Kebaktian

G. K. R. I. ‘GOLGOTA’

(Rungkut Megah Raya, blok D no 16)

 

Minggu, tgl 12 Mei 2019, pk 8.00 & 17.00

 

Pdt. Budi Asali, M. Div.

 

link ke video di youtube:

https://www.youtube.com/watch?v=i_Akd5HJQuA

 

 

kesiapan untuk menjadi murid

 

Lukas 9:57-62(6)

 

Luk 9:57-62 - (57) Ketika Yesus dan murid-muridNya melanjutkan perjalanan mereka, berkatalah seorang di tengah jalan kepada Yesus: ‘Aku akan mengikut Engkau, ke mana saja Engkau pergi.’ (58) Yesus berkata kepadanya: ‘Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepalaNya.’ (59) Lalu Ia berkata kepada seorang lain: ‘Ikutlah Aku!’ Tetapi orang itu berkata: ‘Izinkanlah aku pergi dahulu menguburkan bapaku.’ (60) Tetapi Yesus berkata kepadanya: ‘Biarlah orang mati menguburkan orang mati; tetapi engkau, pergilah dan beritakanlah Kerajaan Allah di mana-mana.’ (61) Dan seorang lain lagi berkata: ‘Aku akan mengikut Engkau, Tuhan, tetapi izinkanlah aku pamitan dahulu dengan keluargaku.’ (62) Tetapi Yesus berkata: ‘Setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah.’.

 

C)  Orang ketiga (ay 61-62).

Ay 61-62: “(61) Dan seorang lain lagi berkata: ‘Aku akan mengikut Engkau, Tuhan, tetapi izinkanlah aku pamitan dahulu dengan keluargaku.’ (62) Tetapi Yesus berkata: ‘Setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah.’”.

 

1)   Kita soroti ay 61-nya saja lebih dulu, sekalipun dalam pembahasannya / penafsirannya kita tidak bisa tidak melibatkan ay 62-nya.

 

Ay 61: “Dan seorang lain lagi berkata: ‘Aku akan mengikut Engkau, Tuhan, tetapi izinkanlah aku pamitan dahulu dengan keluargaku.’”. Ini seperti NIV (‘to my family’).

KJV: And another also said, Lord, I will follow thee; but let me first go bid them farewell, which are at home at my house. [= Dan seorang lain juga berkata, Tuhan, aku akan mengikut Engkau; tetapi ijinkanlah aku pergi dahulu untuk mengucapkan selamat tinggal kepada mereka, yang ada di rumahku.].

RSV: Another said, ‘I will follow you, Lord; but let me first say farewell to those at my home.’ [= Seorang lain berkata, ‘Aku akan mengikut Engkau, Tuhan; tetapi ijinkanlah aku pergi dahulu untuk mengucapkan selamat tinggal kepada mereka yang ada di rumahku.].

NASB: And another also said, ‘I will follow You, Lord; but first permit me to say good-bye to those at home.’ [= Dan seorang lain lagi juga berkata, ‘Aku akan mengikut Engkau, Tuhan; tetapi ijinkanlah aku pergi dahulu untuk mengucapkan selamat tinggal kepada mereka di rumah.].

 

KJV/RSV/NASB memberikan terjemahan yang lebih hurufiah. Sekalipun orang-orang yang ada di rumahnya itu mungkin sekali adalah keluarganya, tetapi bisa saja ada orang-orang lain, seperti teman-teman mereka dan sebagainya.

 

a)   Sepintas lalu, kelihatannya permintaan orang ini wajar-wajar saja. Dalam kasus Elisa, waktu ia mau mengikuti Elia, ia juga minta ijin untuk pamitan / mencium keluarganya, dan kelihatannya Elia tak keberatan dengan hal itu.

 

1Raja 19:19-21 - “(19) Setelah Elia pergi dari sana, ia bertemu dengan Elisa bin Safat yang sedang membajak dengan dua belas pasang lembu, sedang ia sendiri mengemudikan yang kedua belas. Ketika Elia lalu dari dekatnya, ia melemparkan jubahnya kepadanya. (20) Lalu Elisa meninggalkan lembu itu dan berlari mengikuti Elia, katanya: ‘Biarkanlah aku mencium ayahku dan ibuku dahulu, lalu aku akan mengikuti engkau.’ Jawabnya kepadanya: ‘Baiklah, pulang dahulu, dan ingatlah apa yang telah kuperbuat kepadamu.’ (21) Lalu berbaliklah ia dari pada Elia, ia mengambil pasangan lembu itu, menyembelihnya dan memasak dagingnya dengan bajak lembu itu sebagai kayu api; ia memberikan daging itu kepada orang-orangnya, kemudian makanlah mereka. Sesudah itu bersiaplah ia, lalu mengikuti Elia dan menjadi pelayannya.”.

