(Rungkut
Megah Raya, blok D no 16)
Rabu,
tgl 30 Oktober 2019, pk 19.00
Pdt.
Budi Asali, M. Div.
Pendahuluan.
Saya menulis dan mengkhotbahkan pelajaran ini karena adanya fitnahan-fitnahan terhadap Calvin berkenaan dengan penghukuman mati terhadap Servetus. Saya tahu sedikitnya dua orang, yaitu Guy Duty dan Suhento Liauw, yang menulis fitnahan-fitnahan mereka berkenaan dengan Calvin dan penghukuman mati Servetus.
Bukan fanatisme terhadap Calvin yang membuat saya menulis dan mengkhotbahkan pelajaran ini. Alasan saya untuk menuliskan dan mengkhotbahkan pelajaran ini adalah:
1. Menyatakan kebenaran.
Fitnah bukan kebenaran, tetapi suatu bentuk ketidak-benaran yang paling buruk dan kurang ajar, dan tidak bisa dibiarkan.
2. Bagi saya, oleh kasih karunia Allah, Calvin adalah / menjadi seorang hamba Tuhan yang luar biasa hebatnya. Karyanya menjadi berkat yang luar biasa bagi saya sendiri, dan bagi banyak hamba-hamba Tuhan / orang-orang kristen, yang tidak membutakan mata mereka terhadap kebenaran. Kalau saya membiarkan fitnahan-fitnahan ini, dan orang-orang lalu percaya pada fitnahan-fitnahan ini, maka saya menganggap itu sebagai suatu kerugian yang luar biasa bagi gereja Tuhan!
Di bawah ini ada dua fitnahan yang saya berikan sebagai contoh saja, karena saya tahu bahwa pemfitnah-pemfitnah Calvin sebetulnya banyak sekali.
1) Guy Duty.
Guy
Duty, dalam bukunya yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia berjudul
‘Keselamatan, bersyarat atau tanpa syarat?’, hal 24, berkata:
“Berbahaya sekali menentang Calvinisme pada waktu itu, seperti dialami oleh Servetus, seorang ahli
theologia lain. Calvin dan rekan-rekannya di Jenewa membakarnya dengan terikat
di tiang, sebagai seorang bidat.”.
Catatan: Buku aslinya berjudul “If Ye
Continue” dan diterbitkan terjemahannya dengan izin resmi Penerbit Bukit
Zaitun Surabaya. Pendeta / Gembala Sidang dari Gereja Bukit Zaitun adalah Pdt.
Jusuf B. S. yang juga adalah seorang Arminian anti Calvin, yang boleh dikatakan
tidak dia kenal apa-apa, baik orangnya maupun ajarannya. Saya menganggap Pdt.
Jusuf B. S. bertanggung jawab terhadap penyebaran fitnah melalui buku ini!
2) Suhento Liauw.
Di link di atas ini ada tulisan berjudul “Kehidupan dan Tindakan John Calvin & Para Pengikutnya”. Dan dari tulisan ini saya mencuplik bagian di bawah ini (dari hal 10-11):
“PENGUASA KOTA GENEVA. Dua orang temannya, Guillaume Farel
dan Peter Viret, adalah orang yang berperan menempatkan Calvin hingga menjadi
penguasa kota Geneva. Ketika Calvin tiba di Geneva, kota itu baru melepaskan
dirinya dari kuk kekuasaan Roma pada Juli 1636.
Dan kota Geneva menempati posisi yang sangat strategis karena sebagai
perlintasan perdagangan. Penolakan penduduk kota Geneva terhadap Roma tidak
berarti seluruh penduduknya adalah orang Kristen sejati, karena banyak
diantaranya, bahkan mayoritasnya melakukan itu atas alasan politik belaka. Kota
Geneva akhirnya menjadi kacau karena tidak lagi berada dibawah kontrol Roma,
namun juga belum menemukan bentuknya yang mantap. Disaat seperti inilah teman
Calvin memintanya datang untuk memimpin gereja di Geneva. Karena tadinya
masyarakat sudah terbiasa dengan gereja-negara, maka sekalipun tidak dibawah
Roma Katolik, mereka tetap menginginkan kondisi seperti semula. John Calvin
masuk pada saat yang tepat untuk menggantikan kekosongan hati dan kondisi
masyarakat.
Akhirnya
Calvin menerapkan aturan yang sangat keras terhadap penduduk kota Geneva.
