(Jl. Dinoyo 19b, lantai 3)
Minggu, tgl 4 Mei 2008, pk 17.00
Pdt. Budi Asali, M. Div.
(8:
7064-1331 / 6050-1331)
Yoh 14:1-6 - “(1) ‘Janganlah
gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga kepadaKu. (2) Di
rumah BapaKu banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku
mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat
bagimu. (3) Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat
bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempatKu, supaya di tempat
di mana Aku berada, kamupun berada. (4) Dan ke mana Aku pergi, kamu tahu jalan
ke situ.’ (5) Kata Tomas kepadaNya: ‘Tuhan, kami tidak tahu ke mana Engkau
pergi; jadi bagaimana kami tahu jalan ke situ?’ (6) Kata Yesus kepadanya:
‘Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang
kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku”.
1) Mengapa murid-murid gelisah?
Kata-kata
Yesus dalam ay 1 menunjukkan bahwa murid-murid memang gelisah. Mengapa
mereka gelisah? Karena perkataan Yesus dalam pasal sebelumnya, yang mengatakan
bahwa Ia akan meninggalkan mereka.
Yoh 13:31-33,36
- “(31) Sesudah Yudas pergi, berkatalah Yesus: ‘Sekarang Anak Manusia
dipermuliakan dan Allah dipermuliakan di dalam Dia. (32) Jikalau Allah
dipermuliakan di dalam Dia, Allah akan mempermuliakan Dia juga di dalam diriNya,
dan akan mempermuliakan Dia dengan segera. (33) Hai anak-anakKu, hanya
seketika saja lagi Aku ada bersama kamu. Kamu akan mencari Aku, dan seperti yang
telah Kukatakan kepada orang-orang Yahudi: Ke tempat Aku pergi, tidak mungkin
kamu datang, demikian pula Aku mengatakannya sekarang juga kepada kamu. ...
(36) Simon Petrus berkata kepada Yesus: ‘Tuhan, ke manakah Engkau pergi?’
Jawab Yesus: ‘Ke tempat Aku pergi, engkau tidak dapat mengikuti Aku
sekarang, tetapi kelak engkau akan mengikuti Aku.”.
Juga
mungkin karena kata-kata Yesus sebelum ini, yaitu dalam Yoh 13:21 - “Setelah
Yesus berkata demikian Ia sangat terharu, lalu bersaksi: ‘Aku berkata
kepadamu, sesungguhnya seorang di antara kamu akan menyerahkan Aku.’”.
Ingat
bahwa mereka masih tetap mempunyai pengertian Yahudi tentang Mesias, yaitu bahwa
Mesias itu akan memimpin mereka untuk mengalahkan Romawi. Sekarang, dengan
adanya kata-kata Yesus di atas, mereka sangat bingung dan kecewa. Mereka sudah
meninggalkan segala sesuatu untuk mengikut Yesus, dan sekarang Yesus akan
meninggalkan mereka.
2) Apapun alasannya, Yesus melarang mereka untuk terus
gelisah.
Ay
1a: ‘Janganlah gelisah hatimu’.
Baik
Hendriksen maupun Leon Morris mengatakan bahwa maksud dari ay 1a bukanlah:
‘janganlah mulai menjadi gelisah’, tetapi ‘berhentilah gelisah’,
atau ‘janganlah gelisah terus’.
William
Barclay: “In a very short time life for
the disciples was going to fall in. Their world was going to collapse in chaos
around them. At such a time there was only one thing to do - stubbornly to hold
on to trust in God. ... There comes a time when we have to believe where we
cannot prove and to accept where we cannot understand. If, in the darkest hour,
we believe that somehow there is a purpose in life and that that purpose is
love, even the unbearable becomes bearable and even in the darkness there is a
glimmer of light” (= Sebentar lagi hidup untuk para murid akan runtuh.
Dunia mereka akan runtuh dalam kekacauan di sekitar mereka. Pada saat seperti
itu hanya ada satu hal yang harus dilakukan - secara bandel terus percaya kepada
Allah. ... Akan datang saat dimana kita harus percaya pada saat kita tidak bisa
membuktikan, dan menerima pada saat kita tidak bisa mengerti. Jika, pada saat
yang paling gelap, kita percaya bahwa bagaimanapun juga ada suatu tujuan /
rencana dalam hidup dan bahwa tujuan / rencana itu adalah kasih, bahkan hal-hal
yang tak tertahankan menjadi tertahankan, dan bahkan dalam kegelapan ada cahaya
yang redup / berkelap-kelip) - hal 152-153.
