(Rungkut Megah Raya Blok D No 16)
Minggu, tgl 20 Mei 2012, pk 08.00 & pk 17.00
Pdt. Budi Asali, M. Div.
(HP: 7064-1331 / 6050-1331)
Maut /
kematian(4)
IV) Kalau
sudah waktunya Tuhanlah yang memanggil manusia itu pulang / membunuh manusia
itu.
1)
Setan membunuh? Ya, tetapi hanya kalau Tuhan mengijinkan /
menghendakinya.
a)
Kasus anak-anak Ayub maupun Ayubnya sendiri.
Ayub
1:12-21 - “(12) Maka firman TUHAN
kepada Iblis: ‘Nah, segala yang dipunyainya ada dalam kuasamu; hanya
janganlah engkau mengulurkan tanganmu terhadap dirinya.’ Kemudian pergilah
Iblis dari hadapan TUHAN. (13) Pada suatu hari, ketika anak-anaknya yang lelaki
dan yang perempuan makan-makan dan minum anggur di rumah saudara mereka yang
sulung, (14) datanglah seorang pesuruh kepada Ayub dan berkata: ‘Sedang lembu
sapi membajak dan keledai-keledai betina makan rumput di sebelahnya, (15)
datanglah orang-orang Syeba menyerang dan merampasnya serta memukul penjaganya
dengan mata pedang. Hanya aku sendiri yang luput, sehingga dapat memberitahukan
hal itu kepada tuan.’ (16) Sementara orang itu berbicara, datanglah orang lain
dan berkata: ‘Api telah menyambar dari langit dan membakar serta memakan habis
kambing domba dan penjaga-penjaga. Hanya aku sendiri yang luput, sehingga dapat
memberitahukan hal itu kepada tuan.’ (17) Sementara orang itu berbicara,
datanglah orang lain dan berkata: ‘Orang-orang Kasdim membentuk tiga pasukan,
lalu menyerbu unta-unta dan merampasnya serta memukul penjaganya dengan mata
pedang. Hanya aku sendiri yang luput, sehingga dapat memberitahukan hal itu
kepada tuan.’ (18) Sementara orang itu berbicara, datanglah orang lain dan
berkata: ‘Anak-anak tuan yang lelaki dan yang perempuan sedang makan-makan
dan minum anggur di rumah saudara mereka yang sulung, (19) maka tiba-tiba angin
ribut bertiup dari seberang padang gurun; rumah itu dilandanya pada empat
penjurunya dan roboh menimpa orang-orang muda itu, sehingga mereka mati.
Hanya aku sendiri yang luput, sehingga dapat memberitahukan hal itu kepada
tuan.’ (20) Maka berdirilah Ayub, lalu mengoyak jubahnya, dan mencukur
kepalanya, kemudian sujudlah ia dan menyembah, (21) katanya: ‘Dengan telanjang
aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke
dalamnya. TUHAN yang memberi, TUHAN yang
mengambil, terpujilah nama TUHAN!’”.
Ayub
2:3-6 - “(3) Firman TUHAN kepada Iblis:
‘Apakah engkau memperhatikan hambaKu Ayub? Sebab tiada seorangpun di bumi
seperti dia, yang demikian saleh dan jujur, yang takut akan Allah dan menjauhi
kejahatan. Ia tetap tekun dalam kesalehannya, meskipun engkau telah membujuk Aku
melawan dia untuk mencelakakannya tanpa alasan.’ (4) Lalu jawab Iblis kepada
TUHAN: ‘Kulit ganti kulit! Orang akan memberikan segala yang dipunyainya ganti
nyawanya. (5) Tetapi ulurkanlah tanganMu dan jamahlah tulang dan dagingnya, ia
pasti mengutuki Engkau di hadapanMu.’ (6) Maka firman TUHAN kepada Iblis:
‘Nah, ia dalam kuasamu; hanya sayangkan nyawanya.’”.
Ayub 42:11b
- “Mereka menyatakan turut berdukacita dan menghibur dia oleh karena segala
malapetaka yang telah ditimpakan TUHAN kepadanya ...”.
Calvin:
“For the story here written,
showeth us how we be in God’s hand, and that it lieth in him to determine of
our lives, and to dispose of the same according to his good pleasure: and
that it is our duty to submit ourselves unto him with all humbleness and
obedience: and that it is good reason, that we should be wholly his, both to
live and die: and specially that when it pleaseth him to lay his hand upon
us, although we perceive not for what cause he doth it, yet we should glorify
him continually, acknowledging him to be just and upright, and not to grudge
against him” (= Karena cerita yang ditulis di
sini menunjukkan kepada kita bahwa kita ada dalam tangan Allah, dan Dialah yang
menentukan hidup kita, dan mengatur / membuangnya sesuai kehendakNya:
dan adalah merupakan kewajiban kita untuk menundukkan diri kita sendiri
kepadaNya dengan segala kerendahan hati dan ketaatan: dan merupakan pertimbangan
yang baik bahwa kita adalah milikNya sepenuhnya, baik hidup atau mati:
dan khususnya pada waktu Ia berkenan untuk meletakkan tanganNya atas kita,
sekalipun kita tidak mengerti mengapa Ia melakukan hal itu, tetapi kita harus
memuliakan Dia secara terus menerus, mengakui Dia sebagai adil dan lurus /
benar, dan tidak bersungut-sungut terhadap Dia)
- ‘Sermons on Job’, hal 1.
b)
Kasus nubuat nabi Mikha.
1Raja
22:19-23 - “(19) Kata Mikha: ‘Sebab
itu dengarkanlah firman TUHAN. Aku telah melihat TUHAN sedang duduk di atas
takhtaNya dan segenap tentara sorga berdiri di dekatNya, di sebelah kananNya dan
di sebelah kiriNya. (20) Dan TUHAN berfirman: Siapakah yang akan membujuk Ahab
untuk maju berperang, supaya ia tewas di Ramot-Gilead? Maka yang seorang berkata
begini, yang lain berkata begitu. (21) Kemudian tampillah suatu roh, lalu
berdiri di hadapan TUHAN. Ia berkata: Aku ini akan membujuknya. TUHAN bertanya
kepadanya: Dengan apa? (22) Jawabnya: Aku akan keluar dan menjadi roh dusta
dalam mulut semua nabinya. Ia berfirman: Biarlah engkau membujuknya, dan engkau
akan berhasil pula. Keluarlah dan perbuatlah demikian! (23) Karena itu,
sesungguhnya TUHAN telah menaruh roh dusta ke dalam mulut semua nabimu ini,
sebab TUHAN telah menetapkan untuk menimpakan malapetaka kepadamu.’”.