Ay 20b (KJV): ‘And he said unto him, Go back again: for what have I done to thee?’ [= Dan ia berkata kepadanya, Kembalilah lagi, karena apa yang telah aku lakukan kepadamu?’].

 

Lalu mengapa orang ini tidak diijinkan oleh Yesus untuk melakukan hal yang sama, yang kelihatannya wajar-wajar saja itu?

 

Matthew Henry: This seemed reasonable; it was what Elisha desired when Elijah called him, ‘Let me kiss my father and my mother;’ and it was allowed him: but the ministry of the gospel is preferable, and the service of it more urgent than that of the prophets; and therefore here it would not be allowed.[= Ini kelihatannya masuk akal; itu adalah apa yang Elisa inginkan pada waktu Elia memanggilnya, ‘Biarlah aku mencium ayahku dan ibuku’; dan itu diijinkan baginya: tetapi pelayanan injil lebih bernilai, dan pelayanan darinya lebih mendesak dari pada pelayanan nabi-nabi; dan karena itu di sini itu tidak diijinkan.].

Saya tidak setuju dengan Matthew Henry dalam hal ini, karena pelayanan nabi-nabi maupun pelayanan dari Yesus semua juga dilakukan bagi Allah, sehingga kita tidak bisa membedakannya seperti itu.

 

Menurut saya, alasannya adalah karena Yesus bisa melihat ke dalam hati orang itu, dan Ia melihat sesuatu yang berbeda antara hati Elisa dan hati orang itu.

 

Secara sama, dalam Alkitab ada orang-orang yang mempertanyakan nubuat Tuhan, dan tidak dihukum (Luk 1:34-35). Tetapi ada orang-orang yang melakukan hal yang sama dan dihukum (Luk 1:18-20). Ada orang-orang yang meminta tanda, dan ia dipersalahkan (Mat 12:38-39), sedangkan orang-orang lain meminta tanda, dan diberikan tanda itu (Hakim 6:36-40).

 

Luk 1:34-35 - “(34) Kata Maria kepada malaikat itu: ‘Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?’ (35) Jawab malaikat itu kepadanya: ‘Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah.”.

 

Luk 1:18-20 - “(18) Lalu kata Zakharia kepada malaikat itu: ‘Bagaimanakah aku tahu, bahwa hal ini akan terjadi? Sebab aku sudah tua dan isteriku sudah lanjut umurnya.’ (19) Jawab malaikat itu kepadanya: ‘Akulah Gabriel yang melayani Allah dan aku telah diutus untuk berbicara dengan engkau dan untuk menyampaikan kabar baik ini kepadamu. (20) Sesungguhnya engkau akan menjadi bisu dan tidak dapat berkata-kata sampai kepada hari, di mana semuanya ini terjadi, karena engkau tidak percaya akan perkataanku yang akan nyata kebenarannya pada waktunya.’”.

 

Mat 12:38-39 - “(38) Pada waktu itu berkatalah beberapa ahli Taurat dan orang Farisi kepada Yesus: ‘Guru, kami ingin melihat suatu tanda dari padaMu.’ (39) Tetapi jawabNya kepada mereka: ‘Angkatan yang jahat dan tidak setia ini menuntut suatu tanda. Tetapi kepada mereka tidak akan diberikan tanda selain tanda nabi Yunus.”.

 

Hakim 6:36-40 - “(36) Kemudian berkatalah Gideon kepada Allah: ‘Jika Engkau mau menyelamatkan orang Israel dengan perantaraanku, seperti yang Kaufirmankan itu, (37) maka aku membentangkan guntingan bulu domba di tempat pengirikan; apabila hanya di atas guntingan bulu itu ada embun, tetapi seluruh tanah di situ tinggal kering, maka tahulah aku, bahwa Engkau mau menyelamatkan orang Israel dengan perantaraanku, seperti yang Kaufirmankan.’ (38) Dan demikianlah terjadi; sebab keesokan harinya pagi-pagi ia bangun, dipulasnya guntingan bulu itu dan diperasnya air embun dari guntingan bulu itu, secawan penuh air. (39) Lalu berkatalah Gideon kepada Allah: ‘Janganlah kiranya murkaMu bangkit terhadap aku, apabila aku berkata lagi, sekali ini saja; biarkanlah aku satu kali lagi saja mengambil percobaan dengan guntingan bulu itu: sekiranya yang kering hanya guntingan bulu itu, dan di atas seluruh tanah itu ada embun.’ (40) Dan demikianlah diperbuat Allah pada malam itu, sebab hanya guntingan bulu itu yang kering, dan di atas seluruh tanah itu ada embun.”.

 

Semua itu karena Tuhan bisa melihat perbedaan dalam hati mereka, yang kita tidak bisa melihatnya.

