Kebaktian

G. K. R. I. ‘GOLGOTA’

(Rungkut Megah Raya Blok D No 16)

Minggu, tgl 20 Mei 2012, pk 08.00 & pk 17.00

Pdt. Budi Asali, M. Div.

(HP: 7064-1331 / 6050-1331)

[email protected]

 

Maut / kematian(4)

 

IV) Kalau sudah waktunya Tuhanlah yang memanggil manusia itu pulang / membunuh manusia itu.

 

1)   Setan membunuh? Ya, tetapi hanya kalau Tuhan mengijinkan / menghendakinya.

 

a)            Kasus anak-anak Ayub maupun Ayubnya sendiri.

 

Ayub 1:12-21 - “(12) Maka firman TUHAN kepada Iblis: ‘Nah, segala yang dipunyainya ada dalam kuasamu; hanya janganlah engkau mengulurkan tanganmu terhadap dirinya.’ Kemudian pergilah Iblis dari hadapan TUHAN. (13) Pada suatu hari, ketika anak-anaknya yang lelaki dan yang perempuan makan-makan dan minum anggur di rumah saudara mereka yang sulung, (14) datanglah seorang pesuruh kepada Ayub dan berkata: ‘Sedang lembu sapi membajak dan keledai-keledai betina makan rumput di sebelahnya, (15) datanglah orang-orang Syeba menyerang dan merampasnya serta memukul penjaganya dengan mata pedang. Hanya aku sendiri yang luput, sehingga dapat memberitahukan hal itu kepada tuan.’ (16) Sementara orang itu berbicara, datanglah orang lain dan berkata: ‘Api telah menyambar dari langit dan membakar serta memakan habis kambing domba dan penjaga-penjaga. Hanya aku sendiri yang luput, sehingga dapat memberitahukan hal itu kepada tuan.’ (17) Sementara orang itu berbicara, datanglah orang lain dan berkata: ‘Orang-orang Kasdim membentuk tiga pasukan, lalu menyerbu unta-unta dan merampasnya serta memukul penjaganya dengan mata pedang. Hanya aku sendiri yang luput, sehingga dapat memberitahukan hal itu kepada tuan.’ (18) Sementara orang itu berbicara, datanglah orang lain dan berkata: ‘Anak-anak tuan yang lelaki dan yang perempuan sedang makan-makan dan minum anggur di rumah saudara mereka yang sulung, (19) maka tiba-tiba angin ribut bertiup dari seberang padang gurun; rumah itu dilandanya pada empat penjurunya dan roboh menimpa orang-orang muda itu, sehingga mereka mati. Hanya aku sendiri yang luput, sehingga dapat memberitahukan hal itu kepada tuan.’ (20) Maka berdirilah Ayub, lalu mengoyak jubahnya, dan mencukur kepalanya, kemudian sujudlah ia dan menyembah, (21) katanya: ‘Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil, terpujilah nama TUHAN!’”.

 

Ayub 2:3-6 - “(3) Firman TUHAN kepada Iblis: ‘Apakah engkau memperhatikan hambaKu Ayub? Sebab tiada seorangpun di bumi seperti dia, yang demikian saleh dan jujur, yang takut akan Allah dan menjauhi kejahatan. Ia tetap tekun dalam kesalehannya, meskipun engkau telah membujuk Aku melawan dia untuk mencelakakannya tanpa alasan.’ (4) Lalu jawab Iblis kepada TUHAN: ‘Kulit ganti kulit! Orang akan memberikan segala yang dipunyainya ganti nyawanya. (5) Tetapi ulurkanlah tanganMu dan jamahlah tulang dan dagingnya, ia pasti mengutuki Engkau di hadapanMu.’ (6) Maka firman TUHAN kepada Iblis: ‘Nah, ia dalam kuasamu; hanya sayangkan nyawanya.’”.

 

Ayub 42:11b - “Mereka menyatakan turut berdukacita dan menghibur dia oleh karena segala malapetaka yang telah ditimpakan TUHAN kepadanya ...”.

 

Calvin: For the story here written, showeth us how we be in God’s hand, and that it lieth in him to determine of our lives, and to dispose of the same according to his good pleasure: and that it is our duty to submit ourselves unto him with all humbleness and obedience: and that it is good reason, that we should be wholly his, both to live and die: and specially that when it pleaseth him to lay his hand upon us, although we perceive not for what cause he doth it, yet we should glorify him continually, acknowledging him to be just and upright, and not to grudge against him” (= Karena cerita yang ditulis di sini menunjukkan kepada kita bahwa kita ada dalam tangan Allah, dan Dialah yang menentukan hidup kita, dan mengatur / membuangnya sesuai kehendakNya: dan adalah merupakan kewajiban kita untuk menundukkan diri kita sendiri kepadaNya dengan segala kerendahan hati dan ketaatan: dan merupakan pertimbangan yang baik bahwa kita adalah milikNya sepenuhnya, baik hidup atau mati: dan khususnya pada waktu Ia berkenan untuk meletakkan tanganNya atas kita, sekalipun kita tidak mengerti mengapa Ia melakukan hal itu, tetapi kita harus memuliakan Dia secara terus menerus, mengakui Dia sebagai adil dan lurus / benar, dan tidak bersungut-sungut terhadap Dia) - ‘Sermons on Job’, hal 1.

 

b)            Kasus nubuat nabi Mikha.

