Baptisan percik / tuang atau selam?

Pdt. Budi Asali, M. Div.

 

 

Ada 3 cara, yaitu percik, tuang, dan selam.

Orang yang menggunakan baptisan percik atau tuang, biasanya memilih baptisan percik atau tuang karena segi praktisnya (lebih-lebih kalau dilakukan terhadap bayi atau orang tua), disamping itu cukup alkitabiah.

 

Tanggapan Setulus Tafonao:

Cara baptisan hanya 1 bukan 3. Baptisan yang 1 itu ialah SELAM sesuai dari arti katanya yaitu BAPTIZO. Dan kalau bayi DIPERCIK itu bukan dibaptis melainkan dirantis (RANTIZO = percik). Kemudian bayi juga belum memenuhi syarat untuk dibaptis, karena syarat untuk dibaptis ialah bisa menyadari dosanya dan percaya. Jadi kalau bayi dipercik itu tidak Alkitabiah kalau disebut baptisan.

 

Tanggapan Budi Asali:

Lihat bagaimana orang bodoh ini berargumentasi. Aku belum memberi argumentasi apa-apa, dan dia sudah menjawab! Dengan jawaban yang konyol laginya.
Amsal 18:13 -
Jikalau seseorang memberi jawab sebelum mendengar, itulah kebodohan dan kecelaannya..

Tetapi karena dia sudah beri argumentasi maka aku harus menjawab. Ini jawababku:

1.   Aku mengatakan ada 3 cara baptisan itu, maksudku DALAM DUNIA KRISTEN!! Dan dia menjawab bukan 3 tetapi 1!

2.   Dia mengatakan bahwa kalau bayi dipercik, itu bukan dibaptis, tetapi diRANTIS (karena kata ‘percik’ dalam bahasa Yunani adalah RANTIZO). Ini argumentasi konyol, karena kata Yunani BAPTIZO memang sudah di-Inggris-kan menjadi ‘to baptize’, dan juga di-Indonesia-kan menjadi membaptis, baptisan dan sebagainya. Tetapi Kata Yunani RANTIZO tidak. Sehingga waktu dia mengatakan bayi bukan dibaptis tetapi diRANTIS, bagi saya itu merupakan argumentasi konyol.

3.   Dia mengatakan bahwa arti kata BAPTIZO adalah ‘selam’. Kalau saya melihat Kamus bahasa Yunani saya melihat bahwa arti kata itu memang bisa ‘immerse’, yang berarti direndam secara keseluruhan. Tetapi ada arti lain, yaitu ‘to dip’ [= mencelup], ‘to wash’ [ mencuci]. Sebagai referensi untuk hal ini, saya memberikan suatu Kamus bahasa Yunani yang sangat tebal, dan dianggap sebagai salah satu yang terbaik, yaitu ‘A Greek-English Lexicon of the New Testament’, tulisan dari William F. Arndt dan F. Wilbur Gingrich, hal 131. Tentang kata ‘to wash’ akan saya bahas di bawah. Sekarang saya membahas kata ‘to dip’. Kata ‘to dip’ [= mencelup] sering dianggap sama artinya dengan merendam secara total. Tetapi saya sama sekali tidak setuju, karena mencelup itu sangat bisa dilakukan dengan mencelup sebagian saja. Sebagai contoh: Yoh 13:26 - “Jawab Yesus: ‘Dialah itu, yang kepadanya Aku akan memberikan roti, sesudah Aku MENCELUPKANNYA.’ Sesudah berkata demikian Ia mengambil roti, MENCELUPKANNYA dan memberikannya kepada Yudas, anak Simon Iskariot.”. Dua kali kata ‘mencelupkan’ ini yang pertama berasal dari kata Yunani BAPSO, dan yang kedua dari kata Yunani BAPSAS, dan keduanya berasal dari kata Yunani BAPTO. Kata ‘mencelupkan’ diterjemahkan ‘dipped’ dalam semua Alkitab bahasa Inggris yang saya pakai. Bdk. Mat 26:23  Mark 14:20. Dalam Mat 26:23 dikatakan ‘mencelupkan tangannya ke dalam pinggan’. Pinggan ini berisi semacam sop sayur pahit (bdk. Kel 12:8). ‘Mencelupkan tangan ke dalam pinggan’ tentu tidak berarti bahwa mereka makan sop sayur pahit itu langsung dengan menggunakan tangan. Mereka makan sayur pahit ini dengan menggunakan roti mereka sebagai sendok (bdk. Mark 14:20 - ‘mencelupkan roti). Perlu saudara ingat bahwa roti yang mereka gunakan tidak sama dengan roti kita sekarang ini. Roti mereka berbentuk bundar dan tipis dengan lubang di tengah-tengahnya, dan roti itu keras (tidak lembek seperti roti kita). Karena itu bisa dipakai untuk menyendok sayur pahit itu, dan juga bisa ‘dipecah-pecahkan’ (Mat 26:26). SEKARANG PIKIRKAN, PADA WAKTU SESEORANG MENCELUPKAN ROTI KE DALAM PINGGAN UNTUK MENYENDOK SAYUR PAHIT ITU, APAKAH IA MENCELUPKAN SELURUH ROTI? kALAU SAUDARA KATAKAN ‘YA’, MAKA SECARA SAMA KALAU SAUDARA MENYENDOK KUAH MASAKAN TERTENTU, SAUDARA MENCELUPKAN SELURUH SENDOK KE DALAM KUAH. Dan saya yakin hanya orang yang tidak waras yang melakukan hal itu. Kalau orang menyendok, baik dengan roti maupun dengan sendok, ia hanya mencelupkan SEBAGIAN dari sendok / roti itu.

 

Orang-orang yang menggunakan baptisan selam biasanya tidak mengakui baptisan percik dan baptisan tuang sebagai baptisan yang sah. Alasan-alasan yang biasanya mereka pakai ialah:

a.         Kata Yunani BAPTIZO / BAPTO berarti diselam.

b.         Yesus dibaptis dengan baptisan selam.

c.         Ro 6:3-4 mengajarkan baptisan selam.

Ro 6:3-4 - “(3) Atau tidak tahukah kamu, bahwa kita semua yang telah dibaptis dalam Kristus, telah dibaptis dalam kematianNya? (4) Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru.”.

 

Tanggapan Setulus Tafonao:

 

Alasan-alasan di atas ini sangat Alkitabiah.

 

Tanggapan Budi Asali:

Bisakah kalau debat nggak nyocot dulu sampai argumentasiku selesai? Debat dengan kamu buat aku naik darah!!

 

Terhadap ini saya menjawab bahwa:

 

a)         Kata Yunani BAPTIZO / BAPTO tidak harus berarti selam.

 

J. A. Alexander (tentang Kis 2:38): “Even granting that this Greek verb originally meant ‘to immerse,’ i. e. to dip or plunge - a fact which is still earnestly disputed - it does not follow that this is essential to its meaning as a peculiar Christian term. On the contrary, analogy would lead us to suppose that, like other Greek terms thus adopted, it had undergone some modification of its etymological and primary import. As ‘presbyter’ no longer suggests personal age, nor ‘deacon’ menial service, nor ‘supper’ a nocturnal meal, as necessary parts of their secondary Christian meaning, why should this one word be an exception to the general rule, and signify a mere mode of action as no less essential than the act itself?” [= Bahkan kalau disetujui bahwa kata kerja Yunani ini secara orisinil berarti ‘merendam’, yaitu ‘mencelupkan’ atau ‘menceburkan’ - suatu fakta yang masih diperdebatkan dengan sungguh-sungguh - itu tidak berarti bahwa ini adalah sesuatu yang bersifat hakiki pada artinya sebagai suatu istilah Kristen yang khusus / khas. Sebaliknya, analogi membimbing kita untuk menganggap bahwa, seperti istilah-istilah Yunani yang lain yang diadopsi seperti itu, itu telah melalui beberapa modifikasi dari asal usul kata itu dan arti utamanya. Seperti istilah ‘tua-tua / penatua-penatua’ tidak lagi menyatakan usia seseorang, ataupun ‘diaken’ tidak lagi menyatakan pelayanan seorang pelayan, ataupun ‘supper’ tidak lagi menyatakan suatu makan malam, sebagai bagian-bagian yang perlu dari arti sekunder Kristen mereka, mengapa kata yang satu ini harus menjadi suatu perkecualian terhadap peraturan / hukum umum, dan hanya menunjukkan suatu cara dari tindakan yang tidak kurang penting dari pada tindakan itu sendiri?] - ‘Acts, The Geneva Series of Commentaries’, hal 84.

