Tanggal 23 Maret 2003
Eksposisi
Injil Lukas
oleh : Pdt. Budi Asali M.Div.
1)
Kontras dengan text sebelumnya.
William
Hendriksen mengatakan bahwa perpindahan dari text sebelumnya ke text ini
mengandung suatu kontras yang harus diperhatikan. Kalau dalam text sebelumnya
penduduk Gadara / Gerasa itu meminta Yesus untuk meninggalkan mereka, maka di
sini terjadi yang sebaliknya, dimana:
a)
Banyak orang menantikan dan menyambut Dia.
Ay 40:
“Ketika Yesus kembali, orang banyak menyambut Dia
sebab mereka semua menanti-nantikan Dia”.
Tentang kata ‘menyambut’ (‘welcomed’) A. T.
Robertson mengatakan bahwa artinya adalah ‘to receive with pleasure’
(= menerima dengan senang).
Tetapi
Pulpit Commentary mengatakan: “This .... was only a temporary religious
revival, but still while it lasted it gathered great crowds in every place where
he visited” (= Ini ... hanya merupakan kebangunan rohani agamawi yang
bersifat sementara, tetapi sementara hal itu bertahan hal itu tetap mengumpulkan
kumpulan orang banyak di setiap tempat yang Ia kunjungi) - hal 209.
Penafsir
yang lain dari Pulpit Commentary mengatakan (hal 226) bahwa tidak semua orang
mempunyai perasaan dan motivasi yang sama dan benar tentang kedatangan Yesus
ini. Mungkin ada yang hanya sekedar ingin tahu, ada yang ingin disembuhkan, ada
yang ingin keluarganya disembuhkan, ada yang ingin belajar dari Dia, dan
sebagainya.
Kalau
saudara datang kepada Yesus / menerima Yesus, motivasi saudara perlu
diperhatikan.
b)
Yairus meminta Yesus untuk datang.
Ay 41:
“Maka datanglah seorang yang bernama Yairus. Ia
adalah kepala rumah ibadat. Sambil tersungkur di depan kaki Yesus ia memohon
kepadaNya, supaya Yesus datang ke rumahnya”.
1.
Lukas (dan Markus) mengatakan ‘tersungkur’,
tetapi Mat 9:18 mengatakan ‘menyembah’.
Calvin
berpendapat bahwa yang dimaksud adalah sekedar berlutut di depan Yesus. Yairus
tidak melakukan penyembahan ilahi terhadap Yesus, tetapi menghormatiNya sebagai
seorang nabi.
Tetapi
tetap perlu diperhatikan bahwa Yesus tidak menolak diperlakukan seperti itu.
Bdk. dengan Petrus yang menolaknya (Kis 10:25-26), dan juga malaikat dalam
kitab Wahyu (Wah 19:10 Wah 22:8-9).
2.
Ay 41 ini menunjukkan bahwa Yairus adalah seorang kepala rumah
ibadat / synagogue, tetapi ia tersungkur / menyembah Yesus. Ia mau merendahkan
diri di hadapan Yesus. Ini merupakan sesuatu yang perlu diperhatikan.
Bagaimanapun tingginya kedudukan saudara, di hadapan Yesus / Allah, saudara
harus merendahkan diri.
2)
Permintaan Yairus.
Yairus
ingin Yesus menolong anaknya. Yang dipersoalkan adalah: anak Yairus itu sakit
berat dan hampir mati, atau sudah mati?
Ay
41b-42a: “(41b) Sambil tersungkur di depan kaki
Yesus ia memohon kepadaNya, supaya Yesus datang ke rumahnya, (42a) karena
anaknya perempuan yang satu-satunya, yang berumur kira-kira dua belas tahun, hampir
mati”.
Sekarang
kita bandingkan dengan ayat-ayat paralelnya:
Mark 5:22-23
- “(22) datanglah seorang kepala rumah ibadat yang bernama Yairus. Ketika
ia melihat Yesus, tersungkurlah ia di depan kakiNya (23) dan memohon dengan
sangat kepadaNya: ‘Anakku perempuan sedang sakit, hampir mati,
datanglah kiranya dan letakkanlah tanganMu atasnya, supaya ia selamat dan tetap
hidup.’”.
Mat 9:18
- “Sementara Yesus berbicara demikian kepada mereka, datanglah seorang
kepala rumah ibadat, lalu menyembah Dia dan berkata: ‘Anakku perempuan baru
saja meninggal, tetapi datanglah dan letakkanlah tanganMu atasnya, maka ia
akan hidup.’”.
Markus
sama dengan Lukas, tetapi Matius kelihatannya memberikan cerita yang kontradiksi
dengan Markus dan Lukas, karena Matius mengatakan bahwa anak itu ‘baru saja
meninggal’.
Cara
mengharmoniskan:
a)
Calvin mengatakan (hal 410) bahwa Matius hanya menyingkat cerita tanpa
mempedulikan detail-detailnya, sedangkan Markus dan Lukas menceritakan detail-detailnya.
Leon Morris (Tyndale) juga mempunyai pandangan seperti ini (hal 158).
b)
Kata-kata Yairus yang sebenarnya adalah: ‘Anakku sakit begitu berat
sehingga pasti saat ini ia sudah mati’. Matius lalu mengambil sebagian
dari kata-kata ini dan Markus / Lukas mengambil bagian yang lain.
Ini
adalah satu penafsiran yang mungkin sekali. Memang dalam Mark 5:23 di
katakan: ‘Supaya ia selamat dan tetap hidup’. Ayat ini
seolah-olah menentang penafsiran ini. Tetapi kata ‘tetap’ dalam ayat
itu sebetulnya tidak ada sehingga penafsiran ini tetap mempunyai kemungkinan
benar.
c)
Anak itu masih hidup waktu Yairus meninggalkan rumah, tetapi sudah mati
waktu Yairus berbicara dengan Yesus. Matius memasukkan fakta itu ke dalam
perkataan Yairus, sedangkan Markus / Lukas menceritakan kata-kata Yairus sesuai
dengan anggapan Yairus (Yairus tidak tahu anaknya sudah mati). Ini juga
merupakan penafsiran yang mungkin sekali benar.
3) Yesus pergi ke rumah Yairus (ay 42).
Adam
Clarke (tentang Mat 9:19):
“Our blessed Lord could have acted as well at a distance as present; but
he goes to the place, to teach his ministers not to spare either their steps or
their pains when the salvation of a soul is in question. Let them not think it
sufficient to pray for the sick in their closets; but let them go to their
bed-sides, that they may instruct and comfort them” (= Tuhan kita yang
terpuji bisa bertindak dari jarak jauh seakan-akan Ia hadir; tetapi Ia pergi ke
tempat itu, untuk mengajar pelayan-pelayanNya untuk tidak menghemat langkah
mereka atau usaha mereka pada waktu keselamatan dari suatu jiwa dipersoalkan.