 

Adam Clarke: This person seems to have had in view the case of Elisha, who made a similar request to the Prophet Elijah, 1 Kings 19:19-20, which request was granted by the prophet; but our Lord, seeing that this person had too much attachment to the earth, and that his return to worldly employments, though for a short time, was likely to become the means of stifling the good desires which he now felt, refused to grant him that permission.[= Orang ini kelihatannya mempunyai dalam pandangannya kasus Elisa, yang membuat suatu permohonan yang mirip kepada nabi Elia, 1Raja 19:19-20, dan permohonan itu dikabulkan oleh sang nabi; tetapi Tuhan kita, melihat bahwa orang ini mempunyai terlalu banyak ikatan dengan bumi / dunia, dan bahwa kembalinya ia pada pekerjaan-pekerjaan duniawi, sekalipun hanya untuk waktu yang singkat, sangat mungkin untuk menjadi cara / jalan dari halangan yang kuat terhadap keinginan-keinginan baik yang sekarang ia rasakan, menolak untuk mengabulkannya memberi ijin itu.].

 

The Biblical Illustrator: You will say, what harm in this request? Elijah granted it to Elisha (1 Kings 19:21). ... If two men do the same thing, it followeth not that they do it with the same mind. Things may be the same as to the substance or matter of the action, yet circumstances may be different. Christ knew this man’s heart, and could interpret the meaning of his desire to go home first. [= Kamu akan berkata, apa kesalahan / kejahatan dalam permintaan ini? Elia mengabulkannya bagi Elisa (1Raja 19:21). ... Jika dua orang melakukan hal yang sama, tidak berarti bahwa mereka melakukannya dengan pikiran yang sama. Hal-hal bisa sama berkenaan dengan substansi dari tindakan itu, tetapi keadaan-keadaan bisa berbeda. Kristus mengetahui hati orang ini, dan bisa menafsirkan arti dari keinginannya untuk pulang lebih dulu.].

 

J. C. Ryle: “‘Bid … farewell.’... It is probable, that, like the expression, ‘bury my father,’ more is implied than appears. Had the desire to bid farewell been like the simple wish of Elisha, ‘to kiss his father and mother,’ when Elijah called him, our Lord would hardly have said what He did. (1 Kings 19:20.) It is evident at any rate that our Lord saw the man’s heart was more at his home than at his work.[= ‘Mengucapkan ... selamat tinggal’. ... Adalah mungkin, bahwa, seperti ungkapan ‘menguburkan bapaku’, secara implicit ada lebih banyak dari pada kelihatannya. Seandainya keinginan untuk mengucapkan selamat tinggal adalah seperti keinginan sederhana / tanpa tambahan apa-apa dari Elisa, ‘untuk mencium ayah dan ibunya’, pada waktu Elia memanggilnya, Tuhan kita tidak mungkin telah mengatakan apa yang Ia katakan. (1Raja 19:20). Adalah jelas bahwa apapun kasusnya Tuhan kita melihat hati orang itu lebih banyak berada di rumahnya dari pada di pekerjaan / pelayanannya.] - Libronix.

 

William Hendriksen (tentang Luk 9:61): “What could be wrong with that request? Was it not altogether reasonable? However, we have already taken note of the fact that also in connection with the second aspirant, on the surface the request seemed moderate, yet was rejected. In order to arrive at a reasonable interpretation of these rejected requests we should take account of the fact that Jesus was able to see what we cannot see. He was able to search hearts and to read minds (Luke 5:20, 22; 6:8; John 1:47; 2:25; 21:17). He knew that for this particular person it would be dangerous first to go home. His priorities had not as yet been well established. He had not as yet reached the ideal mentioned in Col. 1:18, ‘that in all things he (Christ) might have the pre-eminence.’ In a sense this man reminds us of the first aspirant, for in both cases the would-be follower volunteers his allegiance by saying, ‘I will follow you.’ Jesus knows, however, that this third aspirant, on reaching ‘the folks at home,’ would fall an easy prey to their fervent and emotional pleas to stay home and not to join Jesus and his company.” [= Apa yang bisa salah dengan permohonan itu? Bukankah itu sepenuhnya masuk akal? Tetapi, kita telah memperhatikan fakta bahwa juga berhubungan dengan pemohon yang kedua, di permukaannya permohonan itu kelihatannya bersifat moderat / tidak berlebihan, tetapi ditolak. Supaya bisa sampai pada suatu penafsiran yang masuk akal dari permohonan-permohonan yang ditolak ini kita harus memperhatikan fakta bahwa Yesus bisa melihat apa yang kita tidak bisa lihat. Ia bisa menyelidiki hati dan membaca pikiran (Luk 5:20,22; 6:8; Yoh 1:47; 2:25; 21:17). Ia tahu bahwa untuk orang tertentu ini adalah berbahaya untuk pulang lebih dahulu. Prioritas-prioritasnya belum diteguhkan dengan baik. Ia belum mencapai keadaan ideal yang disebutkan dalam Kol 1:18, ‘bahwa dalam segala sesuatu Ia (Kristus) bisa mendapatkan keutamaan’. Dalam arti tertentu orang ini mengingatkan kita tentang pemohon pertama, karena dalam kedua kasus calon pengikut menawarkan secara sukarela kesetiaannya dengan mengatakan, ‘Aku akan mengikut Engkau’. Tetapi Yesus tahu bahwa pemohon ketiga ini, pada saat mencapai ‘orang-orang di rumah’, akan jatuh sebagai mangsa yang empuk bagi permohonan-permohonan yang sungguh-sungguh dan emosional untuk tetap tinggal di rumah dan tidak bergabung dengan Yesus dan kelompokNya.].