3)
Beda kegelisahan dalam diri Yesus dan dalam diri kita / para murid.
Yesus
sendiri pernah mengalami kegelisahan / kekacauan hati, dan itu dinyatakan dalam
Yoh 11:33 12:27
13:21, dimana kata Yunani yang digunakan adalah kata Yunani yang sama
seperti dalam Yoh 14:1 ini. Lalu mengapa Ia melarang para murid untuk
gelisah, padahal Ia sendiri gelisah? Apakah Ia berdosa dengan merasa gelisah?
Matthew
Poole: “Our Saviour himself was
troubled, but not sinfully; his trouble neither arose from unbelief, nor yet was
in undue measure; it was (as one well expresseth it) like the mere agitation of
clear water, where was no mud at the bottom: but our trouble is like the
stirring of water that hath a great deal of mud at the bottom, which upon the
rolling, riseth up, and maketh the whole body of the water in the vessel impure,
roiled and muddy” [= Juruselamat kita sendiri gelisah, tetapi tidak dengan
cara yang berdosa; kegelisahanNya tidak muncul dari ketidakpercayaan, dan juga
tidak dilakukan dalam takaran yang tidak semestinya; itu adalah (seperti
seseorang menyatakannya dengan benar / baik) seperti pengadukan terhadap air
bersih, dimana tidak ada lumpur di dasarnya: tetapi kegelisahan kita adalah
seperti pengadukan terhadap air yang mempunyai banyak lumpur di dasarnya, yang
karena pengadukan itu naik ke atas dan membuat seluruh air dalam tempat itu
kotor, keruh dan berlumpur] - hal 353.
1) Percaya / beriman.
Ay
1: “percayalah kepada Allah, percayalah juga kepadaKu”.
a)
Terjemahan bagian ini.
Kedua
kata ‘percayalah’ dalam ay 1b ini, dalam bahasa Yunaninya bisa
diterjemahkan sebagai indicative /
pernyataan (‘Kamu percaya kepada Allah / Aku’) atau imperative
/ perintah (‘Percayalah kepada Allah / Aku’).
KJV
menterjemahkan yang pertama sebagai pernyataan, dan yang kedua sebagai perintah.
KJV: ‘ye believe in God, believe also in me’ (= engkau percaya
kepada Allah, percayalah juga kepadaKu).
Calvin
memilih terjemahan ini, tetapi hampir semua penafsir mengatakan bahwa keduanya
harus dalam imperative / perintah,
seperti dalam terjemahan Kitab Suci Indonesia, RSV, NIV, NASB.
RSV: ‘believe in God, believe also in me’ (= percayalah kepada
Allah, percayalah juga kepadaKu).
NIV/NASB
seperti RSV, tetapi NIV menggunakan kata ‘trust’ bukan ‘believe’.
Mungkin
penterjemah KJV dan Calvin berpikir bahwa para murid itu tentu sudah
percaya kepada Allah, dan sekarang Yesus menyuruh mereka juga percaya
kepadaNya.
Tetapi
dalam Mark 11:22 murid-murid juga diperintahkan oleh Yesus untuk percaya
kepada Allah (yang ini pasti adalah perintah). Jadi kalau dalam Yoh 14:1b
ini bagian pertama juga diterjemahkan sebagai imperative
/ perintah, itu bisa dipertanggung-jawabkan.
b) Kita harus percaya
kepada Allah dan kepada Kristus.
1. Tidak ada orang bisa beriman kepada salah satu saja!
Pulpit
Commentary: “Such is the relationship
between God and Christ that faith in one involves faith in both. Whether faith
begins from the human or Divine side, it will find itself embracing the Father
and Son, or neither. Thus, when Christ appeared in our world, those who had
genuine faith in God readily believe in him, and those who had not rejected him.
