fondasi kristen

oleh : pDT BUDI ASALI, M.Div.

 

HUKUM 1

 

Jangan ada padamu allah lain di hadapanKu

 

Kel 20:3

 

Kel 20:3 - “Jangan ada padamu allah lain di hadapanKu”.

 

1)         Persoalan terjemahan dari ayat ini.

Kel 20:3 - “Jangan ada padamu allah lain di hadapanKu”.

 

a)   Yang benar allah lain’ atau illah lain’?

Ada orang-orang kristen, seperti Bambang Noorsena, yang mengatakan bahwa dalam bahasa Arab, kata ‘Allah’ selalu menunjuk kepada Allah yang benar, dan karena itu kata-kata ‘allah lain’ harus diganti dengan ‘ilah lain’. Terhadap argumentasi ini saya menjawab bahwa Alkitab kristen tidak ditulis dalam bahasa Arab, tetapi dalam bahasa Ibrani dan Yunani, dan karena itu kita tidak boleh menafsirkannya berdasarkan bahasa Arab. Sedangkan dalam bahasa Ibrani maupun Yunani tidak dibedakan kata yang digunakan untuk Allah yang benar dan allah yang palsu. Dalam Kel 20:3 ini untuk kata ‘allah’ digunakan kata bahasa Ibrani ELOHIM, sama dengan kata yang digunakan untuk menunjuk kepada Allah yang benar. Jadi, menurut saya terjemahan ‘allah lain’ harus dipertahankan.

 

b)   Bentuk tunggal.

KJV: Thou shalt have no other gods before me.

Kata bahasa Inggris ‘Thou’ merupakan bentuk tunggal, dan dalam bahasa Ibraninya memang menggunakan kata ganti orang kedua tunggal laki-laki. Juga kata ‘engkau’ dalam Kel 20:2 menggunakan bentuk tunggal. Mengapa digunakan bentuk tunggal, padahal ditujukan kepada semua orang / seluruh bangsa Israel?

Pulpit Commentary: “The use of the second person singular is remarkable when a covenant was being made with the people (Ex 19:5). The form indicated that each individual of the nation was addressed severally, and was required himself to obey the law, a mere general national obedience being insufficient” [= Penggunaan dari orang kedua tunggal merupakan sesuatu yang layak diperhatikan pada waktu suatu perjanjian sedang dibuat dengan bangsa itu (Kel 19:5). Bentuk ini menunjukkan bahwa ini ditujukan kepada setiap individu dari bangsa itu secara terpisah, dan dituntut sendiri untuk mentaati hukum, semata-mata suatu ketaatan nasional yang umum tidaklah cukup].

Bdk. Ro 14:12 - “Demikianlah setiap orang di antara kita akan memberi pertanggungan jawab tentang dirinya sendiri kepada Allah”.

Catatan: ini berlaku juga untuk hukum-hukum yang lain dari 10 hukum Tuhan ini.

 

2)   Penekanan hukum ini: obyek / tujuan penyembahan hanya satu yaitu Allah (tidak boleh ada allah lain).

 

a)   Kita harus menyembah Allah.

Wah 19:10 - “Maka tersungkurlah aku di depan kakinya untuk menyembah dia, tetapi ia berkata kepadaku: ‘Janganlah berbuat demikian! Aku adalah hamba, sama dengan engkau dan saudara-saudaramu, yang memiliki kesaksian Yesus. Sembahlah Allah! Karena kesaksian Yesus adalah roh nubuat.’”.

Ul 6:13 - “Engkau harus takut akan TUHAN, Allahmu; kepada Dia haruslah engkau beribadah dan demi namaNya haruslah engkau bersumpah”.

 

b)   Tidak ada siapapun / apapun selain Allah yang boleh menjadi obyek penyembahan / ibadah kita.

Mat 4:10 - “Maka berkatalah Yesus kepadanya: ‘Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!’”.

 

Matthew Henry: “The first commandment concerns the object of our worship, Jehovah, and him only” (= Hukum pertama bersangkutan dengan obyek / tujuan dari penyembahan kita, Yehovah, dan hanya Dia saja).