Catatan:

1.   istilah ‘supper’ (untuk makan roti dalam Perjamuan Kudus) muncul dalam Luk 22:20 (KJV/RSV/NIV/ASV/NKJV) dan istilah ‘the Lord’s supper’ (untuk Perjamuan Kudus) muncul dalam 1Kor 11:20 (KJV/RSV/NIV/NASB/ASV/KNKJV).

2.   Bagian ini sudah ada dalam tulisanku yang lama, tetapi belum ada terjemahannya. Sekarang aku beri terjemahan.

 

Kutipan di atas ini sudah menjawab kata-katamu yang ngotot saja mengatakan bahwa BAPTIZO harus berarti selam.

 

Bahwa BAPTIZO tak harus berarti selam, terlihat dari penggunaan kata itu dalam Alkitab sendiri, yang jelas jauh lebih harus dipercaya dari pada kamus manapun:

 

1.   Mark 7:4 - “dan kalau pulang dari pasar mereka juga tidak makan kalau tidak lebih dahulu membersihkan dirinya. Banyak warisan lain lagi yang mereka pegang, umpamanya hal mencuci (BAPTISMOUS) cawan, kendi dan perkakas-perkakas tembaga”.

KJV: And when they come from the market, except they wash, they eat not. And many other things there be, which they have received to hold, as the washing of cups, and pots, brasen vessels, and of tables [= Dan pada waktu mereka pulang dari pasar, kecuali mereka mencuci, mereka tidak makan. Dan banyak hal-hal lain yang mereka terima untuk dipegang, seperti pencucian cawan, belanga / panci, bejana / tempat dari tembaga, dan meja-meja].

Kata-kata ‘and of tables’ [= dan meja-meja] tidak ada dalam terjemahan-terjemahan yang lain, tetapi footnote NIV memberikan keterangan bahwa ada beberapa manuscripts yang kuno yang memberikan kata-kata itu.

Kalau kata-kata itu memang orisinil, maka itu makin jelas membuktikan bahwa pembaptisan / pencucian dalam ayat ini tidak dilakukan dengan merendam, karena bagaimana mungkin orang merendam meja? Berapa besarnya bak cuci yang dibutuhkan? Jauh lebih masuk akal, bahwa pencucian dilakukan dengan mencurahkan air ke benda yang akan dicuci tersebut. Dan kalau kata-kata itu tidak orisinil, tetap aneh bahwa orang mencuci belanga, dsb dengan cara merendam. Biasanya orang mencuci barang-barang itu dengan mencurahkan air ke benda tersebut.

 

Tanggapan Setulus Tafonao:

 

·        Mencuci tidak hanya direndam / atau dimasukkan ke dalam air, bisa dengan mencurahkan air. Betul! Tetapi, dalam ayat ini sangat masuk akal, bahwa pencucian dilakukan dengan merendam / memasukkan ke dalam air, karena kembali pada arti kata baptizo / bapto

·        Apakah mungkin orang merendam meja?

Yg perlu kita ketahui bahwa meja-meja yg dimaksud dalam ayat ini bisa artinya tempat tidur, dalam bahasa Yunaninya “KLINOS” / kline. Kata ini ada banyak dalam alkitab. Misalnya Matius 9:6 di ayat ini ada kata “klinen” artinya tempat tidur. Berarti sangat mungkin orang bisa merendam tempat tidur, karena tempat tidur itu tidak harus ada ranjangnya, bisa juga tempat tidur yang dimaksud adalah tikar. Jadi masuk akal kalau tikar direndam. Kalau misalnya juga meja, apa yg mustahil untuk merendam meja, bahkan yg lebih besar dari meja pun bisa direndam. Apalagi waktu itu mejanya bisa saja tidak seperti meja yang kita sekarang.

 

Tanggapan Budi Asali:

Mencuci dengan merendam hanya dilakukan oleh orang bodoh, atau kalau memang tak punya air lain, seperti penjual gado-gado dsb yang keliling dan hanya bawa satu ember kecil air. Bisakah kamu bayangkan piringnya yang dicuci dengan cara itu bisa bersih, setelah puluhan piring dicuci dengan direndam dalam air satu ember kecil yang tak diganti-ganti?

Sekarang pada saat ada wabah covid 19 orang harus cuci tangan saja dengan sabun dan air yang mengalir! Bukan direndam di satu ember! Kamu hanya ngotot mempertahankan cara mencuci dengan direndam karena ngotot dengan arti kata BAPTIZO yang sudah aku bantah di atas. Dan sekarang juga sedang aku bantah! BAPTIZO diartikan ‘harus selam’ adalah konyol!

 

Albert Barnes mengatakan bahwa terjemahan dari kata ‘meja’ itu sebetulnya adalah ‘couch’ yang biasanya mereka duduki (bukan duduk seperti kita tetapi ‘recline’ / duduk miring seperti tradisi mereka). Kalaupun mau diterjemahkan seperti katamu, itu akan butuh tempat sangat besar untuk merendamnya! Ini bagi orang yang punya logika! Tapi kamu mau melakukan eisegesis sehingga memaksakan arti kalau itu bisa direndam. Jangan konyol!



 

2.   Luk 11:38 - “Orang Farisi itu melihat hal itu dan ia heran, karena Yesus tidak mencuci (EBAPTISTHE) tanganNya sebelum makan”.

Orang mencuci tangan tidak harus merendam tangannya dalam air, tetapi bisa dengan mencurahkan air pada tangan. Jadi jelas bahwa ‘baptis’ di sini tidak harus berarti ‘celup / selam’.

 

Tanggapan Setulus Tafonao:

 

Betul! Tetapi, harus kembali pada arti kata BAPTIZO / BAPTO yang artinya dicelupkan / diselam. Dalam ayat ini cara untuk mencuci tangan pasti direndam / dicelupkan ke dalam air, karena kembali pada kata bapto / baptizo.

 

Tanggapan Budi Asali:

 

Cuci tangan di sini bukan persoalan higienis / kesehatan / kebersihan! Ini adalah suatu upacara yang diharuskan oleh para tokoh agama pada saat itu. Bagaimana upacaranya?