Keil & Delitzsch (tentang 1Raja
22:22): “The words of Jehovah,
‘Persuade Ahab, thou wilt be able,’ and ‘Jehovah has put a lying
spirit,’ etc., are not to be understood as merely expressing the permission of
God, ... According to the Scriptures, God does work evil, but without therefore
willing it and bringing forth sin. ... Jehovah has ordained that Ahab, being led
astray by a prediction of his prophets inspired by the spirit of lies, shall
enter upon the war, that he may find therein the punishment of his
ungodliness” (= Kata-kata Yehovah, ‘Bujuklah
Ahab, engkau akan bisa’, dan ‘Yehovah telah meletakkan roh dusta’, dst, tidak
boleh dimengerti sebagai semata-mata menyatakan ijin Allah, ... Menurut
Kitab Suci, Allah mengerjakan malapetaka, tetapi tanpa menginginkannya dan
melahirkan / menimbulkan dosa. ... Yehovah telah menentukan bahwa Ahab,
disesatkan oleh nubuat dari nabi-nabinya yang diilhami oleh roh dusta, akan maju
berperang, supaya ia mendapatkan di dalamnya hukuman atas kejahatannya)
- hal 277.
Catatan:
Adam Clarke, seorang Arminian, menafsirkan semua ini hanya sebagai diijinkan
oleh Allah.
Calvin:
“God
wills that the false king Ahab be deceived; the devil offers his services to
this end; he is sent, with a definite command, to be a lying spirit in the mouth
of all the prophets (1Kings 22:20,22). If the blinding and insanity of Ahab
be God’s judgment, the figment of bare permission vanishes: because it would
be ridiculous for the Judge only to permit what he wills to be done, and not
also to decree it and to command its execution by his ministers” [=
Allah menghendaki bahwa raja Ahab yang tidak benar ditipu; setan menawarkan
pelayanannya untuk tujuan ini; ia dikirim, dengan perintah yang pasti, untuk
menjadi roh dusta dalam mulut semua nabi (1Raja 22:20,22). Jika
pembutaan dan kegilaan Ahab adalah penghakiman Allah, isapan jempol tentang
‘sekedar ijin’ hilang: karena adalah menggelikan bagi sang Hakim untuk hanya
mengijinkan apa yang Ia kehendaki untuk dilakukan, dan tidak juga menetapkannya
dan memerintahkan pelaksanaannya oleh pelayan-pelayanNya] - ‘Institutes
of the Christian Religion’, Book
I, Chapter XVIII, no 1.
2)
Manusia membunuh? Lagi-lagi ya, tetapi hanya kalau Tuhan mengijinkan /
menghendakinya.
a)
Mat 10:28-31 - “(28) Dan
janganlah kamu takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi yang tidak
berkuasa membunuh jiwa; takutlah terutama kepada Dia yang berkuasa membinasakan
baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka. (29) Bukankah burung pipit dijual dua
ekor seduit? Namun seekorpun dari padanya tidak akan jatuh ke bumi di luar
kehendak Bapamu. (30) Dan kamu, rambut kepalamupun terhitung semuanya. (31)
Sebab itu janganlah kamu takut, karena kamu lebih berharga dari pada banyak
burung pipit”.
Calvin
(tentang Luk 12:5): “if
we fear God, who is the Lord of body and soul, we have no reason to fear men,
whose power goes no farther than the body. With regard to the statement that men
‘have power to kill the body,’ Christ
made it by way of concession. God allows wicked men to enjoy such a degree of
liberty, that they are swelled with confidence in their own power, imagine that
they may attempt any thing, and even succeed in terrifying weak minds, as if
they could do whatever they pleased. Now the proud imaginations of wicked men,
as if the life of the godly were placed at their disposal, is utterly unfounded:
for God keeps them within limits, and restrains, whenever it pleases him, the
cruelty and violence of their attacks. And yet they are said to ‘have
power to kill’ by his permission, for he often permits them to indulge
their cruel rage. Besides, our Lord’s discourse consists of two parts. First,
in order to instruct us to bear with composure the loss of the bodily life, he
bids us contemplate both eternal life and eternal death, and then arrives
gradually at this point, that the protection of our life is in the hand of God” (= jika
kita takut kepada Allah, yang adalah Tuhan dari tubuh dan jiwa, kita tidak
mempunyai alasan untuk takut kepada manusia, yang kuasanya tidak pergi lebih
jauh dari pada tubuh. Berkenaan dengan pernyataan bahwa orang-orang
‘mempunyai kuasa untuk membunuh tubuh’, Kristus membuat pernyataan itu
dengan cara kelonggaran / pemberian hak. Allah mengijinkan orang-orang jahat
untuk menikmati tingkat kebebasan seperti itu, supaya mereka menggelembung
dengan keyakinan pada kuasa mereka sendiri, mengkhayalkan bahwa mereka bisa
mengusahakan apapun, dan bahkan berhasil dalam membuat takut pikiran-pikiran
yang lemah, seakan-akan mereka bisa melakukan apapun yang mereka senangi. Tetapi
khayalan yang sombong dari orang-orang yang jahat, seakan-akan hidup dari
orang-orang saleh diletakkan dalam tangan mereka, sama sekali tidak berdasar:
karena Allah menjaga mereka dalam batasan-batasan, dan kekangan-kekangan,
kapanpun itu memperkenan Dia, kekejaman dan kekerasan dari serangan-serangan
mereka. Tetapi mereka dikatakan ‘mempunyai kuasa untuk membunuh’ dengan
ijinNya, karena Ia sering mengijinkan mereka untuk memuaskan kemarahan mereka
yang kejam. Disamping itu, pembicaraan Tuhan kita terdiri dari dua bagian.