Masyarakat dipaksa untuk mengikuti kebaktian minggu, yang tidak kebaktian akan
dipenjarakan atau diusir dari kota Geneva. Seorang penata rambut dipenjarakan
hanya karena telah menata rambut seorang pengantin yang dinilai oleh gereja agak
spektakuler. Dua Ana-Baptis segera diusir dari kota Geneva tidak lama setelah
Calvin mengambil alih kekuasaan kota Geneva hanya karena pandangan theologi
mereka berbeda dari pandangan Calvin. Bahkan seseorang akan masuk penjara jika
mengeluarkan bunyi pada saat sedang mengikuti kebaktian. Akhirnya banyak
pemimpin kota yang tadinya mendukung usaha reform (pembaruan) Calvin menjadi
kecewa. Namun mereka tidak bisa menyetop John Calvin lagi. Bahkan beberapa kali
terjadi usaha pembunuhan terhadap Calvin.
Akhirnya
John Calvin menjadi diktator kota Geneva. Hampir tidak ada hal yang tidak diatur
oleh Calvin, bahkan berapa piring makanan seseorang boleh sekali makanpun
ditetapkan. Pada tahun 1545 dua puluh orang dibakar hidup-hidup atas tuduhan
melakukan sihir atau bertenung. Dari tahun 1542 hingga 1546 lima puluh delapan
dieksekusi dan tujuh puluh enam orang diusir dari kota Geneva.
Seorang
yang bernama Jacques
Gruet,
penentang ajaran Calvin ditangkap. Seluruh rumahnya digeledah dan hanya
menemukan secarik kertas yang berisi tulisan yang mempertanyakan kemalangan
nasib penduduk kota Geneva yang mau makan dan mau menaripun perlu diatur oleh
Calvin. Sebulan penuh Gruet disiksa hingga akhirnya ia mengaku salah, dan
kemudian ia dihukum mati dengan tuduhan menghujat firman Allah.
Michael
Servetus adalah kasus yang sangat besar karena jelas ia adalah orang baik. Ia
seorang yang belajar hukum dan pengobatan bahkan mengajar astrologi. Ia seorang
yang sangat terpelajar dan berpikir dengan cerdas. Setelah mengkritik pengajaran
Calvin melalui surat, dan suatu hari ia melewati kota Geneva. Ia berani mampir
ke kota Geneva pasti karena ia tidak menyangka Calvin sekejam itu dan tega
membunuh orang hanya karena mengkritiknya. Tetapi akhirnya Servetus ditangkap
dan disidang. Tentu semuanya diatur oleh John Calvin karena Servetus tidak
bersalah kepada siapapun selain mengirim surat yang berisi kritikan terhadap
doktrin Calvin. Sangat tragis, Servetus diputuskan dibakar hidup-hidup, di
Champel. Kata terakhir yang diserukan oleh Servetus ialah, ‘Oh Jesus, Son of
the Eternal God, have pity on me.’”.
Catatan:
a) Tahun 1636 itu pasti salah cetak.
b) Satu hal yang harus sangat diperhatikan kalau membaca tulisan ini adalah bahwa penulisnya hanya menulis, menuduh, tetapi tidak memberikan secuil referensipun dari buku sejarah, atau buku lain, atau sumber-sumber apapun. Memang dalam majalah / buletin ini tak diberitahukan siapa penulis tulisan ini, tetapi editor dari majalah ini adalah Suhento Liauw. Jadi, dalam tulisan-tulisan di bawah, kalau saya merujuk pada tulisan ini, saya akan sebut tulisan itu sumbernya adalah Suhento Liauw. Seorang doktor yang bisa menulis tuduhan seperti itu tanpa referensi apapun, saya anggap hanya sebagai doktor abal-abal, dan juga sebagai seorang pemfitnah / penyebar hoax! Dan para pembaca yang menerima dan percaya begitu saja tulisan semacam ini, saya juga anggap sebagai orang-orang idiot. Nanti saya akan membahas tuduhan-tuduhan, atau lebih tepat fitnahan-fitnahan, yang diberikan oleh Suhento Liauw kepada Calvin ini. Tetapi kalau saya membantah, saya akan menyertakan referensi-referensinya dari buku-buku sejarah dan buku-buku lain, sumber-sumber internet seperti Wikipedia dan sebagainya.
