Eksposisi Injil Lukas
oleh:
Pdt. Budi Asali MDiv.
Lukas
4:14-30
I) Pelayanan
Yesus:
1) Di sini Yesus mulai pelayanan.
Yesus
berkata bahwa Ia datang untuk melayani, bukan untuk dilayani (Mat 20:28).
Bagaimana dengan saudara?
2)
Peristiwa penolakan terhadap Yesus di Nazaret:
Yang benar adalah Matius dan Markus, karena Luk 4:23 jelas
menunjukkan bahwa sebelum peristiwa ini, Yesus sudah melayani di Kapernaum. Jadi
Lukas lagi-lagi tidak menceritakan secara chronologis. Tidak diketahui dengan
pasti mengapa Lukas menceritakan peristiwa ini di awal pelayanan Yesus, tetapi
mungkin untuk menunjukkan sikap umum terhadap pelayanan Yesus.
3)
Yesus melayani dalam rumah-rumah ibadat / synagogue (ay 15-16).
a) Yesus mempunyai kebiasaan untuk pergi ke synagogue pada hari
Sabat, dan melayani di sana (ay 16).
Ini
kebiasaan yang baik yang harus ditiru; jangan biasakan sebaliknya (bdk. Ibr
10:24-25).
b) Calvin:
"When God
commanded his people to abstain from working on that day, it was not that they
might give themselves up to indolent repose, but, on the contrary, that they
might exercise themselves in meditating on his works"
[= Pada waktu Allah memerintahkan umatNya untuk tidak bekerja pada hari itu
(hari Sabat), maka tujuannya bukannya supaya mereka bisa bermalas-malasan,
tetapi sebaliknya, supaya mereka bisa melatih diri mereka dalam merenungkan
pekerjaanNya].
c)
Kalau saudara membaca pelayanan Yesus dan rasul-rasul maka saudara akan melihat
bahwa mereka banyak melayani di Bait Allah dan synagogue. Karena itu pada jaman
sekarang, kita juga mesti mempunyai pelayanan yang bersifat church-centered
(= berpusatkan gereja).
Contoh pelayanan yang tidak bersifat church-centered (=
berpusatkan gereja) adalah persekutuan-persekutuan yang terpisah sama sekali
dari gereja.
d)
Yesus bisa diijinkan berkhotbah di synagogue, karena dalam synagogue memang ada
kebebasan berkhotbah. Jadi, kalau pemimpin synagogue melihat seseorang yang ia
anggap bisa berkhotbah, maka ia mengijinkan orang itu berkhotbah (bdk. Kis
13:15).
4) Penekanan utama dalam pelayanan Yesus adalah pemberitaan Firman
Tuhan (ay 15,16-21).
Karena itu, dalam kita melayani Tuhan, kitapun harus sangat
menekankan pemberitaan Firman Tuhan. Kalaupun kita sendiri tidak bisa
memberitakan Firman Tuhan, kita harus melakukan segala sesuatu yang bisa kita
lakukan untuk mendukung pelayanan pemberitaan Firman Tuhan, seperti mendoakan
dan mendukung dalam keuangan.
II) Pemberitaan Firman Tuhan oleh Yesus:
1) Yesus berdiri pada waktu membacakan Kitab Suci (ay 16), tetapi
duduk pada waktu berkhotbah (ay 20).
Ini
memang kebiasaan saat itu. Berdiri menunjukkan sikap hormat pada Firman Tuhan.
Berkhotbah biasanya dilakukan dengan duduk (bdk. Kis 16:13), tetapi
kadang-kadang juga dilakukan dengan berdiri (Kis 13:16).
Sikap
duduk atau berdiri ini sebetulnya tidak mutlak, yang penting adalah: dalam hati
kita menghormati Firman Tuhan!
Penerapan:
Kalau
saudara mengantuk atau berbicara satu sama lain, atau membiarkan anak saudara
ribut / berlari-lari pada waktu Firman Tuhan diberitakan, jelas bahwa saudara
tidak menghormati Firman Tuhan! Lebih-lebih kalau setelah mendengar Firman Tuhan
saudara lalu berkata: ‘Ah itu kan kata-katanya pendeta’, dan saudara tidak
mau mentaatinya!
2) Ay
18-19 diambil dari Yes 61:1-2.
a) Di sini digunakan istilah ‘orang miskin’, ‘tawanan’,
‘orang buta’, ‘orang yang tertindas’, dan juga ‘pembebasan’,
‘penglihatan’, ‘membebaskan’.