Hendaklah mereka tidak berpikir bahwa adalah cukup untuk berdoa bagi orang sakit
di dalam kamar; tetapi hendaklah mereka pergi ke sisi ranjang orang sakit itu,
supaya bisa mengajar dan menghibur orang sakit itu).
Ay 42b-44:
“(42b) Dalam perjalanan ke situ Yesus didesak-desak orang banyak. (43) Adalah
seorang perempuan yang sudah dua belas tahun menderita pendarahan dan yang tidak
berhasil disembuhkan oleh siapapun. (44) Ia maju mendekati Yesus dari belakang
dan menjamah jumbai jubahNya, dan seketika itu juga berhentilah pendarahannya”.
Mark 5:26-29
- “(26) Ia telah berulang-ulang diobati oleh berbagai tabib, sehingga telah
dihabiskannya semua yang ada padanya, namun sama sekali tidak ada faedahnya
malah sebaliknya keadaannya makin memburuk. (27) Dia sudah mendengar
berita-berita tentang Yesus, maka di tengah-tengah orang banyak itu ia mendekati
Yesus dari belakang dan menjamah jubahNya. (28) Sebab katanya: ‘Asal kujamah
saja jubahNya, aku akan sembuh.’ (29) Seketika itu juga berhentilah
pendarahannya dan ia merasa, bahwa badannya sudah sembuh dari penyakitnya”.
1) Penderitaan perempuan ini:
a)
Pendarahan. Ini sudah merupakan penderitaan.
b)
Im 15:19-27 - “(19) Apabila seorang perempuan mengeluarkan lelehan,
dan lelehannya itu adalah darah dari auratnya, ia harus tujuh hari lamanya dalam
cemar kainnya, dan setiap orang yang kena kepadanya, menjadi najis sampai
matahari terbenam. (20) Segala sesuatu yang ditidurinya selama ia cemar kain
menjadi najis. Dan segala sesuatu yang didudukinya menjadi najis juga. (21)
Setiap orang yang kena kepada tempat tidur perempuan itu haruslah mencuci
pakaiannya, membasuh tubuhnya dengan air dan ia menjadi najis sampai matahari
terbenam. (22) Setiap orang yang kena kepada sesuatu barang yang diduduki
perempuan itu haruslah mencuci pakaiannya, membasuh diri dengan air dan ia
menjadi najis sampai matahari terbenam. (23) Juga pada waktu ia kena kepada
sesuatu yang ada di tempat tidur atau di atas barang yang diduduki perempuan
itu, ia menjadi najis sampai matahari terbenam. (24) Jikalau seorang laki-laki
tidur dengan perempuan itu, dan ia kena cemar kain perempuan itu, maka ia
menjadi najis selama tujuh hari, dan setiap tempat tidur yang ditidurinya
menjadi najis juga. (25) Apabila seorang perempuan berhari-hari lamanya
mengeluarkan lelehan, yakni lelehan darah yang bukan pada waktu cemar kainnya,
atau apabila ia mengeluarkan lelehan lebih lama dari waktu cemar kainnya, maka
selama lelehannya yang najis itu perempuan itu adalah seperti pada hari-hari
cemar kainnya, yakni ia najis. (26) Setiap tempat tidur yang ditidurinya, selama
ia mengeluarkan lelehan, haruslah baginya seperti tempat tidur pada waktu cemar
kainnya dan setiap barang yang didudukinya menjadi najis sama seperti kenajisan
cemar kainnya. (27) Setiap orang yang kena kepada barang-barang itu menjadi
najis, dan ia harus mencuci pakaiannya, membasuh tubuhnya dengan air, dan ia
menjadi najis sampai matahari terbenam”.
Peraturan
ini kelihatannya berlaku untuk perempuan yang datang bulan, tetapi boleh
dikatakan semua penafsir menganggap bahwa ini juga berlaku untuk penyakit
pendarahan seperti yang dialami oleh perempuan ini. Dalam jaman Perjanjian Baru
Im 15 yang merupakan ‘ceremonial law’ (= hukum yang berhubungan
dengan upacara keagamaan) ini tak berlaku lagi (bdk. Ef 2:15). Tetapi Perjanjian
Baru baru dimulai pada saat Yesus mati dan bangkit. Jadi pada saat itu peraturan
ini masih berlaku. Peraturan ini membuat penderitaan perempuan ini semakin
hebat. Ia tidak bisa berbakti ataupun bersekutu dengan orang lain!
William
Hendriksen mengatakan bahwa berdasarkan Im 15:19-dst di atas, maka perempuan itu
harus dianggap sebagai najis, dan siapapun yang menyentuh dia juga menjadi
najis. Mungkin ini alasannya sehingga ia tidak menyentuh Yesus, tetapi hanya
ujung jubahNya.
c)
Jangka panjang yaitu 12 tahun!
d)
Mark 5:26 mengatakan bahwa ia sudah mencari semua tabib sehingga semua
uang habis untuk itu, tetapi penyakitnya bukan hanya tidak sembuh tetapi bahkan
semakin memburuk.
Mark 5:26
- “Ia telah berulang-ulang diobati oleh berbagai tabib, sehingga telah
dihabiskannya semua yang ada padanya, namun sama sekali tidak ada faedahnya
malah sebaliknya keadaannya makin memburuk”.
2) Perempuan itu sudah mendengar tentang Yesus.
Mark 5:27
- “Dia sudah mendengar berita-berita tentang Yesus, maka di
tengah-tengah orang banyak itu ia mendekati Yesus dari belakang dan menjamah
jubahNya”.
Ia
sudah mendengar berita tentang Yesus. Iman timbul dari pendengaran (Ro 10:17).
3) Iman dan pemikiran perempuan ini.
Mark 5:27b-28:
“(27b) maka di tengah-tengah orang banyak itu ia mendekati Yesus dari
belakang dan menjamah jubahNya. (28) Sebab katanya: ‘Asal kujamah saja
jubahNya, aku akan sembuh.’”.
Memang
perempuan ini mempunyai iman, tetapi imannya:
·
lemah.
Ini terlihat dari kata-kata Yesus kepadanya: ‘teguhkanlah hatimu’
(Mat 9:22).
·
bercampur
dengan kesalahan dan bahkan takhyul. Ini terlihat dari kepercayaannya berkenaan
dengan penyentuhan ujung jubah Yesus (Mark 5:28).