c) Tentang Jacques Gruet bisa kita baca dalam tulisan di Wikipedia dalam link ini: https://en.wikipedia.org/wiki/Jacques_Gruet
Saya tidak membahas ini secara detail, tetapi hanya memberikan tulisan singkat saja, untuk menunjukkan bahwa dalam detail kecil seperti ini saja Suhento Liauw sudah memfitnah Calvin. Kalau saudara membaca link Wikipedia yang saya berikan di atas, terlihat bahwa penangkapan dan penghukuman mati terhadap Jacques Gruet sama sekali tidak ada hubungannya dengan Calvin. Ia memang seorang penentang Calvin, tetapi Calvin tidak ada hubungannya dengan penangkapan dan penghukuman mati terhadap dia. Dia ditangkap dan dihukum mati karena ia melakukan pembunuhan dan rencana pembunuhan. Jadi, dengan memasukkan tulisan tentang orang ini, yang diputar-balikkan dan dimasukkan secara out of context, jelas sekali Suhento Liauw sudah menuliskan suatu fitnah / hoax.
d) Kalau dari cuplikan yang saya berikan di atas saudara membaca sedikit lebih jauh lagi dalam tulisan Suhento Liauw itu, maka terlihat bahwa setelah membahas ‘kejahatan Calvin’, ia melanjutkan dengan membahas ‘kejahatan’ dari para pengikut Calvin. Dan dalam hal 11 dari tulisan itu saudara bisa melihat bahwa ia membicarakan seseorang yang bernama John Bunyan. Ia berkata sebagai berikut:
“Di seluruh Eropa, sejauh Calvinisme merambatkan pengajarannya, sejauh itu pula penganiayaan terhadap iman yang berbeda dengan gereja-negara. John Bunyan, pengarang novel terkenal The Pilgrim’s Progress dipenjarakan oleh gereja Inggris selama 12 tahun. Dan ia meninggal di penjara beberapa bulan sebelum Inggris dinyatakan sebagai negara yang bebas beragama, atau berkeyakinan.”.
Dengan tulisan seperti ini kelihatannya Suhento Liauw mau menunjukkan bahwa John Bunyan bukanlah orang Calvinist dan ia dianiaya karena itu dan mati karena itu.
Bahwa ini lagi-lagi merupakan fitnah yang luar biasa busuknya bisa terlihat pada waktu saudara membandingkan tulisan Suhento Liauw dengan cerita aslinya, yang dengan mudah bisa saudara dapatkan dengan mengetik kata-kata ‘John Bunyan’ di Google. Saya mendapatkan tulisan dari Wikipedia dalam link ini: https://en.wikipedia.org/wiki/John_Bunyan
Dari link di atas ini terlihat bahwa John Bunyan yang hidup lebih dari seabad setelah Calvin, adalah seorang Puritan, dan itu adalah Calvinist!! Ia memang dianiaya oleh Gereja Inggris, tetapi siapa Gereja Inggris itu? Itu adalah Gereja Anglikan. Ajarannya sama dengan Katolik, hanya mereka tidak mengakui Paus dari Katolik, tetapi mengakui raja / ratu Inggris sebagai Paus mereka. Mereka yang memenjarakan John Bunyan, karena ia adalah seorang Calvinist! Ia dipenjarakan selama 12 tahun mulai dari Januari 1661. Setelah keluar dari penjara pada tahun 1672, nanti ia dipenjarakan lagi selama sekitar 6 bulan, pada tahun 1676-1677. Lalu ia dibebaskan. Ia mati pada tanggal 31 Agustus 1688, bukan di dalam penjara, tetapi karena pada waktu ia mau mengunjungi temannya di London ia terkena badai yang menyebabkan ia jatuh sakit dan akhirnya mati.
Bagaimana cerita ini bisa diputar-balikkan oleh lidah seperti ular beludak dari Suhento Liauw, sehingga kelihatan bahwa John Bunyan mati karena penganiayaan para pengikut Calvin, betul-betul menunjukkan bahwa Suhento Liauw adalah pemfitnah yang luar biasa kurang ajarnya.
Satu dua detail merupakan fitnah, membuat saya percaya detail-detail yang lain, yang jauh lebih tidak masuk akal, juga merupakan fitnah-fitnah dari Suhento Liauw, yang menurut saya sebaiknya diberi gelar Doktor Pemfitnah, atau Doktor Penyebar Hoax.
Jadi saya abaikan detail-detail lain yang ia berikan dalam tulisannya, dan saya berkonsentrasi hanya dalam persoalan Servetus.
I)
Servetus dan kesesatannya.