 

Barnes’ Notes: “The meaning is that no god should be worshipped in addition to Yahweh. Compare Ex 20:23. The polytheism which was the besetting sin of the Israelites did not in later times exclude Yahweh, but associated Him with false deities” (= Artinya adalah bahwa tidak ada allah boleh disembah sebagai tambahan terhadap Yahweh. Bandingkan dengan Kel 20:23. Polytheisme yang merupakan dosa yang terus menerus menyerang orang-orang Israel pada waktu-waktu belakangan tidaklah membuang Yahweh, tetapi menggabungkan Dia dengan allah-allah palsu).

Kel 20:23 - “Janganlah kamu membuat di sampingKu allah perak, juga allah emas janganlah kamu buat bagimu”.

 

Bagi Allah, dari pada seseorang menyembah Dia dan juga menyembah allah-allah lain, lebih baik tidak usah menyembah Dia sama sekali (‘Better nothing than something!’).

 

Calvin: “He not only repudiates all mixed worship, but testifies that He with rather be accounted nothing than not be worshipped undividedly (= Ia bukan hanya menolak semua penyembahan campuran, tetapi memberi kesaksian bahwa Ia lebih baik dianggap tidak ada dari pada disembah dengan tak sepenuhnya / dengan terbagi-bagi) - hal 420.

 

Bandingkan dengan ayat-ayat di bawah ini:

1.   1Raja 18:21 - “Lalu Elia mendekati seluruh rakyat itu dan berkata: ‘Berapa lama lagi kamu berlaku timpang dan bercabang hati? Kalau TUHAN itu Allah, ikutilah Dia, dan kalau Baal, ikutilah dia.’ Tetapi rakyat itu tidak menjawabnya sepatah katapun”.

2.   Yos 24:14-15 - “(14) Oleh sebab itu, takutlah akan TUHAN dan beribadahlah kepadaNya dengan tulus ikhlas dan setia. Jauhkanlah allah yang kepadanya nenek moyangmu telah beribadah di seberang sungai Efrat dan di Mesir, dan beribadahlah kepada TUHAN. (15) Tetapi jika kamu anggap tidak baik untuk beribadah kepada TUHAN, pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadah; allah yang kepadanya nenek moyangmu beribadah di seberang sungai Efrat, atau allah orang Amori yang negerinya kamu diami ini. Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada TUHAN!’”.

 

3)   Hukum pertama ini bertentangan dengan ajaran Arianisme maupun Saksi Yehuwa, yang menganggap Yesus sebagai ‘allah kecil’ (a god / suatu allah), yang terpisah dan berbeda sama sekali dengan Bapa. Seandainya Yesus memang seperti itu, maka orang Kristen memang mempunyai ‘allah lain’. Dalam ajaran Kristen yang benar, sekalipun dipercayai bahwa Yesus memang adalah Allah, tetapi Ia mempunyai satu hakekat dengan Bapa, atau Ia satu dengan Bapa (Yoh 10:30), sehingga Ia bukan ‘allah lain’.

Yoh 10:30 - “Aku dan Bapa adalah satu.’”.

 

Calvin: “The orthodox Fathers aptly used this passage against the Arians; because, since Christ is everywhere called God, He is undoubtedly the same Jehovah who declares Himself to be the One God, and this is asserted with the same force respecting the Holy Spirit” (= Bapa-bapa Gereja yang orthodox sering menggunakan text ini terhadap pengikut Arianisme; karena, karena Kristus dimana-mana disebut Allah, tak diragukan bahwa Ia adalah Yehovah yang sama yang menyatakan diriNya sendiri sebagai satu-satunya Allah, dan ini ditegaskan dengan kekuatan yang sama berkenaan dengan Roh Kudus) - hal 420.

 

Pada jaman sekarang, dengan adanya Saksi Yehuwa, yang merupakan reinkarnasi dari Arianisme, maka kita bisa menggunakan ayat ini dengan cara yang sama terhadap mereka, seperti Bapa-bapa dahulu menggunakannya terhadap Arianisme.

 

4)         Contoh pelanggaran terhadap hukum ini:

 

a)   Menyembah banyak allah / dewa, atau melakukan syncretisme / menggabungkan 2 agama atau lebih.