 

1Raja 22:19-23 - “(19) Kata Mikha: ‘Sebab itu dengarkanlah firman TUHAN. Aku telah melihat TUHAN sedang duduk di atas takhtaNya dan segenap tentara sorga berdiri di dekatNya, di sebelah kananNya dan di sebelah kiriNya. (20) Dan TUHAN berfirman: Siapakah yang akan membujuk Ahab untuk maju berperang, supaya ia tewas di Ramot-Gilead? Maka yang seorang berkata begini, yang lain berkata begitu. (21) Kemudian tampillah suatu roh, lalu berdiri di hadapan TUHAN. Ia berkata: Aku ini akan membujuknya. TUHAN bertanya kepadanya: Dengan apa? (22) Jawabnya: Aku akan keluar dan menjadi roh dusta dalam mulut semua nabinya. Ia berfirman: Biarlah engkau membujuknya, dan engkau akan berhasil pula. Keluarlah dan perbuatlah demikian! (23) Karena itu, sesungguhnya TUHAN telah menaruh roh dusta ke dalam mulut semua nabimu ini, sebab TUHAN telah menetapkan untuk menimpakan malapetaka kepadamu.’”.

 

Keil & Delitzsch (tentang 1Raja 22:22): “The words of Jehovah, ‘Persuade Ahab, thou wilt be able,’ and ‘Jehovah has put a lying spirit,’ etc., are not to be understood as merely expressing the permission of God, ... According to the Scriptures, God does work evil, but without therefore willing it and bringing forth sin. ... Jehovah has ordained that Ahab, being led astray by a prediction of his prophets inspired by the spirit of lies, shall enter upon the war, that he may find therein the punishment of his ungodliness” (= Kata-kata Yehovah, ‘Bujuklah Ahab, engkau akan bisa’, dan ‘Yehovah telah meletakkan roh dusta’, dst, tidak boleh dimengerti sebagai semata-mata menyatakan ijin Allah, ... Menurut Kitab Suci, Allah mengerjakan malapetaka, tetapi tanpa menginginkannya dan melahirkan / menimbulkan dosa. ... Yehovah telah menentukan bahwa Ahab, disesatkan oleh nubuat dari nabi-nabinya yang diilhami oleh roh dusta, akan maju berperang, supaya ia mendapatkan di dalamnya hukuman atas kejahatannya) - hal 277.

Catatan: Adam Clarke, seorang Arminian, menafsirkan semua ini hanya sebagai diijinkan oleh Allah.

 

Calvin: “God wills that the false king Ahab be deceived; the devil offers his services to this end; he is sent, with a definite command, to be a lying spirit in the mouth of all the prophets (1Kings 22:20,22). If the blinding and insanity of Ahab be God’s judgment, the figment of bare permission vanishes: because it would be ridiculous for the Judge only to permit what he wills to be done, and not also to decree it and to command its execution by his ministers [= Allah menghendaki bahwa raja Ahab yang tidak benar ditipu; setan menawarkan pelayanannya untuk tujuan ini; ia dikirim, dengan perintah yang pasti, untuk menjadi roh dusta dalam mulut semua nabi (1Raja 22:20,22). Jika pembutaan dan kegilaan Ahab adalah penghakiman Allah, isapan jempol tentang ‘sekedar ijin’ hilang: karena adalah menggelikan bagi sang Hakim untuk hanya mengijinkan apa yang Ia kehendaki untuk dilakukan, dan tidak juga menetapkannya dan memerintahkan pelaksanaannya oleh pelayan-pelayanNya] - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book I, Chapter XVIII, no 1.

 

2)            Manusia membunuh? Lagi-lagi ya, tetapi hanya kalau Tuhan mengijinkan / menghendakinya.

 

a)   Mat 10:28-31 - “(28) Dan janganlah kamu takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi yang tidak berkuasa membunuh jiwa; takutlah terutama kepada Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka. (29) Bukankah burung pipit dijual dua ekor seduit? Namun seekorpun dari padanya tidak akan jatuh ke bumi di luar kehendak Bapamu. (30) Dan kamu, rambut kepalamupun terhitung semuanya. (31) Sebab itu janganlah kamu takut, karena kamu lebih berharga dari pada banyak burung pipit”.

 

Calvin (tentang Luk 12:5): if we fear God, who is the Lord of body and soul, we have no reason to fear men, whose power goes no farther than the body. With regard to the statement that men ‘have power to kill the body,’ Christ made it by way of concession. God allows wicked men to enjoy such a degree of liberty, that they are swelled with confidence in their own power, imagine that they may attempt any thing, and even succeed in terrifying weak minds, as if they could do whatever they pleased. Now the proud imaginations of wicked men, as if the life of the godly were placed at their disposal, is utterly unfounded: for God keeps them within limits, and restrains, whenever it pleases him, the cruelty and violence of their attacks. And yet they are said to ‘have power to kill’ by his permission, for he often permits them to indulge their cruel rage. Besides, our Lord’s discourse consists of two parts. First, in order to instruct us to bear with composure the loss of the bodily life, he bids us contemplate both eternal life and eternal death, and then arrives gradually at this point, that the protection of our life is in the hand of God (= jika kita takut kepada Allah, yang adalah Tuhan dari tubuh dan jiwa, kita tidak mempunyai alasan untuk takut kepada manusia, yang kuasanya tidak pergi lebih jauh dari pada tubuh. Berkenaan dengan pernyataan bahwa orang-orang ‘mempunyai kuasa untuk membunuh tubuh’, Kristus membuat pernyataan itu dengan cara kelonggaran / pemberian hak. Allah mengijinkan orang-orang jahat untuk menikmati tingkat kebebasan seperti itu, supaya mereka menggelembung dengan keyakinan pada kuasa mereka sendiri, mengkhayalkan bahwa mereka bisa mengusahakan apapun, dan bahkan berhasil dalam membuat takut pikiran-pikiran yang lemah, seakan-akan mereka bisa melakukan apapun yang mereka senangi. Tetapi khayalan yang sombong dari orang-orang yang jahat, seakan-akan hidup dari orang-orang saleh diletakkan dalam tangan mereka, sama sekali tidak berdasar: karena Allah menjaga mereka dalam batasan-batasan, dan kekangan-kekangan, kapanpun itu memperkenan Dia, kekejaman dan kekerasan dari serangan-serangan mereka. Tetapi mereka dikatakan ‘mempunyai kuasa untuk membunuh’ dengan ijinNya, karena Ia sering mengijinkan mereka untuk memuaskan kemarahan mereka yang kejam. Disamping itu, pembicaraan Tuhan kita terdiri dari dua bagian. Pertama, untuk mengajar kita untuk menanggung dengan tenang / sabar kehilangan hidup jasmani, Ia meminta kita untuk merenungkan baik hidup yang kekal dan kematian kekal, dan lalu secara bertahap sampai pada titik ini, bahwa perlindungan dari hidup kita ada dalam tangan Allah).

