(Rungkut Megah Raya Blok D No 16)
Rabu, tgl 18 September 2019, pk 19.00
Pdt.
Budi Asali, M. Div.
B) Kristus
menderita tubuh dan jiwa.
Seluruh
manusia (tubuh dan jiwa) jatuh ke dalam dosa dan seluruh manusia dipengaruhi
secara negatif oleh dosa. Karena itu Kristus harus mengalami penderitaan dalam
tubuh dan jiwaNya, barulah Ia bisa menebus kita secara lengkap.
Pada
waktu Ia dicambuki dan disalibkan, itu jelas merupakan penderitaan jasmani. Pada
waktu Ia dihina, diludahi, nyaris ditelanjangi di depan umum, dan terutama
ditinggalkan oleh BapaNya, itu merupakan penderitaan jiwa / rohani.
C) Penderitaan
Kristus adalah unik.
1)
Karena kesucianNya, Kristus mengalami penderitaan akibat dosa di
sekelilingNya dengan suatu perasaan yang tidak bisa dialami oleh orang lain.
2)
Allah menumpahkan kepada Kristus kejahatan kita sekalian (Yes 53:6,10).
Ini tidak pernah dialami oleh siapapun juga.
Yes
53:6,10 - “(6) Kita
sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri,
tetapi TUHAN telah menimpakan kepadanya kejahatan
kita sekalian. ... (10) Tetapi TUHAN berkehendak meremukkan dia
dengan kesakitan. Apabila ia menyerahkan dirinya
sebagai korban penebus salah, ia akan melihat keturunannya, umurnya
akan lanjut, dan kehendak TUHAN akan terlaksana olehnya.”.
Herman
Hoeksema berkata:
“No
one, therefore, even in hell, can even suffer what Christ suffered during His
entire life and especially on the cross. For, in the first place, no one can
possibly taste the wrath of God as the Sinless One. And, in the second place, no
one could possibly bear the complete burden of the wrath of God against the sin
of the world. Even in hell everyone will suffer according to his personal sin
and in his personal position in desolation. But Christ bore the sin of all His
own as the Sinless One.”
[= Karena itu, tak seorangpun, bahkan dalam neraka, bisa menderita apa yang
diderita oleh Kristus dalam sepanjang hidupNya dan terutama di kayu salib.
Karena pertama, tidak seorangpun bisa merasakan murka Allah sebagai orang yang
tidak berdosa. Dan kedua, tidak seorangpun bisa memikul seluruh beban murka
Allah terhadap dosa dunia. Bahkan dalam neraka setiap orang akan menderita
sesuai dengan dosa pribadinya dan dalam posisi pribadinya dalam kesendirian.
Tetapi Kristus memikul dosa dari semua milikNya sebagai Orang yang Tidak
Berdosa.] - ‘Reformed Dogmatics’,
hal 401.
III) Kematian Kristus.
A) The
extent of His death [= Luas kematianNya].
Kematian
yang dialami oleh Kristus mencakup:
1)
Kematian jasmani: yaitu perpisahan tubuh dengan jiwa / roh.
2)
Kematian rohani: perpisahan dengan Allah.
Ini
terjadi pada saat Kristus berkata: ‘ELI,
ELI, LAMA SABAKHTANI?’ (Mat 27:46 bdk. Maz 22:2).
Mat
27:46 - “Kira-kira jam
tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: ‘Eli, Eli, lama sabakhtani?’
Artinya: AllahKu, AllahKu, mengapa Engkau meninggalkan Aku?”.
Maz 22:2
- “Allahku, Allahku, mengapa Engkau
meninggalkan aku? Aku berseru, tetapi Engkau tetap jauh dan tidak menolong aku.”.
Ada
beberapa pandangan tentang arti kalimat ini:
a)
Yesus tidak sungguh-sungguh ditinggal / mengalami keterpisahan dengan
Allah, karena kata-kata yang Ia ucapkan itu hanyalah:
1.