 

b)   Kesalahan dari permintaan ini:

 

1.         Adanya kata ‘tetapi’!

Hanya satu kata, tetapi sangat membedakan, dan sangat membahayakan!

 

Pulpit Commentary: “II. The man of indecision at the point of divergence. He says not, simply and absolutely, ‘I will;’ he says, ‘I will follow thee; but,’ etc. One word more, but how much less in fact and in truth?” [= II. Orang dengan ketidak-mampuan untuk memutuskan pada titik persimpangan. Ia tidak berkata, secara sederhana dan secara mutlak, ‘Aku mau’; ia berkata, ‘Aku mau / akan mengikut Engkau; tetapi’, dst. Lebih banyak satu kata, tetapi betapa jauh lebih sedikit / kurangnya dalam fakta dan dalam kebenaran?].

 

The Biblical Illustrator: Sermon to young men: - A noble resolution frustrated by a ‘but’! A life full of promise and of hope broken off by a ‘but’! A crown lost, a kingdom forfeited, an eternity marred by a ‘but’! A ‘but’ was this man’s ruin, and it may be also yours. I take it in this way, that each one present who is not following Christ may write in his or her own objection. 1. It is possible that with some of you the worldly life seems preferable on the score of pleasure. 2. Or you perhaps say: ‘At present I am so absorbed in business that I have no time to follow Christ.’ 3. Or perhaps that which has kept you back is fear of the reproach or the scorn of others. 4. Or you have formed an intention to follow Christ, but not now. ‘Let me first go,’ dec. Any excuse that will save you from immediate decision! What, think you, is peopling the regions of the lost? Is it crime? No. It is simple neglect of the gospel. Satan asks no more than that you should neglect it. He seeks not that you shall blaspheme it, or that you shall disbelieve it, or that you shall neglect and despise it. He only asks that you will neglect it. If you will only say, ‘Lord, I will follow Thee, but’ that is all he wants. [= Khotbah kepada orang-orang muda: - Suatu keputusan yang mulia digagalkan / dicegah dari keberhasilan oleh suatu kata ‘tetapi’! Suatu kehidupan yang menjanjikan dan penuh dengan pengharapan dihentikan oleh suatu kata ‘tetapi’! Suatu mahkota hilang, sebuah kerajaan hilang / dikalahkan, suatu kekekalan dirusak oleh suatu kata ‘tetapi’! Suatu kata ‘tetapi’ adalah kehancuran orang ini, dan itu juga bisa merupakan kehancuranmu. Saya menerimanya seperti ini, bahwa setiap orang yang hadir yang tidak sedang mengikuti Kristus bisa menuliskan keberatannya sendiri. 1. Adalah mungkin bahwa bagi beberapa dari kamu kehidupan duniawi kelihatan lebih menarik / lebih dipilih pada nilai dari kesenangan. 2. Atau mungkin kamu berkata: ‘Pada saat ini aku begitu terlibat dalam bisnis sehingga aku tidak mempunyai waktu untuk mengikut Kristus’. 3. Atau mungkin apa yang telah menahan kamu adalah rasa takut tentang celaan atau ejekan dari orang-orang lain. 4. Atau kamu telah membentuk suatu maksud untuk mengikut Kristus, tetapi tidak sekarang. ‘Ijinkanlah aku pergi dulu’, dst. Alasan apapun yang bisa membebaskan kamu dari keputusan langsung / segera! Menurutmu, apa yang mengisi / memenuhi daerah dari orang-orang yang terhilang? Apakah kejahatan / tindakan kriminil? Tidak. Itu adalah semata-mata suatu pengabaian terhadap injil. Iblis tidak meminta lebih dari supaya kamu mengabaikannya. Ia tidak berusaha supaya kamu menghujatnya, atau supaya kamu tidak percaya kepadanya, atau supaya kamu mengabaikan dan menghina / merendahkannya. Ia hanya meminta supaya kamu mengabaikannya. Jika saja kamu berkata, ‘Tuhan, aku akan mengikuti Engkau, tetapi’, maka itu adalah semua yang ia inginkan.].

