Kebaktian

G. K. R. I. ‘GOLGOTA’

(Rungkut Megah Raya, blok D no 16)

 

Minggu, tgl 8 Mei 2016, pk 8.00 & 17.00

 

Pdt. Budi Asali, M. Div.

 

IBRANI 4:14-16

 

Ibr 4:14-16 - “(14) Karena kita sekarang mempunyai Imam Besar Agung, yang telah melintasi semua langit, yaitu Yesus, Anak Allah, baiklah kita teguh berpegang pada pengakuan iman kita. (15) Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa. (16) Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya.”.

 

I) Yesus telah melintasi / melewati langit (ay 14a).

 

Ay 14: ‘yang telah melintasi semua langit’. Dalam Yunaninya tidak ada kata ‘semua’. TB2-LAI tetap mempertahankan kesalahan ini.

NASB: ‘who has passed through the heavens’ [= yang telah melewati surga].

John Owen mengatakan bahwa kata langit / surga / heaven bisa digunakan dalam 2 arti:

 

1)   Tempat kediaman Allah, tempat istirahat orang percaya yang sudah mati.

John Owen: “This heaven the Lord Christ did not pass through, but into,” [= Surga ini, Tuhan Kristus tidak melewatinya, tetapi masuk ke dalamnya,] - hal 395.

 

2)   Seluruh ruangan di atas bumi yang berisikan udara, matahari, bulan, bintang dsb.

Inilah langit yang dimaksudkan dalam ay 14 ini.

Bandingkan dengan Ef 4:10 - Ia yang telah turun, Ia juga yang telah naik jauh lebih tinggi dari pada semua langit, untuk memenuhkan segala sesuatu.”.

 

Jadi, kenaikan Yesus ke surga berarti bahwa Ia melewati langit / surga dalam arti kedua, dan masuk ke dalam surga dalam arti pertama.

 

II) Yesus sebagai Imam Besar (ay 14-15).

 

1)   Di surga Yesus menjadi Imam Besar kita.

Ay 14: “Karena kita sekarang mempunyai Imam Besar Agung, yang telah melintasi semua langit, yaitu Yesus, Anak Allah, baiklah kita teguh berpegang pada pengakuan iman kita.”.

 

a)   Ini merupakan penggenapan TYPE dalam Perjanjian Lama, dimana imam besar masuk ke ruang maha suci pada hari raya Grafirat / penebusan.

 

Adam Clarke: “There is an allusion here to the high priest going into the holy of holies on the great day of atonement.” [= Ada kiasan / hubungan di sini dengan perginya imam besar ke dalam ruang maha suci pada hari besar penebusan.] - hal 714.

 

Bdk. Ibr 9:24 - “Sebab Kristus bukan masuk ke dalam tempat kudus buatan tangan manusia yang hanya merupakan gambaran saja dari yang sebenarnya, tetapi ke dalam sorga sendiri untuk menghadap hadirat Allah guna kepentingan kita.”.

 

b)   Pernyataan bahwa Yesus adalah Imam Besar dalam ay 14 ini bertentangan dengan semua agama / aliran yang masih mempunyai manusia biasa sebagai imam, seperti Roma Katolik, Gereja Orthodox Syria, Yudaisme, dan sebagainya.

 

John Owen: “Those who, not contented with it, have invented and appointed unto themselves a priesthood and sacrifice, to the contempt of this of Christ.” [= Mereka yang, tidak puas dengan itu, telah menemukan dan menetapkan bagi diri mereka sendiri suatu keimaman dan korban, menghina keimaman dari Kristus.] - hal 418.

 

Dalam Roma Katolik baik pastor maupun Maria adalah pengantara.

 

1.   Bahwa pastor dianggap sebagai pengantara terlihat dari:

a.   Kata ‘pastor’ yang dalam bahasa Inggris adalah ‘priest’ [= imam].

b.   Orang Katolik harus mengaku dosa kepada pastor.

 

2.   Bahwa Maria adalah pengantara terlihat dari ‘Catechism of the Catholic Church’ yang dikeluarkan tahun 1992, yang pada no 969b berbunyi sebagai berikut: “Taken up to heaven she did not lay aside this saving office but by her manifold intercession continues to bring us the gifts of eternal salvation .... Therefore the Blessed Virgin is invoked in the Church under the titles of Advocate, Helper, Benefactress, and Mediatrix.” [= Setelah diangkat ke surga, ia (Maria) tidak mengesampingkan tugas menyelamatkan ini tetapi oleh syafaatnya yang bermacam-macam terus membawa kepada kita karunia-karunia keselamatan yang kekal ... Karena itu doa dinaikkan dalam Gereja kepada sang Perawan yang terpuji dengan nama / gelar Advokat / Pengacara, Penolong, Dermawan, Pengantara.].