Pertama, untuk mengajar kita untuk menanggung dengan tenang / sabar kehilangan
hidup jasmani, Ia meminta kita untuk merenungkan baik hidup yang kekal dan
kematian kekal, dan lalu secara bertahap sampai pada titik ini, bahwa perlindungan
dari hidup kita ada dalam tangan Allah).
Calvin
(tentang Mat 10:29): “‘Are
not two sparrows sold for a farthing?’ Christ
proceeds farther, as I have already hinted, and declares that tyrants, whatever
may be their madness, have no power whatever even over the body: and that
therefore it is improper in any persons to dread the cruelty of men, as if they
were not under the protection of God. In the midst of dangers, therefore, let us
remember this second consolation. As God is the guardian of our life, we may
safely rely on his providence; nay, we do him injustice, if we do not entrust to
him our life, which he is pleased to take under his charge. Christ takes a
general view of the providence of God as extending to all creatures, and thus
argues from the greater to the less, that we are upheld by his special
protection. There is hardly any thing of less value than sparrows,
(for two were then sold
for a farthing, or, as Luke states it, five for two farthings,) and yet
God has his eye upon them to protect them, so that nothing happens to them by
chance. Would He who is careful about the sparrows
disregard the life of men?” [= ‘Bukankah
burung pipit dijual dua ekor seduit?’ Kristus melanjutkan lebih jauh, seperti
sudah saya beri petunjuk, dan menyatakan bahwa tiran-tiran, bagaimanapun
adanya kegilaan mereka, tidak mempunyai kuasa apapun bahkan atas tubuh: dan
bahwa karena itu adalah tidak benar dalam diri siapapun untuk takut pada
kekejaman manusia, seakan-akan mereka tidak berada di bawah perlindungan Allah.
Karena itu, di tengah-tengah bahaya, hendaklah kita mengingat penghiburan kedua
ini. Karena Allah adalah penjaga hidup kita, kita bisa dengan aman bersandar
pada ProvidensiaNya; bahkan, kita melakukan ketidak-adilan kepadaNya, jika kita
tidak mempercayakan kepadaNya hidup kita, yang Ia berkenan untuk mengambilnya ke
bawah tanggung jawab / pemeliharaanNya. Kristus mengambil / menerima suatu
pandangan umum tentang Providensia Allah sebagai diperluas pada semua makhluk,
dan lalu berargumentasi dari yang lebih besar kepada yang lebih kecil, bahwa
kita ditegakkan oleh perlindungan khususNya. Hampir tidak ada yang harganya /
nilainya lebih rendah dari burung pipit, (karena pada saat itu dua ekor dijual
seduit, atau, seperti Lukas menyatakannya, lima ekor untuk dua duit,) tetapi
Allah memperhatikan mereka untuk melindungi mereka, sehingga tak ada apapun
terjadi pada mereka karena kebetulan. Apakah Ia yang begitu hati-hati
terhadap burung pipit tidak mempedulikan hidup manusia?].
b)
Yoh 19:10-11 - “(10) Maka kata
Pilatus kepadaNya: ‘Tidakkah Engkau mau bicara dengan aku? Tidakkah Engkau
tahu, bahwa aku berkuasa untuk membebaskan Engkau, dan berkuasa juga untuk
menyalibkan Engkau?’ (11) Yesus menjawab: ‘Engkau tidak mempunyai kuasa
apapun terhadap Aku, jikalau kuasa itu tidak diberikan kepadamu dari atas.
Sebab itu: dia, yang menyerahkan Aku kepadamu, lebih besar dosanya.’”.
Calvin
(tentang Yoh 19:11): “Some
explain this in a general sense, that nothing is done in the world but by the
permission of God; as if Christ had said, that Pilate, though he thinks that he
can do all things, will do nothing more than God permits. The statement is, no
doubt, true, that this world is regulated by the disposal of God, and that,
whatever may be the efforts of wicked men, still they cannot even move a finger
but as the secret power of God directs”
(= Beberapa orang
menjelaskan ini dalam arti yang umum, bahwa tak ada apapun yang dilakukan /
terjadi dalam dunia kecuali oleh ijin dari Allah; seakan-akan Kristus terlah
berkata, bahwa Pilatus, sekalipun ia berpikir bahwa ia bisa melakukan segala
sesuatu, tidak akan melakukan apapun lebih dari yang Allah ijinkan. Pernyataan
itu, tak diragukan, adalah benar, bahwa dunia ini diatur oleh pengaturan /
penetapan / kontrol Allah, dan bahwa apapun yang diusahakan oleh orang-orang
jahat, tetap mereka bahkan tidak bisa menggerakkan satu jari kecuali sebagaimana
kuasa rahasia dari Allah mengarahkan).
Lenski
(tentang Yoh 19:11): “Silent
before, Jesus now answers. For silence would mean that Jesus knows that Pilate
has the power over him which he proudly claims. Jesus pricks that proud
assertion with the direct contradiction, ‘Thou hast no power over me at
all.’ ... Yet in a certain sense he has power: it has been given to him from
above. Jesus is not thinking of Caesar as having invested Pilate with power but
of God whose providence had allowed a man of Pilate’s stamp to be placed in
the procurator’s office at this time. ... Pilate is to know that it is not
he who holds Jesus in his hand; a higher hand holds Pilate” (= Tadinya
diam, sekarang Yesus menjawab. Karena diam akan berarti bahwa Yesus tahu bahwa
Pilatus mempunyai kuasa atas Dia yang dengan sombong ia claim. Yesus menusuk
pernyataan yang sombong itu dengan suatu kontradiksi yang langsung. ‘Engkau
tidak mempunyai kuasa atas Aku sama sekali’. ... Tetapi dalam suatu arti
tertentu ia mempunyai kuasa: itu telah diberikan kepadanya dari atas. Yesus
bukan sedang berpikir tentang Kaisar yang telah menobatkan Pilatus dengan kuasa,
tetapi tentang Allah yang providensiaNya telah mengijinkan seorang dari karakter
Pilatus untuk ditempatkan dalam jabatan gubernur pada saat itu. ... Pilatus
harus tahu bahwa bukan ia yang memegang / menggenggam Yesus dalam tangannya;
sebuah tangan yang lebih tinggi memegang / menggenggam Pilatus).
c)
Wah 6:11
- “Dan kepada mereka masing-masing diberikan
sehelai jubah putih, dan kepada mereka dikatakan, bahwa mereka harus
beristirahat sedikit waktu lagi hingga genap jumlah kawan-kawan pelayan
dan saudara-saudara mereka, yang akan dibunuh sama seperti mereka”.