Faith in the visible and incarnate Son was a test of faith in the invisible and
eternal Father” (= Begitulah hubungan antara Allah dan Kristus sehingga
iman kepada yang satu melibatkan / menyebabkan iman kepada keduanya. Apakah iman
mulai dari sisi manusia atau ilahi, iman itu akan mendapati dirinya mencakup
Bapa dan Anak, atau tidak kedua-duanya. Demikianlah, ketika Kristus muncul dalam
dunia kita, mereka yang mempunyai iman yang sejati kepada Allah dengan rela /
mudah percaya kepadaNya, dan mereka yang tidak mempunyai iman yang sejati
menolakNya. Iman kepada Anak yang telah berinkarnasi dan yang kelihatan
merupakan ujian iman kepada Bapa yang tak kelihatan dan kekal) - hal 249.
Matthew
Henry: “Those
that rightly believe in God will believe in Jesus Christ” (= Mereka yang
percaya kepada Allah dengan benar akan percaya kepada Yesus Kristus).
2. Ini membuktikan bahwa Yesus adalah Allah.
Kitab
Suci melarang kita untuk percaya kepada manusia, tetapi menyuruh kita percaya
hanya kepada Allah (bdk. Yes 31:1 Yer
17:5-8). Bahwa di sini Yesus menyuruh murid-muridNya percaya kepadaNya,
menunjukkan bahwa Ia adalah Allah.
Lenski:
“The two ‘believe’ are used in the same sense, demanding the same
trust in Jesus as God. Both are equally trustworthy, and the ground for this is
the deity of Jesus, 10:30; 14:9; Matt. 16:16 ” (= Kedua kata
‘percayalah’ itu digunakan dalam arti yang sama, menuntut kepercayaan kepada
Yesus seperti kepada Allah. Keduanya sama-sama layak dipercaya, dan dasar dari
hal ini adalah keilahian Yesus, 10:30; 14:9; Mat 16:16) - hal 969.
Thomas
Whitelaw: “A mere man (if a good man)
would never have connected his name with God’s as Christ here does. Moses
never said, ‘Believe in God and believe in me.’” [= Seseorang yang
semata-mata adalah manusia (jika ia adalah orang yang baik) tidak akan pernah
menghubungkan namanya dengan nama Allah seperti yang Kristus lakukan di sini.
Musa tidak pernah berkata: ‘Percayalah kepada Allah dan percayalah
kepadaku.’] - hal 302.
3. Iman adalah obat kegelisahan.
Matthew
Henry: “believing
in God through Jesus Christ is an excellent means of keeping trouble from the
heart. The joy of faith is the best remedy against the griefs of sense” (=
percaya kepada Allah melalui Yesus Kristus merupakan cara yang sangat baik untuk
menjauhkan kegelisahan dari hati. Sukacita dari iman merupakan obat yang terbaik
terhadap perasaan sedih).
c)
Baik dalam ay 1a (janganlah gelisah) maupun ay 1b (percayalah),
digunakan present imperative (= kata
perintah bentuk present), yang
menunjukkan bahwa Ia menghendaki supaya perintah ini ditaati terus menerus.
2) Berpikir tentang surga.
a) Iman
/ kepercayaan kepada Allah dan Yesus itu dihubungkan dengan kekekalan /
kehidupan setelah kematian.
Ay 2-3: “(2) Di rumah BapaKu banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu
Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat
bagimu. (3) Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat
bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempatKu, supaya di tempat
di mana Aku berada, kamupun berada”.
Matthew
Henry: “what
must they trust God and Christ for? Trust them for a happiness to come when this
body and this world shall be no more, and for a happiness to last as long as the
immortal soul and the eternal world shall last” (= untuk apa mereka harus
mempercayai Allah dan Kristus? Mempercayai Mereka untuk suatu kebahagiaan yang
akan datang pada saat tubuh ini dan dunia ini tidak ada lagi, dan untuk suatu
kebahagiaan yang berlangsung selama jiwa yang kekal / tidak bisa mati dan dunia
yang kekal tetap ada).
Bdk.
1Kor 15:19 - “Jikalau kita hanya dalam hidup ini saja menaruh
pengharapan pada Kristus, maka kita adalah orang-orang yang paling malang dari
segala manusia”.
Penerapan: apakah saudara mempercayai Allah dan
Kristus hanya untuk hidup yang sekarang ini? Atau untuk kehidupan yang akan
datang?
b)
Banyak tempat tinggal di surga.
