Pelayanan
Elia
oleh:
Pdt. Budi Asali MDiv.
I
RAJA-RAJA 21:1-29
I. Keinginan Ahab dan penolakan
oleh Nabot (ay 1-4).
1. Semua ini dimulai dari suatu ketidakpuasan / ketamakan dan suatu
keinginan terhadap sesuatu yang menjadi milik orang lain (ay 1-2 bdk. hukum ke
10 - Kel 20:17). Ahab adalah seorang raja, dan karenanya ia pasti kaya dan
istananya pasti sudah mempunyai tanah yang luas. Lebih dari itu dikatakan bahwa
ini adalah istananya di Yizreel. Ibukota Samaria adalah Samaria, dan karena itu
ia pasti mempunyai istana lain di Samaria. Istana di Yizreel adalah istana
kedua. Tetapi apa yang sudah ia miliki itu tidak memuaskannya. Ia masih
menginginkan milik orang lain, yaitu kebun anggur milik Nabot.
Penerapan:
hati-hati dengan sikap tamak, tidak puas, dan keinginan akan milik orang lain.
Milik bisa berupa uang, pekerjaan, istri / suami / pacar, anak, mobil, rumah,
kemampuan / kepandaian, dsb.
2. Ia mendatangi Nabot dan menyatakan keinginannya untuk membeli /
menukar kebun anggur Nabot itu dengan kebun anggur lain yang lebih baik (ay 2).
Sepintas lalu, apa yang Ahab lakukan ini tidak salah. Ia bukannya
ingin merampok kebun anggur Nabot itu, tetapi membelinya atau menukarnya dengan
kebun anggur lain. Tetapi sebetulnya ini adalah sesuatu yang salah, yang
bertentangan dengan Firman Tuhan / hukum Taurat. Mengapa? Karena Tuhan melarang
penjualan tanah pusaka / warisan (Im 25:23-28 Bil 36:7-13). Bdk. juga dengan Yeh
46:16-18 (Catatan: kitab ini belum ada pada saat itu).
3.
Nabot menolak keinginan / tawaran Ahab (ay 3).
Ay 3: ‘Kiranya TUHAN (Yahweh)
menghindarkan aku dari pada memberikan milik pusaka nenek moyangku
kepadamu!’.
NIV: ‘The LORD forbid
that I should give you the inheritance of my fathers’
(= TUHAN melarang aku untuk memberikan kepadamu warisan dari nenek
moyangku).
Ini
menunjukkan bahwa:
a. Nabot adalah penyembah Yahweh, karena kalau tidak, ia tidak akan
menggunakan nama Yahweh itu, apalagi pada waktu berbicara kepada Ahab. Jadi, di
tengah-tengah jaman yang bejat, dimana hampir seluruh Israel menyembah berhala,
Nabot tetap menyembah Yahweh, dan berani menunjukkan hal itu kepada orang lain,
bahkan kepada Ahab!
Penerapan:
dalam lingkungan kafir, apakah saudara tetap berani menunjukkan diri saudara
sebagai penyembah / pengikut Kristus? Bdk. Mat 10:32-33.
b.
Nabot adalah seorang yang taat pada Firman Tuhan.
Nabot
tahu bahwa Tuhan melarang penjualan tanah pusaka / warisan itu dan karena itu ia
menolaknya.
Tentang
larangan penjualan tanah pusaka itu dalam hukum Taurat itu, Pulpit Commentary
berkata: "Nabot knew this, and Ahab
knew it. But to the latter the law was a dead letter; to the former it was a
living reality" (= Nabot mengetahui
hal ini, dan Ahab mengetahui hal ini. Tetapi bagi Ahab itu hanyalah huruf mati;
bagi Nabot itu adalah kenyataan yang hidup) - hal 514.
Pulpit
Commentary: "‘The
preservation of the NAKHALAH was for every covenant-keeping Israelite a matter
not merely of piety towards his family and his tribe, ... but a religious
duty’ (Bahr). It is clear, however, that the restraints of the old Mosaic law
began to be irksome in that latitudinarian age. Many of its provisions were
already regarded as obsolete" [=
‘Pemeliharaan / penjagaan terhadap NAKHALAH (= warisan) bagi setiap orang
Israel yang memelihara perjanjian bukan hanya merupakan suatu persoalan
kesalehan terhadap keluarganya dan sukunya, ... tetapi suatu kewajiban agama’
(Bahr). Tetapi jelaslah bahwa pengekangan / larangan hukum Musa itu mulai
dirasakan sebagai menjengkelkan / menjemukan pada jaman dimana agama banyak
ditoleransi itu. Banyak dari ketetapannya yang sudah dianggap usang / kuno]
- hal 507.