Istilah
‘genap’ menunjukkan bahwa jumlah
orang yang dibunuh sudah ditentukan.
William
Hendriksen: “Thus these souls of the martyrs must enjoy their heavenly
repose ‘for a little time’ until every elect one has been brought into the
fold and the number of the martyrs is full. God knows the exact number.
It has been fixed from eternity in His decree. Until that number has been
realized on earth the day of final judgment cannot come” (= Demikianlah
jiwa-jiwa dari para martir ini harus menikmati istirahat surgawi mereka ‘untuk
sedikit waktu lagi’ sampai setiap orang pilihan telah dibawa ke dalam kandang
dan jumlah dari para martir telah genap. Allah tahu jumlah yang pasti. Itu
telah dipastikan dari kekekalan dalam ketetapanNya. Sampai jumlah itu telah
dicapai di bumi, hari penghakiman akhir tidak bisa datang) - ‘More
Than Conquerors’, hal 106.
d)
Bangsa membunuh bangsa; itu merupakan pekerjaan Tuhan!
1. 2Taw 36:17 - “TUHAN
menggerakkan raja orang Kasdim melawan mereka. Raja itu membunuh teruna
mereka dengan pedang dalam rumah kudus mereka, dan tidak menyayangkan teruna
atau gadis, orang tua atau orang ubanan - semua diserahkan TUHAN ke dalam
tangannya”.
Ini
menunjukkan bahwa kekejaman orang Kasdim terhadap Yehuda, yang jelas merupakan
suatu dosa, adalah pekerjaan Tuhan.
2.
Yer 19:7-9 - “(7) Aku akan
menggagalkan rancangan Yehuda dan Yerusalem di tempat ini dan Aku akan
membuat mereka rebah oleh pedang di depan musuh mereka dan oleh tangan
orang-orang yang ingin mencabut nyawa mereka. Aku akan membiarkan
mayat-mayat mereka dimakan oleh burung-burung di udara dan oleh
binatang-binatang di bumi. (8) Aku akan membuat kota ini menjadi kengerian dan
menjadi sasaran suitan. Setiap orang yang melewatinya akan merasa ngeri dan
bersuit karena segala pukulan yang dideritanya. (9) Aku akan membuat mereka
memakan daging anak-anaknya laki-laki dan daging anak-anaknya perempuan, dan
setiap orang memakan daging temannya, dalam keadaan susah dan sulit yang
ditimbulkan musuhnya kepada mereka dan oleh orang-orang yang ingin mencabut
nyawa mereka”.
Tuhan
membuat orang Yehuda mati oleh pedang lawan (Yer 19:7), dan membiarkan
mayat mereka dimakan burung dan binatang (Yer 17:8), dan lalu dalam Yer 19:9
ini dikatakan sesuatu yang mengerikan dimana Tuhan membuat mereka memakan
daging anaknya dan daging temannya sendiri! Pembunuhan dan bahkan perbuatan
kanibal ini merupakan pekerjaan Tuhan! Bdk. juga dengan Yeh 5:8-10
Yes 49:26.
Yeh
5:8-10 - “(8) sebab itu beginilah
firman Tuhan ALLAH: Lihat, Aku, ya Aku sendiri akan menjadi lawanmu dan Aku akan
menjatuhkan hukuman kepadamu di hadapan bangsa-bangsa. (9) Oleh karena segala
perbuatanmu yang keji akan Kuperbuat terhadapmu yang belum pernah Kuperbuat dan
yang tidak pernah lagi akan Kuperbuat. (10) Sebab itu di tengah-tengahmu
ayah-ayah akan memakan anak-anaknya dan anak-anak memakan ayahnya dan Aku akan
menjatuhkan hukuman kepadamu, sedang semua yang masih tinggal lagi dari padamu
akan Kuhamburkan ke semua penjuru angin”.
Yes
49:26 - “Aku akan memaksa orang-orang
yang menindas engkau memakan dagingnya sendiri, dan mereka akan mabuk minum
darahnya sendiri, seperti orang mabuk minum anggur baru, supaya seluruh umat
manusia mengetahui, bahwa Aku, TUHAN, adalah Juruselamatmu dan Penebusmu, Yang
Mahakuat, Allah Yakub.’”.
3.
Yer 43:10-11 - “(10) lalu
katakanlah kepada mereka: Beginilah firman TUHAN semesta alam, Allah Israel:
Sesungguhnya, Aku mengutus orang untuk menjemput Nebukadnezar, raja Babel,
hambaKu itu, supaya ia mendirikan takhtanya di atas batu-batu yang telah
Kusuruh sembunyikan ini, dan membentangkan permadani kebesarannya di atasnya.
(11) Dan apabila ia datang, ia akan memukul tanah Mesir: Yang ke maut, ke
mautlah! Yang ke tawanan, ke tawananlah! Yang ke pedang, ke pedanglah!”.
Ayat
ini menunjukkan bahwa peristiwa dimana Babilonia menghancurkan Mesir, merupakan
pekerjaan Tuhan .
4.
Yer 47:6-7 - “(6) Ah, pedang
TUHAN, berapa lama lagi baru engkau berhenti? Masuklah kembali ke dalam
sarungmu, jadilah tenang dan beristirahatlah! (7) Tetapi bagaimana ia dapat
berhenti? Bukankah TUHAN memerintahkannya? Ke Askelon dan ke tepi pantai
laut, ke sanalah Ia menyuruhnya!’”.