1. Ay 2a: ‘Di rumah
BapaKu banyak tempat tinggal’.
a.
Kata-kata ‘rumah BapaKu’ jelas menunjuk pada ‘surga’.
Jadi, surga digambarkan sebagai ‘rumah’.
Bdk.
2Kor 5:1 - “Karena kami tahu, bahwa jika kemah tempat kediaman kita di
bumi ini dibongkar, Allah telah menyediakan suatu tempat kediaman di sorga bagi
kita, suatu tempat kediaman yang kekal, yang tidak dibuat oleh tangan manusia”.
KJV: ‘For we know that if our earthly house of this tabernacle were
dissolved, we have a building of God, an house not made with hands,
eternal in the heavens’ (= Karena kami tahu bahwa jika rumah dari kemah di
bumi ini dihancurkan, kita mempunyai sebuah bangunan dari Allah, suatu rumah
yang tidak dibuat dengan tangan, kekal di surga).
b. Yesus mengatakan
bahwa di surga itu ada ‘banyak tempat tinggal’.
·
Ada
orang-orang yang memberikan arti yang sesat untuk kata-kata ‘banyak tempat
tinggal’ ini, dan mengartikannya bahwa ini menunjuk pada adanya banyak
tempat untuk orang-orang dari bermacam-macam kepercayaan dan agama.
Lenski:
“The word ‘many’ is misapplied when it is referred to men of all
kinds of opinions, convictions, faiths, and the like; for only true believers
may enter” (= Kata ‘banyak’ diterapkan secara salah pada waktu itu
dihubungkan dengan orang-orang dari segala jenis pandangan, keyakinan, iman, dan
sebagainya; karena hanya orang-orang percaya yang sejati yang bisa masuk) -
hal 971.
J.
C. Ryle: “The
modern idea of some divines, that our Lord meant that heaven was a place for all
sorts of creeds and religions, seems utterly unwarranted by the text. From the
whole context He is evidently speaking for the special comfort of Christians”
(= Kepercayaan modern dari beberapa ahli theologia, bahwa Tuhan kita memaksudkan
bahwa surga adalah suatu tempat untuk semua jenis pengakuan dan agama,
kelihatannya sama sekali tidak bisa dipertanggung-jawabkan oleh text ini. Dari
seluruh kontext Ia jelas sedang berbicara tentang penghiburan khusus bagi
orang-orang Kristen) - ‘Expository Thoughts on the Gospels’,
(John volume III), hal 62.
Catatan: Yoh 14:6 lebih-lebih membuang kemungkinan
penafsiran sesat ini. Yoh 14:6 - “Kata Yesus kepadanya: ‘Akulah jalan dan
kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak
melalui Aku”.
·
Ada juga
yang memberi arti yang salah untuk kata-kata ‘banyak tempat tinggal’
dengan mengatakan bahwa kata-kata ini menunjuk pada adanya perbedaan tingkat
kemuliaan di surga (Clarke). Sekalipun di surga memang ada perbedaan tingkat
kemuliaan, tetapi dasar untuk hal itu harus diambil dari ayat-ayat lain, karena
kata-kata di sini jelas tidak menunjuk pada arti tersebut.
·
Arti yang
benar: ‘banyak tempat tinggal’ menunjuk pada cukupnya tempat di surga
bagi semua orang percaya.
Calvin
dan kebanyakan penafsir lain mengatakan bahwa kata-kata ini hanya menunjukkan
bahwa tempat di surga itu cukup bagi semua.
Penerapan:
*
Karena
itu, janganlah saudara tidak memberitakan Injil, dengan pemikiran bahwa kalau
terlalu banyak orang yang percaya kepada Yesus, nanti kita akan berdesak-desakan
di sorga! Kalau saudara banyak memberitakan Injil dan menghasilkan banyak jiwa,
paling-paling kita akan berdesak-desakan di gereja, tetapi tidak di surga!
*
Alangkah
berbedanya ajaran ini dengan theologia dari Saksi-Saksi Yehuwa! Mereka berkata
bahwa yang masuk surga hanya 144.000 orang, dan pada sekitar tahun 1931, pada
waktu jumlah mereka melampaui 144.000 itu mereka lalu ‘menciptakan’ tempat
baru, yaitu Firdaus, yang mereka katakan sebagai bumi yang akan disempurnakan
nanti. Jadi, yang tidak kebagian tempat di surga, akan dimasukkan ke Firdaus
ini!
c. Tempat
tinggal di surga itu merupakan tempat tinggal yang permanen.