 

Semua ini merupakan kesesatan yang bertentangan dengan ay 14 ini.

 

2)   Sebagai Imam Besar, Yesus bisa bersimpati dengan kelemahan-kelemahan kita (ay 15).

Ay 15: “Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa.”.

 

a)   Clarke mengatakan bahwa ay 15 ini ditambahkan untuk menghadapi serangan sebagai berikut: Karena Imam Besarmu sudah masuk ke surga, Ia tak ada urusan lagi denganmu, dan tak bisa bersimpati lagi terhadapmu.

 

b)   sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa.

NASB: ‘yet without sin’ [= tetapi tanpa dosa].

NIV: ‘yet was without sin’ [= tetapi adalah tanpa dosa].

 

c)         ‘Turut merasakan kelemahan-kelemahan kita’.

 

1.   ‘Turut merasakan’.

NIV/NASB: ‘sympathize’ [= bersimpati].

 

2.   ‘Kelemahan-kelemahan kita’.

Calvin mengatakan bahwa kata-kata ‘kelemahan-kelemahan kita’ ini mencakup:

a.   Rasa panas atau dingin, lapar dan semua kebutuhan tubuh.

b.   Kehinaan / penghinaan, kemiskinan, dan sebagainya seperti dalam 2Kor 12:10 - “Karena itu aku senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan dan kesesakan oleh karena Kristus. Sebab jika aku lemah, maka aku kuat.”.

c.   Rasa takut, sedih, takut mati dan sebagainya.

Calvin menghubungkan perasaan-perasaan ini dengan kata-kata ‘hanya tidak berbuat dosa’ / ‘tetapi tanpa dosa’ dan ia lalu berkata: “And doubtless the restriction, ‘without sin’, would not have been added, except he had been speaking of the inward feelings, which in us are always sinful on account of the depravity of our nature; but in Christ, who possessed the highest rectitude and perfect purity, they were free from everything vicious.” [= Dan tidak diragukan pembatasan ‘tanpa dosa’, tidak akan ditambahkan, kecuali ia berbicara tentang perasaan-perasaan di dalam, yang di dalam diri kita selalu berdosa karena kebejatan diri kita; tetapi dalam Kristus, yang memiliki kelurusan yang tertinggi dan kemurnian yang sempurna, perasaan-perasaan itu bebas dari segala sesuatu yang jahat / buruk.] - hal 108.

Calvin: “we must ever remember this difference between Christ’s feelings or affections and ours, that his feelings were always regulated according to the strict rule of justice, while ours flow from a turbid fountain, and always partake of the nature of their source, for they are turbulent and unbridled.” [= kita harus selalu mengingat perbedaan antara perasaan-perasaan Kristus dan perasaan-perasaan kita ini, bahwa perasaan-perasaanNya selalu diatur sesuai dengan peraturan keadilan yang ketat, sementara perasaan-perasaan kita mengalir dari air mancur yang keruh, dan selalu mengambil bagian dari sifat dari sumbernya, karena mereka bergolak dan tidak terkekang.] - hal 109.

 

Yesus merasakan semua ini, dan bersimpati kalau kita mengalaminya.

Penerapan: dalam penderitaan saudara jangan pernah berpikir / menganggap / menyimpulkan bahwa Yesus tidak peduli pada penderitaan saudara!

 

III) Tanggung jawab kita.

 

1)   Berpegang teguh pada pengakuan iman kita (ay 14b).

 

a)         ‘pengakuan iman kita’.

NASB: ‘our confession’ [= pengakuan kita].

NIV: ‘the faith we profess’ [= iman yang kita akui].

Lit: ‘the confession’ [= pengakuan].

Calvin berpendapat bahwa kata ‘confession’ ini menunjuk pada iman kita, tetapi John Owen kelihatannya membedakannya.

John Owen: “Faith is the root, and obedience the fruit of our profession.” [= Iman merupakan akar, dan ketaatan merupakan buah, dari pengakuan kita.] - hal 397.

 

b)   Bahwa kita harus berpegang teguh pada pengakuan iman kita, secara implicit menunjukkan adanya serangan yang bertujuan melepaskan kita dari pengakuan iman kita.

John Owen: “Our faith is opposed by Satan and his temptations in chief, with a contribution of aid from the world and our own corruptions. Faith’s overthrow is his principal design, Luke 22:31-32. No such irreconcilable enemies as faith and the devil.” [= Iman kita ditentang terutama oleh setan dan pencobaan-pencobaannya, dengan kontribusi / sumbangan pertolongan dari dunia dan kejahatan kita sendiri. Penghancuran iman adalah rencana utamanya, Luk 22:31-32. Tidak ada musuh-musuh yang tak bisa didamaikan seperti iman dan setan.] - hal 404.

