.

 

Catatan: jangan heran kalau Pulpit Commentary di sini memberikan kata-kata yang bertentangan dengan kata-kata dari Pulpit Commentary di atas. Buku tafsiran ini berisikan komentar-komentar dan khotbah-khotbah dari banyak orang, sehingga bisa saja terjadi pertentangan di antara mereka.

 

e)   Siapapun orang yang namanya tak tertulis dalam kitab kehidupan itu, akan dilemparkan ke dalam lautan api / neraka.

 

Seiss’ Apocalypse: “Ho, ye unbelieving people - ye dishonest people - ye profane people - ye lewd men and women - ye slaves of lust and appetite - ye scoffers at the truth of God - ‘How can ye escape the damnation of hell?’ (Matt 23:33). Ye people of business - ye whose souls are absorbed with the pursuit of gain - ye people of wealth without riches toward God - ye passengers on the voyage of life, without prayer, without Church relations, without concern for your immortal good, your God, or the eternity before you hear: ‘Hell hath enlarged herself, and opened her mouth without measure, and your glory, and your multitude, and your pomp, and your rejoicing, shall descend into it!’ (Isa 5:14). Ye almost Christians, lingering these many years on the margin of the Kingdom, looking in through the gates, but never quite ready to enter them, intending but never performing, often wishing but still postponing, hoping but without right to hope - the appeal is to you: ‘How shall ye escape if ye neglect so great salvation?’ (Heb 2:2-4). And ye who call yourselves Christians but have forgotten your covenant promises - ye Terahs and Lot’s wives, who have started out of the place of sin and death but hesitate halfway, and stay to look back - ye baptized Elymases, and Judases, and Balaams, who, through covetousness and feigned words make merchandise of the grace of God - see ye not that ‘your judgment now of a long time lingereth not, and your damnation slumbereth not!’ (2 Peter 2:3). And if there be anyone oblivious or indifferent toward these great matters - asleep amidst the dashing waves of coming retribution - the message is to you: ‘What meanest thou, O sleeper? Arise, call upon thy God, if so be that God shall think upon thee, that thou perish not!’ (Jonah 1:6). For if anyone be not found written in the Book of Life, he must be swallowed up by the Lake of Fire” [= Hai kamu orang-orang yang tidak percaya - kamu orang-orang yang tidak jujur - kamu orang-orang yang duniawi - kamu laki-laki dan perempuan yang cabul - kamu hamba-hamba dari nafsu dan nafsu makan - kamu pengejek-pengejek kebenaran Allah - ‘Bagaimanakah mungkin kamu dapat meluputkan diri dari hukuman neraka?’ (Mat 23:33). Kamu orang-orang bisnis - kamu yang jiwanya telah diasyikkan dengan pengejaran keuntungan - kamu orang-orang kaya tanpa kekayaan terhadap Allah - kamu penumpang-penumpang pada perjalanan kehidupan, tanpa doa, tanpa hubungan Gereja, tanpa kepedulian untuk kebaikan kekalmu, Allahmu, atau kekekalan di depanmu mendengar: ‘neraka telah memperbesar / memperluas dirinya sendiri, dan membuka mulutnya tanpa ukuran, dan kemuliaanmu, dan barang-barangmu yang banyak, dan kemegahanmu, dan kesukacitaanmu, akan turun ke dalamnya!’ (Yes 5:14). Kamu orang-orang yang hampir Kristen, berlambat-lambat selama banyak tahun pada tepi dari Kerajaan, melihat ke dalam melalui pintu-pintu gerbang, tetapi tidak pernah cukup siap untuk memasukinya, bermaksud tetapi tidak pernah melaksanakan, sering menginginkan tetapi tetap menunda, berharap tetapi tanpa hak untuk berharap - seruan ini adalah untukmu: ‘Bagaimanakah kamu akan luput jikalau kamu menyia-nyiakan keselamatan yang sebesar itu?’ (Ibr 2:2-4). Dan kamu yang menyebut dirimu sendiri orang-orang Kristen tetapi telah melupakan janji-janji perjanjianmu - kamu Terah-Terah dan istri-istri Lot, yang telah mulai / berangkat dari tempat dosa dan kematian tetapi ragu-ragu di tengah jalan, dan tinggal diam untuk menoleh ke belakang - kamu Elymas-Elymas yang telah dibaptis, dan Yudas-Yudas, dan Bileam-Bileam, yang melalui ketamakan dan kata-kata yang pura-pura membuat kasih karunia Allah sebagai barang dagangan - tidakkah kamu lihat bahwa ‘penghakimanmu / hukumanmu telah lama tersedia dan kebinasaanmu tidak akan tertunda!’ (2Pet 2:3). Dan jika di sana ada siapapun terlupa atau acuh tak acuh terhadap hal-hal besar ini - tidur di tengah-tengah gelombang pembalasan yang mendekat - pesan ini adalah untukmu: ‘Apa maksudmu, hai tukang tidur? Bangunlah, berserulah kepada Allahmu, barangkali Allah itu akan mengindahkanmu, sehingga kamu tidak binasa!’ (Yunus 1:6). Karena jika siapapun tidak ditemukan tertulis dalam kitab kehidupan, ia harus ditelan oleh Lautan Api].