 

Pulpit Commentary: “Ver. 61. - Decision and indecision. ‘Lord, I will follow thee; but,’ etc. Two trains may leave the same platform and travel for a while along the same lines, and they may look as if they would reach the same terminus; but one of them diverges slightly to the right and the other to the left, and then the further they go the greater is the distance that separates them. Two children born under the same roof, brought up under the same religious conditions, are baptized into the same faith, receive the same doctrines, are affected by the same influences; - they should reach the same home. But they do not. One makes a resolution to serve God outright, unconditional, without reserve; he says simply, deliberately, ‘I will follow thee;’ but the other makes a resolution under reserve, with conditions attached - he says, ‘Lord, I will follow thee; but,’ etc. The one of these two goes on, goes up, in the direction of piety, zeal, devotedness, sacred joy, holy usefulness; the other goes down in that of hesitation, oscillation between wisdom and folly, and finally of impenitence and spiritual failure.” [= Ay 61. - Keputusan dan keragu-raguan. ‘Tuhan, aku mau mengikut Engkau; tetapi’, dst. Dua kereta api bisa meninggalkan tempat / peron yang sama dan berjalan untuk sementara pada jalur yang sama, dan mereka bisa kelihatan seakan-akan mereka akan mencapai akhir / tujuan yang sama; tetapi satu dari mereka menyimpang sedikit ke kanan dan yang lain ke kiri, dan lalu makin jauh mereka pergi makin besar jarak yang memisahkan mereka. Dua anak dilahirkan di bawah atap yang sama, dibesarkan di bawah sikon agamawi yang sama, dibaptis ke dalam iman yang sama, menerima doktrin / ajaran yang sama, dipengaruhi oleh pengaruh-pengaruh yang sama; - mereka seharusnya mencapai rumah yang sama. Tetapi mereka tidak mencapai rumah yang sama. Satu membuat suatu keputusan untuk melayani Allah sepenuhnya, tanpa syarat, tanpa sikap menahan diri / mengamankan diri; ia berkata dengan sederhana, dengan sukarela / sadar, ‘Aku akan mengikut Engkau’; tetapi yang lain membuat suatu keputusan dengan sikap menahan diri / mengamankan diri, dengan syarat-syarat yang dilekatkan - ia berkata, ‘Tuhan, aku akan mengikut Engkau; TETAPI’, dst. Satu dari mereka berdua maju terus, naik, dalam arah dari kesalehan, semangat, pembaktian, sukacita yang kudus, kebergunaan yang kudus; yang lain turun dalam arah dari keragu-raguan, keadaan terombang-ambing antara hikmat dan kebodohan, dan akhirnya keadaan tak bertobat dan kegagalan rohani.].

 

2.         Ia menunda untuk ikut Yesus, dan itu membahayakan jiwanya sendiri.

 

The Biblical Illustrator: “This man wished to follow Christ, but there was something of more urgent necessity that must first be attended to. What folly, to put off attention to concerns of soul. Life is uncertain. Every delay is a step towards final impenitence.” [= Orang ini ingin untuk mengikut Yesus, tetapi di sana ada sesuatu dari kebutuhan yang lebih mendesak yang harus diurus lebih dulu. Betul-betul suatu kebodohan, untuk menunda perhatian berkenaan dengan jiwa. Hidup adalah tidak pasti. Setiap penundaan adalah suatu langkah menuju ketidak-bertobatan yang terakhir.].

 

3.   Ada yang ia pentingkan lebih dari Yesus, yaitu keluarganya / teman-temannya.

 

J. C. Ryle: Let it be noted in the whole passage, that both in the second and third cases the grand fault manifestly was the desire to do something ‘first,’ (59, 61 verses) before doing Christ’s work.[= Hendaklah diperhatikan dalam seluruh text, bahwa baik dalam kasus kedua dan ketiga kesalahan besar secara jelas adalah keinginan untuk melakukan sesuatu ‘pertama-tama’, (ay 59,61) sebelum melakukan pekerjaan Kristus.] - Libronix.

 

The Biblical Illustrator: Let us beware of the ensnaring influence of worldly connections, and of every inordinate affection; for these, rather than grosser evils, are the ordinary impediments to our salvation[= Hendaklah kita waspada tentang pengaruh yang bersifat menjerat dari hubungan-hubungan duniawi, dan tentang setiap perasaan / kasih yang berlebihan; karena hal-hal ini, lebih dari pada kejahatan-kejahatan yang lebih menjijikkan, merupakan halangan-halangan yang biasa / umum bagi keselamatan kita.].

 

Mengapa hal-hal ini bisa lebih berbahaya dari kejahatan-kejahatan yang menjijikkan? Karena dalam kasus dari kejahatan yang besar, kita langsung menyadari bahwa itu adalah dosa. Tetapi dalam kasus dari hubungan-hubungan duniawi, itu terlihat sebagai sesuatu yang ‘tidak bersalah’!