·
jelek. Ia
mengira Yesus tak akan tahu kalau ujung jubahNya disentuh.
Tetapi
Kristus toh menerimanya dan bahkan memuji imannya (ay 48).
Calvin:
“there was a mixture of sin and error in the woman’s faith, which
Christ graciously bears and forgives. ... Christ bestows high commendation on
her faith. ... God deals kindly and gently with his people, - accepts their
faith, though imperfect and weak” (= ada suatu campuran dosa dan kesalahan
dalam iman perempuan ini, yang dengan murah hati ditahan dan diampuni oleh
Kristus. ... Kristus memberikan pujian / penghargaan yang tinggi tentang
imannya. ... Allah menangani umatNya dengan baik dan lembut, - menerima iman
mereka, sekalipun tidak sempurna dan lemah) - hal 411,412.
Dalam
kasus Yairus sendiri Calvin beranggapan bahwa iman Yairus lemah, dan tidak
sekuat iman perwira dalam Luk 7:1-10. Dan inilah komentar Calvin tentang hal
itu.
Calvin:
“his faith was feeble and nearly exhausted. Yet Christ yields to his
prayers, ... Though we have not such abundance of faith as might be desired,
there is no reason why our weakness should drive away or discourage us from
prayer” (= imannya lemah dan nyaris habis. Tetapi Kristus mengabulkan
doanya, ... Sekalipun kita tidak mempunyai iman yang berlimpah-limpah seperti
yang diinginkan, tidak ada alasan mengapa kelemahan kita harus mengusir kita
dari doa atau mengecilkan hati kita untuk berdoa) - hal 411.
Pulpit
Commentary: “This
is not the only instance of this kind of strange faith mingled with superstition
being signally rewarded. The case of the miraculous efficacy of the
handkerchiefs and aprons which had had contact with Paul’s body (Acts 19:12)
is an interesting example. A still more startling one exists in the healing
influence of the shadow of Peter falling on the sick as he passed along the
street (Acts 5:15). ... this incident in the Divine and perfect life which we
have just dwelt on, teaches us with striking clearness that he can and will
bless the dimmest, most imperfect faith, the faith of the little child, and of
the poorest untaught one” [= Ini bukanlah satu-satunya kejadian tentang
jenis iman yang aneh yang dicampur dengan takhyul yang diberi pahala secara
menyolok. Kasus dari kemujaraban yang bersifat mujijat dari sapu tangan dan kain
yang pernah bersentuhan dengan tubuh Paulus (Kis 19:12) merupakan contoh yang
menarik. Contoh yang lebih mengejutkan terdapat dalam pengaruh yang menyembuhkan
dari bayangan Petrus yang jatuh pada orang sakit pada saat ia melewati jalanan
(Kis 5:15). ... peristiwa dalam kehidupan Ilahi dan sempurna yang baru kita
pikirkan ini, mengajar kita dengan kejelasan yang menyolok bahwa Ia bisa dan
akan memberkati iman yang paling suram dan tidak sempurna, iman dari seorang
anak, dan seorang miskin yang bodoh] - hal 209,210.
Hati-hati
dalam mengartikan kata-kata ini. Kata-kata ini berbahaya, karena iman dalam
persoalan keselamatan berbeda dengan iman dalam doa. Dalam persoalan
keselamatan, iman harus benar. Iman yang tidak sempurna, dalam arti sangat
cacat, misalnya kalau seseorang percaya bahwa ia diselamatkan oleh perbuatan
baik, atau tidak mempercayai keilahian Kristus, tidak akan diberkati.
Tetapi
dalam persoalan doa, iman yang tidak sempurna itu tetap bisa diterima dan
diberkati oleh Tuhan, karena iman yang tidak sempurna itu disempurnakan oleh
iman kita kepada Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat.
4) Yesus bertanya siapa yang menyentuh Dia.
Ay 45-48:
“(45) Lalu kata Yesus: ‘Siapa yang menjamah Aku?’ Dan karena tidak ada
yang mengakuinya, berkatalah Petrus: ‘Guru, orang banyak mengerumuni dan
mendesak Engkau.’ (46) Tetapi Yesus berkata: ‘Ada seorang yang menjamah Aku,
sebab Aku merasa ada kuasa keluar dari diriKu.’ (47) Ketika perempuan itu
melihat, bahwa perbuatannya itu ketahuan, ia datang dengan gemetar, tersungkur
di depanNya dan menceriterakan kepada orang banyak apa sebabnya ia menjamah Dia
dan bahwa ia seketika itu juga menjadi sembuh. (48) Maka kataNya kepada
perempuan itu: ‘Hai anakKu, imanmu telah menyelamatkan engkau, pergilah dengan
selamat!’”.
a)
Mengapa Yesus menanyakan: ‘Siapa yang menjamah Aku?’. Tentu bukan
karena Ia tidak tahu, tetapi karena:
1.
Seseorang yang mengalami berkat / pertolongan Tuhan, harus memuliakan
Tuhan.
Maz
50:15 - “Berserulah kepadaKu pada waktu
kesesakan, Aku akan meluputkan engkau, dan engkau akan memuliakan Aku.’
Sela”.
Pulpit
Commentary: “That
sensitive heart, trying to screen herself from the observation of the crowd, and
wishing to come and go unnoticed, was not rejected. Nevertheless, the Lord, by
his repeated questioning, constrained her to come forward and acknowledge the
blessing she had received. Christ does not wish for an ostentatious piety; he
hates all pretence; but he approves and desires a suitable and grateful avowal
of our indebtedness to him. Though we come with a trembling heart, yet we are to
come and tell our friends what great things the Lord has done for us” (=
Hati yang peka itu, yang berusaha untuk menutupi dirinya sendiri dari pengamatan
orang banyak, dan ingin datang dan pergi tanpa diperhatikan, tidak ditolak.
Namun, Tuhan, dengan pertanyaanNya yang berulang-ulang, mendesaknya untuk maju
dan mengakui berkat yang telah ia terima. Kristus tidak menginginkan suatu
kesalehan yang bersifat pameran; Ia membenci semua kepura-puraan; tetapi Ia
merestui dan menginginkan suatu pengakuan yang sesuai dan penuh syukur dari
keberhutangan kita kepadaNya. Sekalipun kita datang dengan hati yang gemetar,
tetapi kita harus datang dan memberi tahu teman-teman kita hal-hal besar apa
yang Tuhan telah lakukan untuk kita) - hal 227.
Penerapan: bagian ini merupakan teguran bagi orang kristen yang
tidak pernah mau mensharingkan berkat yang telah mereka terima.