Tetapi
Nabot tidak mengikuti orang-orang lain. Ia tetap menganggap Firman Tuhan itu
mengikat, dan harus ditaati.
c.
Nabot tetap taat pada Firman Tuhan dan menolak permintaan Ahab, sekalipun ia
tahu bahwa:
Perhatikan bahwa dalam ay 2 Ahab mengatakan bahwa ia mau menukar
kebun anggur Nabot itu dengan kebun yang lebih baik. Kalaupun Nabot
menginginkan uang sebagai ganti kebun anggurnya, ia pasti bisa meminta harga
yang cukup tinggi karena pembelinya adalah seorang raja. Tetapi Nabot tidak mau
mendapat untung, dengan jalan yang menyalahi Firman Tuhan. Apakah sau-dara juga
seperti Nabot?
4. Ahab gusar / kesal karena keinginannya ditolak (ay 4).
Dari
jawaban Nabot dalam ay 3 Ahab pasti tahu bahwa Nabot menolaknya karena mentaati
Tuhan. Kalau Ahab adalah orang yang rohani, maka ia seharusnya merasa senang
melihat seorang rakyatnya mentaati Firman Tuhan. Tetapi Ahab memang adalah orang
brengsek, yang tidak mempedulikan apakah rakyatnya mentaati atau melanggar
Firman Tuhan. Dan melihat bahwa ketaatan Nabot merugikannya / menghalangi
keinginannya, ia lalu menjadi kesal / jengkel.
Penerapan:
seringkah saudara seperti ini? Bagaimana sikap saudara kalau anak saudara
menolak perintah saudara untuk berdusta? Bagaimana sikap saudara kalau anak
saudara menolak keinginan saudara untuk menjodohkannya dengan orang yang kaya,
tetapi tidak kristen? Saudara seharusnya senang dan bangga, tetapi kalau
ternyata saudara kesal dan marah, maka saudara tidak berbeda dengan Ahab.
II.
Pembunuhan terhadap Nabot (ay 5-16).
1. Izebel melihat kekesalan Ahab, dan menanyakan alasannya (ay 5),
dan Ahab menjelaskannya (ay 6).
Tetapi
bandingkan ay 6b dengan ay 3b,4b, maka saudara akan melihat bahwa Ahab tidak
menceritakan alasan penolakan Nabot! Penceritaan setengah kebenaran ini membuat
Nabot kelihatan kurang ajar terhadap seorang raja.
Izebel
lalu menghibur Ahab (ay 7). Jelas bahwa Izebel mau menggunakan kekuasaan raja
sesukanya. Perhatikan kata ‘memberikan’ dalam ay 7 itu. Tadi Ahab mau
membeli / menukar kebun Nabot dengan kebun lain, tetapi sekarang Izebel akan memberikan
kebun Nabot kepada Ahab, tanpa membelinya / menggantinya.
2.
Izebel lalu membuat dan melaksanakan rencana pembunuhan terhadap Nabot (ay
8-10).
a. Penggunaan meterai raja (ay 8a).
Ada
yang menganggap bahwa Izebel menggunakan meterai raja tanpa sepengetahuan Ahab,
tetapi ada juga yang menganggap bahwa ia menggunakannya dengan sepengetahuan
Ahab.
b.
Izebel memberi perintah atas nama Ahab kepada para tua-tua dan para pemuka yang
diam se kota dengan Nabot, untuk memfitnah Nabot supaya ia bisa dihukum mati (ay
8b-10).
c.
Perintah untuk memaklumkan puasa dalam ay 9 berfungsi untuk memberikan kesan
bahwa ada dosa yang hebat dalam kota itu (bdk. 1Sam 7:6 2Taw 20:3 Yun 3:5-7).
d. 2
orang dursila sebagai saksi palsu (ay 10).
1. ‘dua orang dursila’.
NIV: ‘two
scoundrels’ (= dua bajingan).
RSV: ‘two
base fellows’ (= dua orang yang hina /
bermoral rendah).
NASB:
‘two worthless men’
(= dua orang yang tak berharga).
KJV/Lit:
‘two men, sons of Belial’
(= dua orang, anak-anak Belial).