 

The Biblical Illustrator: This request had something of a backward look in it; it indicated somewhat of a desire to trim between Christ and his kindred; at least there was a positive danger in it to the discipleship he had just avowed; for, once away from the Master’s side and among his own unbelieving kindred, he would be beset by them as to the step he was taking; he would be expostulated with and warned against it, and threateningly dissuaded from it; tears, entreaties, influences of all sorts would be brought to bear on him to turn him from his intent and keep him at home as he was wont to be. And then, perchance, his mind would waver, and his resolution become shaken, and his faith fail, or be much unfitted for the high calling of the gospel. This danger the Lord Jesus keenly perceived, and clearly points out: and, while not forbidding him from doing as he desired, yet warns him to beware: ‘No man,’ etc., as if He said, ‘No man who follows Me can at the same time turn towards the world; if he do so he will fail in his following, perhaps in the way of it, certainly in the work of it. Such trimming is treason to Me, and shows those pursuing it unfit for My kingdom and work.’[= Permintaan ini mempunyai sesuatu tentang melihat ke belakang di dalamnya; itu menunjukkan suatu keinginan sampai pada suatu tingkat tertentu untuk menyeimbangkan antara Kristus dan keluarganya; sedikitnya di sana ada suatu bahaya yang positif di dalamnya bagi pemuridan yang baru saja ia akui / nyatakan; karena, sekali terpisah dari sisi Tuan / Gurunya dan berada di antara keluarganya sendiri yang bukan orang percaya, ia akan diserang / ditekan / ditakut-takuti oleh mereka berkenaan dengan langkah yang sedang ia ambil; ia akan didebat dan diperingati terhadap hal itu, dan ditahan secara mengancam dari hal itu; air mata, permohonan-permohonan, pengaruh-pengaruh dari semua jenis akan dibawa untuk membebaninya untuk membalikkan dia dari maksudnya dan menjaganya tetap di rumah seperti biasa. Maka mungkin, pikirannya akan terombang-ambing, dan keputusannya menjadi goyah, dan imannya menurun, atau menjadi tidak cocok untuk panggilan yang tinggi dari injil. Bahaya ini disadari oleh Tuhan Yesus, dan ditunjukkan secara jelas: dan, sekalipun tidak melarangnya untuk melakukan apa yang ia inginkan, tetapi memperingatinya untuk waspada: ‘Tak seorangpun’, dst., seakan-akan Ia berkata, ‘Tak seorangpun yang mengikuti Aku bisa pada saat yang sama berbalik kepada dunia; jika ia melakukan demikian ia akan gagal dalam tindakan mengikutnya, mungkin dalam jalan itu, dan pasti dalam pekerjaan darinya. Penyeimbangan seperti itu adalah pengkhianatan terhadap Aku, dan menunjukkan bahwa mereka yang mengikutinya tidak layak untuk kerajaan dan pekerjaanKu’.].

 

Pulpit Commentary (tentang ay 61): “III. The greatness and sadness of his mistake. ... 3. No man is waiting for God; but God is waiting for many halting and hesitating human souls. Behold, he stands at the door and knocks! ... If it is hard to find time, then for a purpose so supreme as this time must be made; if evil friendships are in the way, they must be made to stand out of the way. The voice that speaks from heaven is commanding; the case of our eternal destiny is critical in the very last degree.” [= III. Besarnya dan menyedihkannya kesalahannya. ... 3. Tak ada orang yang menunggu Allah; tetapi Allah sedang menunggu untuk banyak jiwa manusia yang berhenti dan ragu-ragu. Lihatlah, Ia berdiri di depan pintu dan mengetuk! ... Jika adalah sukar untuk menemukan waktu, maka untuk suatu tujuan yang begitu penting seperti ini, waktu harus dibuat / diadakan; jika persahabatan yang jahat ada di jalan, mereka harus dibuat minggir dari jalan. Suara yang berbicara dari surga sedang memerintahkan; kasus dari tujuan kekal kita sangat penting dalam tingkat yang terakhir.] - hal 264.

 

The Biblical Illustrator: I remark, that many surrender their religious impressions because, like this man in the text, they do not want to give up their friends and connections. The probability is that the majority of your friends are not true Christians.[= Saya memperhatikan, bahwa banyak orang menyerahkan pengaruh / hasil agamawi mereka karena, seperti orang dalam text ini, mereka tidak mau menyerahkan teman-teman dan hubungan-hubungan mereka. Kemungkinannya adalah bahwa mayoritas dari teman-temanmu bukanlah orang-orang Kristen sejati.].

 

Jamieson, Fausset & Brown (tentang Mat 8:21-22): our Lord’s warning is not against bidding them farewell which were at home at his house, but against the probable fatal consequences of that step; lest the embraces of earthly relationship should prove too strong for him, and he should never return to follow Christ.[= peringatan Tuhan kita bukanlah terhadap pamitan kepada mereka yang ada di rumah, tetapi terhadap konsekwensi-konsekwensi fatal yang memungkinkan dari langkah itu; supaya jangan pelukan-pelukan dari hubungan-hubungan duniawi terbukti terlalu kuat bagi dia, dan ia tidak pernah kembali untuk mengikut Kristus.].