 

William Barclay, seorang penafsir yang ahli dalam urusan tradisi pada jaman itu, mengatakan sebagai berikut (tentang Luk 11:37-44):

 

The Pharisee was surprised that Jesus did not wash his hands before eating. This was not a matter of cleanliness but of the ceremonial law. The law laid it down that the hands must be washed in a certain way before eating and that this hand-washing must be repeated between the courses. As usual every littlest detail was worked out. Large stone vessels of water were specially kept for the purpose because ordinary water might be unclean; the amount of water used must be at least a quarter of a log, that is, enough to fill one and a half eggshells. First the water must be poured over the hands beginning at the tips of the fingers and running right up to the wrist. Then the palm of each hand must be cleansed by rubbing the fist of the other into it. Finally, water must again be poured over the hand, this time beginning at the wrist and running down to the fingertips. To the Pharisee, to omit the slightest detail of this was to sin. [= Orang-orang Farisi merasa kaget / heran bahwa Yesus tidak mencuci tanganNya sebelum makan. Ini bukan persoalan kebersihan tetapi tentang hukum upacara. Hukumnya menyatakanya secara explicit bahwa tangan-tangan harus dicuci dengan suatu cara tertentu sebelum makan dan bahwa pencucian tangan ini harus diulang di antara bagian-bagian dari makanan. Seperti biasa setiap detail yang terkecil diformulasikan. Bejana-bejana batu yang besar disediakan secara khusus untuk tujuan itu karena air biasa bisa tidak tahir; jumlah air yang digunakan harus sedikitnya ¼ dari satu log, yaitu / artinya, cukup untuk mengisi / memenuhi 1,5 kulit telur. Pertama-tama air harus dicurahkan pada tangan pada ujung-ujung jari dan mengalir sampai ke pergelangan. Lalu telapak tiap-tiap tangan harus dibersihkan dengan menggosokkan tinju dari tangan yang lain ke dalamnya. Akhirnya, air harus dicurahkan lagi pada tangan, kali ini mulai dari pergelangan dan mengalir turun sampai ujung-ujung jari. Bagi orang-orang Farisi, mengabaikan / menghapuskan detail yang paling remeh dari hal ini berarti berdosa.].

 

Jadi, jelas bahwa tradisi mereka pada jaman itu dalam mencuci tangan, bukanlah dengan merendam tangan mereka ke dalam air. Tetapi toh digunakan kata Yunani yang kata dasarnya adalah BAPTIZO! Ini jelas menunjukkan bahwa BAPTIZO tidak harus diartikan ‘selam / celup’.

 

3.   1Kor 10:2 - ‘dibaptis dalam awan dan dalam laut’.

Kata Yunaninya adalah EBAPTISANTO.

Dua hal yang harus diperhatikan:

 

a.   Orang Israel berjalan di tempat kering (Kel 14:22). Yang terendam air adalah orang Mesir!

 

Tanggapan Setulus Tafonao:

 

Memang benar, bangsa Israel berjalan di tanah kering, tetapi dalam ayat 22 mengatakan ‘Demikianlah orang Israel berjalan dari tengah-tengah laut di tempat kering; sedang di kiri dan di kanan mereka air itu sebagai tembok bagi mereka’. Di ayat ini mengatakan mereka berjalan di tengah-tengah laut. Artinya mereka masuk di tengah-tengah laut ketika laut menjadi terbelah. konteks ini tidak berbicara bangsa Israel di rendamkan seperti bangsa Mesir tetapi ini berbicara mengenai bangsa Israel masuk ke tengah-tengah laut. Karena kita kembali pada arti kata BAPTIZO

 

Tanggapan Budi Asali:

Aku anggap dari kata-katamu bahwa kamu memang mau melakukan eisegesis terhadap ayat yang begitu jelas. Air ada seperti tembok di kanan dan kiri mereka, SAMA SEKALI BERBEDA DENGAN AIR MERENDAM MEREKA. MEREKA TETAP TIDAK TERSENTUH OLEH AIR ITU!!!

 

b.   Awan tidak ada di atas mereka, tetapi di belakang mereka (Kel 14:19-20). Juga awan itu tujuannya untuk memimpin / melindungi Israel; itu bukan awan untuk memberi hujan. Kalau toh awan itu memberi hujan, itu lebih cocok dengan baptisan percik, bukan selam.

 

Jadi jelas bahwa orang Israel tidak direndam / diselam dalam awan dan dalam laut!

 

Barnes’ Notes (tentang 1Kor 10:2): “This passage is a very important one to prove that the word baptism does not necessarily mean entire immersion in water. It is perfectly clear that neither the cloud nor the waters touched them. ‘They went through the midst of the sea on dry ground.’ It remains only to be asked whether, if immersion was the only mode of baptism known in the New Testament, the apostle Paul would have used the word not only so as not necessarily to imply that, but as NECESSARILY to mean something else? [= Text ini adalah text yang sangat penting untuk membuktikan bahwa kata baptisan tidak harus berarti penyelaman seluruhnya di dalam air. Adalah sangat jelas bahwa baik awan maupun air tidak menyentuh mereka. ‘Demikianlah orang Israel berjalan dari tengah-tengah laut di tempat kering’ (Kel 14:22). Sekarang hanya perlu ditanyakan apakah, seandainya perendaman adalah satu-satunya cara baptisan yang dikenal dalam Perjanjian Baru, sang Rasul Paulus akan sudah menggunakan kata yang bukan hanya tidak harus berarti perendaman, tetapi HARUS berarti sesuatu yang lain?].

Catatan: bagian ini sudah ada dalam file saya yang lama, tetapi hanya sebagian, yaitu bagian awalnya saja. Di sini saya lengkapi / perpanjang kutipannya.

 

 

Tanggapan Setulus Tafonao:

 

Jelas bahwa awan itu ada di belakang mereka. Tetapi sebelum awan itu ada di belakang mereka, awalnya ada di depan mereka (Kel 14:19) lalu awan itu pindah ke belekang mereka. Berarti ketika awan itu bejalan ke belakang, awan itu melewati dan meliputi bangsa Israel. Itu artinya bahwa bangsa Israel masuk di dalam awan ketika awan pindah ke belakang.

 

 

Tanggapan Budi Asali:

 

BERIKAN AYATNYA KALAU AWAN ITU BERJALAN DENGAN CARA SEPERTI ITU! Kamu lagi-lagi melakukan EISEGESIS, bukan EXEGESIS!

 

Kel 4:19-20 - (19) Kemudian bergeraklah Malaikat Allah, yang tadinya berjalan di depan tentara Israel, lalu berjalan di belakang mereka; dan tiang awan itu bergerak dari depan mereka, lalu berdiri di belakang mereka. (20) Demikianlah tiang itu berdiri di antara tentara orang Mesir dan tentara orang Israel; dan oleh karena awan itu menimbulkan kegelapan, maka malam itu lewat, sehingga yang satu tidak dapat mendekati yang lain, semalam-malaman itu..

 

Pergerakan awan bisa melewati mereka dari samping. Itu tujuannya menggelapkan orang Mesir. Kalau melingkupi bangsa Israel, itu jadinya menggelapkan mereka!

 

4.   Ibr 9:10 - “karena semuanya itu, di samping makanan minuman dan pelbagai macam pembasuhan (BAPTISMOIS), hanyalah peraturan-peraturan untuk hidup insani, yang hanya berlaku sampai tibanya waktu pembaharuan.”.

Catatan: ada edisi Kitab Suci Indonesia yang mengatakan ‘pelbagai macam persembahan. Ini salah cetak, dan dalam edisi yang baru sudah diperbaiki.

Terjemahan Lama: ‘berbagai-bagai basuhan’.

NASB: various washings [= bermacam-macam pembasuhan].

NIV: various ceremonial washings [= bermacam-macam pembasuhan yang bersifat upacara keagamaan].

RSV: various ablutions [= bermacam-macam pembersihan / pencucian].

KJV: divers washings [= bermacam-macam pembasuhan].

Kata Yunaninya adalah BAPTISMOIS. Jadi terjemahan hurufiahnya adalah ‘bermacam-macam baptisan’.

Kalau kita memperhatikan kontex dari Ibr 9 itu, maka pasti Ibr 9:10 ini menunjuk pada ‘pemercikan’ dalam Ibr 9:13,19,21. Karena itu jelas bahwa di sini kata ‘baptis’ tidak diartikan selam / celup, tetapi percik.