Kata
‘Belial’ bisa diterjemahkan ‘wickedness’
(= kejahatan), sehingga istilah ‘sons
of Belial’ (= anak-anak Belial)
sekedar berarti ‘orang-orang jahat’. Tetapi kata ‘Belial’ bisa juga
diartikan sebagai nama, dan menunjuk kepada setan (bdk. 2Kor 6:15 dimana nama
Belial itu dikontraskan dengan Kristus), sehingga istilah ‘sons
of Belial’ (= anak-anak Belial) berarti ‘anak-anak setan’.
2.
Hukum Taurat memang memberikan persyaratan sedikitnya dua saksi (Ul 17:6-7 19:15
Bil 35:30). Hukum Taurat juga mengatakan bahwa sebagai saksi mereka harus
melempar batu yang pertama (Ul 17:7). Karena itulah maka harus dipilihkan
‘orang dursila’, yang bukan hanya berani memfitnah, tetapi juga berani
membunuh orang yang tidak bersalah. Tetapi pada jaman Ahab tentu tidak sukar
mencari orang seperti itu!
3. Kesaksian palsu / fitnahan terhadap Nabot.
Ay
10: ‘telah mengutuk Allah dan raja’.
RSV/NIV/NASB:
‘cursed’
(= mengutuk).
KJV: ‘blasphemed’
(= menghujat).
Ada 2
hal yang ingin saya bahas di sini:
·
Adalah sesuatu yang
aneh bahwa kata Ibrani yang diterjemahkan ‘mengutuk / menghujat’ itu
sebetulnya berarti ‘memberkati’ (to bless). Hal yang sama terjadi
pada ay 13, dan demikian juga dengan Ayub 1:5,11 dan Ayub 2:5,9.
Ada beberapa cara untuk menjelaskan hal ini:
§
Adam Clarke:
"Many think that the word BARACH
signifies both to bless and curse; and so it is interpreted in most
Lexicons" (= Banyak orang yang
beranggapan bahwa kata BARAKH berarti baik memberkati maupun mengutuk; dan
demikianlah ditafsirkan dalam kebanyakan kamus)
- hal 472.
§
Pulpit Commentary:
"The Lexicographers are not agreed
as to how this word, the primary meaning of which is to kneel, hence to pray, to
bless, came to signify curse or blaspheme. According to some, it is an
euphemism, the idea of cursing God being altogether too horrible for the Jew to
express in words; whilst others derive this signification from the fact that a
curse is really a prayer addressed to God"
(= Para penulis / penyusun kamus tidak sependapat tentang bagaimana kata ini,
yang arti utamanya adalah ‘berlutut’, dan karenanya ‘berdoa’,
‘memberkati’, bisa berarti ‘mengutuk’ atau ‘menghujat’. Menurut
sebagian orang, ini adalah suatu euphemisme, gagasan tentang pengutukan terhadap
Allah merupakan sesuatu yang terlalu mengerikan bagi seorang Yahudi untuk
dinyatakan dalam kata-kata; sementara yang lain mendapatkan arti ini dari fakta
bahwa suatu kutukan sebetulnya merupakan suatu doa yang ditujukan kepada Allah) - hal 509.
Catatan:
‘euphemism’
= ‘to use a good and auspicious word for an evil or inauspicious’ (=
menggunakan kata yang baik dan menyenangkan untuk kata yang jahat / jelek dan
tidak menguntungkan). Dengan kata lain euphemisme ini adalah penghalusan bahasa.
Tetapi perlu diperhatikan bahwa dalam Kel 22:28 tetap digunakan
kata ‘hujat’ sekalipun digunakan terhadap Allah.
·
Orang sering
memberkati pada waktu berpisah, sehingga ‘memberkati’ akhirnya diartikan
‘mengucapkan selamat jalan’ atau ‘menyuruh pergi / mengusir’, dan
akhirnya diartikan ‘menghujat’ / ‘mengutuk’.
Keil & Delitzsch: "to bless God,
i.e. to bid Him farewell, to dismiss Him, as in Job 2:9, equivalent to
blaspheming God" (= memberkati Allah,
yaitu mengucapkan selamat jalan kepadaNya, menyuruhNya pergi, seperti dalam Ayub
2:9, sama dengan menghujat Allah) - hal 271.
·
Pengutukan terhadap
Allah dan raja ini dilarang dalam Kel 22:28 - "Janganlah
engkau mengutuki Allah dan janganlah engkau menyumpahi seorang pemuka di
tengah-tengah bangsamu".