 

Luk 22:31-32 - “(31) Simon, Simon, lihat, Iblis telah menuntut untuk menampi kamu seperti gandum, (32) tetapi Aku telah berdoa untuk engkau, supaya imanmu jangan gugur. Dan engkau, jikalau engkau sudah insaf, kuatkanlah saudara-saudaramu.’”.

 

John Owen: “He minds him, that although he had called him Peter, for the unmovableness of that Rock which his faith was fixed on, yet he would appear in himself to be but Simon still, - a man, exposed to danger, and easy to be prevailed against; and therefore he might do well, in the midst of his confidence, to consider his dangers and the surprisals that he might be overtaken withal. And the same is the condition of all professors, the best and meanest, the strongest and weakest.” [= Ia mengingatkannya, bahwa sekalipun Ia memanggilnya Petrus, untuk ketidak-bergerakkan dari Batu Karang di atas mana imannya ditetapkan, tetapi ia akan kelihatan dalam dirinya tetap sebagai Simon, seseorang yang terbuka terhadap bahaya dan mudah untuk dikalahkan; dan karena itu adalah baik, kalau di tengah-tengah keyakinannya, ia mempertimbangkan bahaya-bahayanya dan kejutan-kejutan yang datang dengan tiba-tiba / tanpa diharapkan. Dan hal yang sama merupakan kondisi dari semua pengaku, yang terbaik dan terburuk, terkuat dan terlemah.] - hal 400.

 

c)   John Owen memberikan 2 perwujudan dari ‘teguh berpegang pada pengakuan kita’:

 

1.   Memberi pertanggungan jawab tentang pengharapan yang ada pada kita kepada orang yang meminta pertanggungan jawab tersebut.

1Pet 3:15 - Tetapi kuduskanlah Kristus di dalam hatimu sebagai Tuhan! Dan siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu, tetapi haruslah dengan lemah lembut dan hormat,”.

Bandingkan ini dengan banyak orang kristen jaman ini, yang kalau ajarannya / pandangannya diserang, tidak mau berdebat, dengan alasan ia cinta damai. ‘Cinta damai’ seperti ini jelas bertentangan dengan 1Pet 3:15 ini!

 

2.   Dalam pencobaan dan penganiayaan kita tidak boleh menyangkal Yesus, tetapi sebaliknya mengakuiNya (bdk. Mat 26:70  Mat 10:32-33).

Mat 10:32-33 - “(32) Setiap orang yang mengakui Aku di depan manusia, Aku juga akan mengakuinya di depan BapaKu yang di sorga. (33) Tetapi barangsiapa menyangkal Aku di depan manusia, Aku juga akan menyangkalnya di depan BapaKu yang di sorga.’”.

 

2)   Menghampiri tahta kasih karunia dengan penuh keberanian supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya (ay 16).

Ay 16: “Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya.”.

 

a)         ‘Menghampiri takhta kasih karunia dengan penuh keberanian’.

 

1.   Clarke (hal 715) mengatakan bahwa ini dihubungkan dengan KAPPORETH, yaitu tutup dari tabut perjanjian. Dalam Perjanjian Lama yang boleh mendekati tutup tabut perjanjian itu hanyalah Imam Besar, itupun setahun sekali, dan dengan takut dan gentar, karena kalau ia ada dosa, ia akan dihukum mati. Ini dikontraskan dengan ‘tahta kasih karunia’ dalam Perjanjian Baru dimana setiap orang boleh datang / mendekat, dengan penuh keberanian / tanpa rasa takut, asalkan ia datang dengan mengandalkan penebusan Kristus.

 

2.   ‘tahta kasih karunia’ dan ‘dengan penuh keberanian’.

Calvin mengatakan bahwa ‘tahta Allah’ dihiasi dengan ‘kasih karunia’, yang harus selalu diingat pada waktu kita menghindari kehadiran Allah / takut pada kehadiran Allah. Kemuliaan / kesucian Allah selalu menyebabkan kita takut, tetapi adanya ‘kasih karunia’ menyebabkan kita tidak punya alasan untuk menghindari atau takut pada tahta Allah tersebut.

Editor dari Calvin’s Commentary mengatakan bahwa ‘tahta kasih karunia’ dikontraskan dengan ‘tahta penghakiman’ (yang menyebabkan takut).

John Owen mengatakan bahwa ada 2 hal yang ingin disingkirkan oleh bagian ini:

 

a.   Rasa takut kepada Allah seperti yang ada dalam diri orang-orang jaman Perjanjian Lama, seperti dalam Kel 20:18-19 - “(18) Seluruh bangsa itu menyaksikan guruh mengguntur, kilat sabung-menyabung, sangkakala berbunyi dan gunung berasap. Maka bangsa itu takut dan gemetar dan mereka berdiri jauh-jauh. (19) Mereka berkata kepada Musa: ‘Engkaulah berbicara dengan kami, maka kami akan mendengarkan; tetapi janganlah Allah berbicara dengan kami, nanti kami mati’.”.