 

Tanggapan Setulus Tafonao:

 

Dalam Ibr 9:10 ini berbicara mengenai peratutran-peraturan untuk masuk ke tempat kudus dalam kemah suci. Karena ayat  ini ada kaitannya dengan ayat sebelumnya dari ayat 6-7 “demikianlah caranya tempat yang kudus itu diatur. Maka Imam-imam senantiasa MASUK KE DALM KEMAH YANG PALING DEPAN itu untuk melakukan ibadah mereka, tetapi KE DALAM KEMAH YANG KE DUA HANYA IMAM BESAR SAJA YANG MASUK sekali setahun, dan harus dengan darah yang ia persembahkan karena dirinya sendiri dan  karena pelanggaran-pelanggaran yang dibuat oleh umatnya dengan tidak sadar”.

Jadi di dalam ayat 10 ini,  BERBAGAI-BAGAI MACAM PEMBASUHAN (BAPTISMOIS) disitu adalah berbicara tentang para imam-imam ketika mereka masuk ke dalam tempat kudus dengan berbagai cara peraturan. Yang hanya berlaku sampai kedatangan Kristus. Kalaun kita bandingkan dalam Imamat 16:2-34 disitu ada penjelasannya. Kata berbagai macam pembasuhan (baptisan) disini tidak berbicara mengenai pemercikan.

 

Tanggapan Budi Asali:

Kamu tidak menjawab argumentasiku. Aku menghubungkan ay 10 itu dengan ay 13, 19,21.

 

Ibr 9:9-21 - (9) Itu adalah kiasan masa sekarang. Sesuai dengan itu dipersembahkan korban dan persembahan yang tidak dapat menyempurnakan mereka yang mempersembahkannya menurut hati nurani mereka, (10) karena semuanya itu, di samping makanan minuman dan pelbagai macam pembasuhan, hanyalah peraturan-peraturan untuk hidup insani, yang hanya berlaku sampai tibanya waktu pembaharuan. (11) Tetapi Kristus telah datang sebagai Imam Besar untuk hal-hal yang baik yang akan datang: Ia telah melintasi kemah yang lebih besar dan yang lebih sempurna, yang bukan dibuat oleh tangan manusia, --artinya yang tidak termasuk ciptaan ini, -- (12) dan Ia telah masuk satu kali untuk selama-lamanya ke dalam tempat yang kudus bukan dengan membawa darah domba jantan dan darah anak lembu, tetapi dengan membawa darahNya sendiri. Dan dengan itu Ia telah mendapat kelepasan yang kekal. (13) Sebab, jika darah domba jantan dan darah lembu jantan dan percikan abu lembu muda menguduskan mereka yang najis, sehingga mereka disucikan secara lahiriah, (14) betapa lebihnya darah Kristus, yang oleh Roh yang kekal telah mempersembahkan diriNya sendiri kepada Allah sebagai persembahan yang tak bercacat, akan menyucikan hati nurani kita dari perbuatan-perbuatan yang sia-sia, supaya kita dapat beribadah kepada Allah yang hidup. (15) Karena itu Ia adalah Pengantara dari suatu perjanjian yang baru, supaya mereka yang telah terpanggil dapat menerima bagian kekal yang dijanjikan, sebab Ia telah mati untuk menebus pelanggaran-pelanggara yang telah dilakukan selama perjanjian yang pertama. (16) Sebab di mana ada wasiat, di situ harus diberitahukan tentang kematian pembuat wasiat itu. (17) Karena suatu wasiat barulah sah, kalau pembuat wasiat itu telah mati, sebab ia tidak berlaku, selama pembuat wasiat itu masih hidup. (18) Itulah sebabnya, maka perjanjian yang pertama tidak disahkan tanpa darah. (19) Sebab sesudah Musa memberitahukan semua perintah hukum Taurat kepada seluruh umat, ia mengambil darah anak lembu dan darah domba jantan serta air, dan bulu merah dan hisop, lalu memerciki kitab itu sendiri dan seluruh umat, (20) sambil berkata: ‘Inilah darah perjanjian yang ditetapkan Allah bagi kamu.’ (21) Dan juga kemah dan semua alat untuk ibadah dipercikinya secara demikian dengan darah..

 

Kamu mau hubungkan dengan Im 16?? OK, mari kita lihat ayat-ayat itu.

 

