Golgotha School of Ministry

(Rungkut Megah Raya Blok D No 16)

Rabu, tgl 12 Juli 2017, pk 19.00

Pdt. Budi Asali, M. Div.

 

ALLAH TRITUNGGAL(5)

 

b) Penggunaan kata bentuk jamak untuk Allah atau dalam hubungannya dengan Allah:

 

1. Kata ganti orang bentuk jamak.

 

Contoh: kata ‘Kita’ dalam Kej 1:26  3:22  11:7.

 

Kej 1:26 - “Berfirmanlah Allah: ‘Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi.’”.

 

Kej 3:22 - “Berfirmanlah TUHAN Allah: ‘Sesungguhnya manusia itu telah menjadi seperti salah satu dari Kita, tahu tentang yang baik dan yang jahat; maka sekarang jangan sampai ia mengulurkan tangannya dan mengambil pula dari buah pohon kehidupan itu dan memakannya, sehingga ia hidup untuk selama-lamanya.’”.

 

Kej 11:7 - “Baiklah Kita turun dan mengacaubalaukan di sana bahasa mereka, sehingga mereka tidak mengerti lagi bahasa masing-masing.’”.

 

Ada 2 macam bantahan terhadap argumentasi ini:

 

a. Ada yang mengatakan bahwa pada waktu Allah menggunakan ‘Kita’ dalam Kej 1:26, maka saat itu Ia berbicara kepada para malaikat. Jadi itu tidak menunjukkan ‘kejamakan dalam diri Allah’. Tetapi kata ‘Kita’ dalam Kej 1:26 itu tidak mungkin diartikan seperti itu karena:

 

(1)Tidak mungkin Allah berunding dengan ciptaanNya / minta nasehat dari ciptaanNya, karena kalau demikian maka akan bertentangan dengan ayat-ayat di bawah ini.

 

Yes 40:13-14 - “(13) Siapa yang dapat mengatur Roh TUHAN atau memberi petunjuk kepadaNya sebagai penasihat? (14) Kepada siapa TUHAN meminta nasihat untuk mendapat pengertian, dan siapa yang mengajar TUHAN untuk menjalankan keadilan, atau siapa mengajar Dia pengetahuan dan memberi Dia petunjuk supaya Ia bertindak dengan pengertian?”.

 

Ro 11:34 - “Sebab, siapakah yang mengetahui pikiran Tuhan? Atau siapakah yang pernah menjadi penasihatNya?”.

 

(2)Kalau kata ‘Kita’ menunjuk kepada ‘Allah dan malaikat’, maka itu berarti bahwa:

(a)Allah adalah pencipta / creator dan malaikat adalah rekan pencipta (co creator).

(b)Manusia dicipta menurut gambar dan rupa malaikat.

Kedua kesimpulan ini jelas tidak alkitabiah.

 

b. Juga ada yang mengatakan bahwa bentuk jamak ini hanya merupakan ‘majestic plural’ [= bentuk jamak yang bersifat / menunjukkan keagungan].

 

Bahkan beberapa penafsir Kristen juga mengatakan seperti ini.

 

Keil & Delitzsch (tentang Kej 1:26): “The plural ‘We’ was regarded by the fathers and earlier theologians almost unanimously as indicative of the Trinity: modern commentators, on the contrary, regard it either as ‘pluralis majestatis;’ or as an address by God to Himself, the subject and object being identical;” [= Bentuk jamak ‘Kita’ dianggap oleh bapa-bapa gereja dan ahli-ahli theologia mula-mula hampir dengan suara bulat sebagai suatu petunjuk tentang Tritunggal: penafsir-penafsir modern, sebaliknya, menganggapnya atau sebagai ‘bentuk jamak dari keagungan’; atau sebagai suatu ucapan oleh Allah kepada diriNya sendiri, dimana subyeknya identik dengan obyeknya;].

 

Bob Utley (tentang Kej 1:26): There has been much discussion over the PLURAL ‘us.’ Philo and Eben Ezra say it is ‘the plural of majesty,’ but this grammatical form does not occur until much later in Jewish literary history (NET Bible says it does not occur with VERBS, p. 5); [= Di sana telah ada banyak diskusi tentang bentuk jamak ‘Kita’. Philo dan Eben Ezra mengatakan bahwa itu adalah ‘bentuk jamak dari keagungan’, tetapi bentuk gramatika ini tidak / belum muncul sampai jauh belakangan dalam sejarah literatur Yahudi (Alkitab NET mengatakan itu tidak terjadi dengan kata-kata kerja, hal 5.)] - Libronix.