2.
Pertanyaan ini akan menyebabkan perempuan itu memberikan pengakuan /
kesaksian, dan pengakuan / kesaksian ini baik / bermanfaat untuk perempuan itu
sendiri maupun untuk orang-orang yang mendengarnya. Dengan demikian perempuan
itu tidak lagi dianggap najis.
b)
Kata-kata Petrus maksudnya adalah ‘banyak orang mengerumuni dan
mendesak Engkau, dan karena itu tentu banyak yang menjamah / menyentuh Engkau’.
Jawaban
Yesus dalam ay 46 menunjukkan adanya perbedaan antara sekedar kontak fisik, dan
kontak rohani. Manusia tidak bisa membedakan kedua hal ini, tetapi Yesus bisa!
Penerapan: kalau saudara berbakti di gereja, berdoa, bersaat
teduh, datang dalam Pemahaman Alkitab, dsb, jangan asal ada ‘kontak fisik’,
tetapi harus ada ‘kontak rohani’ dengan Tuhan.
Pulpit
Commentary: “it
conveys to us the important truth that we are not lost in the crowd. ... The
fact that he controls the universe is no reason why he should not watch the
workings of each humblest human soul. The vastness of the range of his
observation does not diminish the fulness of his knowledge of every member of
his family” (= itu menyampaikan kepada kita kebenaran yang penting bahwa
kita tidak terhilang dalam kumpulan orang banyak. ... Fakta bahwa ia mengontrol
alam semesta bukanlah alasan mengapa Ia tidak mengawasi pekerjaan dari setiap
jiwa yang paling rendah. Keluasan dari pengamatanNya tidak mengurangi kepenuhan
dari pengetahuanNya tentang setiap anggota dari keluargaNya) - hal 227.
William
Barclay: “Almost
everybody would have regarded the woman in the crowd as totally unimportant. For
Jesus she was someone in need, and therefore he, as it were, withdrew from the
crowd and gave himself to her. ‘God loves each one of us as if there was only
one of us to love.’” (= Hampir setiap orang akan menganggap perempuan
dalam kumpulan orang banyak itu sebagai sama sekali tidak penting. Untuk Yesus
ia adalah seseorang dalam kebutuhan, dan karena itu Ia seakan-akan menarik diri
dari kumpulan orang banyak itu dan memberikan diriNya kepadanya. ‘Allah
mengasihi setiap orang dari kita seakan-akan di sana hanya ada satu orang dari
kita untuk dikasihi’) - hal 114.
c)
Mengapa perempuan itu menjadi takut?
William
Hendriksen mengatakan (hal 459) bahwa pada saat itu di tempat itu perempuan
dianggap tidak layak untuk bicara di tempat umum. Juga karena ia dianggap najis,
tetapi menyentuh Yesus, yang dianggap sebagai nabi / guru.
d)
Yesus lalu berkata kepada perempuan itu dalam ay 48:
“Maka kataNya kepada perempuan itu: ‘Hai anakKu, imanmu telah
menyelamatkan engkau, pergilah dengan selamat!’”.
1.
Kata ‘anakKu’ dalam bahasa Inggris adalah ‘daughter’
(= anak perempuan).
Pulpit
Commentary: “This is the only place in the Gospels where our Lord is
reported to have used this loving word to any woman” (= Ini adalah
satu-satunya tempat dalam Injil-injil dimana Tuhan kita dilaporkan telah
menggunakan kata yang penuh kasih ini kepada seorang perempuan) - hal 210.
Pulpit
Commentary juga mengatakan (hal 210) bahwa dalam kitab Apocrypha yang disebut
‘Injil Nikodemus’, perempuan bernama ‘Veronica’, dan pada waktu Yesus
jatuh pada saat memikul kayu salib, perempuan ini memberikan sapu tangan untuk
menyeka wajah Yesus. Tetapi tentang kebenaran dari cerita ini, tentu saja sama
sekali tidak bisa dipastikan.
2.
‘Imanmu telah menyelamatkan engkau’.
William
Hendriksen: “Her faith, though not the basic cause of her cure, had
been the channel through which the cure had been accomplished” (= Imannya,
sekalipun bukan penyebab dasar dari penyembuhannya, mereka saluran melalui mana
penyembuhan itu tercapai) - hal 459.
Barnes’
Notes (tentang Mat 9:22):
“Her faith, her strong confidence in Jesus, had been the means of her
restoration. It was the ‘power’ of Jesus that cured her; but that power
would not have been exerted but in connection with faith. So in the salvation of
a sinner. No one is saved who does not believe; but faith is the instrument, and
not the power, that saves” (= Imannya, keyakinannya yang kuat kepada
Yesus, telah menjadi jalan dari pemulihannya. Adalah kuasa dari Yesus yang
menyembuhkannya; tetapi kuasa itu tidak akan digunakan kecuali berhubungan
dengan iman. Demikian juga dalam keselamatan dari seorang berdosa. Tidak
seorangpun yang diselamatkan yang tidak percaya; tetapi iman adalah alat, dan
bukan kuasa, yang menyelamatkan).
Saya
tidak setuju dengan pemutlakan iman dalam persoalan kesembuhan seperti ini, dan
juga dengan penyamaan kemutlakan iman dalam persoalan kesembuhan dan dalam
persoalan keselamatan. Dalam hal keselamatan iman memang mutlak harus ada,
tetapi dalam hal kesembuhan tidak. Misalnya pada waktu Lazarus mati, ia sendiri
tentu tidak beriman, dan kedua saudaranya juga tidak beriman, tetapi toh Lazarus
dibangkitkan.
1) Interupsi dari perempuan itu merupakan pencobaan bagi
Yairus.
Interupsi
dari perempuan tadi jelas merupakan suatu pencobaan hebat bagi Yairus! Anaknya
sakit berat / sekarat, dan pertolongan harus cepat datang atau anak itu akan
mati, tetapi sekarang perempuan ini menyebabkan Yesus tertunda untuk menolong
anaknya.
Tetapi
sebetulnya, pada saat yang sama, interupsi ini juga membantu iman Yairus, karena
dalam peristiwa ini ia melihat bahwa Yesus menyembuhkan perempuan yang sakit
pendarahan itu.
2) Anak Yairus mati.
Ay
49: “Ketika Yesus masih berbicara, datanglah
seorang dari keluarga kepala rumah ibadat itu dan berkata: ‘Anakmu sudah mati,
jangan lagi engkau menyusah-nyusahkan Guru!’”.
a)
Orang yang membawa kabar ini memberi nasehat yang maksudnya baik, yaitu
untuk tidak lagi menyusahkan Yesus, tetapi ia tetap salah.