Im 16:1-34 - “(1) Sesudah kedua anak Harun mati, yang terjadi pada waktu mereka mendekat ke hadapan TUHAN, berfirmanlah TUHAN kepada Musa. (2) Firman TUHAN kepadanya: ‘Katakanlah kepada Harun, kakakmu, supaya ia jangan sembarang waktu masuk ke dalam tempat kudus di belakang tabir, ke depan tutup pendamaian yang di atas tabut supaya jangan ia mati; karena Aku menampakkan diri dalam awan di atas tutup pendamaian. (3) Beginilah caranya Harun masuk ke dalam tempat kudus itu, yakni dengan membawa seekor lembu jantan muda untuk korban penghapus dosa dan seekor domba jantan untuk korban bakaran. (4) Ia harus mengenakan kemeja lenan yang kudus dan ia harus menutupi auratnya dengan celana lenan dan ia harus memakai ikat pinggang lenan dan berlilitkan serban lenan; itulah pakaian kudus yang harus dikenakannya, sesudah ia membasuh tubuhnya dengan air. (5) Dari umat Israel ia harus mengambil dua ekor kambing jantan untuk korban penghapus dosa dan seekor domba jantan untuk korban bakaran. (6) Kemudian Harun harus mempersembahkan lembu jantan yang akan menjadi korban penghapus dosa baginya sendiri dan dengan demikian mengadakan pendamaian baginya dan bagi keluarganya. (7) Ia harus mengambil kedua ekor kambing jantan itu dan menempatkannya di hadapan TUHAN di depan pintu Kemah Pertemuan, (8) dan harus membuang undi atas kedua kambing jantan itu, sebuah undi bagi TUHAN dan sebuah bagi Azazel. (9) Lalu Harun harus mempersembahkan kambing jantan yang kena undi bagi TUHAN itu dan mengolahnya sebagai korban penghapus dosa. (10) Tetapi kambing jantan yang kena undi bagi Azazel haruslah ditempatkan hidup-hidup di hadapan TUHAN untuk mengadakan pendamaian, lalu dilepaskan bagi Azazel ke padang gurun. (11) Harun harus mempersembahkan lembu jantan yang akan menjadi korban penghapus dosa baginya sendiri dan mengadakan pendamaian baginya dan bagi keluarganya; ia harus menyembelih lembu jantan itu. (12) Dan ia harus mengambil perbaraan berisi penuh bara api dari atas mezbah yang di hadapan TUHAN, serta serangkup penuh ukupan dari wangi-wangian yang digiling sampai halus, lalu membawanya masuk ke belakang tabir. (13) Kemudian ia harus meletakkan ukupan itu di atas api yang di hadapan TUHAN, sehingga asap ukupan itu menutupi tutup pendamaian yang di atas hukum Allah, supaya ia jangan mati. (14) Lalu ia harus mengambil sedikit dari darah lembu jantan itu dan memercikkannya dengan jarinya ke atas tutup pendamaian di bagian muka, dan ke depan tutup pendamaian itu ia harus memercikkan sedikit dari darah itu dengan jarinya tujuh kali. (15) Lalu ia harus menyembelih domba jantan yang akan menjadi korban penghapus dosa bagi bangsa itu dan membawa darahnya masuk ke belakang tabir, kemudian haruslah diperbuatnya dengan darah itu seperti yang diperbuatnya dengan darah lembu jantan, yakni ia harus memercikkannya ke atas tutup pendamaian dan ke depan tutup pendamaian itu. (16) Dengan demikian ia mengadakan pendamaian bagi tempat kudus itu karena segala kenajisan orang Israel dan karena segala pelanggaran mereka, apapun juga dosa mereka. Demikianlah harus diperbuatnya dengan Kemah Pertemuan yang tetap diam di antara mereka di tengah-tengah segala kenajisan mereka. (17) Seorangpun tidak boleh hadir di dalam Kemah Pertemuan, bila Harun masuk untuk mengadakan pendamaian di tempat kudus, sampai ia keluar, setelah mengadakan pendamaian baginya sendiri, bagi keluarganya dan bagi seluruh jemaah orang Israel. (18) Kemudian haruslah ia pergi ke luar ke mezbah yang ada di hadapan TUHAN, dan mengadakan pendamaian bagi mezbah itu. Ia harus mengambil sedikit dari darah lembu jantan dan dari darah domba jantan itu dan membubuhnya pada tanduk-tanduk mezbah sekelilingnya. (19) Kemudian ia harus memercikkan sedikit dari darah itu ke mezbah itu dengan jarinya tujuh kali dan mentahirkan serta menguduskannya dari segala kenajisan orang Israel. (20) Setelah selesai mengadakan pendamaian bagi tempat kudus dan Kemah Pertemuan serta mezbah, ia harus mempersembahkan kambing jantan yang masih hidup itu, (21) dan Harun harus meletakkan kedua tangannya ke atas kepala kambing jantan yang hidup itu dan mengakui di atas kepala kambing itu segala kesalahan orang Israel dan segala pelanggaran mereka, apapun juga dosa mereka; ia harus menanggungkan semuanya itu ke atas kepala kambing jantan itu dan kemudian melepaskannya ke padang gurun dengan perantaraan seseorang yang sudah siap sedia untuk itu. (22) Demikianlah kambing jantan itu harus mengangkut segala kesalahan Israel ke tanah yang tandus, dan kambing itu harus dilepaskan di padang gurun. (23) Sesudah itu Harun harus masuk ke dalam Kemah Pertemuan dan menanggalkan pakaian lenan, yang dikenakannya ketika ia masuk ke dalam tempat kudus dan harus meninggalkannya di sana. (24) Ia harus membasuh tubuhnya dengan air di suatu tempat yang kudus dan mengenakan pakaiannya sendiri, lalu ia harus keluar dan mempersembahkan korban bakarannya sendiri dan korban bakaran bangsa itu; dengan demikian ia mengadakan pendamaian baginya sendiri dan bagi bangsa itu. (25) Kemudian ia harus membakar lemak korban penghapus dosa di atas mezbah. (26) Maka orang yang melepaskan kambing jantan bagi Azazel itu harus mencuci pakaiannya, membasuh tubuhnya dengan air dan sesudah itu barulah boleh masuk ke perkemahan. (27) Lembu jantan dan kambing jantan korban penghapus dosa, yang darahnya telah dibawa masuk untuk mengadakan pendamaian di dalam tempat kudus, harus dibawa keluar dari perkemahan, dan kulitnya, dagingnya dan kotorannya harus dibakar habis. (28) Siapa yang membakar semuanya itu, harus mencuci pakaiannya, membasuh tubuhnya dengan air dan sesudah itu barulah boleh masuk ke perkemahan. (29) Inilah yang harus menjadi ketetapan untuk selama-lamanya bagi kamu, yakni pada bulan yang ketujuh, pada tanggal sepuluh bulan itu kamu harus merendahkan diri dengan berpuasa dan janganlah kamu melakukan sesuatu pekerjaan, baik orang Israel asli maupun orang asing yang tinggal di tengah-tengahmu. (30) Karena pada hari itu harus diadakan pendamaian bagimu untuk mentahirkan kamu. Kamu akan ditahirkan dari segala dosamu di hadapan TUHAN. (31) Hari itu harus menjadi sabat, hari perhentian penuh, bagimu dan kamu harus merendahkan diri dengan berpuasa. Itulah suatu ketetapan untuk selama-lamanya. (32) Dan pendamaian harus diadakan oleh imam yang telah diurapi dan telah ditahbiskan untuk memegang jabatan imam menggantikan ayahnya; ia harus mengenakan pakaian lenan, yakni pakaian kudus. (33) Ia harus mengadakan pendamaian bagi tempat maha kudus, bagi Kemah Pertemuan dan bagi mezbah, juga bagi para imam dan bagi seluruh bangsa itu, yakni jemaah itu. (34) Itulah yang harus menjadi ketetapan untuk selama-lamanya bagimu, supaya sekali setahun diadakan pendamaian bagi orang Israel karena segala dosa mereka.’ Maka Harun melakukan seperti yang diperintahkan TUHAN kepada Musa.”.

 

Im 16 juga berhubungan dengan ‘pemercikan’!!! Yaitu ay 14,15,19. Dan dalam ay 18 ada kata ‘membubuhkannya’. Ini juga pasti bukan penyelaman!

 

b)         Yesus belum tentu dibaptis dengan baptisan selam.

Mat 3:16 mengatakan “Sesudah dibaptis, Yesus segera keluar dari air. Tetapi kata-kata ‘keluar dari air’ tidak harus berarti bahwa tadinya Yesus diren­dam dalam air lalu keluar dari air. Kata-kata itu bisa berarti bahwa Yesus berdiri di sungai tanpa direndam (air hanya sebatas lutut atau betis), lalu dibaptis dengan tuang / percik, lalu Ia keluar dari air / sungai. Jadi jelas bahwa Mat 3:16 tidak bisa dijadikan dasar bahwa satu-satunya cara membaptis yang benar adalah dengan menggunakan bapti­san selam.

 

Dan seandainya Yesus memang dibaptis dengan baptisan selam, maka tetap perlu diingat bahwa apa yang dilakukan oleh Yesus belum tentu harus kita teladani. Misalnya: Ia disunat, Ia tidak menikah, Ia berpuasa 40 hari dan sebagainya. Semua ini tentu tidak merupakan rumus / hukum bagi kita. Demikian juga dengan baptisan yang Ia alami.

 

Tanggapan Setulus Tafonao:

 

Dalam ayat ini dikatakan Yesus keluar dari air. Secara logika berarti Yesus masuk atau turun ke dalam air.untuk apa Yesus masuk atau turun ke dalam air?  untuk dibaptis oleh Yohanes dengan cara ditenggelamkan atau direndamkan. Bisa saja Yesus berdiri di sungai,  bukan berarti ketika Ia berdiri di sungai, itu sudah baptisan, melainkan suatu proses untuk dibaptis. Maksudanya ketika Yesus turun ke dalam air, berdiri lalu dibaptis atau ditenggelamkan oleh Yohanes. Kalau baptisan Yesus dilakukan dengan cara dituang atau disiram kenapa Yesus masuk atau turun ke dalam air? Bisa saja Yesus berdiri pinggir sungai.

Ayat ini bukan satu-satunya yang mendukung baptisan selam, melainkan salah satu

Bukan masalah meneladai Tuhan yesus dengan sempurna, yang kita teladani adalah praktis baptisannya. Saya piker ada orang yang disunat, ada juga orang yang tidak menikah, hanya saja konsepnya berbeda dengan TuhanYesus. Yesus disunat karena Ia lahir dari keturunan Yahudi. Sedangkan kalau sekarang disunat kaitannya hanya untuk kesehatan saja. Untuk puasa, orang percaya tidak diperintahkan untuk wajik melakukan puasa.

 

Tanggapan Budi Asali:

Aku hanya menekankan bahwa dalam text ini TIDAK HARUS ada penyelaman! APA YANG AKU KATAKAN / JELASKAN MEMUNGKINKAN BAPTISAN NON SELAM!!

 

Mengapa ke sungai? Karena mereka butuh air. Yohanes Pembaptis membaptis banyak orang, maka ia melakukan di sungai. Mengapa tidak boleh?

 

Dan kalau kata-kata ‘keluar dari air’ di sini hanya memungkinkan baptisan non selam, nanti dalam pembahasan tentang baptisan sida-sida dalam Kis 8, itu memastikan baptisan non selam.