 

Saya sama sekali tak setuju terhadap pandangan bahwa kata ganti orang ‘Kita’ menunjuk pada ‘majestic plural’, dengan alasan-alasan sebagai berikut:

 

(1)Kalau memang demikian, mengapa hanya sedikit ayat-ayat yang menggunakan bentuk jamak seperti ini? Dan kalau bentuk jamaknya menunjukkan keagungan, lalu bentuk tunggalnya menunjukkan ketidak-agungan?

 

(2)Penggunaan kata ganti orang bentuk jamak itu tidak terjadi pada waktu Alkitab menceritakan raja-raja duniawi berbicara.

Perhatikan komentar Albert Barnes di bawah ini.

 

Barnes’ Notes (tentang Kej 1:26): “The plural form of the sentence raises the question, With whom took he counsel on this occasion? Was it with himself, and does he here simply use the plural of majesty? Such was not the usual style of monarchs in the ancient East. Pharaoh says, ‘I have dreamed a dream’ (Gen 41:15). Nebuchadnezzar, ‘I have dreamed’ (Dan 2:3). Darius the Mede, ‘I make a decree’ (Dan 6:26). Cyrus, ‘The Lord God of heaven hath given me all the kingdoms of the earth’ (Ezra 1:2). Darius, ‘I make a decree’ (Ezra 5:8). We have no ground, therefore, for transferring it to the style of the heavenly King.” [= Bentuk jamak dari kalimat itu menimbulkan pertanyaan, ‘Dengan siapa Ia berunding pada peristiwa ini? Apakah dengan diriNya sendiri, dan apakah Ia di sini sekedar / hanya menggunakan bentuk jamak dari keagungan? Yang seperti itu bukanlah gaya biasanya dari raja-raja di Timur kuno. Firaun berkata, ‘Aku bermimpi sebuah mimpi’ (Kej 41:15). Nebukadnezar, ‘Aku telah bermimpi’ (Dan 2:3). Darius orang Media, ‘Aku membuat suatu ketetapan / dekrit’ (Dan 6:26). Koresh, ‘Tuhan Allah dari surga telah memberi aku semua kerajaan-kerajaan dari bumi’ (Ezra 1:2). Darius, ‘Aku membuat suatu ketetapan / dekrit’ (Ezra 5:8). Karena itu, kita tidak mempunyai dasar untuk mentransfer / mengubah / memindahkannya pada gaya dari Raja surgawi.] - PC Study Bible versi 5.

 

(3)Disamping itu, kata ganti orang bentuk tunggal dan jamak untuk menyatakan Allah, keluar sekaligus dalam satu ayat, yaitu dalam Yes 6:8.

 

Yes 6:8 - “Lalu aku mendengar suara Tuhan berkata: ‘Siapakah yang akan Kuutus, dan siapakah yang mau pergi untuk Aku?’ Maka sahutku: ‘Ini aku, utuslah aku!’”.

Catatan: Dalam Yes 6:8 ini, Kitab Suci bahasa Indonesia (baik terjemahan lama maupun baru) salah terjemahan! Kata ‘Aku’ itu seharusnya ‘Kami’.

 

NASB:  “Whom shall I send and who will go for Us?” [= Siapa yang akan Kuutus dan siapa yang mau pergi untuk Kami?].

KJV/RSV/NIV menterjemahkan seperti NASB.

 

Bahwa terjemahan Alkitab bahasa Inggris ini yang benar, bisa dicek di Bible Works. Dalam bahasa Ibrani digunakan kata Ibrani לָ֑נוּ  (LANU) yang artinya memang ‘for us’ [= untuk Kami].

 

Jadi, mau ditafsirkan bagaimana ayat ini? Waktu digunakan ‘Us’ [= Kami] itu menunjukkan keagungan Allah, dan waktu digunakan ‘I’ [= Aku] itu menunjukkan ketidak-agungan Allah???

 

(4)Kalau kata ganti orang bentuk jamak menunjukkan keagungan Allah, apakah kata kerja bentuk jamak dan kata sifat bentuk jamak juga demikian??

Catatan: tentang penggunaan kata kerja bentuk jamak dan kata sifat bentuk jamak untuk Allah, lihat di bawah.

 

Calvin (tentang Kej 1:26): Christians, therefore, properly contend, from this testimony, that there exists a plurality of Persons in the Godhead. [= Karena itu, orang-orang Kristen secara benar berpendapat / menegaskan, dari kesaksian ini, bahwa di sana ada suatu kejamakan dari Pribadi-pribadi dalam diri Allah.].