 

Calvin (tentang Mat 10:29): “‘Are not two sparrows sold for a farthing?’ Christ proceeds farther, as I have already hinted, and declares that tyrants, whatever may be their madness, have no power whatever even over the body: and that therefore it is improper in any persons to dread the cruelty of men, as if they were not under the protection of God. In the midst of dangers, therefore, let us remember this second consolation. As God is the guardian of our life, we may safely rely on his providence; nay, we do him injustice, if we do not entrust to him our life, which he is pleased to take under his charge. Christ takes a general view of the providence of God as extending to all creatures, and thus argues from the greater to the less, that we are upheld by his special protection. There is hardly any thing of less value than sparrows, (for two were then sold for a farthing, or, as Luke states it, five for two farthings,) and yet God has his eye upon them to protect them, so that nothing happens to them by chance. Would He who is careful about the sparrows disregard the life of men? [= ‘Bukankah burung pipit dijual dua ekor seduit?’ Kristus melanjutkan lebih jauh, seperti sudah saya beri petunjuk, dan menyatakan bahwa tiran-tiran, bagaimanapun adanya kegilaan mereka, tidak mempunyai kuasa apapun bahkan atas tubuh: dan bahwa karena itu adalah tidak benar dalam diri siapapun untuk takut pada kekejaman manusia, seakan-akan mereka tidak berada di bawah perlindungan Allah. Karena itu, di tengah-tengah bahaya, hendaklah kita mengingat penghiburan kedua ini. Karena Allah adalah penjaga hidup kita, kita bisa dengan aman bersandar pada ProvidensiaNya; bahkan, kita melakukan ketidak-adilan kepadaNya, jika kita tidak mempercayakan kepadaNya hidup kita, yang Ia berkenan untuk mengambilnya ke bawah tanggung jawab / pemeliharaanNya. Kristus mengambil / menerima suatu pandangan umum tentang Providensia Allah sebagai diperluas pada semua makhluk, dan lalu berargumentasi dari yang lebih besar kepada yang lebih kecil, bahwa kita ditegakkan oleh perlindungan khususNya. Hampir tidak ada yang harganya / nilainya lebih rendah dari burung pipit, (karena pada saat itu dua ekor dijual seduit, atau, seperti Lukas menyatakannya, lima ekor untuk dua duit,) tetapi Allah memperhatikan mereka untuk melindungi mereka, sehingga tak ada apapun terjadi pada mereka karena kebetulan. Apakah Ia yang begitu hati-hati terhadap burung pipit tidak mempedulikan hidup manusia?].

 

b)      Yoh 19:10-11 - “(10) Maka kata Pilatus kepadaNya: ‘Tidakkah Engkau mau bicara dengan aku? Tidakkah Engkau tahu, bahwa aku berkuasa untuk membebaskan Engkau, dan berkuasa juga untuk menyalibkan Engkau?’ (11) Yesus menjawab: ‘Engkau tidak mempunyai kuasa apapun terhadap Aku, jikalau kuasa itu tidak diberikan kepadamu dari atas. Sebab itu: dia, yang menyerahkan Aku kepadamu, lebih besar dosanya.’”.

 

Calvin (tentang Yoh 19:11): Some explain this in a general sense, that nothing is done in the world but by the permission of God; as if Christ had said, that Pilate, though he thinks that he can do all things, will do nothing more than God permits. The statement is, no doubt, true, that this world is regulated by the disposal of God, and that, whatever may be the efforts of wicked men, still they cannot even move a finger but as the secret power of God directs (= Beberapa orang menjelaskan ini dalam arti yang umum, bahwa tak ada apapun yang dilakukan / terjadi dalam dunia kecuali oleh ijin dari Allah; seakan-akan Kristus terlah berkata, bahwa Pilatus, sekalipun ia berpikir bahwa ia bisa melakukan segala sesuatu, tidak akan melakukan apapun lebih dari yang Allah ijinkan. Pernyataan itu, tak diragukan, adalah benar, bahwa dunia ini diatur oleh pengaturan / penetapan / kontrol Allah, dan bahwa apapun yang diusahakan oleh orang-orang jahat, tetap mereka bahkan tidak bisa menggerakkan satu jari kecuali sebagaimana kuasa rahasia dari Allah mengarahkan).

 

Lenski (tentang Yoh 19:11): Silent before, Jesus now answers. For silence would mean that Jesus knows that Pilate has the power over him which he proudly claims. Jesus pricks that proud assertion with the direct contradiction, ‘Thou hast no power over me at all.’ ... Yet in a certain sense he has power: it has been given to him from above. Jesus is not thinking of Caesar as having invested Pilate with power but of God whose providence had allowed a man of Pilate’s stamp to be placed in the procurator’s office at this time. ... Pilate is to know that it is not he who holds Jesus in his hand; a higher hand holds Pilate (= Tadinya diam, sekarang Yesus menjawab. Karena diam akan berarti bahwa Yesus tahu bahwa Pilatus mempunyai kuasa atas Dia yang dengan sombong ia claim. Yesus menusuk pernyataan yang sombong itu dengan suatu kontradiksi yang langsung. ‘Engkau tidak mempunyai kuasa atas Aku sama sekali’. ... Tetapi dalam suatu arti tertentu ia mempunyai kuasa: itu telah diberikan kepadanya dari atas. Yesus bukan sedang berpikir tentang Kaisar yang telah menobatkan Pilatus dengan kuasa, tetapi tentang Allah yang providensiaNya telah mengijinkan seorang dari karakter Pilatus untuk ditempatkan dalam jabatan gubernur pada saat itu. ... Pilatus harus tahu bahwa bukan ia yang memegang / menggenggam Yesus dalam tangannya; sebuah tangan yang lebih tinggi memegang / menggenggam Pilatus).