Kata ‘tempat tinggal’ dalam KJV adalah ‘mansions’,
dan dalam bahasa Yunani adalah MONAI (bentuk jamak). Matthew Henry mengatakan
bahwa kata MONAI berasal dari kata MANEO, dan berarti tempat tinggal yang kekal.
Jadi, kita tidak tinggal di sana hanya untuk sementara tetapi untuk
selama-lamanya. Di dunia ini kita tinggal seperti di penginapan / hotel, tetapi
di surga kita mendapat tempat tinggal yang tetap.
Pulpit
Commentary: “The settled life is thought of
rather than the wandering one. Jesus knew full well what a wandering life his
disciples would have, going into strange and distant countries. They would have
to travel as he himself had never travelled. The more they apprehended the work
to which they had been called, the more they would feel bound to go from land to
land, preaching the gospel while life lasted. To men thus constantly on the
move, the promise of a true resting-place was just the promise they needed”
(= Yang dipikirkan adalah hidup yang menetap dan bukannya hidup yang mengembara.
Yesus tahu sepenuhnya kehidupan mengembara yang bagaimana yang akan dijalani
oleh para muridNya, pergi ke negara yang asing dan jauh. Mereka akan pergi ke
tempat dimana Ia sendiri tidak pernah pergi. Makin mereka memahami pekerjaan
kemana mereka dipanggil, makin mereka akan merasa bahwa mereka harus pergi dari
satu tempat ke tempat lain, memberitakan Injil sementara mereka masih hidup.
Bagi orang-orang yang terus bergerak seperti itu, janji tentang tempat istirahat
yang sejati adalah janji yang mereka butuhkan) - hal 260.
d.
Semua ini menunjukkan bahwa surga adalah suatu tempat / lokasi, bukan
sekedar suatu kondisi.
Dalam
ay 2-3 versi Kitab Suci Indonesia, kata ‘tempat’ muncul 5 x, dan ini
menunjukkan bahwa surga betul-betul merupakan suatu tempat. Konsekwensinya,
neraka juga pasti merupakan suatu tempat. Bdk. Wah 20:10 - “dan Iblis,
yang menyesatkan mereka, dilemparkan ke dalam lautan api dan belerang, yaitu
tempat binatang dan nabi palsu itu, dan mereka disiksa siang malam sampai
selama-lamanya”.
Mengatakan
bahwa surga dan neraka bukanlah ‘suatu lokasi’ tetapi hanya ‘suatu
kondisi’ menunjukkan suatu kebodohan dan sikap tidak peduli pada Kitab Suci!
Pulpit
Commentary: “Heaven is a definite locality.
Jesus is there in his glorified body” (= Surga adalah suatu tempat
tertentu. Yesus ada di sana dalam tubuhNya yang telah dimuliakan) - hal 232.
Tentang
‘ascension’ / ‘kenaikan Kristus ke surga’, Charles Hodge
berkata sebagai berikut: “It was a local transfer of his person from one place to another; from
earth to heaven. Heaven is therefore a place” (= Itu merupakan perpindahan
tempat dari pribadiNya dari satu tempat ke tempat lain; dari bumi ke surga.
Karena itu, surga adalah suatu tempat) - ‘Systematic Theology’, Vol II, hal 630.
Herman
Hoeksema: “Heaven is a definite place, and
not merely a condition” (= Surga adalah tempat yang tertentu, dan bukan
semata-mata merupakan suatu kondisi / keadaan) - ‘Reformed
Dogmatics’, hal 422.