Pulpit
Commentary: “Christ may be much troubled by our distance and neglect;
he is not likely to be burdened by our earnest approaches and appeals” (=
Kristus bisa disusahkan oleh kejauhan dan pengabaian kita; Ia tidak mungkin
disusahkan oleh pendekatan dan permohonan kita yang sungguh-sungguh) - hal
228.
Jadi,
kalau saudara jauh dari Dia atau mengabaikan Dia, itu menyusahkan Dia. Tetapi
kalau saudara mendekat kepadaNya dan memohon kepadaNya, betapapun banyaknya dan
besarnya permintaan saudara, itu tidak menyusahkan Dia.
Pulpit
Commentary: “the cause may be very low, the heart may be very cold,
the character may be very corrupt, the life may be very base, the case may seem
very hopeless; but do not shrink from ‘troubling the Master;’ his touch
‘has still its ancient power;’” (= perkaranya boleh rendah, hati boleh
sangat dingin, karakter boleh sangat jahat, kehidupan boleh sangat jelek / hina,
kasusnya boleh kelihatan tak ada harapan; tetapi jangan segan untuk
‘menyusahkan Guru’; sentuhanNya ‘tetap mempunyai kuasanya yang kuno’)
- hal 228.
b)
Anak Yairus mati.
Pencobaan
seperti ini sering terjadi. Kita mendapat problem
yang berat, dan kita lalu datang kepada Tuhan dalam doa. Tetapi apa yang
terjadi? Bukannya keadaan lalu membaik tetapi sebaliknya memburuk sedemikian
rupa, sehingga dalam pandangan kita menjadi mustahil untuk dibereskan. Pada saat
seperti itu, kita juga harus memperhatikan apa yang Yesus katakan.
Ay 50:
“Tetapi Yesus mendengarnya dan berkata kepada Yairus: ‘Jangan takut, percaya
saja, dan anakmu akan selamat.’”.
Mark 5:36
- “Tetapi Yesus tidak menghiraukan perkataan mereka dan berkata kepada
kepala rumah ibadat: ‘Jangan takut, percaya saja!’”.
Markus
menggunakan kata Yunani PISTEUE, suatu present imperative, yaitu perintah
yang harus dilakukan terus menerus, atau ‘teruslah percaya’.
Lukas
menggunakan kata Yunani PISTEUSON, suatu aorist imperative, yaitu
perintah yang hanya perlu dilakukan 1 x saja.
Keduanya
harus digabungkan.
Leon
Morris (Tyndale): “Jesus certainly made it clear to the ruler of the
synagogue that in the face of the disaster that had hit him he must have faith.
Nothing else mattered” (= Yesus pasti membuatnya jelas kepada kepala rumah
ibadat itu bahwa di hadapan bahaya yang telah menghantamnya ia harus mempunyai
iman. Tidak ada hal lain yang berarti) - hal 161.
Bdk.
Amsal 24:10 - “Jika engkau tawar hati pada masa kesesakan, kecillah
kekuatanmu”.
KJV: ‘If thou faint in the day of
adversity, thy strength is small’ (= Jika engkau lemah / takut / suam pada
hari kesengsaraan, kekuatamu kecil).
NASB: ‘If
you are slack in the day of distress, Your strength is limited’ (= Jika engkau mengendur pada hari
kesukaran, Kekuatanmu terbatas).
NIV: ‘If
you falter in times of trouble, how small is your strength!’ (= Jika engkau bimbang / goyang pada masa
kesukaran, alangkah kecilnya kekuatanmu).
3)
Pembangkitan anak Yairus.
Ay 51-56:
“(51) Setibanya di rumah Yairus, Yesus tidak memperbolehkan seorangpun ikut
masuk dengan Dia, kecuali Petrus, Yohanes dan Yakobus dan ayah anak itu serta
ibunya. (52) Semua orang menangis dan meratapi anak itu. Akan tetapi Yesus
berkata: ‘Jangan menangis; ia tidak mati, tetapi tidur.’ (53) Mereka
menertawakan Dia, karena mereka tahu bahwa anak itu telah mati. (54) Lalu Yesus
memegang tangan anak itu dan berseru, kataNya: ‘Hai anak bangunlah!’ (55)
Maka kembalilah roh anak itu dan seketika itu juga ia bangkit berdiri. Lalu
Yesus menyuruh mereka memberi anak itu makan. (56) Dan takjublah orang tua anak
itu, tetapi Yesus melarang mereka memberitahukan kepada siapapun juga apa yang
terjadi itu”.
a)
Yang diceritakan dalam ay 52 ini adalah peratap profesional.
Bdk.
Yer 9:17-18 - “(17) Perhatikanlah! Panggillah perempuan-perempuan
peratap, supaya mereka datang, dan suruhlah orang kepada perempuan-perempuan
yang bijaksana, supaya mereka datang! (18) Biarlah mereka bersegera dan meratap
karena kita, supaya mata kita mencucurkan air mata, dan kelopak mata kita
melelehkan air!”.
Adam
Clarke: “Pompous
funeral ceremonies are ridiculous in themselves, and entirely opposed to the
spirit and simplicity of the religion of Christ. Everywhere they meet with his
disapprobation” (= Upacara-upacara penguburan yang megah merupakan sesuatu
yang menggelikan dalam dirinya sendiri, dan sepenuhnya bertentangan dengan
semangat dan kesederhanaan dari agama Kristus. Dimana-mana hal-hal seperti itu
ditemui dengan penolakanNya).
Kalau
saudara menghabiskan banyak uang untuk penguburan, maka renungkan kata-kata
Clarke ini.
Matthew
Henry (tentang Mat 9):
“Observe, The parents, who were immediately touched with the affliction,
were silent, while the people and minstrels, whose lamentations were forced,
made such a noise. Note, The loudest grief is not always the greatest; rivers
are most noisy where they run shallow. ... That grief is most sincere, which
shuns observation” (= Perhatikan, orang tua anak itu, yang secara langsung
disentuh oleh penderitaan / kesusahan itu, diam, sementara orang-orang dan
penyanyi / pemusik, yang ratapannya dipaksakan, membuat keributan besar.
Perhatikan, kesedihan yang paling keras bunyinya tidak selalu adalah kesedihan
yang terbesar; sungai sangat keras bunyinya kalau mereka dangkal. ... Kesedihan
itu paling sungguh-sungguh, yang menghindari pengamatan / pengawasan).