 

Bahwa apa yang Yesus lakukan tidak harus menjadi hukum bagi kita merupakan sesuatu yang jelas. Kita harus melihat bagian-bagian lain dalam Alkitab. Baru ditafsirkan bersamaan. Berdasarkan apa kamu pilih satu saja, yaitu baptisanNya, untuk diteladani???

 

c)   Tentang Ro 6:3-4.

Ro 6:3-4 - “(3) Atau tidak tahukah kamu, bahwa kita semua yang telah dibaptis dalam Kristus, telah dibaptis dalam kematianNya? (4) Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru.”.

 

Merupakan suatu penafsiran yang dipaksakan kalau ada orang yang menganggap ayat ini sebagai ayat yang mendukung baptisan selam. Ayat ini hanya memaksudkan bahwa baptisan (tentu saja harus didahului dengan iman yang sejati kepada Kristus) mempersatukan kita dengan Kristus, sehingga kita mati dengan Dia, dikubur dengan Dia, dan bangkit dengan Dia.

 

Charles Hodge: The reference is not to the mode of baptism, but to its effect. Our baptism unites us to Christ, so that we died with him, and rose with him. [= Ini tidak menunjuk pada cara baptisan, tetapi akibat / hasilnya. Baptisan kita mempersatukan kita dengan Kristus, sehingga kita mati dengan Dia, dan bangkit dengan Dia.] - ‘Romans’, hal 195.

 

Tanggapan Setulus Tafonao:

 

Orang-orang yang membaptis dengan baptisan selam tidak memaksakan untuk menafsirkan ayat ini untuk mendukung baptisan selam, tetapi memang ayat ini mendukung baptisan selam, karena baptisan itu adalah suatu bukti  atau hasil dari iman yang menghasilkan suatu tindakan yaitu baptisan, karena baptisan merupakan gambaran tentang kematian, penguburan dan kebangkitan Yesus Kristus. Maka dalam hal ini, baptisan selam sangat mendukung untuk menggambarkan kematian, penguburan dan kebangkita Kristus daripada baptisan percik, karena percik tidak menggambarkan apa-apa.

 

Tanggapan Budi Asali:

 

AKU BERKERAS DENGAN TAFSIRANKU. KAMU SAMA SEKALI TIDAK BISA MENGGUGURKANNYA.

Ayat itu hanya mengatakan bahwa baptisan mempersatukan kita yang percaya dengan Kristus, sehingga dikatakan kita mati dan dikubur dengan Dia dan dibangkitkan bersama Dia.

 

Gal 3:27 - Karena kamu semua, yang dibaptis dalam Kristus, telah mengenakan Kristus..

 

Kol 2:11-13 - (11) Dalam Dia kamu telah disunat, bukan dengan sunat yang dilakukan oleh manusia, tetapi dengan sunat Kristus, yang terdiri dari penanggalan akan tubuh yang berdosa, (12) karena dengan Dia kamu dikuburkan dalam baptisan, dan di dalam Dia kamu turut dibangkitkan juga oleh kepercayaanmu kepada kerja kuasa Allah, yang telah membangkitkan Dia dari orang mati. (13) Kamu juga, meskipun dahulu mati oleh pelanggaranmu dan oleh karena tidak disunat secara lahiriah, telah dihidupkan Allah bersama-sama dengan Dia, sesudah Ia mengampuni segala pelanggaran kita,.

 

Semua ayat-ayat di atas ini mempunyai arah yang sama dalam artinya. Baptisan mempersatukan orang percaya dengan Kristus sehingga dikatakan bahwa kita dikubur bersama Dia dan dibangkitkan / dihidupkan kembali bersama Dia!

 

Serangan tambahan dari Budi Asali:

 

Kamu katakan “baptisan merupakan gambaran tentang kematian, penguburan dan kebangkitan Yesus Kristus.”

Bisa beri aku dasar alkitabnya??? Menurut aku, secara theologis, omonganmu itu ngawur.

 

d)   Ada banyak kasus dimana rasanya tidak mungkin dilakukan baptisan selam.

Dalam Kitab Suci ada banyak contoh dimana baptisan tidak dilakukan di sungai. Juga tidak diceritakan adanya kolam yang memungkinkan baptisan selam (Kis 2:41  Kis 9:18  Kis 10:47-48  Kis 16:33). Kis 16:33 adalah contoh yang paling kuat untuk menunjukkan bahwa baptisan tidak dilakukan dengan penyela­man karena hal itu terjadi di dalam penjara!

 

Tanggapan Setulus Tafonao:

 

Kis 16:33, Hanya karena ada orang-orang percaya di penjara maka tidak mungkin dilakukan baptisan selam. – dalam ayat ini tidak dikatakan bahwa kepala penjara dibaptis dalam penjara, bisa saja dia dibaptis dirumahnya. – kalau juga dia dibaptis dalam penjara, apa alas an dengan tidak dibaptis dengan selam? Bisa saja di samping penjara dia dibaptis yang ada bak air disitu.

 

Tanggapan Budi Asali:

Bisa kamu tunjukkan penjara yang ada kolamnya??? Dibaptis di rumahnya??? Lucu sekali. Mari kita baca textnya.

 

Kis 16:30-34 - (30) Ia mengantar mereka ke luar, sambil berkata: ‘Tuan-tuan, apakah yang harus aku perbuat, supaya aku selamat?’ (31) Jawab mereka: ‘Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu.’ (32) Lalu mereka memberitakan firman Tuhan kepadanya dan kepada semua orang yang ada di rumahnya. (33) Pada jam itu juga kepala penjara itu membawa mereka dan membasuh bilur mereka. Seketika itu juga ia dan keluarganya memberi diri dibaptis. (34) Lalu ia membawa mereka ke rumahnya dan menghidangkan makanan kepada mereka. Dan ia sangat bergembira, bahwa ia dan seisi rumahnya telah menjadi percaya kepada Allah..

 

Ay 31-32 mereka diinjili. Ay 33 mereka dibaptis. Ay 34 baru mereka membawa Paulus ke rumah mereka. Kamu asal bicara atau bagaimana kok bisa bilang mereka bisa saja dibaptis di rumahnya??



 

Charles Hodge, seorang ahli theologia Reformed dan pendukung baptisan percik, berkata:

“In Acts 2:41, three thousand persons are said to have been baptized at Jerusalem apparently in one day at the season of Pentecost in June; and in Acts 4:4, the same rite is necessarily implied in respect to five thousand more. ... There is in summer no running stream in the vicinity of Jerusalem, except the mere rill of Siloam of a few rods in length; and the city is and was supplied with water from its cistern and public reservoirs. From neither of these sources could a supply have been well obtained for the immersion of eight thousand persons. The same scarcity of water forbade the use of private baths as a general custom;” [= Dalam Kis 2:41, dikatakan bahwa 3000 orang dibaptiskan di Yerusalem, dan itu jelas terjadi dalam satu hari pada musim Pentakosta di bulan Juni; dan dalam Kis 4:4, secara tidak langsung bisa dipastikan bahwa upacara yang sama dilakukan terhadap 5000 orang lebih. ... Pada musim panas, tidak ada sungai mengalir di Yerusalem dan sekitarnya, kecuali sungai kecil dari Siloam yang panjangnya beberapa rod (NB: 1 rod = 5 meter); dan kota itu, baik sekarang maupun dulu, disuplai dengan air dari bak / tangki air dan waduk / kolam air milik / untuk umum. Tidak ada dari sumber-sumber ini yang bisa menyuplai air untuk menyelam 8000 orang. Kelangkaan air yang sama melarang penggunaan bak mandi pribadi sebagai suatu kebiasaan umum;] - ‘Systematic Theology’, vol III, hal 534.

 

Catatan: Kis 4:4 seharusnya ‘menjadi 5000 orang’, bukan ‘bertambah dengan 5000 orang’.