Catatan: kalau saudara masih belum yakin bahwa surga
dan neraka merupakan suatu tempat, dan menginginkan lebih banyak dasar Kitab
Suci untuk hal itu, bacalah ayat-ayat ini: Ul 26:15
1Raja 8:30,39,43,49 2Taw
6:21,30,33,39 2Taw 30:27 Ayub
16:19 Ayub 23:3
Ayub 25:2 Ayub 31:2
Ayub 36:29 Maz 33:14
Maz 68:19 Maz 93:4
Maz 92:9 Maz 113:5
Maz 144:7 Maz 148:1
Maz 150:1 Amsal 21:16
Yes 7:11 Yes 26:21
Yes 30:27 Yes 33:5 Yes
57:15 Yes 58:4
Yer 25:30 Mikha 1:3
Mikha 6:6 Zakh 2:13
Mat 5:19 Mat 25:46
Mark 9:44,46 Luk 2:14
Luk 16:28 Luk 19:38
Luk 24:49 Yoh 6:62
Yoh 7:34,36 Yoh 8:21-22
Yoh 13:33,36 2Kor 5:1-2 Ef
2:6 Ef 4:8
Ibr 1:3 Ibr 3:18
Ibr 4:3,5,6,10 Ibr 8:2 Ibr
9:12,24 2Pet 2:17
Yudas 13.
3) Mengetahui dan memikirkan tentang tujuan kepergian Yesus.
Barnes’
Notes: “‘I
go to prepare a place for you.’ By his going is meant his death and ascent to
heaven” (= ‘Aku pergi untuk menyediakan suatu tempat bagimu’. Dengan
kepergianNya dimaksudkan kematianNya dan kenaikanNya ke surga).
Matthew
Henry: “Believe
and consider that the design of Christ’s going away was to prepare a place in
heaven for his disciples. ‘You are grieved to think of my going away, whereas
I go on your errand, as the forerunner; I am to enter for you.’” (=
Percayalah dan pertimbangkanlah bahwa tujuan kepergian Kristus adalah untuk
mempersiapkan suatu tempat di surga bagi murid-muridNya. ‘Kamu sedih
memikirkan kepergianKu, padahal Aku pergi untuk keperluanmu, sebagai
pendahulumu; Aku masuk bagi / demi kamu’).
Matthew
Poole: “the place was prepared of old;
those who shall be saved, were of old ordained unto life. That kingdom was
prepared for them before the foundation of the world; that is, in the counsels
and immutable purpose of God. These mansions for believers in heaven were to be
sprinkled with blood: the sprinkling of the tabernacle, and all the vessels of
the ministry, were typical of it; but the heavenly things themselves with better
sacrifices than these, saith the apostle, Heb. 9:21,23” (= tempat ini
disiapkan sejak dulu; mereka yang akan diselamatkan, sudah sejak dulu ditentukan
untuk hidup. Kerajaan itu disiapkan untuk mereka sebelum dunia dijadikan; yaitu,
dalam rencana Allah yang kekal. Tempat tinggal - tempat tinggal untuk
orang-orang percaya di surga ini harus diperciki dengan darah: pemercikan
terhadap kemah suci, dan semua alat-alat pelayanan / alat-alat untuk ibadah
merupakan TYPE dari itu; tetapi hal-hal / benda-benda surgawi itu sendiri dengan
persembahan / korban yang lebih baik dari ini, kata sang rasul, Ibr 9:21,23)
- hal 353.
Matthew
Henry: “Heaven
would be an unready place for a Christian if Christ were not there. He went
to prepare a table for them, to prepare thrones for them, Lu. 22:30” (= Surga
akan merupakan suatu tempat yang tidak siap bagi seorang Kristen seandainya
Kristus tidak di sana. Ia pergi untuk mempersiapkan suatu meja bagi mereka,
untuk mempersapkan takhta-takhta bagi mereka, Luk 22:30).
Luk 22:30
- “bahwa kamu akan makan dan minum semeja dengan Aku di dalam KerajaanKu
dan kamu akan duduk di atas takhta untuk menghakimi kedua belas suku Israel”.
4) Mengetahui bahwa Yesus akan kembali untuk membawa mereka
ke surga.
a) Ay 3b: ‘Aku
akan datang kembali’.
Calvin:
Ini tidak menunjuk pada turunnya Roh Kudus pada hari Pentakosta, tetapi menunjuk
pada kedatangan Kristus yang keduakalinya.
Calvin:
“This place is said to be
prepared for the day of the resurrection” (= Dikatakan bahwa tempat ini
disiapkan untuk hari kebangkitan) - hal 82.
Hendriksen
mempunyai pandangan yang sama dengan Calvin, tetapi Pulpit Commentary mengatakan
bahwa ini tidak menunjuk pada Pentakosta, pertobatan, maupun hari penghakiman,
tetapi menunjuk pada kematian setiap murid (hal 232).