Ayat
ini menyatakan pedang Firaun / Mesir yang membunuhi orang Filistin, sebagai
‘pedang Tuhan’, dan pembantaian itu sebagai perintah Tuhan!
Catatan:
kalau dikatakan Tuhan memerintahkan, seringkali itu harus diartikan bukan bahwa
Tuhan betul-betul memberi firman yang memerintahkan, tetapi hanya bahwa Tuhan
mengatur terjadinya hal itu. Contoh: 1Raja 17:4,9 - “(4)
Engkau dapat minum dari sungai itu, dan burung-burung gagak telah Kuperintahkan
untuk memberi makan engkau di sana.’ ... (9) ‘Bersiaplah, pergi ke Sarfat
yang termasuk wilayah Sidon, dan diamlah di sana. Ketahuilah, Aku telah memerintahkan
seorang janda untuk memberi engkau makan.’”.
5.
Yer 50:9 - “Sebab
sesungguhnya, Aku menggerakkan dan membangkitkan terhadap Babel
sekumpulan bangsa-bangsa yang besar dari utara; mereka akan mengatur barisan
untuk melawannya, dari sanalah kota itu akan direbut. Panah-panah mereka adalah
seperti pahlawan yang mujur, yang tidak pernah kembali dengan tangan hampa”.
Tuhan
menggerakkan bangsa-bangsa besar dari Utara untuk menghancurkan Babel.
6. Hab 1:6,12
- “(6) Sebab, sesungguhnya, Akulah yang
membangkitkan orang Kasdim, bangsa yang garang dan tangkas itu, yang
melintasi lintang bujur bumi untuk menduduki tempat kediaman, yang bukan
kepunyaan mereka. ... (12) Bukankah Engkau, ya TUHAN, dari dahulu Allahku, Yang
Mahakudus? Tidak akan mati kami. Ya TUHAN, telah Kautetapkan dia untuk
menghukumkan; ya Gunung Batu, telah Kautentukan dia untuk menyiksa”.
Tuhan
membangkitkan / menentukan orang Kasdim untuk membunuh / menghukum / menyiksa.
7.
Zakh 14:2 - “Aku akan
mengumpulkan segala bangsa untuk memerangi Yerusalem; kota itu akan direbut,
rumah-rumah akan dirampoki dan perempuan-perempuan akan ditiduri. Setengah dari
penduduk kota itu harus pergi ke dalam pembuangan, tetapi selebihnya dari bangsa
itu tidak akan dilenyapkan dari kota itu”.
Ayat
ini mengatakan bahwa Tuhan bekerja mengumpulkan segala bangsa untuk memerangi
Yehuda / Yerusalem dan mengalahkannya, lalu merampok dan bahkan melakukan
pemerkosaan di sana.
e) Ini juga
mencakup kasus dimana seseorang membunuh dirinya sendiri; itu juga merupakan
pekerjaan Tuhan.
1Taw 10:4,14
- “(4) Lalu berkatalah Saul kepada pembawa senjatanya: ‘Hunuslah
pedangmu dan tikamlah aku, supaya jangan datang orang-orang yang tidak bersunat
ini memperlakukan aku sebagai permainan.’ Tetapi pembawa senjatanya tidak mau,
karena ia sangat segan. Kemudian Saul mengambil pedang itu dan menjatuhkan
dirinya ke atasnya. ... (14) dan tidak meminta petunjuk TUHAN. Sebab itu
TUHAN membunuh dia dan menyerahkan jabatan raja itu kepada Daud bin Isai”.
Sekalipun
dalam ay 4 dikatakan bahwa Saul mati bunuh diri, tetapi dalam ay 14
tetap dikatakan ‘Tuhan membunuh dia’.
Matthew
Henry (tentang 1Taw 10:14):
“Saul
slew himself, and yet it is said, God slew him. What is done by wicked hands is
yet done ‘by the determinate counsel and foreknowledge of God’” (=
Saul membunuh dirinya sendiri, tetapi dikatakan, ‘Allah membunuh dia’. Apa
yang dilakukan oleh tangan-tangan yang jahat tetap dilakukan ‘oleh rencana
yang ditetapkan dan pra-pengetahuan Allah’).
3)
Hal-hal yang ‘kebetulan’ membunuh? Ya, kalau Tuhan mengijinkan /
menghendakinya, dan semua itu tetap diatur oleh Tuhan.
a)
Kel 21:13 - “Tetapi jika pembunuhan itu tidak
disengaja, melainkan tangannya ditentukan Allah melakukan itu, maka Aku
akan menunjukkan bagimu suatu tempat, ke mana ia dapat lari”.
KJV:
‘but God deliver him into his hand’
(= tetapi Allah menyerahkannya ke dalam tangannya).
RSV/NASB:
‘but God let him fall into his hand’
(= tetapi Allah membiarkannya jatuh ke dalam
tangannya).
NIV:
‘but God lets it happen’ (= tetapi
Allah membiarkannya terjadi).
Yang
dimaksud dengan ‘pembunuhan yang tidak disengaja’ itu dijelaskan / diberi
contoh dalam Ul 19:4-5, yaitu orang yang pada waktu mengayunkan kapak, lalu
mata kapaknya terlepas dan mengenai orang lain sehingga mati.
Ul
19:4-5 - “(4) Inilah ketentuan mengenai
pembunuh yang melarikan diri ke sana dan boleh tinggal hidup: apabila ia
membunuh sesamanya manusia dengan tidak sengaja dan dengan tidak membenci dia
sebelumnya, (5) misalnya apabila seseorang pergi ke hutan dengan temannya untuk
membelah kayu, ketika tangannya mengayunkan kapak untuk menebang pohon kayu,
mata kapak terlucut dari gagangnya, lalu mengenai temannya sehingga mati, maka
ia boleh melarikan diri ke salah satu kota itu dan tinggal hidup”.