Kalau Guy Duty mengatakan bahwa kesalahan Servetus hanya ‘menentang Calvinisme’, dan Suhento Liauw mengatakan kesalahan Servetus hanya ‘mengkritik pengajaran Calvin’, ini saja sebetulnya sudah merupakan suatu fitnah, karena mereka mengecilkan kesalahan Servetus yang sebetulnya sangat besar, sehingga Calvin terlihat sangat jahat.
Servetus sebetulnya bukan hanya menentang atau mengkritik ajaran Calvin, apalagi ajaran khas dari Calvin seperti Predestinasi dsb, tetapi ia betul-betul adalah seorang yang sangat sesat / seorang bidat / seorang nabi palsu, dan di atas segala-galanya, ia adalah seorang penghujat yang luar biasa kurang ajarnya. Ia menentang doktrin-doktrin dasar baik dari Kristen Protestan maupun Katolik, karena ia sesat berkenaan dengan doktrin Allah Tritunggal dan juga keilahian Kristus, dan doktrin-doktrin lain. Itu akan saya buktikan dengan referensi dari banyak buku / sumber internet di bawah ini.
1) Dari sumber Rev. Thomas Smyth D. D. dalam bukunya yang berjudul ‘Calvin and His Enemies’, Apendix 1 (AGES).
Rev. Thomas Smyth D. D.: “Servetus, although opposed to the Trinity, was anything but a modern Unitarian. While the latter denies the divinity of Christ, he denied his humanity, and considered him the absolute God; thus he was one degree further removed from Unitarianism than the orthodox; otherwise, a thorough Pantheist, who asserted, even before his judges, that the bench on which he sat was God.” [= Servetus, sekalipun menentang Tritunggal, adalah apapun kecuali seorang Unitarian modern. Sementara yang belakangan menyangkal keilahian Kristus, ia menyangkal kemanusiaanNya, dan menganggapNya Allah yang mutlak; jadi ia satu tingkat lebih jauh dari Unitarianisme dari pada ajaran Ortodox; dalam hal yang lain, seorang Pantheist sepenuhnya, yang menegaskan, bahkan di depan hakim-hakimnya, bahwa bangku pada mana ia duduk adalah Allah.] - ‘Calvin and His Enemies’, Apendix 1, hal 55-56 (AGES).
Catatan: Pantheisme adalah ajaran yang mengajarkan bahwa Allah adalah segala sesuatu, dan segala sesuatu adalah Allah.
2) Dari sumber William Wileman dalam bukunya yang berjudul ‘John Calvin. His Life, His Teaching & His Influence’ (AGES).
William
Wileman: “In 1530 he published a book
‘On the Errors of the Trinity.’ His views need not be given here; one
specimen will suffice to give an idea of them. He said that the doctrine of the
Trinity was ‘a three-headed Cerberus, a dream of Augustine, and an invention
of the devil.’” [= Pada tahun 1530
ia menerbitkan buku ‘Tentang Kesalahan-kesalahan dari Tritunggal’.
Pandangan-pandangannya tidak perlu diberikan di sini; satu contoh cukup untuk
memberikan suatu gagasan tentang mereka. Ia berkata bahwa doktrin dari Tritunggal adalah ‘seekor Cerberus berkepala tiga,
sebuah mimpi dari Agustinus, dan suatu penemuan dari setan / iblis’.] - ‘John Calvin. His Life, His
Teaching & His Influence’, hal 81 (AGES).
Catatan:
a) Dalam mitology Yunani Cerberus adalah seekor anjing berkepala tiga penjaga dari Hades supaya orang mati yang masuk ke sana tidak bisa lolos. Kalau saudara mau tahu dengan lebih mendetail tentang Cerberus ini baca di link ini: https://en.wikipedia.org/wiki/Cerberus#Descriptions
b) Dan dalam link ini saudara bisa melihat beberapa gambar dari Cerberus - https://www.google.com/search?sxsrf=ACYBGNQaCGR59hPcfkof63AHRHSrLshrPg:1572399700708&q=picture+of+Cerberus&tbm=isch&source=univ&client=firefox-b-d&sxsrf=ACYBGNQaCGR59hPcfkof63AHRHSrLshrPg:1572399700708&sa=X&ved=2ahUKEwi87Ous7cLlAhXGVisKHeveCAwQsAR6BAgGEAE&biw=811&bih=384
William
Wileman: “The book, however, on which his
trial was based was his ‘Restitutio
Christianismi.’ Only two copies of this are
known to exist; and both are out of England. I have seen a copy of the reprint
of 1790. Servetus sent the manuscript of this to Calvin for his perusal; and a
lengthy correspondence took place between them, extending from 1546 to 1548. Of
this Calvin says: ‘When he was at Lyons he sent me three questions to answer.