 

c)      Wah 6:11 - “Dan kepada mereka masing-masing diberikan sehelai jubah putih, dan kepada mereka dikatakan, bahwa mereka harus beristirahat sedikit waktu lagi hingga genap jumlah kawan-kawan pelayan dan saudara-saudara mereka, yang akan dibunuh sama seperti mereka”.

Istilah ‘genap’ menunjukkan bahwa jumlah orang yang dibunuh sudah ditentukan.

 

William Hendriksen: “Thus these souls of the martyrs must enjoy their heavenly repose ‘for a little time’ until every elect one has been brought into the fold and the number of the martyrs is full. God knows the exact number. It has been fixed from eternity in His decree. Until that number has been realized on earth the day of final judgment cannot come” (= Demikianlah jiwa-jiwa dari para martir ini harus menikmati istirahat surgawi mereka ‘untuk sedikit waktu lagi’ sampai setiap orang pilihan telah dibawa ke dalam kandang dan jumlah dari para martir telah genap. Allah tahu jumlah yang pasti. Itu telah dipastikan dari kekekalan dalam ketetapanNya. Sampai jumlah itu telah dicapai di bumi, hari penghakiman akhir tidak bisa datang) - ‘More Than Conquerors’, hal 106.

 

d)      Bangsa membunuh bangsa; itu merupakan pekerjaan Tuhan!

1.   2Taw 36:17 - TUHAN menggerakkan raja orang Kasdim melawan mereka. Raja itu membunuh teruna mereka dengan pedang dalam rumah kudus mereka, dan tidak menyayangkan teruna atau gadis, orang tua atau orang ubanan - semua diserahkan TUHAN ke dalam tangannya.

Ini menunjukkan bahwa kekejaman orang Kasdim terhadap Yehuda, yang jelas merupakan suatu dosa, adalah pekerjaan Tuhan.

2.   Yer 19:7-9 - “(7) Aku akan menggagalkan rancangan Yehuda dan Yerusalem di tempat ini dan Aku akan membuat mereka rebah oleh pedang di depan musuh mereka dan oleh tangan orang-orang yang ingin mencabut nyawa mereka. Aku akan membiarkan mayat-mayat mereka dimakan oleh burung-burung di udara dan oleh binatang-binatang di bumi. (8) Aku akan membuat kota ini menjadi kengerian dan menjadi sasaran suitan. Setiap orang yang melewatinya akan merasa ngeri dan bersuit karena segala pukulan yang dideritanya. (9) Aku akan membuat mereka memakan daging anak-anaknya laki-laki dan daging anak-anaknya perempuan, dan setiap orang memakan daging temannya, dalam keadaan susah dan sulit yang ditimbulkan musuhnya kepada mereka dan oleh orang-orang yang ingin mencabut nyawa mereka”.

Tuhan membuat orang Yehuda mati oleh pedang lawan (Yer 19:7), dan membiarkan mayat mereka dimakan burung dan binatang (Yer 17:8), dan lalu dalam Yer 19:9 ini dikatakan sesuatu yang mengerikan dimana Tuhan membuat mereka memakan daging anaknya dan daging temannya sendiri! Pembunuhan dan bahkan perbuatan kanibal ini merupakan pekerjaan Tuhan! Bdk. juga dengan Yeh 5:8-10  Yes 49:26.

Yeh 5:8-10 - “(8) sebab itu beginilah firman Tuhan ALLAH: Lihat, Aku, ya Aku sendiri akan menjadi lawanmu dan Aku akan menjatuhkan hukuman kepadamu di hadapan bangsa-bangsa. (9) Oleh karena segala perbuatanmu yang keji akan Kuperbuat terhadapmu yang belum pernah Kuperbuat dan yang tidak pernah lagi akan Kuperbuat. (10) Sebab itu di tengah-tengahmu ayah-ayah akan memakan anak-anaknya dan anak-anak memakan ayahnya dan Aku akan menjatuhkan hukuman kepadamu, sedang semua yang masih tinggal lagi dari padamu akan Kuhamburkan ke semua penjuru angin”.

Yes 49:26 - “Aku akan memaksa orang-orang yang menindas engkau memakan dagingnya sendiri, dan mereka akan mabuk minum darahnya sendiri, seperti orang mabuk minum anggur baru, supaya seluruh umat manusia mengetahui, bahwa Aku, TUHAN, adalah Juruselamatmu dan Penebusmu, Yang Mahakuat, Allah Yakub.’”.

3.   Yer 43:10-11 - “(10) lalu katakanlah kepada mereka: Beginilah firman TUHAN semesta alam, Allah Israel: Sesungguhnya, Aku mengutus orang untuk menjemput Nebukadnezar, raja Babel, hambaKu itu, supaya ia mendirikan takhtanya di atas batu-batu yang telah Kusuruh sembunyikan ini, dan membentangkan permadani kebesarannya di atasnya. (11) Dan apabila ia datang, ia akan memukul tanah Mesir: Yang ke maut, ke mautlah! Yang ke tawanan, ke tawananlah! Yang ke pedang, ke pedanglah!”.

Ayat ini menunjukkan bahwa peristiwa dimana Babilonia menghancurkan Mesir, merupakan pekerjaan Tuhan .

4.   Yer 47:6-7 - “(6) Ah, pedang TUHAN, berapa lama lagi baru engkau berhenti? Masuklah kembali ke dalam sarungmu, jadilah tenang dan beristirahatlah! (7) Tetapi bagaimana ia dapat berhenti? Bukankah TUHAN memerintahkannya? Ke Askelon dan ke tepi pantai laut, ke sanalah Ia menyuruhnya!’”.