Ada
juga orang yang menggabungkan kedua pandangan di atas.
Thomas
Whitelaw: “first at the death of the
believer ... and finally at the last day” (= Pertama-tama pada saat
kematian orang percaya ... dan akhirnya pada hari terakhir) - hal 303.
Saya
lebih setuju dengan pandangan Calvin dan William Hendriksen. Tetapi bukankah
orang percaya sudah masuk surga pada saat mati? Ya, tetapi itu hanya jiwa /
rohnya saja, tubuhnya belum. Jadi, seluruh orang itu baru betul-betul
bersama-sama dengan Kristus di surga pada saat Kristus datang kembali, karena
pada saat itu tubuh dibangkitkan dan dipersatukan kembali dengan jiwa / rohnya,
dan masuk ke surga secara utuh.
b) Ay 3c: ‘membawa
kamu ke tempatKu’. Ini
salah terjemahan.
NASB:
‘receive you to Myself’ (= menerimamu kepadaKu sendiri).
NIV:
‘take you to be with me’ (= membawamu untuk bersamaKu).
RSV:
‘take you to myself’ (= membawamu kepadaKu sendiri).
KJV:
‘receive you unto myself’ (= menerimamu kepadaKu sendiri).
Hendriksen:
‘I will take you to be face to face with
me’ (= Aku akan membawamu untuk berhadapan muka dengan Aku ).
Terjemahan
Hendriksen ini merupakan terjemahan hurufiah, karena di sini digunakan kata
Yunani PROS, yang juga digunakan dalam Yoh 1:1 dan 1Yoh 1:2 (diterjemahkan ‘bersama-sama
dengan’).
Ini
masih disambung lagi dengan ay 3d: ‘supaya
di tempat dimana Aku berada, kamupun berada’.
Bandingkan
ini dengan Yoh 17:24 - “Ya Bapa, Aku
mau supaya, di manapun Aku berada, mereka juga berada bersama-sama dengan Aku,
mereka yang telah Engkau berikan kepadaKu, agar mereka memandang kemuliaanKu
yang telah Engkau berikan kepadaKu, sebab Engkau telah mengasihi Aku sebelum
dunia dijadikan”.
Lenski:
“His departure is not a permanent separation but a necessary step for a
glorious and eternal reunion” (= KepergianNya bukanlah merupakan suatu
perpisahan yang permanen tetapi merupakan suatu langkah yang perlu untuk suatu
reuni yang mulia dan kekal) - hal 972-973.
J.
C. Ryle: “Let
us note that one of the simplest, plainest ideas of heaven is here. It is being
‘ever with the Lord.’ Whatever else we see or do not see in heaven, we shall
see Christ. Whatever kind of a place, it is a place where Christ is. (Phil 1:23;
1Thess. 4:17)” [= Hendaklah kita perhatikan bahwa salah satu dari
gagasan-gagasan yang paling sederhana dan jelas tentang surga ada di sini. Itu
adalah ‘selalu ada bersama Tuhan’. Apapun yang lain yang kita lihat atau
tidak kita lihat di surga, kita akan melihat Kristus. Tempat apapun itu adanya,
yang jelas itu merupakan tempat dimana Kristus ada. (Fil 1:23; 1Tes 4:17)] -
‘Expository Thoughts on the Gospels’, (John volume III), hal 63.
William
Hendriksen: “So wonderful is Christ’s love
for his own that he is not satisfied with the idea of merely bringing them to
heaven. He must needs take them into his own embrace” (= Begitu ajaibnya
kasih Kristus untuk milikNya sehingga Ia tidak puas dengan gagasan tentang
sekedar membawa mereka ke surga. Ia harus membawa mereka ke dalam pelukanNya
sendiri) - hal 265-266.
John
G. Mitchell:
“the important thing is not
heaven. The important thing is being with Him” (= hal yang penting
bukanlah surga. Hal yang penting adalah bersama dengan Dia) - hal 268.
Penerapan:
Tuhan mementingkan persekutuan / kebersamaan dengan saudara yang adalah orang
percaya. Apakah saudara juga mementingkan persekutuan dengan Tuhan?