He thought to entrap me. That my answer did not satisfy him I am not
surprised.’ To Servetus himself he wrote: ‘I neither hate you nor despise
you; nor do I wish to persecute you; but I would be as hard as iron when I
behold you insulting sound doctrine with so great audacity.’” [= Tetapi
buku pada mana pengadilannya didasarkan adalah bukunya yang berjudul
‘Restitutio Christianismi’. Hanya dua salinan dari buku ini yang diketahui
ada; dan keduanya berada di luar Inggris. Saya pernah melihat sebuah salinan
dari terbitan ulang dari tahun 1790. Servetus
mengirim naskah dari buku ini kepada Calvin untuk pemeriksaan / pembelajarannya;
dan surat-menyurat yang panjang terjadi di antara mereka, mulai tahun 1546
sampai 1548. Tentang hal ini Calvin berkata: ‘Pada waktu ia berada di Lyons ia
mengirim aku tiga pertanyaan untuk dijawab. Ia berpikir untuk menjebak / memikat aku. Bahwa jawabanku
tidak memuaskan dia aku tidak terkejut’. Kepada Servetus sendiri ia menulis:
‘Aku tidak membenci kamu ataupun merendahkan / menghina kamu; juga aku tidak
ingin menganiaya kamu; tetapi aku akan menjadi sekeras besi pada waktu aku melihat
kamu menghina ajaran / doktrin yang sehat dengan keberanian / kekurang-ajaran
yang begitu besar’.] - ‘John
Calvin. His Life, His Teaching & His Influence’, hal 81 (AGES).
William
Wileman: “The thirty-eight articles of
accusation were drawn up by Calvin. Two examinations took place. At the second
of these, Servetus persisted in one of his errors, namely, that all things,
‘even this footstool,’ are the substance of God.” [= Tiga puluh delapan artikel tuduhan ditarik / disiapkan oleh
Calvin. Dua pemeriksaan terjadi. Pada yang kedua dari pemeriksaan ini, Servetus berkeras
dalam salah satu dari kesalahan-kesalahannya, yaitu, bahwa segala sesuatu,
‘bahkan bangku kayu ini’, adalah substansi / bahan dari Allah.] - ‘John Calvin. His Life, His
Teaching & His Influence’, hal 82 (AGES).
Catatan: kata-katanya ini menunjukkan bahwa ia
mempercayai Pantheisme, yaitu ajaran yang mempercayai bahwa Allah adalah segala
sesuatu, dan segala sesuatu adalah Allah.
William
Wileman: “The main facts
therefore may now be summarized thus: 1. That Servetus was
guilty of blasphemy, of a kind and degree which is still punishable here in
England by imprisonment.” [= Karena itu fakta-fakta utama sekarang bisa diringkas seperti
ini: 1. Bahwa Servetus bersalah tentang penghujatan, tentang suatu
jenis dan tingkat yang sampai sekarang tetap bisa dihukum dengan pemenjaraan di
sini di Inggris.] - ‘John
Calvin. His Life, His Teaching & His Influence’, hal 83-84 (AGES).
3)
Dari sumber Wikipedia - https://en.m.wikipedia.org/wiki/Michael_Servetus
Wikipedia: “Michael
Servetus
(/sərˈviːtəs/;
Spanish: Miguel Serveto
as real name, French:
Michel
Servet), also known as
Miguel
Servet,
Miguel
de Villanueva,
Michel
Servet,
Revés,
or Michel
de Villeneuve
(Villanueva de Sigena, Aragón, Spain, 29 September
1509 or 1511 – 27 October 1553), was a Spanish theologian,
physician,
cartographer,
and Renaissance humanist. He was the first European
to correctly describe the function of pulmonary circulation, as discussed in Christianismi Restitutio
(1553). He was a polymath
versed in many sciences: mathematics, astronomy
and meteorology,
geography,
human anatomy,
medicine
and pharmacology,
as well as jurisprudence, translation,
poetry
and the scholarly study of the Bible
in its original languages. He is renowned in the history of several of these
fields, particularly medicine.”.