Ayat ini menyatakan pedang Firaun / Mesir yang membunuhi orang Filistin, sebagai ‘pedang Tuhan’, dan pembantaian itu sebagai perintah Tuhan!

Catatan: kalau dikatakan Tuhan memerintahkan, seringkali itu harus diartikan bukan bahwa Tuhan betul-betul memberi firman yang memerintahkan, tetapi hanya bahwa Tuhan mengatur terjadinya hal itu. Contoh: 1Raja 17:4,9 - “(4) Engkau dapat minum dari sungai itu, dan burung-burung gagak telah Kuperintahkan untuk memberi makan engkau di sana.’ ... (9) ‘Bersiaplah, pergi ke Sarfat yang termasuk wilayah Sidon, dan diamlah di sana. Ketahuilah, Aku telah memerintahkan seorang janda untuk memberi engkau makan.’”.

5.   Yer 50:9 - “Sebab sesungguhnya, Aku menggerakkan dan membangkitkan terhadap Babel sekumpulan bangsa-bangsa yang besar dari utara; mereka akan mengatur barisan untuk melawannya, dari sanalah kota itu akan direbut. Panah-panah mereka adalah seperti pahlawan yang mujur, yang tidak pernah kembali dengan tangan hampa”.

Tuhan menggerakkan bangsa-bangsa besar dari Utara untuk menghancurkan Babel.

6.   Hab 1:6,12 - “(6) Sebab, sesungguhnya, Akulah yang membangkitkan orang Kasdim, bangsa yang garang dan tangkas itu, yang melintasi lintang bujur bumi untuk menduduki tempat kediaman, yang bukan kepunyaan mereka. ... (12) Bukankah Engkau, ya TUHAN, dari dahulu Allahku, Yang Mahakudus? Tidak akan mati kami. Ya TUHAN, telah Kautetapkan dia untuk menghukumkan; ya Gunung Batu, telah Kautentukan dia untuk menyiksa.

Tuhan membangkitkan / menentukan orang Kasdim untuk membunuh / menghukum / menyiksa.

7.   Zakh 14:2 - Aku akan mengumpulkan segala bangsa untuk memerangi Yerusalem; kota itu akan direbut, rumah-rumah akan dirampoki dan perempuan-perempuan akan ditiduri. Setengah dari penduduk kota itu harus pergi ke dalam pembuangan, tetapi selebihnya dari bangsa itu tidak akan dilenyapkan dari kota itu”.

Ayat ini mengatakan bahwa Tuhan bekerja mengumpulkan segala bangsa untuk memerangi Yehuda / Yerusalem dan mengalahkannya, lalu merampok dan bahkan melakukan pemerkosaan di sana.

 

e)   Ini juga mencakup kasus dimana seseorang membunuh dirinya sendiri; itu juga merupakan pekerjaan Tuhan.

1Taw 10:4,14 - “(4) Lalu berkatalah Saul kepada pembawa senjatanya: ‘Hunuslah pedangmu dan tikamlah aku, supaya jangan datang orang-orang yang tidak bersunat ini memperlakukan aku sebagai permainan.’ Tetapi pembawa senjatanya tidak mau, karena ia sangat segan. Kemudian Saul mengambil pedang itu dan menjatuhkan dirinya ke atasnya. ... (14) dan tidak meminta petunjuk TUHAN. Sebab itu TUHAN membunuh dia dan menyerahkan jabatan raja itu kepada Daud bin Isai”.

Sekalipun dalam ay 4 dikatakan bahwa Saul mati bunuh diri, tetapi dalam ay 14 tetap dikatakan Tuhan membunuh dia’.

Matthew Henry (tentang 1Taw 10:14): Saul slew himself, and yet it is said, God slew him. What is done by wicked hands is yet done ‘by the determinate counsel and foreknowledge of God’ (= Saul membunuh dirinya sendiri, tetapi dikatakan, ‘Allah membunuh dia’. Apa yang dilakukan oleh tangan-tangan yang jahat tetap dilakukan ‘oleh rencana yang ditetapkan dan pra-pengetahuan Allah’).

 

3)   Hal-hal yang ‘kebetulan’ membunuh? Ya, kalau Tuhan mengijinkan / menghendakinya, dan semua itu tetap diatur oleh Tuhan.

 

a)      Kel 21:13 - “Tetapi jika pembunuhan itu tidak disengaja, melainkan tangannya ditentukan Allah melakukan itu, maka Aku akan menunjukkan bagimu suatu tempat, ke mana ia dapat lari”.

KJV: ‘but God deliver him into his hand’ (= tetapi Allah menyerahkannya ke dalam tangannya).

RSV/NASB: ‘but God let him fall into his hand’ (= tetapi Allah membiarkannya jatuh ke dalam tangannya).

NIV: ‘but God lets it happen’ (= tetapi Allah membiarkannya terjadi).

Yang dimaksud dengan ‘pembunuhan yang tidak disengaja’ itu dijelaskan / diberi contoh dalam Ul 19:4-5, yaitu orang yang pada waktu mengayunkan kapak, lalu mata kapaknya terlepas dan mengenai orang lain sehingga mati.

Ul 19:4-5 - “(4) Inilah ketentuan mengenai pembunuh yang melarikan diri ke sana dan boleh tinggal hidup: apabila ia membunuh sesamanya manusia dengan tidak sengaja dan dengan tidak membenci dia sebelumnya, (5) misalnya apabila seseorang pergi ke hutan dengan temannya untuk membelah kayu, ketika tangannya mengayunkan kapak untuk menebang pohon kayu, mata kapak terlucut dari gagangnya, lalu mengenai temannya sehingga mati, maka ia boleh melarikan diri ke salah satu kota itu dan tinggal hidup”.

Hal seperti ini kelihatannya ‘kebetulan’, tetapi toh Kel 21:13 itu mengatakan bahwa hal itu bisa terjadi karena ‘tangannya ditentukan Allah melakukan itu’. Jadi, jelas bahwa hal-hal yang kelihatannya kebetulan sekalipun hanya bisa terjadi kalau itu sesuai kehendak / Rencana Allah.