Calvin:
"The prophet
shows what would be the state of the Church before the manifestation of the
Gospel, and what is the condition of all of us without Christ"
(= nabi itu menunjukkan bagaimana keadaan Gereja sebelum manifestasi Injil, dan
bagaimana keadaan semua kita tanpa Kristus).
Kita
harus sadar bahwa tanpa Kristus keadaan kita secara rohani betul-betul buruk!
Kalau kita tidak sadar hal ini, kita tidak akan datang kepada Kristus (bdk. Wah
3:17-18).
b) ‘Untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang’ (ay
19b).
Arti:
Kristus datang sesuai dengan waktu yang Tuhan tetapkan (bdk. Gal 4:4).
3) Ay 21 memberikan inti khotbah Yesus.
Dengan
kata-kata ini Ia memaksudkan bahwa Mesias yang digambarkan oleh Yes 61:1-2 itu
adalah diriNya sendiri.
III) Reaksi terhadap khotbah Yesus:
1) Pada waktu Ia berkhotbah di daerah Galilea, semua orang memuji
Dia (ay 15-16).
2)
Pada waktu Ia berkhotbah di Nazaret, sikap pendengarNya adalah:
a) Mereka ‘membenarkan Dia’ (ay 22). Ini salah terjemahan.
NIV: speaking
well of Him (= berbicara baik tentang Dia).
NASB: spoke
well of Him (= berbicara baik tentang Dia).
Lit: bore
witness to Him (= memberi kesaksian
kepadaNya).
Tidak
terlalu jelas apa yang dimaksud oleh bagian ini.
b)
Mereka heran akan kata-kata indah yang diucapkanNya (ay 22).
Lit: words of grace
(= kata-kata kasih karunia).
Artinya:
penuh kasih, tak seperti ahli Taurat yang tak berperasaan, atau, Ia
mengucapkannya dengan cara yang menarik.
c) Mereka berkata: ‘Bukankah Ia ini anak Yusuf?’ (ay 22 bdk.
Mat 13:55-57 Mark 6:3).
Mereka
tidak bisa menerima bahwa Yesus, ‘anak Yusuf’ yang dari kecil bersama dengan
mereka, adalah Mesias yang ditunggu-tunggu selama ribuan tahun.
IV) Penolakan terhadap Yesus:
1) Kata-kata Yesus (ay 23-27).
a) Ay 23: Seorang tabib sering disuruh untuk membuktikan
kehebatannya dengan menyembuhkan dirinya sendiri (dekat), baru menyembuhkan
orang lain (jauh). Tetapi Yesus melakukan mujijatNya di Kapernaum (jauh), dan
karena itu mereka ingin Yesus membuktikan kehebatanNya dengan melakukan mujijat
di Nazaret (dekat).
Tetapi
Yesus menanggapi semua ini bukan dengan menuruti keinginan mereka akan mujijat,
tetapi sebaliknya ‘menyikat’ mereka dengan keras (ay 24-27).
b) Ay
24: Tak ada nabi yang dihargai di tempat asalnya.
"People
are always more ready to see greatness in strangers than in those they know
well" (= Manusia selalu lebih siap
untuk melihat kebesaran dalam diri orang asing dari pada dalam diri orang yang
mereka kenal dengan baik).
Barclay
mengatakan bahwa dalam bahasa Inggris ada pepatah yang serupa, yaitu: ‘Familiarity
breeds contempt’ (= keakraban membiakkan
sikap menghina / memandang rendah).
William Hendriksen:
"That is the
way it is, but not the way it should be"
(= Keadaannya memang seperti itu, tetapi tidak seharusnya seperti itu).
c) Yesus memberikan 2 contoh:
‘Tiga tahun dan enam bulan’ dalam ay 25 tidak bertentangan
dengan ‘pada tahun yang ketiga’ dalam 1Raja-raja 18:1, karena 1Raja-raja
18:1 menunjukkan lamanya Elia ada di rumah janda di Sarfat, dan tidak mencakup
lamanya waktu selama Elia ada di tepi Sungai Kerit (1Raja-raja 17:1-6).
Kedua contoh ini sama-sama menunjukkan bahwa nabi Tuhan diutus ke
tempat yang jauh. Tuhan berhak mengutus nabiNya kemanapun Ia mau, baik jauh
ataupun dekat. Tetapi kedua contoh ini juga terjadi karena ‘yang dekat’ itu
brengsek.