Dan hukum Taurat memerintahkan penghukuman mati terhadap orang yang
mengutuk / menghujat Allah (Im 24:10-16). Tentang hukuman bagi orang yang
mengutuki raja lihat tentang Simei dalam 2Sam 19:21 dan 1Raja 2:8-9,36-46.
4. Dalam Hukum Taurat, saksi harus diperiksa kesaksiannya, dan
kalau ternyata kesaksiannya dusta / palsu, maka saksi itu dijatuhi hukuman mati
(Ul 19:16-21). Tetapi ternyata di sini para saksi palsu itu tidak diperiksa,
tetapi diterima begitu saja kesaksiannya (ay 13).
3. Pelaksanaan perintah Izebel (ay 11-14).
a. Para tua-tua dan para pemuka mentaati perintah itu (ay 11-13).
Jelas
mereka juga berdosa. Bandingkan dengan Ul 27:25 yang mengutuk orang yang
membunuh orang yang tidak bersalah.
Pulpit
Commentary: "the
name of Jezebel inspired so much terror that they dared not resist her will.
Their sin was, first, that they feared man more than God. ... they should have
died rather than slay the innocent" (=
nama Izebel memberikan rasa takut yang begitu hebat sehingga mereka tidak berani
untuk menentang kehendaknya. Dosa mereka adalah, pertama, bahwa mereka takut
kepada manusia lebih dari pada kepada Allah. ... mereka seharusnya lebih baik
mati dari pada membunuh orang yang tak bersalah)
- hal 515.
b.
Rupanya Nabot dihukum mati dengan seluruh keluarganya (bdk. 2Raja 9:26).
Pengikutsertaan
keluarga Nabot dalam hukuman mati ini penting, karena kalau tidak, warisan kebun
anggur itu akan jatuh ke tangan anak-anaknya. Andaikatapun Nabot betul-betul
bersalah, maka penghukuman mati anak-anak atas kesalahan ayahnya bertentangan
dengan Ul 24:16 2Raja 14:5-6 (bdk. Yeh 18:20).
c.
Perhatikan juga ay 19 yang menunjukkan bahwa darah Nabot dijilati anjing. Ini
betul-betul kematian yang hina dan mengenaskan. Orang benar bisa mengalami
kematian yang mengenaskan. Karena itu kalau mendengar ada orang mati dengan cara
yang mengenaskan, jangan terlalu cepat mengambil kesimpulan bahwa itu adalah
hukuman Tuhan atas dosa orang itu!
d.
Izebel menerima laporan bahwa rencana dan perintahnya sudah dilaksanakan, dan
Nabot sudah mati (ay 14).
4. Izebel memberitahu Ahab bahwa Nabot sudah mati (ay 15-16).
Kalaupun
tadinya Ahab tidak tahu rencana Izebel untuk membunuh Nabot, maka seharusnya
saat ini ia curiga dan menyelidikinya. Tetapi ia tidak melakukan hal itu, tetapi
mengambil tanah itu dengan senang hati.
III.
Pemberitaan hukuman oleh nabi Elia (ay 17-29).
1. Tuhan mengutus Elia memberitakan hukuman kepada Ahab (ay 17-24).
a. Kesalahan Ahab.
Pulpit Commentary: "even if he was
ignorant of her intentions, still the readiness with which he reaped the fruits
of her crime makes him a partaker in her sin. It is a common saying that the
‘receiver is as bad as the thief.’ And he must have known that ‘Jezebel
could not give this vineyard with dry hands.’" (= bahkan jika ia tidak tahu maksud Izebel, kesediaan dengan mana ia
memungut / memperoleh buah dari kejahatan Izebel tetap membuatnya terlibat dalam
dosa Izebel. Merupakan pepatah yang umum bahwa ‘penerima sama buruknya dengan
pencurinya’. Dan ia pasti tahu bahwa ‘Izebel tidak mungkin memberikan kebun
anggur ini dengan tangan yang kering’) - hal 514-515.
Bdk. Amsal 29:24a - "Siapa
menerima bagian dari pencuri, membenci dirinya".
NASB:
"He who is a partner with a thief
hates his own life" (= ia yang menjadi
partner dengan seorang pencuri membenci hidupnya / nyawanya sendiri).
Ay 20b: ‘engkau sudah memperbudak diri’.
RSVNIV/NASB:
‘you have sold yourself’
(= engkau telah menjual dirimu sendiri).