 

Calvin (tentang Kel 21:13): it must be remarked, that Moses declares that accidental homicide, as it is commonly called, does not happen by chance or accident, but according to the will of God, as if He himself led out the person, who is killed, to death. By whatever kind of death, therefore, men are taken away, it is certain that we live or die only at His pleasure; and surely, if not even a sparrow can fall to the ground except by His will, (Matthew 10:29,) it would be very absurd that men created in His image should be abandoned to the blind impulses of fortune. Wherefore it must be concluded, as Scripture elsewhere teaches, that the term of each man’s life is appointed, with which another passage corresponds, ‘Thou turnest man to destruction, and sayest, Return, ye children of men.’ (Psalm 90:3.) It is true, indeed, that whatever has no apparent cause or necessity seems to us to be fortuitous; and thus, whatever, according to nature, might happen otherwise we call accidents, (contingentia;) yet in the meantime it must be remembered, that what might else incline either way is governed by God’s secret counsel, so that nothing is done without His arrangement and decree [= harus diperhatikan, bahwa Musa menyatakan bahwa pembunuhan yang bersifat kebetulan, seperti yang biasanya disebut, tidak terjadi oleh kebetulan, tetapi sesuai / menurut kehendak Allah, seakan-akan Ia sendiri membimbing orang, yang dibunuh / terbunuh, pada kematian. Karena itu, oleh jenis kematian apapun, orang-orang diambil, adalah pasti bahwa kita hidup dan mati hanya pada perkenanNya; dan pastilah, jika bahkan seekor burung pipit tidak bisa jatuh ke tanah kecuali oleh kehendakNya (Mat 10:29), adalah sangat menggelikan bahwa manusia yang diciptakan menurut gambarNya harus ditinggalkan pada perubahan nasib yang buta. Karena itu haruslah disimpulkan, sebagaimana Kitab Suci di bagian lain mengajarkan, bahwa masa hidup dari setiap orang ditetapkan, dengan mana text yang lain sesuai, ‘Engkau membelokkan manusia kepada kehancuran / kebinasaan, dan berkata: ‘Kembalilah, hai anak-anak manusia!’ (Maz 90:3, KJV). Memang benar bahwa apapun yang tidak mempunyai penyebab yang jelas atau keharusan, bagi kita kelihatannya merupakan kebetulan; dan demikianlah, apapun, menurut alam, bisa terjadi sebagai apa yang kita sebut kebetulan, tetapi pada saat yang sama harus diingat, bahwa apa yang bisa menyimpangkan ke arah manapun diperintah oleh rencana rahasia Allah, sehingga tak ada apapun yang terjadi tanpa pengaturan dan ketetapanNya].

Maz 90:3 - Engkau mengembalikan manusia kepada debu, dan berkata: ‘Kembalilah, hai anak-anak manusia!’”.

 

b)      1Raja 22:34 - “Tetapi seseorang menarik panahnya dan menembak dengan sembarangan saja dan mengenai raja Israel di antara sambungan baju zirahnya. Kemudian ia berkata kepada pengemudi keretanya: ‘Putar! Bawa aku keluar dari pertempuran, sebab aku sudah luka.’”.

Kitab Suci Indonesia: ‘menembak dengan sembarangan saja.

KJV/RSV: ‘drew a bow at a venture (= menarik busurnya secara untung-untungan).

NIV/NASB: ‘drew his bow at random (= menarik busurnya secara sembarangan).

Catatan: Kata bentuk jamaknya muncul dalam 2Sam 15:11 dan dalam Kitab Suci Indonesia diterjemahkan ‘tanpa curiga’.

NIV: ‘quite innocently’ (= dengan tak bersalah).

NASB: ‘innocently’ (= dengan tak bersalah).

KJV/RSV: ‘in their simplicity’ (= dalam kesederhanaan mereka).

 

Pulpit Commentary: “An unknown, unconscious archer. The arrow that pierced Ahab’s corselet was shot ‘in simplicity,’ without deliberate aim, with no thought of striking the king. It was an unseen Hand that guided that chance shaft to its destination. It was truly ‘the arrow of the Lord’s vengeance.’” (= Seorang pemanah yang tak dikenal, dan yang tak menyadari tindakannya. Panah yang menusuk pakaian perang Ahab ditembakkan ‘dalam kesederhanaan’, tanpa tujuan yang disengaja, dan tanpa pikiran untuk menyerang sang raja. Adalah ‘Tangan yang tak kelihatan’ yang memimpin ‘panah kebetulan’ itu pada tujuannya. Itu betul-betul merupakan ‘panah pembalasan Tuhan’) - hal 545.

 

Pulpit Commentary: “how useless are disguises when the providence of Omniscience is concerned! Ahab might hide himself from the Syrians, but he could not hide himself from God. Neither could he hide himself from angels and devils, who are instruments of Divine Providence, ever influencing men, and even natural laws, or forces of nature” (= betapa tidak bergunanya penyamaran pada waktu providensia dari Yang Mahatahu yang dipersoalkan! Ahab bisa menyembunyikan dirinya dari orang Aram, tetapi ia tidak bisa menyembunyikan dirinya dari Allah. Ia juga tidak bisa menyembunyikan dirinya dari malaikat dan setan, yang merupakan alat-alat dari Providensia Ilahi, yang selalu mempengaruhi manusia, dan bahkan hukum-hukum alam, atau kuasa / kekuatan alam) - hal 552.

 

Pulpit Commentary: “The chance shot. The success of Ahab’s device only served to make the blow come more plainly from the hand of God. Benhadad’s purpose could be baffled, but not His. There is no escape from God” (= Tembakan kebetulan. Sukses dari muslihat Ahab hanya berfungsi untuk membuat kelihatan dengan lebih jelas bahwa serangan itu datang dari tangan Allah. Tujuan / rencana Benhadad bisa digagalkan / dihalangi, tetapi tidak tujuan / rencanaNya. Tidak ada jalan untuk lolos dari Allah) - hal 557.