Catatan: Bagian ini tidak saya terjemahkan, hanya saya
berikan ringkasannya saja. Bagian ini menunjukkan bahwa Servetus mempunyai
banyak nama. Perbedaan itu ada yang terjadi karena perbedaan bahasa, tetapi juga
ada yang memang betul-betul berbeda (nama samaran). Juga bahwa ia bukan hanya
mempelajari theologia dan bahasa-bahasa asli Alkitab, tetapi juga sangat banyak
ilmu lain, seperti kedokteran (ia adalah seorang dokter), matematik, astronomy /
ilmu perbintangan, ilmu tentang cuaca, ilmu bumi, ilmu tentang anatomi manusia,
ilmu pengobatan. Dan ia berprestasi sangat bagus dalam ilmu-ilmu sekuler itu.
Ini semua menunjukkan bahwa ia adalah seseorang yang luar biasa pandai.
Wikipedia: “He
participated in the Protestant Reformation, and later developed a
heterodox view of the Trinity and Christology.
After being condemned by Catholic authorities in France, he fled to Calvinist
Geneva where he was burnt at the stake for heresy
by order of the city’s governing council.” [= Ia
berpartisipasi dalam Reformasi Protestan, dan belakangan mengembangkan suatu pandangan yang
unortodox / berbeda dengan pandangan-pandangan umum tentang Tritunggal dan
Kristologi. Setelah dikecam / dijatuhi
hukuman oleh otoritas / penguasa / hakim Katolik di Perancis, ia lari pada
Jenewa yang Calvinist dimana ia dibakar pada tiang hukuman mati dengan
pembakaran untuk kesesatan oleh perintah dari
sidang pemerintah kota.].
Wikipedia: “Quintana became Charles V’s confessor in 1530, and
Servetus joined him in the imperial retinue as his page or secretary. Servetus
travelled through Italy
and Germany,
and attended Charles’ coronation as Holy Roman Emperor
in Bologna.
He was outraged by the pomp and luxury displayed by the Pope and his
retinue, and decided to follow the path of reformation.
It is not known when Servetus left the imperial entourage, but in October 1530
he visited Johannes Oecolampadius in Basel,
staying there for about ten months, and probably supporting himself as a
proofreader for a local printer. By
this time he was already spreading his theological beliefs.” [= Quintana menjadi pastor kepada siapa Charles V mengaku dosa pada
tahun 1530, dan Servetus bergabung dengan dia dalam kelompok pembantu kaisar
sebagai pembantu atau sekretarisnya. Servetus berkeliling melalui Italia dan
Jerman, dan menghadiri penobatan / pemakhkotaan Charles sebagai Kaisar Romawi
yang Kudus di Bologna. Ia dibuat menjadi marah oleh kemegahan /
pameran dan kemewahan yang ditunjukkan oleh Paus dan pembantu-pembantunya, dan
memutuskan untuk mengikuti jalan dari Reformasi.
Tidak diketahui
kapan Servetus meninggalkan kelompok pembantu kaisar itu, tetapi pada bulan
Oktober 1530 ia mengunjungi Johannes Oecolampadius di Basel,
tinggal di sana untuk sekitar sepuluh bulan, dan mungkin mencukupi kebutuhannya
sendiri sebagai seorang pembaca (untuk menemukan kesalahan) untuk suatu
percetakan lokal. Pada saat ini ia sudah menyebarkan kepercayaan theologianya.].
Wikipedia: “Two months later, in July 1531, Servetus published De Trinitatis Erroribus
(On the Errors of the Trinity).
The next year he published the work Dialogorum
de Trinitate (Dialogues
on the Trinity) and the supplementary work De Iustitia Regni Christi
(On the Justice of Christ’s
Reign) in the same volume. After the persecution of the Inquisition,
Servetus assumed the name ‘Michel de Villeneuve’ while he was staying in
France.” [= Dua bulan kemudian, dalam bulan Juli 1531, Servetus menerbitkan
De Trinitatis Erroribus (Tentang
Kesalahan-kesalahan dari Tritunggal). Tahun berikutnya ia menerbitkan tulisan Dialogorum de Trinitate (Dialog tentang Tritunggal) dan tulisan tambahan (apendix) De
Iustitia Regni Christi (Tentang Keadilan
Pemerintahan Kristus)
dalam volume / buku yang sama. Setelah penganiayaan dari Inquisisi / Pengadilan
Katolik untuk menekan kesesatan, Servetus mengambil nama ‘Michel
de Villeneuve’
pada waktu ia tinggal di Perancis.].