 

Matthew Henry (tentang Kej 1:26): “‘Let us make man.’ The three persons of the Trinity, Father, Son, and Holy Ghost, consult about it and concur in it,” [= ‘Marilah Kita membuat manusia’. Ketiga Pribadi dari Tritunggal, Bapa, Anak, dan Roh Kudus, berkonsultasi tentangnya dan setuju / sependapat dalam hal itu,].

 

Adam Clarke (tentang Kej 1:26): “The text tells us he was the work of ‎ELOHIM‎, the Divine Plurality, marked here more distinctly by the plural pronouns US and OUR;[= Text ini memberitahu kita bahwa ia adalah pekerjaan dari ELOHIM, Kejamakan Ilahi, ditandai di sini secara lebih jelas oleh kata-kata ganti orang ‘Kita’ (‘Us’) dan ‘Kita’ (‘Our’)].

Kej 1:26a - Berfirmanlah Allah: ‘Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita,.

KJV: And God said, Let us make man in our image, after our likeness: [= Dan Allah berkata, Marilah Kita membuat manusia dalam gambar Kita, menurut rupa Kita:].

 

Barnes’ Notes (tentang Kej 1:26): Only a plurality of persons can justify the phrase. Hence, we are forced to conclude that the plural pronoun indicates a plurality of persons or hypostases in the Divine Being.[= Hanya suatu kejamakan Pribadi-pribadi bisa membenarkan ungkapan itu. Maka, kita dipaksa untuk menyimpulkan bahwa kata ganti orang bentuk jamak menunjukkan suatu kejamakan pribadi-pribadi dalam Keberadaan Ilahi / Diri Allah.].

 

2. Kata kerja bentuk jamak.

 

Contoh:

 

a. Kej 20:13 - “Ketika Allah menyuruh aku mengembara keluar dari rumah ayahku, berkatalah aku kepada isteriku: Tunjukkanlah kasihmu kepadaku, yakni: katakanlah tentang aku di tiap-tiap tempat di mana kita tiba: Ia saudaraku.’”.

 

Kata-kata ‘menyuruh aku mengembara’ dalam bahasa Ibraninya [הִתְע֣וּ (HITU)] adalah kata kerja bentuk jamak.

 

b. Kej 35:7 - “Didirikannyalah mezbah di situ, dan dinamainyalah tempat itu El-Betel, karena Allah telah menyatakan diri kepadanya di situ, ketika ia lari terhadap kakaknya”.

 

Kata ‘telah menyatakan’ dalam bahasa Ibraninya [נִגְל֤וּ (NIGLU)] adalah kata kerja bentuk jamak.

 

c. 2Sam 7:23 - “Dan bangsa manakah di bumi seperti umatMu Israel, yang Allahnya pergi membebaskannya menjadi umatNya, untuk mendapat nama bagiNya dengan melakukan perbuatan-perbuatan yang besar dan dahsyat bagi mereka, dan dengan menghalau bangsa-bangsa dan para allah mereka dari depan umatNya?”.

 

Kata ‘pergi’ dalam bahasa Ibraninya [הָלְכֽוּ (HALEKU)] adalah kata kerja bentuk jamak.

 

Pulpit Commentary (tentang 2Sam 7:23): “It is remarkable that in this place the word for ‘God,’ Elohim, is followed by a verb plural, the almost invariable rule in Hebrew being that, though Elohim is itself plural, it takes a verb singular whenever it refers to the true God. In the corresponding passage (1 Chron 17:21) the verb is in the singular” [= Adalah hal yang luar biasa / patut diperhatikan bahwa di tempat ini kata untuk ‘Allah’’, ELOHIM, diikuti oleh suatu kata kerja bentuk jamak, karena peraturan yang hampir konstan / tak berubah dalam bahasa Ibrani adalah bahwa sekalipun ELOHIM itu sendiri adalah kata bentuk jamak, tetapi kata itu menggunakan suatu kata kerja bentuk tunggal kapanpun kata itu menunjuk pada Allah yang benar. Dalam text yang sesuai / paralel (1Taw 17:21) kata kerja itu ada dalam bentuk tunggal.].

 

1Taw 17:21 - Dan bangsa manakah di bumi seperti umatMu Israel, yang Allahnya pergi membebaskannya menjadi umatNya, untuk mendapat nama bagiMu dengan perbuatan-perbuatan yang besar dan dahsyat, dan dengan menghalau bangsa-bangsa dari depan umatMu yang telah Kaubebaskan dari Mesir?.

 

Kata ‘pergi’ dalam ayat ini dalam bahasa Ibraninya [הָלַ֙ךְ (HALAK)] memang merupakan kata kerja bentuk tunggal.