 

Jadi, ini lagi-lagi menunjukkan bahwa tidak ada ‘kebetulan’. Semua yang kelihatannya merupakan kebetulan, diatur oleh Allah.

 

c)      2Raja 1:1-4 - “(1) Pada suatu hari jatuhlah Ahazia dari kisi-kisi kamar atasnya yang ada di Samaria, lalu menjadi sakit. Kemudian dikirimnyalah utusan-utusan dengan pesan: ‘Pergilah, mintalah petunjuk kepada Baal-Zebub, allah di Ekron, apakah aku akan sembuh dari penyakit ini.’  (3) Tetapi berfirmanlah Malaikat TUHAN kepada Elia, orang Tisbe itu: ‘Bangunlah, berangkatlah menemui utusan-utusan raja Samaria dan katakan kepada mereka: Apakah tidak ada Allah di Israel, sehingga kamu ini pergi untuk meminta petunjuk kepada Baal-Zebub, allah di Ekron? (4) Sebab itu beginilah firman TUHAN: Engkau tidak akan bangun lagi dari tempat tidur, di mana engkau berbaring, sebab engkau pasti akan mati.’ Lalu pergilah Elia”.

 

Tentang kejatuhan Ahazia dari kisi-kisi kamar atas dalam 2Raja 1:2, Pulpit Commentary memberikan komentar sebagai berikut: “The fainéant king came to his end in a manner: 1. Sufficiently simple. Idly lounging at the projecting lattice window of his palace in Samaria - perhaps leaning against it, and gazing from his elevating position on the fine prospect that spreads itself around - his support suddenly gave way, and he was precipitated to the ground, or courtyard, below. He is picked up, stunned, but not dead, and carried to his couch. It is, in common speech, an accident - some trivial neglect of a fastening - but it terminated this royal career. On such slight contingencies does human life, the change of rulers, and often the course of events in history, depend. We cannot sufficiently ponder that our existence hangs by the finest thread, and that any trivial cause may at any moment cut it short (Jas. 4:14).  2. Yet providential. God’s providence is to be recognized in the time and manner of this king’s removal. He had ‘provoked to anger the Lord God of Israel’ (1Kings 22:53), and God in this sudden way cut him off. This is the only rational view of the providence of God, since, as we have seen, it is from the most trivial events that the greatest results often spring. The whole can be controlled only by the power that concerns itself with the details. A remarkable illustration is afforded by the death of Ahaziah’s own father. Fearing Micaiah’s prophecy, Ahab had disguised himself on the field of battle, and was not known as the King of Israel. But he was not, therefore, to escape. A man in the opposing ranks ‘drew a bow at a venture,’ and the arrow, winged with a Divine mission, smote the king between the joints of his armour, and slew him (1Kings 22:34). The same minute providence which guided that arrow now presided over the circumstances of Ahaziah’s fall. There is in this doctrine, which is also Christ’s (Matt. 10:29,30), comfort for the good, and warning for the wicked. The good man acknowledges, ‘My times are in thy hand’ (Ps. 31:15), and the wicked man should pause when he reflects that he cannot take his out of that hand” [= Raja yang malas sampai pada akhir hidupnya dengan cara: 1. Cukup sederhana. Duduk secara malas pada kisi-kisi jendela yang menonjol dari istananya di Samaria - mungkin bersandar padanya, dan memandang dari posisinya yang tinggi pada pemandangan yang indah di sekitarnya - sandarannya tiba-tiba patah, dan ia jatuh ke tanah atau halaman di bawah. Ia diangkat, pingsan, tetapi tidak mati, dan dibawa ke dipan / ranjangnya. Dalam pembicaraan umum itu disebut suatu kecelakaan / kebetulan - suatu kelalaian yang remeh dalam pemasangan (jendela / kisi-kisi) - tetapi itu mengakhiri karir kerajaannya. Pada hal-hal kebetulan / tak tentu yang remeh seperti ini tergantung hidup manusia, pergantian penguasa / raja, dan seringkali rangkaian dari peristiwa-peristiwa dalam sejarah. Kita tidak bisa terlalu banyak dalam merenungkan bahwa keberadaan kita tergantung pada benang yang paling tipis, dan bahwa setiap saat sembarang penyebab yang remeh bisa memutuskannya (Yak 4:14). 2. Tetapi bersifat providensia. Providensia ilahi / pelaksanaan rencana Allah harus dikenali dalam waktu dan cara penyingkiran raja ini. Ia telah ‘menimbulkan kemarahan / sakit hati Tuhan, Allah Israel’ (1Raja 22:54), dan Allah dengan cara mendadak ini menyingkirkannya. Ini merupakan satu-satunya pandangan rasionil tentang providensia Allah, karena, seperti telah kita lihat, adalah dari peristiwa yang paling remehlah sering muncul akibat yang terbesar. Seluruhnya bisa dikontrol hanya oleh kuasa yang memperhatikan hal-hal yang kecil. Suatu ilustrasi yang hebat / luar biasa diberikan oleh kematian dari ayah Ahazia sendiri. Karena takut pada nubuat Mikha, Ahab menyamar dalam medan pertempuran, dan tidak dikenal sebagai raja Israel. Tetapi hal itu tidak menyebabkannya lolos. Seseorang dari barisan lawan ‘menarik busurnya secara untung-untungan / sembarangan’ dan anak panah itu, terbang dengan misi ilahi, mengenai sang raja di antara sambungan baju zirahnya, dan membunuhnya (1Raja 22:34). Providensia yang sama seksamanya, yang memimpin anak panah itu, sekarang memimpin / menguasai situasi dan kondisi dari kejatuhan Ahazia. Dalam doktrin / ajaran ini, yang juga merupakan ajaran Kristus (Mat 10:29-30), ada penghiburan untuk orang baik / saleh, dan peringatan untuk orang jahat. Orang baik mengakui: ‘Masa hidupku ada dalam tanganMu’ (Maz 31:16), dan orang jahat harus berhenti ketika ia merenungkan bahwa ia tidak bisa mengambil masa hidupnya dari tangan itu] - hal 13-14.