1Raja 18:21 - “Lalu Elia mendekati seluruh rakyat itu dan berkata: ‘Berapa lama lagi kamu berlaku timpang dan bercabang hati? Kalau TUHAN itu Allah, ikutilah Dia, dan kalau Baal, ikutilah dia.’ Tetapi rakyat itu tidak menjawabnya sepatah katapun”.

Misalnya: meskipun sudah menjadi orang kristen, tetapi masih pergi ke G. Kawi, kelenteng, dsb. Atau, sudah menjadi orang kristen tetapi masih ikut kebatinan, menggunakan magic, dsb.

Ada orang kristen / hamba Tuhan yang begitu takut dengan tuduhan melakukan pengkristenan / kristenisasi, sehingga pada waktu memberitakan Injil, mereka berkata: ‘Aku tidak minta kamu pindah agama. Aku hanya minta kamu percaya kepada Kristus’. Kata-kata bodoh ini sama artinya dengan menyuruh seseorang menjadi seorang syncretist, yang jelas merupakan pelanggaran terhadap hukum pertama ini!

 

b)   Berdoa kepada roh-roh nenek moyang / orang tua.

 

c)   Berdoa kepada Maria / orang suci / malaikat.

 

d)   Sembahyang di kuburan (Cing Bing), memberi sesajen, dsb.

 

e)   Menyembah manusia, baik pai-kwie maupun sungkem.

Bdk. Mat 4:10 - “Maka berkatalah Yesus kepadanya: ‘Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!’”.

 

f)    Menyimpan / mempercayai jimat, benda-benda G. Kawi / kelenteng seper­ti: Hu, Pat-kwa, kantong merah G. Kawi, dll.

 

g)   Pelanggaran terhadap hukum pertama ini terjadi bukan hanya kalau kita betul-betul menyembah allah / dewa lain, tetapi juga kalau kita mempunyai apapun atau siapapun yang kita utamakan / kasihi lebih dari Allah.

Matthew Henry: “The sin against this commandment which we are most in danger of is giving the glory and honour to any creature which are due to God only. Pride makes a god of self, covetousness makes a god of money, sensuality makes a god of the belly; whatever is esteemed or loved, feared or served, delighted in or depended on, more than God, that (whatever it is) we do in effect make a god of” [= Dosa terhadap hukum ini yang paling membahayakan kita adalah memberikan kemuliaan dan hormat kepada makhluk ciptaan manapun, yang seharusnya adalah hak Allah saja. Kesombongan membuat dirinya sendiri suatu allah, ketamakan membuat uang sebagai allah, hawa nafsu membuat perut menjadi suatu allah; apapun yang dinilai atau dicintai, ditakuti atau dilayani, disenangi atau dibuat bergantung, lebih dari Allah, sebetulnya hal itu (apapun adanya itu) kita jadikan suatu allah].

 

Contoh hal-hal yang bisa kita utamakan / kasihi lebih dari Allah, dan dengan demikian menjadi allah lain bagi kita:

 

1.   Diri sendiri (Luk 14:26b).

Luk 14:26 - “‘Jikalau seorang datang kepadaKu dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi muridKu”.

Perintah untuk ‘membenci’ di sini tentu tidak boleh diartikan betul-betul disuruh membenci. Maksudnya adalah ‘harus kurang mengasihi mereka / diri sendiri dibandingkan dengan Allah / Yesus’.

Bdk. Mat 10:37 - “Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih dari padaKu, ia tidak layak bagiKu; dan barangsiapa mengasihi anaknya laki-laki atau perempuan lebih dari padaKu, ia tidak layak bagiKu”.

Kalau saudara royal dalam mengeluarkan uang untuk diri sendiri (untuk makanan, pakaian, bepergian, dsb), tetapi pelit / kikir dalam memberi persembahan kepada Tuhan, maka saudara sudah mengutamakan diri sendiri lebih dari pada Tuhan.

 

2.   Keluarga, seperti suami, istri, orang tua, anak, cucu, dsb (Luk 14:26a).

Luk 14:26 - “‘Jikalau seorang datang kepadaKu dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi muridKu”.

Sama seperti di atas, ini harus dibandingkan dengan Mat 10:37, dan artinya adalah: kita tidak boleh mengasihi keluarga kita lebih dari Tuhan.