Hal
seperti ini kelihatannya ‘kebetulan’, tetapi toh Kel 21:13 itu mengatakan
bahwa hal itu bisa terjadi karena ‘tangannya ditentukan Allah melakukan itu’. Jadi, jelas bahwa
hal-hal yang kelihatannya kebetulan sekalipun hanya bisa terjadi kalau itu
sesuai kehendak / Rencana Allah.
Calvin
(tentang Kel 21:13): “it
must be remarked, that Moses declares that accidental homicide, as it is
commonly called, does not happen by chance or accident, but according to the
will of God, as if He himself led out the person, who is killed, to death. By
whatever kind of death, therefore, men are taken away, it is certain that we
live or die only at His pleasure; and surely, if not even a sparrow can fall to
the ground except by His will,
(Matthew 10:29,) it would be very absurd that men created in His image should be
abandoned to the blind impulses of fortune. Wherefore it must be concluded, as
Scripture elsewhere teaches, that the term of each man’s life is appointed,
with which another passage corresponds, ‘Thou turnest man to destruction, and
sayest, Return, ye children of men.’ (Psalm 90:3.) It is true, indeed, that
whatever has no apparent cause or necessity seems to us to be fortuitous; and
thus, whatever, according to nature, might happen otherwise we call accidents,
(contingentia;) yet in the meantime it must be remembered, that
what might else incline either way is governed by God’s secret counsel, so
that nothing is done without His arrangement and decree” [= harus
diperhatikan, bahwa Musa menyatakan bahwa pembunuhan yang bersifat kebetulan,
seperti yang biasanya disebut, tidak terjadi oleh kebetulan, tetapi sesuai /
menurut kehendak Allah, seakan-akan Ia sendiri membimbing orang, yang dibunuh /
terbunuh, pada kematian. Karena itu, oleh jenis kematian apapun, orang-orang
diambil, adalah pasti bahwa kita hidup dan mati hanya pada perkenanNya; dan
pastilah, jika bahkan seekor burung pipit tidak bisa jatuh ke tanah kecuali oleh
kehendakNya (Mat 10:29), adalah sangat menggelikan bahwa manusia yang diciptakan
menurut gambarNya harus ditinggalkan pada perubahan nasib yang buta. Karena itu
haruslah disimpulkan, sebagaimana Kitab Suci di bagian lain mengajarkan, bahwa
masa hidup dari setiap orang ditetapkan, dengan mana text yang lain sesuai, ‘Engkau
membelokkan manusia kepada kehancuran / kebinasaan, dan berkata: ‘Kembalilah,
hai anak-anak manusia!’ (Maz 90:3, KJV). Memang benar bahwa apapun yang tidak
mempunyai penyebab yang jelas atau keharusan, bagi kita kelihatannya merupakan
kebetulan; dan demikianlah, apapun, menurut alam, bisa terjadi sebagai apa yang
kita sebut kebetulan, tetapi pada saat yang sama harus diingat, bahwa apa yang
bisa menyimpangkan ke arah manapun diperintah oleh rencana rahasia Allah,
sehingga tak ada apapun yang terjadi tanpa pengaturan dan ketetapanNya].
Maz
90:3 - “Engkau mengembalikan manusia
kepada debu, dan berkata: ‘Kembalilah, hai anak-anak manusia!’”.
b)
1Raja 22:34 - “Tetapi seseorang
menarik panahnya dan menembak dengan sembarangan saja dan mengenai raja
Israel di antara sambungan baju zirahnya. Kemudian ia berkata kepada pengemudi
keretanya: ‘Putar! Bawa aku keluar dari pertempuran, sebab aku sudah
luka.’”.
Kitab
Suci Indonesia: ‘menembak dengan sembarangan saja’.
KJV/RSV:
‘drew
a bow at a venture’
(= menarik busurnya secara untung-untungan).
NIV/NASB:
‘drew his bow at random’ (= menarik busurnya secara
sembarangan).
Catatan:
Kata bentuk jamaknya muncul dalam 2Sam 15:11 dan dalam Kitab Suci Indonesia
diterjemahkan ‘tanpa curiga’.
NIV:
‘quite
innocently’
(= dengan tak bersalah).
NASB:
‘innocently’
(= dengan tak bersalah).
KJV/RSV:
‘in their simplicity’ (= dalam
kesederhanaan mereka).
Pulpit
Commentary: “An unknown, unconscious archer. The arrow that pierced Ahab’s
corselet was shot ‘in simplicity,’ without deliberate aim, with no thought
of striking the king. It was an unseen Hand that guided that chance shaft to its
destination. It was truly ‘the arrow of the Lord’s vengeance.’” (= Seorang
pemanah yang tak dikenal, dan yang tak menyadari tindakannya. Panah yang menusuk
pakaian perang Ahab ditembakkan ‘dalam kesederhanaan’, tanpa tujuan yang
disengaja, dan tanpa pikiran untuk menyerang sang raja. Adalah ‘Tangan yang
tak kelihatan’ yang memimpin ‘panah kebetulan’ itu pada tujuannya. Itu
betul-betul merupakan ‘panah pembalasan Tuhan’)
- hal 545.
Pulpit
Commentary: “how useless are disguises when the providence of Omniscience is
concerned! Ahab might hide himself from the Syrians, but he could not hide
himself from God. Neither could he hide himself from angels and devils, who are
instruments of Divine Providence, ever influencing men, and even natural laws,
or forces of nature” (= betapa tidak bergunanya
penyamaran pada waktu providensia dari Yang Mahatahu yang dipersoalkan! Ahab
bisa menyembunyikan dirinya dari orang Aram, tetapi ia tidak bisa menyembunyikan
dirinya dari Allah. Ia juga tidak bisa menyembunyikan dirinya dari malaikat dan
setan, yang merupakan alat-alat dari Providensia Ilahi, yang selalu mempengaruhi
manusia, dan bahkan hukum-hukum alam, atau kuasa / kekuatan alam) -
hal 552.