KJV: ‘thou
hast sold thyself’ (= engkau telah
menjual dirimu sendiri).
Ay 25
idem.
Ahab berdosa gara-gara istrinya (ay 25). Ia menuruti saja bujukan
istrinya untuk menyembah berhala. Bdk. Ul 13:6-10 yang memerintahkan untuk
merajam keluarga, termasuk istri, yang mengajak untuk menyembah allah lain.
Bandingkan
dengan sikap Ayub ketika istrinya menyuruhnya mengutuki Allah (Ayub 1:10). Ayub
tidak menurutinya, tetapi hanya mengatakan bahwa istrinya berbicara seperti
perempuan gila (seharusnya bukan ‘gila’ tetapi ‘bodoh’ / ‘tolol’).
Tetapi mengapa istrinya tidak dirajam? Karena mungkin sekali Ayub hidup sebelum
jamannya Musa, sehingga hukum itu belum ada.
b. Hukuman Tuhan.
Dalam ay 19 ini LXX / Septuaginta menambahkan kata-kata ‘And
the harlots shall bathe in thy blood’ (=
Dan perempuan-perempuan sundal akan mandi dalam darahmu). Ini merupakan suatu penambahan untuk menyesuaikan ay 19 ini
dengan 1Raja 22:38.
2. Ahab bertobat (ay 27).
‘Berjalan
dengan langkah lamban’ mungkin menunjukkan bahwa ia berjalan tanpa sepatu /
sandal.
Ada
yang menganggap ini merupakan pertobatan yang sungguh-sungguh, dan ada penafsir
yang menganggap bahwa ini cuma pertobatan yang semu. Kelihatannya pertobatan
Ahab ini harus diartikan ada di antara 2 anggapan tadi.
Ini
pertobatan yang sungguh-sungguh dalam arti ia betul-betul melakukannya karena
takut akan hukuman Tuhan, tetapi tetap pertobatan ini kurang benar karena
ditimbulkan hanya karena rasa takut pada hukuman Allah, bukan karena kesadaran /
kebencian terhadap dosa ataupun karena hati yang mengasihi Allah. Disamping itu,
pertobatan ini juga merupakan pertobatan yang sementara karena dalam pasal
selanjutnya (1Raja 22) nanti terlihat ia kembali membenci dan menganiaya nabi
Tuhan.
Keil
& Delitzsch: "This
repentance was neither hypocritical, nor purely external; but it was sincere
even if it was not lasting and produced no real conversion"
(= Pertobatan ini bukanlah bersifat munafik, ataupun semata-mata bersifat
lahiriah; tetapi itu sungguh-sungguh / tulus sekalipun itu tidak bertahan lama
dan tidak menghasilkan pertobatan yang nyata) - hal 273.
3.
Pembatalan dan penundaan hukuman (ay 28-29).
a. ‘Sudahkah kaulihat ...’ (ay 29). Tuhan bukan hanya melihat
dosa, tetapi juga pertobatan / penyesalan.
b.
Tuhan begitu pemurah; Ia membatalkan hukuman kepada Ahab, dan menunda
pembasmian keluarga Ahab (ay 28-29).
Catatan:
pada waktu nubuat ini digenapi dalam 1Raja 22, kita akan melihat banyak
pandangan tentang hal ini.
Yoram, anak Ahab, mengalami hukuman itu (2Raja 9:25-26). Jelas
bahwa ia bukannya dihukum karena dosa Ahab, tetapi karena ia sendiri juga
brengsek (2Raja 3:1-3). Demikian juga halnya dengan keluarga Ahab yang lain.
Tentang penyapuan keluarga Ahab yang lain ini digenapi dalam 2Raja 9:25-26.
10:1-11,17.
Kesimpulan /
penutup.
Dosa selalu menimbulkan
konsekwensi yang tidak menyenangkan. Sekalipun bagi kita yang percaya kepada
Kristus tidak bisa lagi ada hukuman Tuhan (Ro 8:1), tetapi tetap bisa ada
hajaran Tuhan (Ibr 12:7-11). Karena itu jangan main-main dengan dosa.
Author : Pdt. Budi Asali,M.Div.
E-mail : [email protected]
e-mail us at [email protected]
Link ke Channel Video Khotbah2 Pdt. Budi Asali di Youtube:
https://www.youtube.com/channel/UCP6lW2Ak1rqIUziNHdgp3HQ
Channel Live Streaming Youtube : bit.ly/livegkrigolgotha / budi asali