Catatan: 1Raja 22:53 dalam Kitab Suci Inggris adalah 1Raja 22:54 dalam Kitab Suci Indonesia.

 

4)   Hal-hal lain, seperti keputusan seseorang, yang menyebabkan dia sendiri atau orang lain mati, semuanya juga ditentukan dan diatur terjadinya oleh Tuhan.

 

a)      2Sam 17:14 - “Lalu berkatalah Absalom dan setiap orang Israel: ‘Nasihat Husai, orang Arki itu, lebih baik dari pada nasihat Ahitofel.’ Sebab TUHAN telah memutuskan, bahwa nasihat Ahitofel yang baik itu digagalkan, dengan maksud supaya TUHAN mendatangkan celaka kepada Absalom.

 

b)      Ul 2:30 - “Tetapi Sihon, raja Hesybon, tidak mau memberi kita berjalan melalui daerahnya, sebab TUHAN, Allahmu, membuat dia keras kepala dan tegar hati, dengan maksud menyerahkan dia ke dalam tanganmu, seperti yang terjadi sekarang ini”.

Ayat ini mengatakan bahwa Allahlah yang mengeraskan hati Sihon supaya bisa menyerahkannya ke tangan Israel.

 

c)      Yos 11:20 - “Karena TUHAN yang menyebabkan hati orang-orang itu menjadi keras, sehingga mereka berperang melawan orang Israel, supaya mereka ditumpas, dan jangan dikasihani, tetapi dipunahkan, seperti yang diperintahkan TUHAN kepada Musa”.

Ayat ini mengatakan bahwa Allah mengeraskan hati orang Kanaan supaya mereka tidak dikasihani tetapi ditumpas.

 

d)      Hak 9:22-24 - “(22) Setelah tiga tahun lamanya Abimelekh memerintah atas orang Israel, (23) maka Allah membangkitkan semangat jahat di antara Abimelekh dan warga kota Sikhem, sehingga warga kota Sikhem itu menjadi tidak setia kepada Abimelekh, (24) supaya kekerasan terhadap ketujuh puluh anak Yerubaal dibalaskan dan darah mereka ditimpakan kepada Abimelekh, saudara mereka yang telah membunuh mereka dan kepada warga kota Sikhem yang membantu dia membunuh saudara-saudaranya itu”.

Ayat ini mengatakan bahwa ‘Allah membangkitkan semangat jahat’ [KJV/RSV/NIV/NASB/ ASV: ‘God sent an evil spirit’ (= Allah mengirim suatu roh jahat)] dalam diri orang-orang tertentu, supaya memberontak terhadap Abimelekh (anak Yerubaal / Gideon), supaya Ia bisa menghukum baik Abimelekh maupun orang-orang Sikhem karena pembunuhan yang mereka lakukan terhadap anak-anak Yerubaal / Gideon yang lain dalam Hak 9:1-5.

 

e)      1Sam 2:22-25 - “(22) Eli telah sangat tua. Apabila didengarnya segala sesuatu yang dilakukan anak-anaknya terhadap semua orang Israel dan bahwa mereka itu tidur dengan perempuan-perempuan yang melayani di depan pintu Kemah Pertemuan, (23) berkatalah ia kepada mereka: ‘Mengapa kamu melakukan hal-hal yang begitu, sehingga kudengar dari segenap bangsa ini tentang perbuatan-perbuatanmu yang jahat itu? (24) Janganlah begitu, anak-anakku. Bukan kabar baik yang kudengar itu bahwa kamu menyebabkan umat TUHAN melakukan pelanggaran. (25) Jika seseorang berdosa terhadap seorang yang lain, maka Allah yang akan mengadili; tetapi jika seseorang berdosa terhadap TUHAN, siapakah yang menjadi perantara baginya?’ Tetapi tidaklah didengarkan mereka perkataan ayahnya itu, sebab TUHAN hendak mematikan mereka.

 

f)      2Taw 25:17-20 - “(17) Kemudian Amazia, raja Yehuda, mengadakan perundingan, lalu menyuruh orang kepada Yoas bin Yoahas bin Yehu, raja Israel, mengatakan: ‘Mari kita mengadu tenaga!’ (18) Tetapi Yoas, raja Israel, menyuruh orang kepada Amazia, raja Yehuda, mengatakan: ‘Onak yang di gunung Libanon mengirim pesan kepada pohon aras yang di gunung Libanon, bunyinya: Berikanlah anakmu perempuan kepada anakku laki-laki menjadi isterinya. Tetapi binatang-binatang hutan yang ada di gunung Libanon itu berjalan lewat dari sana, lalu menginjak onak itu. (19) Pikirmu, engkau sudah mengalahkan Edom, sebab itu hatimu mengangkat-angkat dirimu untuk mendapat kehormatan. Sekarang, tinggal saja di rumah. Untuk apa engkau menantang malapetaka, sehingga engkau jatuh dan Yehuda bersama-sama engkau?’ (20) Tetapi Amazia tidak mau mendengarkan; sebab hal itu telah ditetapkan Allah yang hendak menyerahkan mereka ke dalam tangan Yoas, karena mereka telah mencari allah orang Edom”.

 

-bersambung-  

Author : Pdt. Budi Asali,M.Div.

E-mail : [email protected]

e-mail us at [email protected]

http://golgothaministry.org

Link ke Channel Video Khotbah2 Pdt. Budi Asali di Youtube:

https://www.youtube.com/channel/UCP6lW2Ak1rqIUziNHdgp3HQ

Channel Live Streaming Youtube :  bit.ly/livegkrigolgotha / budi asali