·
Apakah
saudara menganggap mati sebagai suatu keuntungan (bdk. Fil 1:21) karena
dengan demikian saudara akan masuk surga atau karena saudara akan bersama dengan
Kristus (bdk. Fil 1:23 - ‘aku ingin
pergi dan diam bersama-sama dengan Kristus’)?
·
Apakah
dalam berbakti saudara hanya ‘pergi ke gereja’ atau ‘bersekutu dengan
Tuhan’?
·
Pada
waktu bersaat teduh, apakah saudara melakukan sekedar sebagai tradisi, atau
karena ingin bersekutu dengan Tuhan?
·
Apakah
pada waktu berdoa saudara hanya sekedar ‘meminta sesuatu / meminta terhindar
dari sesuatu’ atau ‘ingin bersekutu dengan Tuhan’?
5)
Kepergian Yesus ke surga menjamin bahwa kita yang percaya juga akan masuk
ke surga.
Ay 3
yang menunjukkan bahwa Yesus pergi (termasuk pergi ke surga) untuk menyiapkan
tempat tinggal bagi kita ini, harus dibandingkan dengan Ibr 6:20, dimana
Yesus disebut sebagai ‘Perintis’.
Ibr 6:20
- “di mana Yesus telah masuk sebagai Perintis bagi kita, ketika Ia,
menurut peraturan Melkisedek, menjadi Imam Besar sampai selama-lamanya”.
KJV/RSV/NASB:
‘forerunner’ (= pendahulu /
pelopor / perintis).
Kata
Yunaninya adalah PRODROMOS, dan hanya muncul 1 x dalam Perjanjian Baru.
William
Barclay: “There are two uses of this word
which light up the picture within it. In the Roman army the prodromoi
were the reconnaissance troops. They went ahead of the main body of the army to
blaze the trail and to ensure that it was safe for the rest of the troops to
follow. The harbour of Alexandria was very difficult to approach. When the great
corn ships came into it a little pilot boat was sent out to guide them along the
channel into safe waters. That pilot boat was called the prodromos.
It went first to make it safe for others to follow. That is what Jesus did. He
blazed the way to heaven and to God that we might follow in his steps” (=
Ada 2 penggunaan dari kata ini yang menjelaskan hal ini. Dalam tentara Romawi
PRODROMOI adalah pasukan pengintaian. Mereka berjalan di depan pasukan utama
dari tentara itu untuk membuka jalan dan memastikan keamanan dari sisa pasukan
untuk mengikuti mereka. Pelabuhan Alexandria adalah tempat yang sukar di dekati.
Pada saat kapal jagung / gandum yang besar datang kepadanya, sebuah perahu
pembimbing yang kecil dikeluarkan untuk memimpin mereka di sepanjang jalan
kepada air / tempat yang aman. Perahu pembimbing itu disebut PRODROMOS. Perahu
itu berangkat dulu untuk membuat yang lain bisa mengikutinya dengan aman. Itulah
yang Yesus lakukan. Ia membuka jalan ke surga dan kepada Allah sehingga kita
mengikuti langkah-langkahNya) - hal 155.
Catatan:
prodromoi adalah bentuk jamak dari prodromos.
Calvin:
“By these words Christ intimates that the design of his departure is, to
prepare a place for his disciples. In a word, Christ did not ascend to heaven in
a private capacity, to dwell there alone, but rather that it might be the common
inheritance of all the godly, and that in this way the Head might be united to
his members” (= Dengan
kata-kata ini Kristus menunjukkan bahwa tujuan dari kepergianNya adalah untuk
mempersiapkan suatu tempat bagi murid-muridNya. Dengan kata lain, Kristus tidak
naik ke surga dalam kapasitas pribadi, untuk tinggal di sana sendirian, tetapi
supaya surga itu bisa menjadi warisan umum bagi semua orang saleh, dan supaya
dengan cara / jalan ini sang Kepala bisa dipersatukan dengan anggota-anggotaNya).
-bersambung-
-AMIN-
Author : Pdt. Budi Asali,M.Div.
E-mail : [email protected]
e-mail us at [email protected]
Link ke Channel Video Khotbah2 Pdt. Budi Asali di Youtube:
https://www.youtube.com/channel/UCP6lW2Ak1rqIUziNHdgp3HQ
Channel Live Streaming Youtube : bit.ly/livegkrigolgotha / budi asali