 

Lenski: “With καί we are pointed to still another person who is somewhat like the other two. He is ready to start following Jesus but adds a request which is really a condition. He asks permission first to bid farewell to those in his house, namely his relatives; ... This request also sounds reasonable and innocent. But when this man gets back among his people, tells them of his intention to follow Jesus, and starts to bid them all farewell, will he be able to resist their pleading to stay with them and to give up Jesus? All honor to friendship and love, but humanly noble affections may prevent us from entering the kingdom. Matt. 10:37.” [= Dengan kata KAI kita diarahkan kepada seorang lain lagi yang mirip seperti dua yang lain. Ia siap untuk mulai mengikut Yesus tetapi menambahkan suatu permohonan yang sebetulnya adalah suatu syarat. Ia minta ijin untuk lebih dulu mengucapkan selamat tinggal kepada mereka yang ada di rumahnya, yaitu keluarganya; ... Permohonan ini juga kedengarannya masuk akal dan tidak bersalah. Tetapi pada waktu orang ini kembali di antara orang-orangnya / keluarganya, memberitahu mereka tentang maksudnya untuk mengikut Yesus, dan mulai mengucapkan selamat tinggal kepada mereka semua, akankah ia mampu untuk menahan permohonan mereka untuk tinggal dengan mereka dan menyerahkan / meninggalkan Yesus? Semua orang menghormat pada persahabatan dan kasih, tetapi perasaan-perasaan manusia yang mulia bisa menghalangi kita dari memasuki kerajaan. Mat 10:37.].

 

Mat 10:37 - Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih dari padaKu, ia tidak layak bagiKu; dan barangsiapa mengasihi anaknya laki-laki atau perempuan lebih dari padaKu, ia tidak layak bagiKu..

 

Matthew Henry: ‎Now that which was amiss in this is, ... That he was willing to enter into a temptation from his purpose of following Christ. To go and bid them farewell that were at home at his house would be to expose himself to the strongest solicitations imaginable to alter his resolution; for they would all be against it, and would beg and pray that he would not leave them. Now it was presumption in him to thrust himself into such a temptation. Those that resolve to walk with their Maker, and follow their Redeemer, must resolve that they will not so much as parley with their tempter.[= Sekarang apa yang salah dalam hal ini adalah, ... Bahwa ia mau masuk ke dalam suatu pencobaan dari tujuannya mengikut Kristus. Pergi dan mengucapkan selamat tinggal kepada mereka yang ada di rumahnya akan membuka dirinya sendiri pada permohonan / desakan yang terkuat yang bisa dibayangkan untuk mengubah keputusannya; karena mereka semua akan menentangnya, dan akan memohon dan meminta dengan sangat supaya ia tidak akan meninggalkan mereka. Merupakan suatu kesombongan dalam dia untuk memaksakan dirinya ke dalam pencobaan seperti itu. Mereka yang memutuskan untuk berjalan dengan Pencipta mereka, dan mengikuti Penebus mereka, harus memutuskan bahwa mereka tidak akan berdiskusi begitu banyak dengan pencoba mereka.].

 

Bandingkan dengan sikap Paulus dalam Gal 1:15-17 - “(15) Tetapi waktu Ia, yang telah memilih aku sejak kandungan ibuku dan memanggil aku oleh kasih karuniaNya, (16) berkenan menyatakan AnakNya di dalam aku, supaya aku memberitakan Dia di antara bangsa-bangsa bukan Yahudi, maka sesaatpun aku tidak minta pertimbangan kepada manusia; (17) juga aku tidak pergi ke Yerusalem mendapatkan mereka yang telah menjadi rasul sebelum aku, tetapi aku berangkat ke tanah Arab dan dari situ kembali lagi ke Damsyik..

 

David Gooding: “The lesson taught to the third would-be disciple shows that a follower of Christ must be prepared to break decisively the pull of family affection. A soldier called to fight to protect his nation and family must be prepared to leave his family and go off to the front.” [= Pelajaran yang diajarkan kepada calon murid yang ketiga menunjukkan bahwa seorang pengikut dari Kristus harus siap untuk memutuskan dengan tegas tarikan dari perasaan kasih keluarga. Seorang tentara dipanggil untuk berperang untuk melindungi bangsa dan keluarganya harus siap untuk meninggalkan keluarganya dan pergi ke garis depan.].

 

David Gooding: “Our third disciple wanted to delay following Christ until he had gone home and said goodbye to his family. But saying goodbye according to the social customs of the time would have meant a succession of farewell dinner parties day after day, always putting off the time of departure until tomorrow (see, for instance, Jdg. 19:3-8), and making it ever more difficult to leave.” [= Murid ketiga kita ingin menunda untuk mengikut Kristus sampai ia pulang ke rumah dan mengucapkan selamat tinggal kepada keluarganya. Tetapi mengucapkan selamat tinggal menurut kebiasaan sosial dari jaman itu bisa berarti suatu pesta-pesta makan malam yang berturut-turut hari demi hari, selalu menunda saat kepergian sampai besok (lihat sebagai contoh, Hak 19:3-8), dan membuatnya selalu lebih sukar untuk meninggalkan.].