Setiap orang kristen memang harus mengasihi keluarga dan mempunyai tanggung jawab terhadap keluarga, dan ini tetap harus dilakukan.

1Tim 5:8 - “Tetapi jika ada seorang yang tidak memeliharakan sanak saudaranya, apalagi seisi rumahnya, orang itu murtad dan lebih buruk dari orang yang tidak beriman”.

Tetapi kalau ia melakukan semua itu begitu rupa sehingga menyingkirkan / menggeser kedudukan Tuhan sebagai yang terutama dalam hidupnya, maka semua itu menjadi allah lain.

 

3.   Pekerjaan / uang.

Bdk. Mat 6:24 - Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon (= dewa uang).’”.

Semua orang kristen memang wajib untuk bekerja sehingga bisa mencukupi kebutuhannya sendiri dan keluarganya.

2Tes 3:10-12 - “(10) Sebab, juga waktu kami berada di antara kamu, kami memberi peringatan ini kepada kamu: jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan. (11) Kami katakan ini karena kami dengar, bahwa ada orang yang tidak tertib hidupnya dan tidak bekerja, melainkan sibuk dengan hal-hal yang tidak berguna. (12) Orang-orang yang demikian kami peringati dan nasihati dalam Tuhan Yesus Kristus, supaya mereka tetap tenang melakukan pekerjaannya dan dengan demikian makan makanannya sendiri”.

Tetapi kalau pekerjaan diutamakan sedemikian rupa sehingga menggeser kedudukan Allah sebagai yang terutama / terpenting dalam hidupnya, maka pekerjaan itu menjadi allah lain.

Kalau suatu pekerjaan harus dilakukan dengan melakukan dosa, baik itu dosa aktif seperti dusta atau bekerja pada hari Minggu, maupun itu dosa pasif seperti tidak bisa berbakti, tidak bisa belajar Firman Tuhan, tidak bisa melayani dsb, dan saudara tetap melakukan pekerjaan itu, maka jelas bahwa pekerjaan itu sudah menjadi ‘allah lain’ bagi saudara!

 

4.   Boss / rekan bisnis.

 

5.   Study / pelajaran sekolah.

Tentu saja pelajar / mahasiswa kristen juga harus belajar dengan baik, tetapi pelajaran itu tidak boleh menggeser kedudukan Allah. Kalau ia belajar sedemikian rupa sehingga mengabaikan / tak punya waktu untuk kebaktian, saat teduh dsb, maka pelajaran itu menjadi allah lain baginya.

 

6.   Pacar / teman.

 

7.   Hobby, seperti nonton bioskop, TV, olah raga, dsb.

 

8.   Undangan pernikahan / HUT.

a.   Kalau saudara membuang kebaktian, karena adanya undangan pernikahan / HUT, maka itu berarti saudara sudah mengutamakan undangan pernikahan lebih dari Tuhan.

b.   Juga kalau misalnya hujan lebat saudara tidak berbakti, tetapi dengan curah hujan yang sama, saudara tetap bisa pergi untuk memenuhi undangan pernikahan, maka itu jelas menunjukkan bahwa saudara mengutamakan undangan pernikahan itu lebih dari pada Tuhan.

 

9.         Handphone.

Harus diakui bahwa handphone memang merupakan sesuatu yang sangat menolong kita. Tetapi bagaimanapun handphone tidak boleh kita letakkan di atas Tuhan, misalnya dengan cara tetap menyalakan handphone pada waktu berbakti, ikut Pemahaman Alkitab, bersaat teduh / berdoa, dsb, dan begitu handphone berbunyi, kita langsung meninggalkan Tuhan dan menerima handphone tersebut. Atau ada sms masuk dan kita lalu membalas sms itu dalam kebaktian / acara gereja.

Bdk. Mal 1:8 - “Apabila kamu membawa seekor binatang buta untuk dipersembahkan, tidakkah itu jahat? Apabila kamu membawa binatang yang timpang dan sakit, tidakkah itu jahat? Cobalah menyampaikannya kepada bupatimu, apakah ia berkenan kepadamu, apalagi menyambut engkau dengan baik? firman TUHAN semesta alam”.

Catatan: Kata ‘bupati’ seharusnya adalah ‘gubernur’.