 

Charles Hodge lalu menambahkan sebagai berikut:

“The baptismal fonts still found among the ruins of the most ancient Greek churches in Palestine, as at Tekoa and Gophna, and going back apparently to very early times, are not large enough to admit of baptism of adult persons by immersion, and were obviously never intended for that use.” [= Bak-bak untuk membaptis yang ditemukan di antara reruntuhan dari gereja-gereja Yunani kuno di Palestina, seperti di Tekoa dan Gophna, dan jelas berasal dari waktu yang sangat awal, tidak cukup besar untuk baptisan orang dewasa dengan cara penyelaman, dan jelas tidak pernah dimaksudkan untuk penggunaan seperti itu.] - ‘Systematic Theology’, vol III, hal 534.

 

Tanggapan Setulus Tafonao:

 

Dalam konteks Kis 2:41 dan pasal 4:4, bisa saja orang itu dibaptis di sungai Yordan. Kemudian dari pernyataan di atas dikatakan bahwa ada sungai kecil dari Siloam yang panjangnya beberapa rod, bisa saja 100 rod=500 meter, berarti cukup dong untuk tempat baptisan.?

 

Tanggapan Budi Asali:

 S Yordan? Sudah lihat peta sebelum kamu bicara??? Memang S Yordan pindah sehingga melalui Yerusalem??? Aku cari di google, dan aku mendapatkan link ini:

https://www.rome2rio.com/s/Jordan-River-Crossing/Jerusalem

 

Lihat sendiri link yang aku berikan, di situ dikatakan bahwa jarak dari Yerusalem ke S Yordan adalah hampir 88 km, dan membutuhkan waktu 2 jam (pada jaman sekarang!) untuk sampai ke sana. Kalau pada jaman itu pasti butuh waktu sedikitnya 7-10 hari untuk sampai ke sana. 3000 orang itu berjalan selama 7-10 hari untuk menuruti kemauanMU untuk dibaptis selam di S Yordan?? Kalau itu benar, pasti Petrus dan semua mereka sudah gila!

 

Charles Hodge mengatakan ‘a few rods’. Tahu arti kata ‘a few’??? Kamu jadikan itu 100??? Seluruh kata-kata Hodge menunjukkan tidak ada kemungkinan melakukan baptisan 3000 orang atau 5000 orang di kota Yerusalem.

 

Dan kalau baptisan selam dilakukan dengan cara seperti sekarang, dimana orangnya direbahkan ke belakang, ditahan oleh tangan pendeta, diturunkan pelan-pelan sampai terendam, lalu dinaikkan kembali, kamu pikir Petrus dan rasul-rasul itu punya biceps sebesar punya Arnold Swarzenegger??? Kalau 3000 dibagi 12 rasul, maka masing-masing mendapat bagian 250 orang. Coba kamu rebahkan orang di air, lalu angkat lagi, sebanyak 250 x! Kamu bisa kalau kamu superman!

 

Juga soal ‘waktu’ perlu diperhatikan. Kalau percik, cepat sekali. Kalau selam, satu orang lebih dari 1 menit. 250 orang, membutuhkan waktu 4 jam lebih. Hehe, rasul-rasul itu pasti masuk angin dan harus kerokan setelahnya.

 

Lalu ‘tempat’nya? Kalau 12 rasul membaptis, maka dengan setiap kali 12 orang dibaptis, harus 24 orang sekaligus masuk ke tempat itu. Kolam renang harus besar sekali untuk menampung mereka. Kalau giliran? Hehe, butuh 3000 menit, atau 50 jam!!! Pernah pikirkan hal itu???

 

Sekarang mari kita melihat baptisan sida-sida dalam Kis 8:26-40. Apakah ini adalah baptisan selam? Ada 2 hal yang perlu diperhatikan dari bagian ini:

 

1.   Kis 8:36 - ‘ada air’.

Yunani: TI HUDOR [a certain water / some water {= air tertentu / sedikit air}]. Jadi ini menunjuk pada sedikit air, sehingga tidak memungkinkan baptisan selam.

 

Charles Hodge: “He was travelling through a desert part of the country towards Gaza, when Philip joined him, ‘And as they went on their way they came unto a certain water (EPI TI HUDOR, to some water)’.There is no known stream in that region of sufficient depth to allow of the immersion of a man.” [= Ia sedang bepergian melalui bagian padang pasir dari negara itu menuju Gaza, ketika Filipus bergabung dengannya, ‘Dan ketika mereka melanjutkan perjalanan mereka mereka sampai pada air tertentu (EPI TI HUDOR, kepada sedikit air)’. Di daerah itu tidak diketahui adanya sungai dengan kedalaman yang cukup untuk memungkinkan penyelaman seorang manusia.] - ‘Systematic Theology’, vol III, hal 535.

 

Tanggapan Setulus Tafonao:

 

Air tertentu atau sidikit air bukan berarti suatu alasan untuk mengatakan tidak memungkinkan baptisan selam. Karena sedikit air itu tidak hanya satu gelas jadi bisa sampai di lutut atau pinggang. Kalau misalnya air yang digunakan untuk membatis sida-sida waktu itu dalamnya sampai di lutut sangat mungkin untuk melakukan baptisan selam kenapa tidak! Kalau airnya sampai lutut berarti masuk akal untuk di tenggelamkan atau dicelupkan.

 

Tanggapan Budi Asali:

Kamu gak merasa kalau kamu ngotot secara tidak masuk akal??? Sedikit air, tetapi airnya sampai ke lutut dan memungkinkan baptisan selam untuk orang dewasa?? Aku kutip ulang kalimat terakhir dari Charles Hodge di atas.


“Di daerah itu tidak diketahui adanya sungai dengan kedalaman yang cukup untuk memungkinkan penyelaman seorang manusia”.

Masih kurang jelas???

 

2.   Kis 8:38-39 berkata ‘turun ke dalam air ... keluar dari air’.

Apakah ini menunjuk pada baptisan selam? Seperti pada baptisan Yesus, istilah ini bisa diartikan 2 macam, yaitu:

a.         Sida-sida itu betul-betul terendam total, lalu keluar dari air.

 

Tanggapan Setulus Tafonao:

 

Sida-sida itu terendam total bukan ketika ia masuk atau turun ke dalam air melainkan ketia dia dibaptis baru dia terendam total

 

b.   Sida-sida itu turun ke dalam air yang hanya sampai pada lutut atau mata kakinya, lalu keluar dari air.

 

Tanggapan Setulus Tafonao:

 

Tidak mungkin air itu hanya sampai pada mata kakinya saja karena kalau hanya sampai pada mata kakinya itu namanya bukan turun dan keluar melainkan menginjak-injak air

 

Tanggapan Budi Asali:

Lihat bagaimana orang bodoh ini berdebat. Kalau kita debat terbuka sudah aku tonjok kamu! Argumentasi belum selesai dipotong! Kalau dalam bicara, itu memotong kata-kata lawan, dan itu sangat tak tahu aturan!

 

Untuk mengetahui yang mana yang benar dari 2 kemungkinan ini, bacalah Kis 8:38-39 itu sekali lagi. Perhatikan bahwa di situ dikatakan: “dan keduanya turun ke dalam air, baik Filipus maupun sida-sida itu, dan Filipus membaptis dia. Dan setelah mereka keluar dari air, ...”.

Kalau istilah ‘turun ke dalam air’ dan ‘keluar dari air’ diartikan sebagai baptisan selam, itu menunjukkan bahwa Filipus, sebagai orang yang membaptis, juga ikut diselam! Ini jelas tidak mungkin. Jadi dari 2 kemungkinan di atas, yang benar adalah kemungkinan kedua. Ini juga cocok dengan point pertama di atas yang menunjukkan bahwa air di situ cuma sedikit, sehingga tidak memungkinkan baptisan selam.