 

Newell: “Let us mark certain facts here: 1. It is not the absence of good works in the book that doom a person. It is the absence of his name. Only names, not works, are in that book! 2. It is not the fact of evil works. Many of earth’s greatest sinners have their names in the Book of Life. 3. All whose names do not appear in the Book, are cast into the lake of fire. 4. All names there found in that day, will have been written before that day. There is no record of anyone’s name being written into the Book of Life upon that day, but rather the opposite: ‘If any was not found written.’ How overwhelmingly solemn is this!” (= Marilah kita memperhatikan beberapa fakta di sini: 1. Bukanlah absennya perbuatan baik dalam kitab, yang menghukum seseorang, tetapi absennya namanya. Hanya nama-nama, bukan perbuatan-perbuatan baik, ada dalam kitab itu! 2. Itu bukan fakta dari perbuatan-perbuatan jahat. Banyak orang-orang yang paling berdosa di bumi yang mempunyai nama mereka dalam kitab kehidupan itu. 3. Semua orang yang namanya tidak muncul dalam Kitab itu, dilemparkan ke dalam lautan api. 4. Semua nama yang ditemukan di sana pada hari itu, telah dituliskan sebelum hari itu. Tak ada catatan tentang nama siapapun yang dituliskan ke dalam kitab kehidupan pada hari itu, tetapi sebaliknya: ‘Dan setiap orang yang tidak ditemukan namanya tertulis’. Betapa sangat khidmatnya hal ini!) - hal 334.

 

f)    Hanya orang yang percaya kepada Yesus yang namanya tertulis dalam kitab kehidupan itu.

 

The Bible Exposition Commentary (NT): “In light of Calvary, no lost sinner can condemn God for casting him into hell. God has provided a way of escape, patiently waiting for sinners to repent. He will not lower His standards or alter His requirements. He has ordained that faith in His Son is the only way of salvation” (= Dalam terang dari Kalvari, tidak ada orang berdosa yang terhilang bisa mengecam / menyalahkan Allah karena melemparkannya ke dalam neraka. Allah telah menyediakan suatu jalan untuk lolos, dengan sabar menunggu orang-orang berdosa untuk bertobat. Ia tidak akan menurunkan standardNya atau mengubah tuntutanNya. Ia telah menentukan bahwa iman kepada AnakNya adalah satu-satunya jalan keselamatan).

Bdk. Ro 3:25a - “Kristus Yesus telah ditentukan Allah menjadi jalan pendamaian karena iman, dalam darahNya”.

 

Penutup.

 

Saudara tak perlu menjadi orang yang sangat jahat untuk bisa masuk neraka. Asal saudara adalah orang yang tidak sungguh-sungguh percaya kepada Kristus, tak peduli saudara adalah orang yang hampir percaya, atau hampir menjadi Kristen, maka saudara akan masuk ke neraka selama-lamanya. Karena itu, percayalah sekarang juga kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat saudara, dan saudara tak perlu takut pada penghakiman akhir jaman, neraka dan sebagainya!

 

-AMIN-


Author : Pdt. Budi Asali,M.Div.

E-mail : [email protected]

e-mail us at [email protected]

http://golgothaministry.org

Link ke Channel Video Khotbah2 Pdt. Budi Asali di Youtube:

https://www.youtube.com/channel/UCP6lW2Ak1rqIUziNHdgp3HQ

Channel Live Streaming Youtube :  bit.ly/livegkrigolgotha / budi asali