Kebaktian

G. K. R. I. ‘GOLGOTA’

(Rungkut Megah Raya Blok D No 16)

Minggu, tgl 3 Juli 2016, pk 8.00 & 17.00

Pdt. Budi Asali, M. Div.

 

orang kaya yang bodoh(1)

LUKAS 12:13-21

Luk 12:13-21 - “(13) Seorang dari orang banyak itu berkata kepada Yesus: ‘Guru, katakanlah kepada saudaraku supaya ia berbagi warisan dengan aku.’ (14) Tetapi Yesus berkata kepadanya: ‘Saudara, siapakah yang telah mengangkat Aku menjadi hakim atau pengantara atas kamu?’ (15) KataNya lagi kepada mereka: ‘Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu.’ (16) Kemudian Ia mengatakan kepada mereka suatu perumpamaan, kataNya: ‘Ada seorang kaya, tanahnya berlimpah-limpah hasilnya. (17) Ia bertanya dalam hatinya: Apakah yang harus aku perbuat, sebab aku tidak mempunyai tempat di mana aku dapat menyimpan hasil tanahku. (18) Lalu katanya: Inilah yang akan aku perbuat; aku akan merombak lumbung-lumbungku dan aku akan mendirikan yang lebih besar dan aku akan menyimpan di dalamnya segala gandum dan barang-barangku. (19) Sesudah itu aku akan berkata kepada jiwaku: Jiwaku, ada padamu banyak barang, tertimbun untuk bertahun-tahun lamanya; beristirahatlah, makanlah, minumlah dan bersenang-senanglah! (20) Tetapi firman Allah kepadanya: Hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu, dan apa yang telah kausediakan, untuk siapakah itu nanti? (21) Demikianlah jadinya dengan orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri, jikalau ia tidak kaya di hadapan Allah.’”.

 

I) Orang yang datang kepada Yesus (ay 13).

 

Ay 13: Seorang dari orang banyak itu berkata kepada Yesus: ‘Guru, katakanlah kepada saudaraku supaya ia berbagi warisan dengan aku.’.

 

1)   Latar belakang.

Pada jaman itu seorang Rabi / guru sering membereskan persoalan. Yesus dianggap sebagai Rabi sehingga Ia diminta untuk membereskan persoalan.

 

2)   Orang ini datang kepada Yesus bukan karena ia percaya kepada Yesus atau karena ia menyenangi ajaranNya, tetapi supaya ia mendapat warisan / menjadi kaya.

 

Penerapan: jaman sekarang, dengan populernya Theologia Kemakmuran, maka ada banyak orang ‘datang kepada Yesus’ atau ‘datang ke gereja’ dengan tujuan yang sama, yaitu supaya menjadi kaya / supaya mendapat berkat Tuhan yang berlimpah-limpah. Kalau saudara adalah orang yang seperti itu, maka pelajarilah dari pelajaran ini bagaimana sikap Yesus kepada orang yang datang kepadaNya dengan motivasi seperti itu, dan bertobatlah!

 

3)   Yesus baru mengajarkan firman Tuhan (ay 1-12), tetapi orang itu tidak mempedulikan apa yang Yesus baru ajarkan, dan ia, tanpa sungkan sedikitpun, tahu-tahu berbicara soal warisan, yang sama sekali tak ada hubungannya dengan apa yang Yesus ajarkan dalam ay 1-12 itu.

Di sini kita melihat bahwa orang itu, karena ketamakan / kecintaannya akan uang, menjadi tidak mempunyai kesopanan, tidak peduli pada firman Tuhan, asal ia bisa mendapat uang. Tak heran Paulus mengatakan bahwa cinta uang adalah akar segala kejahatan (1Tim 6:9-10).

1Tim 6:9-10 - “(9) Tetapi mereka yang ingin kaya terjatuh ke dalam pencobaan, ke dalam jerat dan ke dalam berbagai-bagai nafsu yang hampa dan yang mencelakakan, yang menenggelamkan manusia ke dalam keruntuhan dan kebinasaan. (10) Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka.”.

 

Renungkan: seberapa pentingnya uang bagi saudara?

 

4)   Dalam Perjanjian Lama ada hukum tentang pembagian warisan (Ul 21:15-17  Bil 27:8-11  Bil 36).

Ul 21:15-17 - “(15) ‘Apabila seorang mempunyai dua orang isteri, yang seorang dicintai dan yang lain tidak dicintainya, dan mereka melahirkan anak-anak lelaki baginya, baik isteri yang dicintai maupun isteri yang tidak dicintai, dan anak sulung adalah dari isteri yang tidak dicintai, (16) maka pada waktu ia membagi warisan harta kepunyaannya kepada anak-anaknya itu, tidaklah boleh ia memberikan bagian anak sulung kepada anak dari isteri yang dicintai merugikan anak dari isteri yang tidak dicintai, yang adalah anak sulung. (17) Tetapi ia harus mengakui anak yang sulung, anak dari isteri yang tidak dicintai itu, dengan memberikan kepadanya dua bagian dari segala kepunyaannya, sebab dialah kegagahannya yang pertama-tama: dialah yang empunya hak kesulungan.’”.