Dalam Mal 1:8 ini Tuhan membandingkan sikap orang-orang Israel kepada Tuhan dengan sikap mereka kepada gubernur. Mereka tidak berani mempersembahkan binatang buta kepada seorang gubernur, tetapi anehnya, mereka berani melakukannya kepada Tuhan!

Dalam penggunaan handphone juga sama. Bayangkan saudara sedang berbicara dengan presiden, atau gubernur, atau walikota. Tahu-tahu handphone saudara berbunyi, atau ada sms masuk. Beranikah saudara meninggalkan presiden / gubernur / walikota itu untuk menerima handphone saudara atau membalas sms itu? Saya yakin saudara tidak akan berani! Tetapi mengapa saudara berani melakukannya kalau saudara sedang berbakti / berbicara kepada Tuhan?

Saudara harus menghormati, mementingkan dan mengutamakan Tuhan di atas handphone, atau urusan apapun yang diberikan oleh handphone tersebut, dan karena itu matikanlah (atau setidaknya silent-kan tanpa getaran) handphone pada waktu melakukan segala sesuatu yang berhubungan dengan Tuhan! Ini juga berlaku untuk telpon rumah biasa!

 

10.       Gereja / aliran.

Kalau seseorang mendengar Firman Tuhan yang menyerang ajaran gerejanya / alirannya, dan ia memang tidak bisa menjawab serangan itu, karena memang serangan itu benar, tetapi ia tetap mengukuhi pandangan gereja / alirannya yang tidak bisa dipertahankan itu, maka ia sudah menempatkan gereja / alirannya di atas Tuhan dan firmanNya, dan dengan demikian menjadikan gereja / alirannya sebagai ‘allah lain’!

 

11.       Pendeta sendiri / pendeta tertentu yang diidolakan.

Sadari bahwa pendeta manapun tetap adalah manusia, dan karena itu bisa salah, baik dalam hidup maupun ajarannya. Kalau ada orang yang menunjukkan kesalahan pendeta saudara / pendeta yang saudara idolakan, dan sekalipun saudara tidak bisa membantahnya, tetapi saudara tetap membela pendeta itu mati-matian, dan bahkan menjadi marah, maka saudara meletakkan pendeta itu di atas kebenaran / firman, dan pada hakekatnya, di atas Allah. Jelas bahwa pendeta itu sudah menjadi ‘allah lain’ dalam kehidupan saudara.

 

12.       Pelayanan saudara sendiri.

Bdk. Luk 10:38-42 - “(38) Ketika Yesus dan murid-muridNya dalam perjalanan, tibalah Ia di sebuah kampung. Seorang perempuan yang bernama Marta menerima Dia di rumahnya. (39) Perempuan itu mempunyai seorang saudara yang bernama Maria. Maria ini duduk dekat kaki Tuhan dan terus mendengarkan perkataanNya, (40) sedang Marta sibuk sekali melayani. Ia mendekati Yesus dan berkata: ‘Tuhan, tidakkah Engkau peduli, bahwa saudaraku membiarkan aku melayani seorang diri? Suruhlah dia membantu aku.’ (41) Tetapi Tuhan menjawabnya: ‘Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, (42) tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya.’”.

C. H. Spurgeon: “if you suppose that you will be nearer to Christ by entering the ministry, you are very much mistaken. ... You will find yourself cumbered with much serving, even in the service of the Lord; and it is very easy to lose the Master in the Master’s work (= jika engkau mengira bahwa engkau akan lebih dekat kepada Kristus dengan memasuki pelayanan, engkau sangat keliru. ... Engkau akan mendapati dirimu sendiri dibebani dengan banyak pelayanan, bahkan dalam melayani Tuhan; dan adalah sangat mudah untuk kehilangan Tuhan / Guru itu dalam pekerjaan Tuhan / Guru itu) - ‘Spurgeon’s Expository Encyclopedia’, vol 3, hal 280.

Sekalipun kita melakukan pelayanan itu untuk Allah, tetapi kalau kita begitu sibuk dengan pelayanan sehingga tidak ada waktu untuk bersekutu dengan Tuhan (saat teduh / doa), dan tidak ada waktu untuk belajar Firman Tuhan, maka pelayanan itu menjadi ‘allah lain’ bagi kita.