Perasaan Yesus saja (bahasa Jawa: Yesus kroso-krosoen),
atau,
2.
Doa Yesus sambil mengutip Maz 22, atau,
3.
Perenungan Yesus tentang firman Tuhan dalam Maz 22.
Keberatan
terhadap pandangan ini:
Kalau
demikian Yesus tidak sungguh-sungguh memikul hukuman dosa kita, karena
keterpisahan dengan Allah merupakan hukuman dosa! Bdk. Yes 59:1-2 2Tes 1:9.
Yes
59:1-2 - “(1)
Sesungguhnya, tangan TUHAN tidak kurang panjang untuk menyelamatkan, dan
pendengaranNya tidak kurang tajam untuk mendengar; (2) tetapi yang
merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu,
dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak
mendengar, ialah segala dosamu.”.
2Tes
1:9 - “Mereka ini
akan menjalani hukuman kebinasaan selama-lamanya, dijauhkan
dari hadirat Tuhan dan dari kemuliaan kekuatanNya,”.
b)
Allah Anak meninggalkan Yesus sebagai manusia.
Alasannya:
Biasanya Yesus selalu menyebut Allah dengan sebutan ‘Bapa’,
tetapi kali ini Yesus berkata ‘AllahKu’, bukan ‘BapaKu’. Ini dianggap menunjukkan bahwa saat itu Yesus
betul-betul berbicara sebagai manusia biasa kepada AllahNya.
Keberatan
terhadap pandangan ini:
1.
Dalam Luk 23:34,46 Yesus tetap menyebut ‘Bapa’,
padahal ini adalah kalimat pertama dan terakhir di kayu salib.
Luk 23:34a,46a
- “(34a)
Yesus berkata: ‘Ya Bapa, ampunilah
mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.’ ... (46a) Lalu Yesus
berseru dengan suara nyaring: ‘Ya Bapa,
ke dalam tanganMu Kuserahkan nyawaKu.’”.
2.
Dalam inkarnasi, Anak Allah mengambil hakekat manusia, yang lalu
mendapatkan kepribadiannya dalam diri Anak Allah itu. Kalau terjadi perpisahan
antara Allah Anak dan manusia Yesus, ini berarti bahwa Hypostatical
/ Personal Union hancur, maka yang
tertinggal di atas kayu salib hanyalah hakekat manusia itu. Ini tidak
mungkin!
3.
Andaikata Yesus memang mati sebagai manusia saja, maka penebusan yang Ia
lakukan tidak bisa mempunyai kuasa yang tidak terbatas!
Maz 49:8-9
(NIV - Ps 49:6-7):
“No man can redeem the
life of another, or give to God a ransom
for him; the ransom for a life is costly,
no payment is ever enough” [= Tidak seorang
manusiapun bisa menebus nyawa orang lain,
atau memberikan kepada Allah tebusan untuk dia;
tebusan untuk suatu nyawa sangat mahal, tidak ada pembayaran yang bisa
mencukupi].
Catatan: untuk ayat ini Kitab Suci Indonesia salah
terjemahan!
Adam
Clarke (tentang Mat 27:46):
“Some
suppose ‘that the divinity had now departed from Christ, and that his human
nature was left unsupported to bear the punishment due to men for their sins.’
But this is by no means to be admitted, as it would deprive his sacrifice of its
infinite merit, and consequently leave the sin of the world without an
atonement. Take deity away from any redeeming act of Christ, and the redemption
is ruined.”
[= Sebagian orang menganggap ‘bahwa keilahian sekarang telah pergi dari
Kristus, dan bahwa hakekat manusiaNya ditinggalkan tanpa dukungan untuk memikul
hukuman yang seharusnya bagi manusia untuk dosa-dosa mereka’. Tetapi
ini sama sekali tidak boleh diterima, karena itu akan mencabut / menghilangkan
manfaat yang tidak terbatas dari pengorbananNya, dan sebagai akibatnya dosa dari
dunia ditinggalkan tanpa penebusan. Ambillah
keilahian dari tindakan penebusan Kristus, dan penebusan itu dihancurkan.].