Pulpit
Commentary: “The chance shot. The success of Ahab’s device only served to make
the blow come more plainly from the hand of God. Benhadad’s purpose could be
baffled, but not His. There is no escape from God” (= Tembakan
kebetulan. Sukses dari muslihat Ahab hanya berfungsi untuk membuat kelihatan
dengan lebih jelas bahwa serangan itu datang dari tangan Allah. Tujuan / rencana
Benhadad bisa digagalkan / dihalangi, tetapi tidak tujuan / rencanaNya. Tidak
ada jalan untuk lolos dari Allah) - hal 557.
Jadi,
ini lagi-lagi menunjukkan bahwa tidak ada ‘kebetulan’. Semua yang
kelihatannya merupakan kebetulan, diatur oleh Allah.
c)
2Raja 1:1-4 - “(1) Pada suatu
hari jatuhlah Ahazia dari kisi-kisi kamar atasnya yang ada di Samaria, lalu
menjadi sakit. Kemudian dikirimnyalah utusan-utusan dengan pesan:
‘Pergilah, mintalah petunjuk kepada Baal-Zebub, allah di Ekron, apakah aku
akan sembuh dari penyakit ini.’ (3)
Tetapi berfirmanlah Malaikat TUHAN kepada Elia, orang Tisbe itu: ‘Bangunlah,
berangkatlah menemui utusan-utusan raja Samaria dan katakan kepada mereka:
Apakah tidak ada Allah di Israel, sehingga kamu ini pergi untuk meminta petunjuk
kepada Baal-Zebub, allah di Ekron? (4) Sebab itu beginilah firman TUHAN:
Engkau tidak akan bangun lagi dari tempat tidur, di mana engkau berbaring, sebab
engkau pasti akan mati.’ Lalu pergilah Elia”.
Tentang kejatuhan Ahazia dari kisi-kisi
kamar atas dalam 2Raja 1:2, Pulpit Commentary memberikan komentar sebagai
berikut: “The fainéant king came to his end in a manner: 1. Sufficiently
simple. Idly lounging at the projecting lattice window of his palace in Samaria
- perhaps leaning against it, and gazing from his elevating position on the fine
prospect that spreads itself around - his support suddenly gave way, and he was
precipitated to the ground, or courtyard, below. He is picked up, stunned, but
not dead, and carried to his couch. It is, in common speech, an accident - some
trivial neglect of a fastening - but it terminated this royal career. On such
slight contingencies does human life, the change of rulers, and often the course
of events in history, depend. We cannot sufficiently ponder that our
existence hangs by the finest thread, and that any trivial cause may at any
moment cut it short (Jas. 4:14). 2. Yet providential. God’s providence is to be
recognized in the time and manner of this king’s removal. He had ‘provoked
to anger the Lord God of Israel’ (1Kings 22:53), and God in this sudden way
cut him off. This is the only rational view of the providence of God, since, as
we have seen, it is from the most trivial events that the greatest results often
spring. The whole can be controlled only by the power that concerns itself with
the details. A remarkable illustration is afforded by the death of Ahaziah’s
own father. Fearing Micaiah’s prophecy, Ahab had disguised himself on the
field of battle, and was not known as the King of Israel. But he was not,
therefore, to escape. A man in the opposing ranks ‘drew a bow at a venture,’
and the arrow, winged with a Divine mission, smote the king between the joints
of his armour, and slew him (1Kings 22:34). The same minute providence which
guided that arrow now presided over the circumstances of Ahaziah’s fall. There
is in this doctrine, which is also Christ’s (Matt. 10:29,30), comfort for the
good, and warning for the wicked. The good man acknowledges, ‘My times are in
thy hand’ (Ps. 31:15), and the wicked man should pause when he reflects that
he cannot take his out of that hand” [= Raja yang
malas sampai pada akhir hidupnya dengan cara: 1. Cukup sederhana. Duduk
secara malas pada kisi-kisi jendela yang menonjol dari istananya di Samaria -
mungkin bersandar padanya, dan memandang dari posisinya yang tinggi pada
pemandangan yang indah di sekitarnya - sandarannya tiba-tiba patah, dan ia jatuh
ke tanah atau halaman di bawah. Ia diangkat, pingsan, tetapi tidak mati, dan
dibawa ke dipan / ranjangnya. Dalam pembicaraan umum itu disebut suatu
kecelakaan / kebetulan - suatu kelalaian yang remeh dalam pemasangan (jendela /
kisi-kisi) - tetapi itu mengakhiri karir kerajaannya. Pada hal-hal kebetulan
/ tak tentu yang remeh seperti ini tergantung hidup manusia, pergantian penguasa
/ raja, dan seringkali rangkaian dari peristiwa-peristiwa dalam sejarah.
Kita tidak bisa terlalu banyak dalam merenungkan bahwa keberadaan kita
tergantung pada benang yang paling tipis, dan bahwa setiap saat sembarang
penyebab yang remeh bisa memutuskannya (Yak 4:14). 2. Tetapi bersifat
providensia. Providensia ilahi / pelaksanaan rencana Allah harus dikenali
dalam waktu dan cara penyingkiran raja ini. Ia telah ‘menimbulkan kemarahan /
sakit hati Tuhan, Allah Israel’ (1Raja 22:54), dan Allah dengan cara mendadak
ini menyingkirkannya. Ini merupakan satu-satunya pandangan rasionil tentang
providensia Allah, karena, seperti telah kita lihat, adalah dari peristiwa yang
paling remehlah sering muncul akibat yang terbesar. Seluruhnya bisa dikontrol
hanya oleh kuasa yang memperhatikan hal-hal yang kecil. Suatu ilustrasi yang
hebat / luar biasa diberikan oleh kematian dari ayah Ahazia sendiri. Karena
takut pada nubuat Mikha, Ahab menyamar dalam medan pertempuran, dan tidak
dikenal sebagai raja Israel. Tetapi hal itu tidak menyebabkannya lolos.
Seseorang dari barisan lawan ‘menarik busurnya secara untung-untungan /
sembarangan’ dan anak panah itu, terbang dengan misi ilahi, mengenai sang raja
di antara sambungan baju zirahnya, dan membunuhnya (1Raja 22:34).