Bil 27:8-11 - “(8) Dan kepada orang Israel engkau harus berkata: Apabila seseorang mati dengan tidak mempunyai anak laki-laki, maka haruslah kamu memindahkan hak atas milik pusakanya kepada anaknya yang perempuan. (9) Apabila ia tidak mempunyai anak perempuan, maka haruslah kamu memberikan milik pusakanya itu kepada saudara-saudaranya yang laki-laki. (10) Dan apabila ia tidak mempunyai saudara-saudara lelaki, maka haruslah kamu memberikan milik pusakanya itu kepada saudara-saudara lelaki ayahnya. (11) Dan apabila ayahnya tidak mempunyai saudara-saudara lelaki, maka haruslah kamu memberikan milik pusakanya itu kepada kerabatnya yang terdekat dari antara kaumnya, supaya dimilikinya.’ Itulah yang harus menjadi ketetapan hukum bagi orang Israel, seperti yang diperintahkan TUHAN kepada Musa.”.

Boleh jadi orang yang datang kepada Yesus itu memang adalah pihak yang benar dalam sengketa tentang warisan itu. Dengan kata lain, bisa saja saudaranya tidak mematuhi hukum-hukum tentang pembagian warisan yang ada dalam Perjanjian Lama itu. Tetapi, bagaimanapun juga, orang ini tetap salah, karena ia adalah orang yang tamak, yang pikirannya hanya tertuju pada uang. Mungkin ia berpikir bahwa kalau ada uang maka segala sesuatu pasti enak.

 

5)   Sengketa yang dia bicarakan adalah dalam persoalan pembagian warisan dengan saudaranya sendiri!

William Hendriksen: Someone has said, ‘When there is an inheritance 99 percent of the people become wolves.’ [= Seseorang telah mengatakan, ‘Pada waktu di sana ada warisan, 99 % manusia menjadi serigala.’].

Apakah saudara termasuk yang 99 % atau yang 1 %?

 

II) Sikap / jawaban Yesus (ay 14-21).

 

A)  Ay 14: “Tetapi Yesus berkata kepadanya: ‘Saudara, siapakah yang telah mengangkat Aku menjadi hakim atau pengantara atas kamu?’”.

 

1)   ‘Saudara’ (ay 14). Ini sebetulnya salah terjemahan.

NIV/NASB/Lit: ‘man’. Mungkin bisa diterjemahkan ‘bung’ dalam bahasa Indonesia.

Ini sebutan yang tidak terlalu ramah dibanding dengan sebutan ‘saudara’ atau ‘anakku’ dsb. Jadi dari sini sudah terlihat sikap Yesus terhadap orang itu.

 

J. Reiling & J. L. Swellengrebel: a harsh form of address implying disapprobation [= suatu bentuk penyebutan / panggilan kasar yang secara implit menunjukkan ketidak-setujuan / pengecaman.] - ‘A Translator’s Handbook on the Gospel of Luke’ (Libronix).

 

2)   Ay 14 ini jelas menunjukkan bahwa Yesus tidak mau menuruti permintaan orang itu. Mengapa?

 

a)   Mungkin karena orang itu menggunakan Yesus hanya sebagai ‘tambal butuh’ / ‘ban serep’ saja.

Penerapan: kalau saudara hanya berdoa pada saat saudara membutuhkan sesuatu dari Tuhan, jangan berharap Tuhan mau mempedulikan saudara!

 

b)   Mungkin karena Yesus tidak mau orang banyak menganggap Dia sebagai Raja duniawi yang menangani persoalan-persoalan duniawi. Ingat bahwa orang Yahudi mempunyai pemikiran yang salah tentang Mesias dimana mereka menganggapNya sebagai Raja duniawi. Dan Yesus tidak mau memperparah pemikiran yang salah ini.

 

c)   Mungkin karena Yesus tidak mau ‘melangkahi’ orang-orang yang berwenang menangani persoalan seperti itu.

 

d)   Mungkin karena Ia mempunyai tugas lain yang lebih penting, yaitu tugas rohani!

Bdk. Luk 19:10 - “Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang.’”.

 

Penerapan:

 

1.   Hamba Tuhan tidak seharusnya disibukkan dengan tugas-tugas duniawi, bahkan tidak dengan tugas-tugas ‘remeh’ dalam gereja.

Kis 6:1-7 - “(1) Pada masa itu, ketika jumlah murid makin bertambah, timbullah sungut-sungut di antara orang-orang Yahudi yang berbahasa Yunani terhadap orang-orang Ibrani, karena pembagian kepada janda-janda mereka diabaikan dalam pelayanan sehari-hari. (2) Berhubung dengan itu kedua belas rasul itu memanggil semua murid berkumpul dan berkata: ‘Kami tidak merasa puas, karena kami melalaikan Firman Allah untuk melayani meja. (3) Karena itu, saudara-saudara, pilihlah tujuh orang dari antaramu, yang terkenal baik, dan yang penuh Roh dan hikmat, supaya kami mengangkat mereka untuk tugas itu, (4) dan supaya kami sendiri dapat memusatkan pikiran dalam doa dan pelayanan Firman.’ (5) Usul itu diterima baik oleh seluruh jemaat, lalu mereka memilih Stefanus, seorang yang penuh iman dan Roh Kudus, dan Filipus, Prokhorus, Nikanor, Timon, Parmenas dan Nikolaus, seorang penganut agama Yahudi dari Antiokhia. (6) Mereka itu dihadapkan kepada rasul-rasul, lalu rasul-rasul itupun berdoa dan meletakkan tangan di atas mereka. (7) Firman Allah makin tersebar, dan jumlah murid di Yerusalem makin bertambah banyak; juga sejumlah besar imam menyerahkan diri dan percaya.”.