Catatan:
kalau saya katakan Yesus bukan mati sebagai manusia saja, itu tidak berarti
bahwa saya mengatakan bahwa Allah bisa mati. Hakekat Ilahi tidak bisa mati!
Tetapi Yesus sebagai Pribadi (the God-man)
itulah yang mati.
c)
Allah Bapa meninggalkan Yesus sebagai Allah dan manusia.
Keberatan
terhadap pandangan ini:
Terjadi
perpisahan dalam diri Allah Tritunggal.
Jawaban
atas keberatan ini:
1.
Ini memang merupakan misteri yang tidak bisa kita mengerti sepenuhnya.
2.
Perpisahan Allah Bapa dengan Allah Anak bukan bersifat
lokal, seakan-akan yang satu ada di sini dan yang lain ada disana. Perpisahan
secara lokal ini tidak mungkin terjadi karena baik Bapa maupun Anak adalah Allah
yang maha ada. Jadi perpisahan ini hanyalah dalam persoalan hubungan / persekutuan saja.
Perlu
diingat bahwa kalau nanti orang berdosa masuk ke neraka, ia bukannya berpisah secara
lokal dengan Allah, karena Allah yang mahaada itu ada dimanapun juga
termasuk di neraka. Jadi, perpisahan yang terjadi antara orang berdosa dengan
Allah di neraka, adalah rusaknya hubungan /
persekutuan antara mereka secara kekal. Dan hukuman inilah yang
dipikul oleh Kristus pada saat itu!
Yes 59:1-2
- “(1)
Sesungguhnya, tangan TUHAN tidak kurang panjang untuk menyelamatkan, dan
pendengaranNya tidak kurang tajam untuk mendengar; (2) tetapi
yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu,
dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak
mendengar, ialah segala dosamu.”.
2Tes 1:9
- “Mereka ini
akan menjalani hukuman kebinasaan selama-lamanya, dijauhkan
dari hadirat Tuhan dan dari kemuliaan kekuatanNya,”.
Penerapan:
Karena
Kristus sudah mengalami keterpisahan dengan Allah,
maka orang yang sudah percaya kepada Yesus dipersatukan / diperdamaikan
kembali dengan Allah, dan tidak akan
pernah berpisah dengan Allah / ditinggal oleh Allah, baik dalam hidup ini maupun
dalam kekekalan! (Bdk. Yoh 14:16 Ibr 13:5).
Yoh
14:16 - “Aku akan
minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain,
supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya,”.
Ibr 13:5
- “Janganlah
kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu.
Karena Allah telah berfirman: ‘Aku sekali-kali
tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan
engkau.’”.
Bandingkan
ini dengan ajaran Arminian yang mengatakan bahwa orang-orang yang
sungguh-sungguh sudah percaya dan sudah selamat bisa kehilangan keselamatannya!
Kalau memang demikian, apa guna / fungsi dari penebusan Kristus, dimana Ia sudah
mengalami keterpisahan dengan Allah untuk menggantikan kita??
Bagusnya
pandangan ini:
a.
Kristus betul-betul memikul hukuman dosa.
b.
Karena Kristus memikul hukuman dosa itu sebagai Allah dan manusia, maka
penebusannya mempunyai kuasa / nilai yang tak terbatas!
Catatan:
Ini tidak bertentangan dengan doktrin Limited
Atonement [= Penebusan Terbatas] dari Calvinisme, karena dalam doktrin Limited
Atonement itu, yang dianggap terbatas bukanlah kuasa / nilai penebusan
Kristus, tetapi design / rancangan penebusan Kristus.
c.
Hypostatical / Personal Union tetap terjaga.
d)
William G. T. Shedd menggabungkan pandangan b) dan c).