 

Bdk. Ro 8:14-15 - “(14) Semua orang, yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah. (15) Sebab kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru: ‘ya Abba, ya Bapa!’”.

 

b.   Ketidakpercayaan akan penerimaan diri kita, yang muncul dari perasaan tentang ketidaklayakan diri kita.

 

Tetapi John Owen memberikan keseimbangan yang penting untuk diperhatikan dalam persoalan ini.

 

Jown Owen: “Though it be a ‘throne of grace,’ yet it is still a throne; the consideration whereof should influence our minds with ‘reverence and godly fear’ in all things wherein we have to do with him.” [= Sekalipun itu adalah sebuah ‘tahta kasih karunia’, tetapi itu tetap merupakan sebuah tahta; yang kalau dipertimbangkan harus mempengaruhi pikiran kita dengan ‘hormat dan rasa takut yang saleh’ dalam semua hal dimana kita berurusan dengan Dia.] - hal 438.

 

Catatan: jelas bahwa ‘rasa takut yang saleh’ berbeda dengan rasa takut orang-orang jaman Perjanjian Lama seperti yang ditunjukkan oleh Kel 20:18-19 di atas.

 

b)   supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya’.

 

1.   ‘rahmat’.

NIV/NASB: ‘mercy’ [= belas kasihan].

 

John Owen mengatakan bahwa banyak orang yang menafsirkan bahwa belas kasihan ini berhubungan dengan pengampunan dosa. Tetapi Owen mengatakan bahwa textnya mempersoalkan pencobaan. Jadi belas kasihan di sini harus dihubungkan dengan bantuan Tuhan bagi kita dalam menghadapi pencobaan. Saya tak terlalu yakin akan hal ini, karena saya agak meragukan apakah textnya mempersoalkan pencobaan atau tentang keimaman Yesus. Ay 14 memang membicarakan pencobaan, tetapi tujuannya untuk menunjukkan sesuatu tentang keimaman Yesus. Disamping itu pencobaan bisa menyebabkan kita jatuh ke dalam dosa, sehingga menyebabkan kita membutuhkan pengampunan dosa.

 

Calvin: “This is not added without great reason; it is for the purpose of encouraging as it were by name those who feel the need of mercy, lest any one should be cast down by the sense of his misery, and close up his way by his own diffidence. This expression, ‘that we may obtain mercy,’ contains especially this most delightful truth, that all who, relying on the advocacy of Christ, pray to God, are certain to obtain mercy; yet on the other hand the Apostle indirectly, or by implication, holds out a threatening to all who take not this way, and intimates that God will be inexorable to them, because they disregard the only true way of being reconciled to him.” [= Ini tidak ditambahkan tanpa alasan yang kuat; tujuannya adalah untuk menguatkan mereka yang merasakan kebutuhan akan belas kasihan, supaya seseorang tidak sedih / putus asa oleh perasaan akan kerendahannya, dan menutup jalannya oleh ketakutannya sendiri. Ungkapan ini, ‘supaya kita menerima rahmat / belas kasihan’ khususnya berisikan kebenaran yang paling menyenangkan ini, bahwa semua yang berdoa kepada Allah sambil bersandar pada pembelaan Kristus, pasti mendapatkan belas kasihan; tetapi sebaliknya sang Rasul secara tidak langsung, atau secara implicit, meneguhkan suatu ancaman kepada semua yang tidak mengambil jalan ini, dan mengisyaratkan bahwa Allah akan bersikap tidak flexible / tidak dapat ditawar kepada mereka, karena mereka mengabaikan jalan benar yang satu-satunya untuk diperdamaikan denganNya.] - hal 111.

 

2.   ‘kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya’.

Clarke mengatakan bahwa ‘belas kasihan’ memberi pengampunan dosa, sedangkan ‘kasih karunia’ memberikan kekuatan / pertolongan untuk menghadapi pencobaan yang akan datang.

 

Kesimpulan / penutup.

 

Yesus yang naik ke surga itu menjadi Imam Besar bagi kita. Karena itu kita harus berpegang teguh pada pengakuan kita dan harus banyak berdoa dengan penuh keberanian. Maukah saudara? Tuhan memberkati saudara.

 

 

 

-AMIN-


 

Author : Pdt. Budi Asali,M.Div.

E-mail : [email protected]

e-mail us at [email protected]

http://golgothaministry.org

Link ke Channel Video Khotbah2 Pdt. Budi Asali di Youtube:

https://www.youtube.com/channel/UCP6lW2Ak1rqIUziNHdgp3HQ

Channel Live Streaming Youtube :  bit.ly/livegkrigolgotha / budi asali