Pulpit
Commentary: “The
hired mourners, with their shouts and cries, their ostentation and display, are
abhorrent to the Lord. Simplicity and genuineness of emotion befit the house of
the dead, and all connected with death and burial” (= Orang-orang
berkabung sewaan, dengan teriakan dan tangisan mereka, pameran dan pertunjukan
mereka, merupakan sesuatu yang menjijikkan bagi Tuhan. Kesederhanaan dan
keaslian dari perasaan cocok dengan rumah dari orang mati, dan semua yang
berhubungan dengan kematian dan penguburan) - hal 217.
Bandingkan
dengan orang-orang kristen yang nangis-nangis di gereja-gereja Pentakosta /
Kharismatik. Sekalipun ini tak berhubungan dengan kematian tetapi ini juga bukan
tangisan yang tulus, dan pasti tidak disenangi oleh Tuhan.
b) Yesus berkata bahwa
anak itu tidak mati tetapi tidur (ay 52).
Komentar
William Barclay tentang text ini diberi judul ‘An only child is healed’
(= Anak tunggal disembuhkan)!
William
Barclay: “They
were sure she was dead, but Jesus said she was asleep. It is perfectly possible
that Jesus meant this literally. It may well be that here we have a real miracle
of diagnosis; that Jesus saw the girl was in a deep trance and that she was on
the point of being buried alive” (= Mereka yakin bahwa ia mati, tetapi
Yesus berkata bahwa ia tidur. Adalah sangat mungkin bahwa Yesus memaksudkan ini
secara hurufiah. Mungkin di sini kita mempunyai suatu mujijat diagnose yang
sejati; bahwa Yesus melihat gadis itu ada dalam suatu trance yang dalam,
dan bahwa ia ada pada titik dimana ia akan dikubur hidup-hidup) - hal
110-111.
Ini
merupakan omong kosong yang bodoh. Ada banyak hal yang jelas menunjukkan bahwa
anak itu betul-betul telah mati, yaitu:
·
kalau itu
hanya suatu diagnose yang benar, maka itu bukan suatu mujijat yang hebat,
sehingga tak akan dicatat oleh 3 penulis Injil.
·
istilah
‘tidur’ sering dipakai untuk menyatakan ‘mati’.
Calvin:
“‘Sleep’ is everywhere in Scripture employed to denote ‘death;’
and there is no doubt but this comparison, taken from temporal rest, points out
a future resurrection. But here Christ expressly makes a distinction between
‘sleep’ and ‘death,’ so as to excite an expectation of life” (=
‘Tidur’ dimana-mana dalam Kitab Suci digunakan untuk menunjukkan
‘kematian’; dan tidak ada keraguan bahwa perbandingan ini, diambil dari
istirahat sementara, menunjuk pada suatu kebangkitan pada masa yang akan datang)
- hal 415-416.
Leon
Morris (Tyndale):
“In the New Testament believers are never said to die, but to
sleep” (= Dalam Perjanjian Baru orang-orang percaya tidak pernah
dikatakan mati, tetapi tidur) - hal 162.
Bdk.
Yoh 11:11-14 - “(11) Demikianlah perkataanNya, dan sesudah itu Ia
berkata kepada mereka: ‘Lazarus, saudara kita, telah tertidur, tetapi
Aku pergi ke sana untuk membangunkan dia dari tidurnya.’ (12) Maka kata
murid-murid itu kepadaNya: ‘Tuhan, jikalau ia tertidur, ia akan sembuh.’
(13) Tetapi maksud Yesus ialah tertidur dalam arti mati, sedangkan sangka
mereka Yesus berkata tentang tertidur dalam arti biasa. (14) Karena itu Yesus
berkata dengan terus terang: ‘Lazarus sudah mati;”.
Di
sini Yesus secara jelas menjelaskan bahwa yang Ia maksud dengan ‘tidur’
adalah ‘mati’. Dan Kitab Suci seringkali juga meniru penggunaan
istilah ‘tidur’ dalam arti ‘mati’.
Kis 7:60 (NIV): “Then
he fell on his knees and cried out, ‘Lord, do not hold this sin against
them.’ When he had said this, he fell asleep” (= Lalu ia
berlutut dan menjerit: ‘Tuhan, jangan tanggungkan dosa ini terhadap mereka’.
Pada waktu ia telah mengatakan ini, ia jatuh tertidur).
1Tes 4:13-16
(NIV): ‘(13)
Brothers, we do not want you to be ignorant about those who fall asleep,
or to grieve like the rest of men, who have no hope. (14)
We believe that Jesus died and rose again and so we believe that God will
bring with Jesus those who have fallen asleep in him. (15) According to
the Lord’s own word, we tell you that we who are still alive, who are left
till the coming of the Lord, will certainly not precede those who have fallen
asleep. (16) For the Lord himself will come down from heaven, with a loud
command, with the voice of the archangel and with the trumpet call of God, and the
dead in Christ will rise first’
[= (13) Saudara-saudara, kami tidak mau bahwa kamu tidak mengetahui tentang
mereka yang jatuh tertidur, atau berdukacita seperti orang-orang lain
yang tidak mempunyai pengharapan. (14) Kita percaya bahwa Yesus telah mati dan
telah bangkit, dan kita percaya juga bahwa Allah akan membawa dengan Yesus
mereka yang telah jatuh tertidur dalam Dia. (15) Sesuai dengan kata-kata
Tuhan sendiri, kami memberitahu kamu bahwa kita yang masih hidup, yang masih
tinggal sampai kedatangan Tuhan, sekali-kali tidak akan mendahului mereka yang
telah jatuh tertidur. (16) Sebab Tuhan sendiri akan turun dari surga, dengan
perintah yang keras, dengan suara dari penghulu malaikat dan dengan panggilan
sangkakala dari Allah, dan orang-orang mati dalam Kristus akan lebih
dahulu bangkit].
·
ay 55
mengatakan bahwa roh anak itu kembali, dan ini menunjukkan bahwa tadinya telah
terjadi perpisahan antara tubuh dan jiwa / roh anak itu.
c) Ay 53:
“Mereka menertawakan Dia, karena mereka tahu bahwa anak itu telah mati”.
Bahwa
mereka bisa mendadak berubah dari menangis menjadi tertawa, menunjukkan
kemunafikan mereka. Tetapi ini juga menunjukkan keyakinan mereka tentang
kematian anak itu.
Adam
Clarke tentang Mat 9:
“People of the world generally ridicule those truths which they neither
comprehend nor love, and deride those who publish them; but a faithful minister
of God (copying the example of Christ), keeps on his way, and does the work of
his Lord and Master” [= Orang-orang dunia pada umumnya mengejek kebenaran
yang tidak mereka mengerti ataupun kasihi, dan mengejek mereka yang
mengumumkannya; tetapi seorang pelayan yang setia dari Allah (meniru teladan
Kristus), meneruskan jalannya, dan melakukan pekerjaan dari Tuhan dan Gurunya].
d)
Ay 54: “Lalu Yesus memegang tangan
anak itu dan berseru, kataNya: ‘Hai anak bangunlah!’”.