William
G. T. Shedd:
“The
Logos at this moment did not support and comfort the human soul and body of
Jesus. This may be regarded equally as desertion by the Father or by the Logos,
because of the unity of essence. ... God the Father deserted the human nature,
and God the Logos also deserted it.” [= Pada saat ini Logos tidak menopang
dan menghibur jiwa dan tubuh manusia dari Yesus. Ini bisa dianggap secara sama
sebagai ditinggal oleh Bapa atau ditinggal oleh Logos, karena adanya kesatuan
hakekat. ... Allah Bapa meninggalkan hakekat manusia, dan Allah Logos juga
meninggalkannya.] - ‘Shedd’s
Dogmatic Theology’, vol II, hal 278.
Keberatan
terhadap pandangan Shedd ini sama dengan keberatan pada pandangan b) di atas,
point ke 2 dan 3.
Penerapan:
Bagi
orang yang tidak percaya, kematian Yesus secara jasmani maupun rohani ini
tidak ada gunanya. Mereka tetap akan mengalami kematian jasmani dan rohani
(dalam neraka).
Sedangkan
orang yang percaya hanya akan mengalami kematian jasmani, dan
itupun bukan lagi sebagai hukuman dosa, tetapi sebagai jalan masuk ke
surga! Karena itulah orang kristen yang sejati tidak perlu, bahkan tidak boleh,
takut pada kematian. Sama seperti Paulus, kitapun bisa berkata: “Bagiku
hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan.”
(Fil
1:21).
B) The
judicial character of His death [= Sifat hukum dari kematianNya].
1)
Kristus tidak boleh mati wajar atau akibat kecelakaan / pembunuhan (bdk.
Yoh 7:1,19,25-26,30,44 Yoh 8:59 Mat 12:14-15a).
Yoh 7:1,19,25-26,30,44
- “(1)
Sesudah itu Yesus berjalan keliling Galilea, sebab Ia tidak mau tetap tinggal di
Yudea, karena di sana orang-orang Yahudi berusaha untuk membunuhNya. ... (19)
Bukankah Musa yang telah memberikan hukum Taurat kepadamu? Namun tidak
seorangpun di antara kamu yang melakukan hukum Taurat itu. Mengapa kamu berusaha
membunuh Aku?’ ... (25) Beberapa orang Yerusalem berkata: ‘Bukankah Dia ini
yang mereka mau bunuh? (26) Dan lihatlah, Ia berbicara dengan leluasa dan mereka
tidak mengatakan apa-apa kepadaNya. Mungkinkah pemimpin kita benar-benar sudah
tahu, bahwa Ia adalah Kristus? ... (30) Mereka berusaha menangkap Dia, tetapi
tidak ada seorangpun yang menyentuh Dia, sebab saatNya belum tiba. ... (44)
Beberapa orang di antara mereka mau menangkap Dia, tetapi tidak ada seorangpun
yang berani menyentuhNya.”.
Yoh 8:59
- “Lalu
mereka mengambil batu untuk melempari Dia; tetapi Yesus menghilang dan
meninggalkan Bait Allah.”.
Mat
12:14-15a - “(14) Lalu
keluarlah orang-orang Farisi itu dan bersekongkol untuk membunuh Dia. (15a)
Tetapi Yesus mengetahui maksud mereka lalu menyingkir dari sana.”.
2)
Kristus harus mati karena hukuman mati yang dijatuhkan oleh pengadilan.
Ia harus diperhitungkan / dianggap sebagai pelanggar hukum dan dihukum sebagai
seorang kriminil.
3)
Allah mengatur sehingga Kristus diadili oleh pemerintah Roma, dinyatakan
tidak bersalah, tetapi toh dijatuhi hukuman mati (Luk 23:4,14,15,22,24).