Wikipedia: “In
1553 Michael Servetus published yet another religious
work with further anti-trinitarian views. It was entitled Christianismi Restitutio
(The Restoration of Christianity),
a work that sharply rejected the idea of predestination
as the idea that God condemned souls to Hell regardless of worth or merit. God,
insisted
Servetus, condemns no one who does not condemn himself through thought, word, or
deed.” [= Pada tahun 1553 Michael Servetus menerbitkan lagi sebuah tulisan agamawi
yang lain dengan pandangan-pandangan anti Trinitarian yang lebih jauh lagi. Itu diberi judul Christianismi Restitutio (Pemulihan dari
Kekristenan), suatu tulisan yang secara tajam menolak gagasan tentang predestinasi
sebagai suatu gagasan bahwa Allah menghukum / memasukkan jiwa-jiwa ke neraka
tanpa mempedulikan nilai / kwalitet atau jasa. Allah, Servetus
berkeras, tidak menghukum siapapun yang tidak menghukum dirinya sendiri melalui
pikiran, perkataan, atau perbuatan.].
Wikipedia: “At
his trial, Servetus was condemned on two counts, for
spreading and preaching Nontrinitarianism, specifically, Modalistic Monarchianism, or Sabellianism,
and anti-paedobaptism (anti-infant baptism). Of paedobaptism Servetus
had said, ‘It is an invention of the devil, an infernal falsity for the
destruction of all Christianity.’” [= Pada pengadilannya, Servetus dihukum atas dua tuduhan, untuk menyebarkan dan
mengkhotbahkan Ajaran Non Trinitarian, secara khusus Modalistic
Monarchianism, atau Sabellianisme,
dan anti-paedobaptism
(anti baptisan bayi). Tentang Baptisan Bayi
Servetus telah berkata, ‘Itu adalah suatu penemuan dari setan, suatu kepalsuan
/ dusta dari neraka untuk kehancuran dari seluruh kekristenan.].
Wikipedia: “Calvin
believed Servetus deserved death on account of what he termed as his
‘execrable blasphemies’. ... of the man’s effrontery I will say nothing;
but such was his madness that he did not hesitate to say that devils possessed
divinity; yea, that many gods were in individual devils, inasmuch as a deity had
been substantially communicated to those equally with wood and stone.” [= Calvin percaya
Servetus layak mati karena apa yang ia sebut ‘hujatan-hujatannya yang sangat
buruk / menjengkelkan’. ... tentang keberanian / kekurang-ajarannya aku tak akan berkata
apa-apa; tetapi demikianlah kegilaannya sehingga ia tidak ragu-ragu untuk mengatakan
bahwa setan-setan mempunyai keilahian; ya, bahwa banyak allah-allah berada di
dalam setan-setan secara individuil, sama seperti seorang allah telah secara
substansi diberikan kepada mereka yang sama dengan kayu dan batu.].
Wikipedia: “In his first two books (De
trinitatis erroribus, and Dialogues
on the Trinity plus the supplementary De
Iustitia Regni Christi) Servetus rejected the classical
conception of the Trinity,
stating that it was not based on the Bible.
... Servetus hoped that the dismissal of the trinitarian dogma would make
Christianity more appealing to believers in Judaism
and Islam,
which had preserved the unity of God in their teachings. According to Servetus,
trinitarians had turned Christianity into a form of ‘tritheism’, or belief
in three gods. Servetus affirmed that the divine Logos,
the manifestation of God and not a separate divine Person, was incarnated in a
human being, Jesus, when God’s spirit came into the womb of the Virgin Mary. Only from the moment of conception
was the Son actually generated. Therefore, although the Logos from which He was
formed was eternal, the Son was not Himself eternal. For this reason, Servetus
always rejected calling Christ the ‘eternal
Son
of God’ but rather called him ‘the Son of the eternal God.’” [= Dalam
kedua buku pertamanya (De trinitatis erroribus,
dan Dialogues on the Trinity
ditambah dengan tambahan / apendixnya De Iustitia Regni Christi)
Servetus menolak pengertian / kepercayaan klasik tentang Tritunggal, dengan
menyatakan bahwa itu tidak didasarkan pada Alkitab. ... Servetus
berharap bahwa pembuangan dogma Trinitarian ini akan membuat kekristenan lebih
menarik bagi orang-orang percaya dalam Yudaisme dan Islam, yang telah memelihara
kesatuan Allah dalam ajaran-ajaran mereka.
Menurut
Servetus, orang-orang yang mempercayai Tritunggal telah mengubah kekristenan
menjadi suatu bentuk ‘tritheisme’, atau kepercayaan kepada tiga allah.