 

Tanggapan Setulus Tafonao:

 

Ketika Filipus dan Sida-sida turun ke dalam air bukan berarti mereka sudah terendam atau tenggelam karena sesuai dengan point yang ke 2, air itu bisa saja sampai pada lutut. Artinya Filipus dan Sida turun ke dalam air dulu baru Filipus merendam Sida-sida atau dibaptis.

 

Tanggapan Budi Asali:

 

Kalau memag gak bisa jawab gak usah paksakan jawab, jadi kelihatan kebodohanmu. Kamu kira aku anak yang lahir kemarin sore sehingga tidak bisa melihat kalau kamu sama sekali tidak menjawab argumentasiku???

 

Kamu mengerti gramatika atau nggak? Subyeknya adalah mereka berdua (Filipus + Sida-sida). Kata kerjanya cuma satu dan itu adalah kata kerja bentuk jamak! Silahkan cek di Bible Works!! Dan ini berlaku untuk kata ‘turun’ dalam ay 38 maupun untuk kata ‘keluar’ dalam ay 39.

Jadi, pilih salah satu.

1.         Mereka sama-sama terendam total didalam air.

2.   Mereka hanya masuk air sampai selutut (pokok hanya sebagian tubuh, bisa semata kaki, selutut, sepinggang, tetapi tidak terendam).

 

Jangan tambahi Alkitab dengan mengatakan bahwa waktu turun ke dalam air sida-sida itu belum terendam, dan waktu dibaptis baru direndam. DIMANA DALAM AYAT ITU DIKATAKAN SEPERTI ITU??? LAGI-LAGI KAMU JELAS MELAKUKAN EISEGESIS, UNTUK MEMAKSAKAN PANDANGANMU!

 

e)         Hal-hal lain yang mendukung baptisan percik:

 

1.   Penekanan arti baptisan adalah sebagai simbol penyucian / purification. Padahal dalam Kitab Suci purification selalu disimbolkan dengan percikan:

a.   Kel 24:8 - Kitab Suci Indonesia salah terjemahan, karena kata  ‘menyiramkannya’ seharusnya adalah ‘memercikkannya’. NIV: ‘sprinkled’ (= memercikkan).

b.   Kel 29:16,21 - Kitab Suci Indonesia salah terjemahan, karena kata ‘kausiramkan’ seharusnya adalah ‘percikkanlah’ [NIV: ‘sprinkle’ (= percikkanlah)].

c.   Im 7:14 - Kitab Suci Indonesia salah terjemahan, karena kata ‘menyiramkan’ seharusnya adalah ‘memercikkan’ [NIV: ‘sprin-kles’ (= memercikkan)].

d.   Im 14:7,51 - ‘memercik’.

e.   Im 16:14 - ‘memercikannya’.

f.    Bil 8:7 - ‘percikkanlah’.

g.   Bil 19:18 - ‘memercikkannya’.

h.   Yes 52:15 (NIV) - ‘He will sprinkle many nations’ [= Ia akan memerciki banyak bangsa].

i.    Ibr 9:13 - ‘percikan’.

j.    Ibr 9:19,21 - ‘memerciki’ dan ‘dipercikinya’. 

k.   Ibr 10:22 - Kitab Suci Indonesia salah terjemahan, karena kata ‘telah dibersihkan’ seharusnya adalah ‘telah diperciki’ [NIV: ‘sprinkled to cleanse’ {= diperciki untuk membersihkan}].

l.    Ibr 12:24 - ‘darah pemercikan’.

 

Tanggapan Setulus Tafonao:

 

Baptisan tidak pernah menyimbolkan penyucian.! Dan ayat-ayat di atas ini juga tidak ada hubungannya dengan baptisan.

 

Tanggapan Budi Asali:

Hmm, tidak pernah ya?? Lihat ini:

Baptisan merupakan lambang penyucian dosa.

 

Kis 2:38 - “Jawab Petrus kepada mereka: ‘Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus”.

 

Kis 22:16 - “Dan sekarang, mengapa engkau masih ragu-ragu? Bangunlah, berilah dirimu dibaptis dan dosa-dosamu disucikan sambil berseru kepada nama Tuhan!”.

 

Karena itu baptisan dilakukan dengan menggunakan air, yang merupakan alat pembersih.

 

Ayat-ayat itu merupakan TYPE dari penyucian orang berdosa karena penebusan Kristus, dan lalu disimbolkan dengan baptisan!!

 

 

2.   Luk 3:16 - ‘Aku membaptis kamu dengan air’ (I baptize you with water).

Kata with water’ / ‘dengan air’ (Yunani: HUDATI) ini tidak cocok diartikan sebagai selam, karena kita tidak berkata ‘aku menyelam kamu dengan air’ tetapi kita berkata ‘aku menyelam kamu di dalam air’. Tetapi kalau baptisan itu adalah percik / tuang, maka kata-kata ‘dengan air’ itu cocok.

Mat 3:11 memang menggunakan kata Yunani EN, tetapi kata EN bukan hanya bisa diartikan sebagai in [= di dalam], tetapi juga sebagai with [= dengan].

 

Tanggapan Setulus Tafonao:

 

Dalam Luk 3:16 ini, Yohanes sedang menyatakan yang lebih berkuasa atau yang lebih besar dari dia bukan masalah praktisnya. Kemudian, itu juga tidak cocok kalau diartikan sebagai percik, karena dalam frasa berikutnya dikatakan ‘Ia akan membatiskamu dengan Roh Kudus dan dengan api’. Nah kalau diartikan sebagai percik, apakah Yesus memercik orang-orang dengan Roh Kudus dan memercik dengan api.?

 

Tanggapan Budi Asali:

Kamu lagi-lagi tidak menjawab argumentasiku tetapi menyimpangkannya, dan lalu menyerang balik. Aku tidak gubris seranganmu, karena kamu yang harus jawab argumentasiku dulu!!

Jawab aku! Bagaimana bisa orang direndam / diselam dengan air? Apakah bukan lebih cocok mengatakan ‘orang direndam / diselam di dalam air’?

Dan kalau dipercik itu lebih cocok, karena orang memang dipercik dengan air, bukan dipercik DI DALAM air!!!

 

 

Kesimpulan: baptisan selam bukan satu-satunya baptisan yang sah. Karena itu kalau saudara sudah dibaptis dengan baptisan percik atau tuang, jangan percaya kepada orang yang mengharuskan saudara dibaptis ulang dengan baptisan selam. Ingat bahwa pada waktu saudara dibaptis ulang, saudara menghina baptisan yang pertama!

 

Tanggapan Setulus Tafonao:

 

Kesimpulan: percik tidak pernah diartikan sebagai baptisan. Karena percik dalam bahasa Yunani adalah RANTIZO bukan BAPTIZO

 

Tanggapan Budi Asali:

Arti yang kamu berikan sudah aku hancurkan di atas. Tak perlu aku jawab lagi.

Kalau BAPTIZO bisa berarti non selam, tidak ada rumus / dasar apapun yang mengharuskan untuk menggunakan RANTIZO. Sangat mungkin bahwa Alkitab memang tidak mau mengajarkan bahwa baptisan yang sah HANYA percik, sehingga penulis-penulis Alkitab tidak menggunakan RANTIZO, tetapi menggunakan BAPTIZO, yang memungkinkan banyak arti!

 

-o0o-

 

 

Author : Pdt. Budi Asali,M.Div.

E-mail : [email protected]

e-mail us at [email protected]

http://golgothaministry.org

Link ke Channel Video Khotbah2 Pdt. Budi Asali di Youtube:

https://www.youtube.com/channel/UCP6lW2Ak1rqIUziNHdgp3HQ

Channel Live Streaming Youtube :  bit.ly/livegkrigolgotha / budi asali