 

Hak 19:3-10 - “(3) Berkemaslah suaminya itu, lalu pergi menyusul perempuan itu untuk membujuk dia dan membawanya kembali; bersama-sama dia bujangnya dan sepasang keledai. Ketika perempuan muda itu membawa dia masuk ke rumah ayahnya, dan ketika ayah itu melihat dia, maka bersukacitalah ia mendapatkannya. (4) Mertuanya, ayah perempuan muda itu, tidak membiarkan dia pergi, sehingga ia tinggal tiga hari lamanya pada ayah itu; mereka makan, minum dan bermalam di sana. (5) Tetapi pada hari yang keempat, ketika mereka bangun pagi-pagi dan ketika orang Lewi itu berkemas untuk pergi, berkatalah ayah perempuan muda itu kepada menantunya: ‘Segarkanlah dirimu dahulu dengan sekerat roti, kemudian bolehlah kamu pergi.’ (6) Jadi duduklah mereka, lalu makan dan minumlah keduanya bersama-sama. Kata ayah perempuan muda itu kepada laki-laki itu: ‘Baiklah putuskan untuk tinggal bermalam dan biarlah hatimu gembira.’ (7) Tetapi ketika orang itu bangun untuk pergi juga, mertuanya itu mendesaknya, sehingga ia tinggal pula di sana bermalam. (8) Pada hari yang kelima, ketika ia bangun pagi-pagi untuk pergi, berkatalah ayah perempuan muda itu: ‘Mari, segarkanlah dirimu dahulu, dan tinggallah sebentar lagi, sampai matahari surut.’ Lalu makanlah mereka keduanya. (9) Ketika orang itu bangun untuk pergi, bersama dengan gundiknya dan bujangnya, berkatalah mertuanya, ayah perempuan muda itu, kepadanya: ‘Lihatlah, matahari telah mulai turun menjelang petang; baiklah tinggal bermalam, lihat, matahari hampir terbenam, tinggallah di sini bermalam dan biarlah hatimu gembira; maka besok kamu dapat bangun pagi-pagi untuk berjalan dan pulang ke rumahmu.’ (10) Tetapi orang itu tidak mau tinggal bermalam; ia berkemas, lalu pergi. Demikian sampailah ia di daerah yang berhadapan dengan Yebus - itulah Yerusalem -; bersama-sama dengan dia ada sepasang keledai yang berpelana dan gundiknya juga..

 

David Gooding: “There is no denying that to put our hand to the plough of service in the kingdom of God is to face some sacrifice of the joys of family life, which may well increase as the plough advances. If when the going gets tough, we look back and hanker after the easier life we have left behind, we shall get our eyes off the goal we were supposed to be aiming at, our drive will falter, our efficiency will be impaired, our sense of direction will become confused and our ploughing may cease altogether.” [= Tidak disangkal bahwa meletakkan tangan kita pada bajak dari pelayanan dalam kerajaan Allah berarti menghadapi suatu pengorbanan dari sukacita-sukacita dari kehidupan keluarga, yang bisa meningkat pada waktu bajak berjalan maju. Jika pada waktu kondisi di bawah kaki menjadi sukar / berat, kita menoleh ke belakang dan rindu akan kehidupan yang mudah yang telah kita tinggalkan di belakang, kita akan melepaskan pandangan mata kita dari tujuan yang seharusnya kita tuju, jalan kita akan terhuyung-huyung, ke-efisien-an kita akan rusak, pengertian kita tentang arah akan menjadi bingung dan pembajakan kita bisa berhenti sama sekali.].

 

Pulpit Commentary: “A third case is that of one who is ready to follow Christ, but wishes to bid those at home farewell. Our Lord tells him the danger of looking back. The farewells at home might have resulted in a farewell for ever to Jesus.” [= Kasus ketiga adalah kasus tentang seseorang yang siap untuk mengikut Yesus, tetapi ingin untuk mengucapkan selamat tinggal kepada mereka yang ada di rumah. Tuhan kita memberitahunya bahaya dari melihat ke belakang. Pengucapan selamat tinggal di rumah bisa menghasilkan suatu ucapan selamat tinggal untuk selama-lamanya kepada Yesus.] - hal 265.

 

 

-bersambung-

 

 

Author : Pdt. Budi Asali,M.Div.

E-mail : [email protected]

e-mail us at [email protected]

http://golgothaministry.org

Link ke Channel Video Khotbah2 Pdt. Budi Asali di Youtube:

https://www.youtube.com/channel/UCP6lW2Ak1rqIUziNHdgp3HQ