Servetus
menegaskan bahwa Logos yang ilahi, manifestasi dari Allah dan bukan suatu
Pribadi yang terpisah, diinkranasikan dalam seorang manusia, Yesus, pada waktu
Roh Allah datang ke dalam kandungan Perawan Maria.
Hanya dari saat
pembuahanlah sang Anak betul-betul diperanakkan. Karena itu, sekalipun sang
Logos dari mana Ia dibentuk adalah kekal, Anak itu sendiri tidaklah kekal. Untuk alasan ini,
Servetus selalu menolak menyebut Kristus ‘Anak yang kekal dari Allah’ tetapi
menyebutNya ‘Anak dari Allah yang kekal’.].
Wikipedia: “Servetus
asserted that the Father, Son and Holy Spirit were dispositions
of God, and not separate and distinct beings.’ Wilbur promotes the idea that
Servetus was a modalist.” [= Servetus
menegaskan bahwa Bapa, Anak dan Roh Kudus adalah kecondongan-kecondongan / watak-watak (?) dari Allah, dan bukan
keberadaan-keberadaan yang terpisah dan berbeda’. Wilbur mengajukan / mengusulkan gagasan bahwa Servetus adalah
seorang Modalist.].
Catatan: Modalisme = Sabelianisme.
Wikipedia: “This
theology, though original in some respects, has often
been compared to Adoptionism, Arianism, and Sabellianism,
all of which Trinitarians rejected in favour of the belief that God exists
eternally in three distinct persons. Nevertheless, Servetus rejected these
theologies in his books: Adoptionism, because it denied Jesus’s divinity;
Arianism, because it multiplied the hypostases and established a rank; and
Sabellianism, because it seemingly confused the Father with the Son, though
Servetus himself does appear to have denied or diminished the distinctions
between the Persons of the Godhead, rejecting the Trinitarian understanding of
One God in Three Persons.” [= Theologia ini, sekalipun orisinil dalam beberapa aspek, telah
sering dibandingkan dengan Adoptionisme, Arianisme, dan Sabelianisme, semua yang
ditolak oleh orang-orang yang mempercayai Tritunggal yang mendukung kepercayaan
bahwa Allah berada secara kekal dalam tiga Pribadi yang berbeda (distinct).
Tetapi
Servetus menolak theologia-theologia ini dalam buku-bukunya: Adoptionisme,
karena ajaran itu menyangkal keilahian Yesus; Arianisme, karena ajaran itu
meningkatkan jumlah dari hypostases / hakekat dan meneguhkan suatu tingkatan;
dan Sabelianisme, karena ajaran itu kelihatannya gagal untuk membedakan Bapa
dengan Anak, sekalipun Servetus sendiri kelihatan telah menyangkal atau
mengurangi perbedaan-perbedaan antara Pribadi-pribadi dari Allah, menolak
pengertian Trinitarian tentang Satu Allah dalam Tiga Pribadi.].
Wikipedia: “Servetus
also had very unorthodox views on the end times. He believed that he was the
Michael referenced in both Daniel and Revelation who would fight the Antichrist.
Furthermore, he believed that all this would take place in his lifetime. This
possibly explains his decision to visit Calvin in Geneva. Servetus could have
thought that he was somehow bringing about the beginnings of the end times by
facing those who argued and fought against him.” [= Servetus juga
mempunyai pandangan-pandangan yang sangat tidak ortodox tentang akhir jaman. Ia percaya bahwa ia
adalah Mikhael yang direferensikan baik dalam kitab Daniel dan kitab Wahyu yang
akan memerangi Sang Anti Kristus. Lebih jauh lagi, ia percaya bahwa semua ini akan terjadi pada masa
hidupnya.
Ini mungkin menjelaskan keputusannya untuk mengunjungi Calvin di Jenewa.
Servetus bisa telah berpikir bahwa entah bagaimana ia sedang membawa permulaan
dari akhir jaman dengan menghadapi mereka yang berargumentasi dan bertengkar
dengannya.].
-bersambung-
Author : Pdt. Budi Asali,M.Div.
E-mail : [email protected]
e-mail us at [email protected]
Link ke Channel Video Khotbah2 Pdt. Budi Asali di Youtube:
https://www.youtube.com/channel/UCP6lW2Ak1rqIUziNHdgp3HQ
Channel Live Streaming Youtube : bit.ly/livegkrigolgotha / budi asali