Luk 23:4,14,15,22,24
- “(4)
Kata Pilatus kepada imam-imam kepala dan seluruh orang banyak itu: ‘Aku
tidak mendapati kesalahan apapun pada orang ini.’ ... (14) dan
berkata kepada mereka: ‘Kamu telah membawa orang ini kepadaku sebagai seorang
yang menyesatkan rakyat. Kamu lihat sendiri bahwa
aku telah memeriksaNya, dan dari kesalahan-kesalahan yang kamu tuduhkan
kepadaNya tidak ada yang kudapati padaNya. (15) Dan Herodes
juga tidak, sebab ia mengirimkan Dia kembali kepada kami. Sesungguhnya
tidak ada suatu apapun yang dilakukanNya yang setimpal dengan hukuman mati.
... (22) Kata Pilatus untuk ketiga kalinya kepada mereka: ‘Kejahatan
apa yang sebenarnya telah dilakukan orang ini? Tidak ada suatu kesalahanpun yang
kudapati padaNya, yang setimpal dengan hukuman mati. Jadi aku akan
menghajar Dia, lalu melepaskanNya.’ ... (24) Lalu Pilatus memutuskan, supaya tuntutan mereka
dikabulkan.”.
Dengan demikian terlihat bahwa Ia mati /
dihukum bukan karena dosaNya sendiri, tetapi untuk menebus dosa orang lain.
4)
Hukuman dari Pontius Pilatus juga adalah hukuman dari Allah, tetapi dasar
/ alasan / motivasinya berbeda.
Allah
memberikan hukuman mati kepada Yesus, supaya manusia berdosa bisa ditebus,
tetapi Pontius Pilatus memberikan hukuman mati kepada Yesus, karena ia takut
kepada orang-orang Yahudi.
Karena
itu jangan pernah berpikir bahwa Pontius Pilatus berjasa karena membantu
terlaksananya rencana Allah tentang penebusan dosa.
5)
Hukuman mati yang dijatuhkan bukanlah pemenggalan / perajaman dengan
batu, dsb, tetapi penyaliban. Ini adalah cara
Romawi yang paling hina.
Dengan
kematian semacam itu Kristus memenuhi tuntutan hukum Taurat, dan Ia menjadi
terkutuk karena kita (Ul 21:23 Gal
3:13).
Ul 21:23
- “maka
janganlah mayatnya dibiarkan semalam-malaman pada tiang itu, tetapi haruslah
engkau menguburkan dia pada hari itu juga, sebab seorang
yang digantung terkutuk oleh Allah; janganlah engkau menajiskan tanah
yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu menjadi milik pusakamu.’”.
Gal
3:13 - “Kristus
telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena
kita, sebab ada tertulis: ‘Terkutuklah
orang yang digantung pada kayu salib!’”.
Alasan
lain mengapa Kristus harus mati melalui penyaliban adalah karena Ia harus
mencurahkan darahNya untuk menebus dosa manusia (bdk. Ibr 9:22) dan untuk
menggenapi TYPE korban dosa dalam Perjanjian Lama.
Ibr
9:22 - “Dan hampir
segala sesuatu disucikan menurut hukum Taurat dengan darah, dan
tanpa penumpahan darah tidak ada pengampunan.”.
Kalau
hanya untuk menggenapi Ul 21:23 (bdk. Gal 3:13), maka bisa saja
Kristus dihukum mati dengan hukuman gantung,
karena itu juga merupakan kematian terkutuk.
Tetapi
perlu diingat bahwa hukuman gantung tidak
menyebabkan Ia mencurahkan darah, dan karenanya tidak mungkin Kristus
mati melalui hukuman gantung.
Jadi,
penyaliban adalah satu-satunya
cara melalui mana Kristus harus mati, kalau Ia memang mau
menebus dosa-dosa kita.
-bersambung-
Author : Pdt. Budi Asali,M.Div.
E-mail : [email protected]
e-mail us at [email protected]
Link ke Channel Video Khotbah2 Pdt. Budi Asali di Youtube:
https://www.youtube.com/channel/UCP6lW2Ak1rqIUziNHdgp3HQ