Providensia yang sama seksamanya, yang memimpin anak panah itu, sekarang
memimpin / menguasai situasi dan kondisi dari kejatuhan Ahazia. Dalam
doktrin / ajaran ini, yang juga merupakan ajaran Kristus (Mat 10:29-30),
ada penghiburan untuk orang baik / saleh, dan peringatan untuk orang jahat.
Orang baik mengakui: ‘Masa hidupku ada dalam tanganMu’ (Maz 31:16), dan
orang jahat harus berhenti ketika ia merenungkan bahwa ia tidak bisa mengambil
masa hidupnya dari tangan itu] - hal 13-14.
Catatan:
1Raja 22:53 dalam Kitab Suci Inggris adalah 1Raja 22:54 dalam Kitab
Suci Indonesia.
4)
Hal-hal lain, seperti keputusan seseorang, yang menyebabkan dia sendiri
atau orang lain mati, semuanya juga ditentukan dan diatur terjadinya oleh Tuhan.
a)
2Sam 17:14 - “Lalu berkatalah Absalom dan setiap
orang Israel: ‘Nasihat Husai, orang Arki itu, lebih baik dari pada nasihat
Ahitofel.’ Sebab TUHAN telah memutuskan, bahwa nasihat Ahitofel yang baik
itu digagalkan, dengan maksud supaya TUHAN mendatangkan celaka kepada Absalom”.
b)
Ul 2:30 - “Tetapi Sihon,
raja Hesybon, tidak mau memberi kita berjalan melalui daerahnya, sebab TUHAN,
Allahmu, membuat dia keras kepala dan tegar hati, dengan maksud menyerahkan
dia ke dalam tanganmu, seperti yang terjadi sekarang ini”.
Ayat
ini mengatakan bahwa Allahlah yang mengeraskan hati Sihon supaya bisa
menyerahkannya ke tangan Israel.
c)
Yos 11:20 - “Karena TUHAN
yang menyebabkan hati orang-orang itu menjadi keras, sehingga mereka berperang
melawan orang Israel, supaya mereka ditumpas, dan jangan dikasihani, tetapi
dipunahkan, seperti yang diperintahkan TUHAN kepada Musa”.
Ayat
ini mengatakan bahwa Allah mengeraskan hati orang Kanaan supaya mereka tidak
dikasihani tetapi ditumpas.
d)
Hak 9:22-24 - “(22) Setelah tiga tahun lamanya Abimelekh
memerintah atas orang Israel, (23) maka Allah membangkitkan semangat jahat di
antara Abimelekh dan warga kota Sikhem, sehingga warga kota Sikhem itu menjadi
tidak setia kepada Abimelekh, (24) supaya kekerasan terhadap ketujuh puluh
anak Yerubaal dibalaskan dan darah mereka ditimpakan kepada Abimelekh, saudara
mereka yang telah membunuh mereka dan kepada warga kota Sikhem yang membantu dia
membunuh saudara-saudaranya itu”.
Ayat
ini mengatakan bahwa ‘Allah membangkitkan semangat jahat’ [KJV/RSV/NIV/NASB/ ASV: ‘God
sent an evil spirit’
(= Allah mengirim suatu roh jahat)] dalam diri orang-orang tertentu,
supaya memberontak terhadap Abimelekh (anak Yerubaal / Gideon), supaya Ia bisa
menghukum baik Abimelekh maupun orang-orang Sikhem karena pembunuhan yang mereka
lakukan terhadap anak-anak Yerubaal / Gideon yang lain dalam Hak 9:1-5.
e)
1Sam 2:22-25 - “(22) Eli telah
sangat tua. Apabila didengarnya segala sesuatu yang dilakukan anak-anaknya
terhadap semua orang Israel dan bahwa mereka itu tidur dengan
perempuan-perempuan yang melayani di depan pintu Kemah Pertemuan, (23)
berkatalah ia kepada mereka: ‘Mengapa kamu melakukan hal-hal yang begitu,
sehingga kudengar dari segenap bangsa ini tentang perbuatan-perbuatanmu yang
jahat itu? (24) Janganlah begitu, anak-anakku. Bukan kabar baik yang kudengar
itu bahwa kamu menyebabkan umat TUHAN melakukan pelanggaran. (25) Jika seseorang
berdosa terhadap seorang yang lain, maka Allah yang akan mengadili; tetapi jika
seseorang berdosa terhadap TUHAN, siapakah yang menjadi perantara baginya?’ Tetapi
tidaklah didengarkan mereka perkataan ayahnya itu, sebab TUHAN hendak mematikan
mereka”.
f)
2Taw 25:17-20 - “(17)
Kemudian Amazia, raja Yehuda, mengadakan perundingan, lalu menyuruh orang kepada
Yoas bin Yoahas bin Yehu, raja Israel, mengatakan: ‘Mari kita mengadu
tenaga!’ (18) Tetapi Yoas, raja Israel, menyuruh orang kepada Amazia, raja
Yehuda, mengatakan: ‘Onak yang di gunung Libanon mengirim pesan kepada pohon
aras yang di gunung Libanon, bunyinya: Berikanlah anakmu perempuan kepada anakku
laki-laki menjadi isterinya. Tetapi binatang-binatang hutan yang ada di gunung
Libanon itu berjalan lewat dari sana, lalu menginjak onak itu. (19) Pikirmu,
engkau sudah mengalahkan Edom, sebab itu hatimu mengangkat-angkat dirimu untuk
mendapat kehormatan. Sekarang, tinggal saja di rumah. Untuk apa engkau menantang
malapetaka, sehingga engkau jatuh dan Yehuda bersama-sama engkau?’ (20) Tetapi
Amazia tidak mau mendengarkan; sebab hal itu telah ditetapkan Allah yang hendak
menyerahkan mereka ke dalam tangan Yoas, karena mereka telah mencari allah
orang Edom”.
-bersambung-
Author : Pdt. Budi Asali,M.Div.
E-mail : [email protected]
e-mail us at [email protected]
Link ke Channel Video Khotbah2 Pdt. Budi Asali di Youtube:
https://www.youtube.com/channel/UCP6lW2Ak1rqIUziNHdgp3HQ
Channel Live Streaming Youtube : bit.ly/livegkrigolgotha / budi asali