 

Catatan: tetapi hamba Tuhan boleh membereskan sengketa di antara 2 orang kristen.

Bdk. 1Kor 6:1-6 - “(1) Apakah ada seorang di antara kamu, yang jika berselisih dengan orang lain, berani mencari keadilan pada orang-orang yang tidak benar, dan bukan pada orang-orang kudus? (2) Atau tidak tahukah kamu, bahwa orang-orang kudus akan menghakimi dunia? Dan jika penghakiman dunia berada dalam tangan kamu, tidakkah kamu sanggup untuk mengurus perkara-perkara yang tidak berarti? (3) Tidak tahukah kamu, bahwa kita akan menghakimi malaikat-malaikat? Jadi apalagi perkara-perkara biasa dalam hidup kita sehari-hari. (4) Sekalipun demikian, jika kamu harus mengurus perkara-perkara biasa, kamu menyerahkan urusan itu kepada mereka yang tidak berarti dalam jemaat? (5) Hal ini kukatakan untuk memalukan kamu. Tidak adakah seorang di antara kamu yang berhikmat, yang dapat mengurus perkara-perkara dari saudara-saudaranya? (6) Adakah saudara yang satu mencari keadilan terhadap saudara yang lain, dan justru pada orang-orang yang tidak percaya?”.

 

Fil 4:2 - “Euodia kunasihati dan Sintikhe kunasihati, supaya sehati sepikir dalam Tuhan.”.

 

2.   Jangan melakukan tugas duniawi, sehingga melalaikan tugas rohani saudara! Misalnya: terus sibuk dengan urusan pekerjaan, kampung (RT / RW), arisan, negara dsb, sehingga tIdak ada waktu untuk melayani Tuhan.

 

B)  Ay 15: “KataNya lagi kepada mereka: ‘Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu.’”.

 

1)   ‘Waspadalah terhadap segala ketamakan’.

 

a)   Kata Yunani yang diterjemahkan ‘ketamakan’ adalah PLEONEXIAS yang merupakan gabungan dari 2 kata Yunani yaitu PLEION [= more / lebih] + EKHEIN [= to have / mempunyai]. Jadi kata itu menunjuk pada ‘keinginan untuk mempunyai lebih banyak’. Kalau saudara adalah orang yang selalu ingin mempunyai lebih banyak (hal materi), maka saudara adalah orang yang tamak.

 

William Hendriksen: The Greek word for ‘greed’ is very descriptive. Literally it means: the thirst for ‘having more,’ always having more and more and still more. It is as if a man in order to quench his thirst takes a drink of salt water, which happens to be the only water that is available. This makes him still more thirsty. So he drinks again and again, until his thirst kills him. [= Kata Yunani untuk ‘ketamakan’ sangat menggambarkan. Secara hurufiah itu berarti: kehausan untuk ‘mempunyai lebih banyak’, selalu mempunyai lebih banyak dan lebih banyak dan tetap lebih banyak lagi. Itu adalah seperti seseorang yang untuk memuaskan kehausannya meminum air asin, yang kebetulan merupakan satu-satunya air yang tersedia. Ini membuat ia makin haus lagi. Maka ia minum lagi dan lagi, sampai kehausannya membunuhnya.].

 

b)   segala ketamakan’.

NASB: every forms of greed’ [= setiap bentuk ketamakan].

NIV: all kinds of greed’ [= semua jenis ketamakan].

Memang ada bermacam-macam ketamakan, seperti ketamakan terhadap uang, terhadap pakaian, sepatu, tas, perhiasan, rumah, mobil, barang-barang lux, kesenangan-kesenangan yang lain.

Ketamakan yang mana yang ada dalam diri saudara?

 

2)   ‘Hidupnya tidaklah tergantung pada kekayaannya’.

Ini menunjukkan bahwa sekalipun seseorang itu kaya, tetapi:

a)   Ia tetap harus mati, bahkan mungkin saja umurnya pendek!

b)   Ia tidak mesti mempunyai real life [= kehidupan yang sejati / sesungguhnya].

Sadarilah hal ini, dan janganlah menujukan hidup saudara pada kekayaan!

-bersambung-

Author : Pdt. Budi Asali,M.Div.

[email protected]

http://golgothaministry.org

Email : [email protected]

CHANNEL LIVE STEAMING YOUTUBE :  bit.ly/livegkrigolgotha / budi asali

https://www.youtube.com/channel/UCP6lW2Ak1rqIUziNHdgp3HQ