2) Reaksi orang Nazaret:
Kata-kata
Yesus itu secara implicit menunjukkan bahwa mereka itu brengsek, bahkan
lebih brengsek dari orang kafir / non Yahudi, dan ini menyebabkan mereka menjadi
marah, dan bahkan mau membunuh Yesus (ay 28-29).
Hati-hati
supaya saudara tidak menanggapi Firman dengan sikap marah seperti ini. Ini
bertentangan dengan Yak 1:19-20!
3)
Yesus berjalan lewat dari tengah-tengah mereka, lalu pergi (ay 30).
a) Tak jelas apa yang terjadi di sini. Ada yang mengatakan ini
mujijat.
Calvin:
"This example
teaches us that, though our adversaries may prevail so far, that our life may
seem to be placed at their disposal, yet that the power of God will always be
victorious to preserve us, so long as he shall be pleased to keep us in the
world, either by tying their hands, or by blinding their eyes, or by stupifying
their minds and hearts" [= Contoh ini
mengajar kita bahwa sekalipun musuh-musuh kita menang, dan hidup kita
kelihatannya ada dalam tangan mereka, tetapi kuasa Allah akan selalu menang
dalam menjaga kita, selama Ia masih menginginkan kita dalam dunia ini, atau
dengan mengikat tangan mereka, atau dengan membutakan mata mereka, atau dengan
membuat pikiran dan hati mereka jadi bodoh / tertegun (Jawa: ketenggengen)].
b) Sedikitpun tak terlihat bahwa Yesus takut.
Waktu
dicobai oleh setan untuk meloncat dari bubungan Bait Allah berdasarkan Maz
91:11-12 (Luk 4:9-11), Yesus menolak. Tetapi sekarang memang merupakan waktu
yang tepat untuk bersandar pada Maz 91:11-12 itu, dan Yesus melakukannya.
c) Tyndale:
"As far as is
known Jesus never returned to Nazareth. Rejection can be final"
(= Sepanjang yang diketahui Yesus tidak pernah kembali ke Nazaret. Penolakan
bisa merupakan yang terakhir).
V) Apa yang bisa kita pelajari dari sini?
1) Sikap mereka terhadap Yesus / pemberita Firman berkembang makin
lama makin jelek (ay 15,22,28-29).
Perhatikan
dan jaga sikap saudara terhadap pemberita Firman! Ingat bahwa setan selalu berusaha untuk membuat saudara
tidak senang kepada pemberita Firman, dan dengan demikian saudara tidak akan
bisa mendengar Firman.
2)
Orang yang kelihatannya rindu Firman, sebetulnya belum tentu rindu Firman.
Ay 20
menunjukkan bahwa mereka kelihatannya rindu Firman, tetapi pada waktu Firman
diberitakan, dan tidak sesuai dengan keinginan mereka, maka mereka menjadi marah
(ay 28-29). Jadi sebetulnya mereka hanya ingin mendengar Firman yang sesuai
dengan pandangan mereka!
3) Persoalan / serangan sering muncul kalau:
a) Ada
pemberitaan tentang Yesus (ay 16-22).
Ajaran
yang hanya menyangkut etika dan moral, tidak akan terlalu menimbulkan persoalan,
karena setan tidak terlalu pusing dengan hal itu. Tetapi pemberitaan tentang
Yesus sebagai Mesias, Juruselamat, Tuhan, satu-satunya jalan ke surga, pasti
diserang oleh setan.
b) Ada
teguran dosa yang menyatakan pendengar sebagai brengsek (ay 24-29). Kalau
saudara sering marah pada waktu mendengar teguran dari Firman, maka ingat bahwa
Kitab Suci mengatakan bahwa orang yang membenci teguran adalah dungu (Amsal 12:1
15:12,32 17:10).
4) Pada waktu ada serangan, belum tentu yang salah adalah pemberita
Firman. Dan kalau pemberita Firman tidak salah, maka ia tidak boleh mundur
karena ada serangan!
-AMIN-
Author : Pdt. Budi Asali,M.Div.
E-mail : [email protected]
e-mail us at [email protected]
Link ke Channel Video Khotbah2 Pdt. Budi Asali di Youtube:
https://www.youtube.com/channel/UCP6lW2Ak1rqIUziNHdgp3HQ
Channel Live Streaming Youtube : bit.ly/livegkrigolgotha / budi asali