 

Dari contoh-contoh di atas, terlihat dengan jelas bahwa ada banyak hal-hal yang baik, seperti keluarga, pekerjaan, study, dsb, yang dalam dirinya sendiri bukanlah sesuatu yang salah / berdosa, bahkan merupakan sesuatu yang baik. Tetapi pada waktu hal-hal itu diutamakan melebihi Tuhan dan menggeser / membuang Tuhan dari hidup kita, maka semua itu menjadi allah lain, dan itu adalah dosa! Setan sering berusaha supaya kita menjadikan apa yang seharusnya ‘the second best’ (= hal terbaik kedua) menjadi ‘the best’ (= hal yang terbaik) dalam hidup kita, dan dengan demikian hal itu menjadi ‘allah lain’ dalam hidup kita.

 

Calvin: “if God have not alone the pre-eminence, His majesty is so far obscured” (= jika Allah tidak sendirian mempunyai keutamaan, keagunganNya dikaburkan) - hal 418.

 

C. H. Spurgeon: “Anything becomes an idol when it keeps us away from God” (= Segala sesuatu menjadi berhala kalau hal itu menjauhkan kita dari Allah).

 

Augustine: “Christ is not valued at all unless he be valued above all” (= Kristus tidak dihargai sama sekali kecuali Ia dihargai di atas semua) - ‘The Encyclopedia of Religious Quotations’, hal 78.

 

The Bible Exposition Commentary: Old Testament tentang 2Sam 2:4b-7: “Augustine of Hippo said, ‘Jesus Christ will be Lord of all or He will not be Lord at all.’” (= Agustinus dari Hippo berkata, ‘Yesus Kristus akan menjadi Tuhan dari semua atau Ia tidak akan menjadi Tuhan sama sekali’.).

 

Saya pernah membaca cerita tentang seorang pendeta di Inggris yang memberitahu pelayannya bahwa kalau ia sedang berdoa ia tidak mau diganggu oleh siapapun. Tetapi suatu hari ketika pendeta itu sedang berdoa, ada tamu datang, dan ketika si pelayan itu melihat tamu itu, ia lalu ‘membangunkan’ si pendeta dari doanya. Si pendeta memarahi pelayannya dengan berkata: ‘Bukankah sudah kuberitahu bahwa aku tidak mau diganggu kalau sedang berdoa?’. Tetapi pelayannya menjawab: ‘Tuan, tamu yang datang adalah anaknya raja’. Pendeta itu menjawab: ‘Saya tidak peduli dia anak raja. Beritahu dia untuk menunggu, karena saya sedang berbicara dengan Rajanya sendiri’.

Ini adalah contoh dimana seseorang betul-betul mengutamakan Tuhan!

 

5)   Ancaman hukuman terhadap pelanggaran hukum ini.

Kel 22:20 - “Siapa yang mempersembahkan korban kepada allah kecuali kepada TUHAN sendiri, haruslah ia ditumpas.’”.

Ini hanya hukuman dalam dunia, dan setelah itu, dalam kekekalan masih ada hukuman neraka!

 

Renungkan: berapa kali saudara melanggar hukum pertama ini? Seandainya dalam Kitab Suci hanya ada satu hukum ini saja, maka dosa kita sudah bukan main banyaknya! Karena itu, setiap kita membutuhkan Yesus sebagai Juruselamat / Penebus dosa. Kalau kita tidak mempunyai Juruselamat / Penebus dosa, maka dosa-dosa kita gara-gara melanggar hukum pertama ini saja sudah lebih dari cukup untuk membawa kita ke neraka selama-lamanya! Sudahkan saudara mempunyai Yesus sebagai Juruselamat / Penebus dosa saudara? Kalau belum, datanglah kepada Dia, dan percayalah / terimalah Dia sebagai Juruselamat / Penebus dosa saudara!

 

 

 

 

-AMIN-

 

Author : Pdt. Budi Asali,M.Div.

E-mail : [email protected]

e-mail us at [email protected]

http://golgothaministry.org

Link ke Channel Video Khotbah2 Pdt. Budi Asali di Youtube:

https://www.youtube.com/channel/UCP6lW2Ak1rqIUziNHdgp3HQ