Matthew
Henry tentang Mat 9:
“Christ went in and took her by the hand, as it were to awake her, and
to help her up, prosecuting his own metaphor of her being asleep. The high
priest, that typified Christ, was not to come near the dead (Lev. 21:10-11), but
Christ touched the dead. The Levitical priesthood leaves the dead in their
uncleanness, and therefore keeps at a distance from them, because it cannot
remedy them; but Christ, having power to raise the dead, is above the infection,
and therefore is not shy of touching them. He took her by the hand, and the maid
arose. So easily, so effectually was the miracle wrought; not by prayer, as
Elijah did (1 Kin. 17:21), and Elisha (2 Kin. 4:33), but by a touch. They did it
as servants, he as a Son, as a God, to whom belong the issues from death. Note,
Jesus Christ is the Lord of souls, he commands them forth, and commands them
back, when and as he pleases” [= Kristus masuk dan memegang tangannya,
seakan-akan membangunkannya, dan menolongnya untuk bangun, melaksanakan
kiasannya sendiri bahwa ia tidur. Imam besar, yang merupakan type dari Kristus,
tidak boleh mendekati orang mati (Im 21:10-11), tetapi Kristus menyentuh orang
mati. Keimaman Lewi meninggalkan orang mati dalam kenajisan mereka, dan karena
itu menjaga jarak terhadap mereka, karena tidak bisa menyembuhkan mereka; tetapi
Kristus, yang mempunyai kuasa untuk membangkitkan orang mati, ada di atas
penularan itu, dan karena itu tidak takut untuk menyentuh mereka. Ia memegangnya
pada tangannya, dan gadis itu bangkit. Begitu mudah, begitu efektif mujijat itu
dilakukan; tidak dengan doa, seperti yang dilakukan Elia (1Raja 17:21), dan
Elisa (2Raja 4:33), tetapi dengan sentuhan. Perhatikan, Yesus Kristus adalah
Tuhan dari jiwa-jiwa, Ia memerintahkan mereka pergi dan memerintahkan mereka
kembali, kapan dan seperti yang Ia inginkan].
e) Roh anak itu kembali
dan anak itu hidup kembali.
Ay
55a: “Maka kembalilah roh anak itu dan seketika
itu juga ia bangkit berdiri”.
1. Ini bertentangan
dengan ajaran Saksi-Saksi Yehuwa yang menganggap seseorang musnah pada saat
mati.
Matthew
Henry: “This
plainly proves that the soul exists and acts in a state of separation from the
body, and therefore is immortal; that death does not extinguish this candle of
the Lord, but takes it out of a dark lantern. ... it is ... something that
subsists by itself, which, after death, is somewhere else than where the body
is. Where the soul of this child was in this interval we are not told; it was in
the hand of the Father of spirits, to whom all souls at death return” (=
Ini secara jelas membuktikan bahwa jiwa ada dan bertindak dalam keadaan terpisah
dari tubuh, dan karena itu tidak bisa mati; bahwa kematian tidak memadamkan
lilin Tuhan ini, tetapi mengambilnya keluar dari lentera yang gelap. ... itu
adalah sesuatu yang tetap ada / hidup dalam dirinya sendiri, yang, setelah
kematian, ada di suatu tempat yang lain dari tempat dimana tubuhnya berada.
Dimana jiwa dari anak ini ada dalam interval itu kita tidak diberi tahu; itu ada
dalam tangan dari Bapa dari roh-roh, kepada siapa semua jiwa kembali pada saat
kematian).
2.
Ini menunjukkan bahwa kematian merupakan perpisahan antara tubuh dengan
jiwa / roh.
William
Hendriksen: “Luke
8:55 states that at the command of Jesus ‘her spirit returned.’ It is clear,
therefore, that there had been a separation between spirit and body” (=
Luk 8:55 menyatakan bahwa atas perintah Yesus ‘rohnya kembali’. Karena itu
jelas bahwa di sana telah ada perpisahan antara roh dan tubuh) - hal 462.
Bandingkan
dengan tulisan Ir. Herlianto, M. Th. yang melarang kremasi, dengan alasan: kita
tidak tahu kerugian apa yang akan terjadi pada roh orang itu, karena pada saat
mati roh seseorang tidak langsung meninggalkan tubuhnya.
Ir.
Herlianto:
“dalam pembakaran demikian kita membuka kemungkinan ikut terbakarnya
roh / jiwa disamping tubuh, sebab kita tidak tahu berapa lama roh / jiwa manusia
masih mempunyai keterkaitan dengan tubuh jasmani setelah seseorang dinyatakan
meninggal secara klinis, dan apa yang dirasakan roh / jiwa saat terbakar!”
- hal 2, kolom 1.
“proses pembakaran jenazah akan berdampak kemungkinan ikut terbakarnya
roh / jiwa yang mungkin masih punya keterikatan dengan tubuh jasmani itu. Kita
jangan berspekulasi mengenai kemungkinan apa yang bisa terjadi dengan roh / jiwa
pada saat kita membakar tubuh jasmaninya dengan sengaja”
- hal 3, kolom 1.
“Ada kemungkinan bahwa roh / jiwa tidak langsung melepaskan
keterkaitannya dengan tubuh setelah seseorang dinyatakan mati tetapi membutuhkan
waktu beberapa hari, bila demikian pembakaran jenazah dapat berdampak serius
terhadap roh / jiwa yang masih punya keterikatan dengan tubuh”
- hal 4, kolom 2.
Kepercayaan
bahwa roh seseorang masih belum meninggalkan tubuhnya pada saat ia mati, adalah
kepercayaan kafir, dan jelas bertentangan dengan Alkitab. Dari dulu definisi
dari kematian adalah terpisahnya tubuh dengan jiwa / roh, dan itu juga secara
jelas dinyatakan dalam Kitab Suci.
·
1Raja 17:21-22
- “(21) Lalu ia mengunjurkan badannya di atas anak itu tiga kali, dan
berseru kepada TUHAN, katanya: ‘Ya TUHAN, Allahku! Pulangkanlah kiranya nyawa
(Ibrani: NEPHESH = jiwa) anak ini ke dalam tubuhnya.’ (22) TUHAN
mendengarkan permintaan Elia itu, dan nyawa (NEPHESH = jiwa) anak
itu pulang ke dalam tubuhnya, sehingga ia hidup kembali”.
·
Luk 23:43,46
- “(43) Kata Yesus kepadanya: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari
ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus.’ ...
(46) Lalu Yesus berseru dengan suara nyaring: ‘Ya Bapa, ke dalam tanganMu
Kuserahkan nyawaKu (seharusnya ‘rohKu’).’ Dan sesudah berkata
demikian Ia menyerahkan nyawaNya (seharusnya ‘rohNya’)”.
·
Kis 7:59
- “Sedang mereka melemparinya Stefanus berdoa, katanya: ‘Ya Tuhan Yesus, terimalah
rohku.’”.
·
penceritaan
tentang kematian Ananias dan Safira dalam Kis 5:5,10, dan tentang kematian
Herodes dalam Kis 12:23.
Kis
5:5,10 - ‘putuslah nyawanya’.
KJV: ‘gave up / yielded up the ghost’ (= menyerahkan roh).
RSV/NIV: ‘died’ (= mati).
NASB: ‘breathed his / her last’ (= menghembuskan nafas
terakhir).
Kata
Yunani yang dipakai adalah EXEPSUXEN (dalam Perjanjian Baru kata ini hanya
digunakan 3 x, yaitu dalam Kis 5:5,10
Kis 12:23), yang berasal dari kata dasar EKPSUCHO. Kata EKPSUCHO ini
pasti berasal dari 2 kata Yunani yaitu EK [= from (= dari), out from
(= keluar dari), away from (= jauh dari)] + PSUCHE [= soul (=
jiwa)]. Kata Yunani ini menunjukkan bahwa ‘mati’ merupakan ‘perpisahan
tubuh dengan jiwa’.
·
cara
Paulus menggambarkan kematian dalam 2Kor 5:8 - “tetapi hati kami
tabah, dan terlebih suka kami beralih dari tubuh ini untuk menetap pada Tuhan”.
KJV: ‘to be absent from the body, and to be present with the Lord’ (= absen dari tubuh, dan hadir dengan Tuhan).
RSV: ‘be away from the body and at home with the Lord’ (= jauh dari tubuh
dan di rumah dengan Tuhan).
NIV: ‘to be away from the body and at home with the Lord.’ (= jauh dari tubuh dan di rumah dengan
Tuhan).
NASB: ‘to be absent from the body and to be at home with the
Lord’ (= absen dari
tubuh dan ada di rumah dengan Tuhan).
Yunani: EKDEMESAI EK TOU SOMATOS KAI ENDEMESAI PROS TON
KURION.
Perhatikan
kontras antara EKDEMESAI (= to go away from home / pergi dari rumah) dan
ENDEMESAI (= to come home / pulang ke rumah). Jadi kematian digambarkan
sebagai ‘pergi dari rumah menjauhi tubuh’, dan ‘pulang ke rumah
kepada Tuhan’.
·
2Kor 5:10 - “Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya
setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang
dilakukannya dalam hidupnya ini, baik ataupun jahat”.
Perhatikan kata-kata yang saya garis bawahi itu, yang diterjemahkan secara
berbeda oleh Kitab Suci bahasa Inggris.
KJV: ‘in his body’ (= dalam
tubuhnya).
RSV/NIV/NASB: ‘in the body’
(= dalam tubuh).
Dalam bahasa Yunani memang digunakan kata SOMA, yang artinya adalah ‘tubuh’.
Yang dimaksudkan oleh Paulus jelas adalah bahwa apa yang dihakimi nanti
hanyalah apa yang dilakukan oleh seseorang pada saat ia masih hidup. Paulus
menggambarkan ‘keadaan masih hidup’ itu dengan kata-kata ‘dalam
tubuh’. Ini jelas menunjukkan bahwa pada saat mati, roh / jiwa seseorang
meninggalkan / terpisah dari tubuhnya.
Disamping
itu saya berpendapat bahwa Ir. Herlianrto ini kacau pengertiannya tentang
penebusan Kristus. Karena kalau tidak, seharusnya ia tahu bahwa pada saat orang
kristen mati, penebusan Kristus menyebabkan ia tidak mungkin menderita lagi.
Pada saat masih hidup memang ada penderitaan, sebagai serangan setan, ujian
Tuhan, hajaran / didikan Tuhan, dsb. Tetapi setelah mati, semua itu tidak ada
lagi, sehingga tidak mungkin lagi ada penderitaan bagi orang percaya.
f) Yesus menyuruh
memberi anak itu makan.
Ay
55b: “Lalu Yesus menyuruh mereka memberi anak itu
makan”.
Clarke
mengatakan bahwa Yesus membangkitkan anak itu secara mujijat, tetapi dalam
pemeliharaan anak itu selanjutnya Ia menghendaki digunakan cara-cara biasa. Anak
itu harus makan.
Penerapan:
kalau sakit yang tidak mungkin bisa sembuh boleh saja harapkan mujijat sekalipun
Tuhan tidak berjanji akan melakukannya. Tetapi kalau sakit yang ada obatnya, dan
tidak mau menggunakan, itu dosa. Contoh: Artikel di Jawa Pos: ‘Keringat Pria
Obat Stress Wanita?’. Mau menggunakan?
g) Ay 56b: Yesus
melarang memberitahukan hal itu.
Aneh,
dalam peristiwa orang yang kerasukan setan di Gerasa / Gadara itu Yesus justru
menyuruh orang itu untuk memberitakan hal itu. Tetapi di sini dilarang, tetapi
ini jelas hanya untuk sementara waktu.
Tetapi
Mat 9:26 mengatakan bahwa kabar tentang hal itu tersiar. Jadi mungkin
orang-orang itu tidak mentaati larangan Yesus tersebut. Dan sekalipun bukan
orang tua anak itu yang memberitakan hal itu, bisa saja orang-orang yang di luar
yang memberitakan. Sekalipun mereka tidak melihat Yesus membangkitkan anak itu,
tetapi mereka tahu bahwa anak itu tadinya sudah mati, dan lalu mereka melihat
anak itu hidup kembali.
Tidak ada problem yang Tuhan tidak bisa bereskan.
Bawalah problem saudara kepadaNya dalam doa!
-AMIN-
Author : Pdt. Budi Asali,M.Div.
E-mail : [email protected]
e-mail us at [email protected]
Link ke Channel Video Khotbah2 Pdt. Budi Asali di Youtube:
https://www.youtube.com/channel/UCP6lW2Ak1rqIUziNHdgp3HQ
Channel Live Streaming Youtube : bit.ly/livegkrigolgotha / budi asali