 

d. Maz 58:12 - “Dan orang akan berkata: ‘Sesungguhnya ada pahala bagi orang benar, sesungguhnya ada Allah yang memberi keadilan di bumi.’”.

 

Kata-kata ‘memberi keadilan’ dalam bahasa Ibraninya [שֹׁפְטִ֥ים (SHOPTIM)] merupakan suatu kata kerja (participle) dalam bentuk jamak.

 

Padahal dalam ayat-ayat di atas ini, subyeknya adalah kata ‘ELOHIM’ yang digunakan untuk menyatakan Allah yang esa.

 

3. Kata-kata bentuk jamak lainnya seperti dalam:

 

a. Pkh 12:1 - “Ingatlah akan Penciptamu pada masa mudamu, sebelum tiba hari-hari yang malang dan mendekat tahun-tahun yang kaukatakan: ‘Tak ada kesenangan bagiku di dalamnya!’,”.

 

Kata ‘pencipta’ (creator), dalam bahasa Ibraninya [בּ֣וֹרְאֶ֔יךָ (BOREEKA)] merupakan suatu kata kerja (participle) dalam bentuk jamak, sehingga seharusnya terjemahan hurufiahnya adalah ‘creators [= pencipta-pencipta].

 

b. Maz 149:2 - “Biarlah Israel bersukacita atas Yang menjadikannya, biarlah bani Sion bersorak-sorak atas raja mereka!”.

 

Kata-kata ‘atas yang menjadikannya’, dalam bahasa Ibraninya [בְּעֹשָׂ֑יו (BEOSAV)] merupakan suatu kata kerja (participle) dalam bentuk jamak.

 

c. Yos 24:19 - “Tetapi Yosua berkata kepada bangsa itu: ‘Tidaklah kamu sanggup beribadah kepada TUHAN, sebab Dialah Allah yang kudus, Dialah Allah yang cemburu. Ia tidak akan mengampuni kesalahan dan dosamu”.

 

Dalam bahasa Ibraninya, kata ‘kudus’ [קְדֹשִׁ֖ים (QEDOSHIM)] ada dalam bentuk jamak, tetapi kata ‘cemburu’ [קַנּ֣וֹא (QANO)] ada dalam bentuk tunggal.

 

Jadi, kalau dalam Yes 6:8 digunakan kata ganti orang bentuk tunggal dan jamak untuk menunjuk kepada Allah, maka dalam Yos 24:19 digunakan kata sifat bentuk tunggal dan jamak untuk diri Allah.

 

c) Beberapa ayat dalam Kitab Suci membedakan Allah yang satu dengan Allah yang lain (seakan-akan ada lebih dari satu Allah).

 

1. Maz 45:7-8 - “(7) Takhtamu kepunyaan Allah, tetap untuk seterusnya dan selamanya, dan tongkat kerajaanmu adalah tongkat kebenaran. (8) Engkau mencintai keadilan dan membenci kefasikan; sebab itu Allah, Allahmu, telah mengurapi engkau dengan minyak sebagai tanda kesukaan, melebihi teman-teman sekutumu”.

 

Karena dalam ayat ini Alkitab Indonesia salah terjemahan, mari kita lihat terjemahan NASB di bawah ini.

 

Psalm 45:6-7 (NASB): Thy throne, O God, is forever and ever ... Therefore God, Thy God has anointed Thee’ [= TahtaMu, Ya Allah, kekal selama-lamanya. ... Karena itu, Allah, AllahMu telah mengurapi Engkau].

 

Bandingkan dengan Ibr 1:8-9 - “(8) Tetapi tentang (kepada) Anak Ia berkata: ‘TakhtaMu, ya Allah, tetap untuk seterusnya dan selamanya, dan tongkat kerajaanMu adalah tongkat kebenaran. (9) Engkau mencintai keadilan dan membenci kefasikan; sebab itu Allah, AllahMu telah mengurapi Engkau dengan minyak sebagai tanda kesukaan, melebihi teman-teman sekutuMu.’”.

 

2. Maz 110:1 - [Mazmur Daud.] Demikianlah firman TUHAN kepada tuanku: ‘Duduklah di sebelah kananKu, sampai Kubuat musuh-musuhmu menjadi tumpuan kakimu.’”.

 

Juga untuk ayat ini perhatikan terjemahan NASB di bawah ini.

 

Psalm 110:1 (NASB): The LORD says to my Lord ...’ [= TUHAN berkata kepada Tuhanku].

 

Bandingkan dengan Mat 22:41-45 - “(41) Ketika orang-orang Farisi sedang berkumpul, Yesus bertanya kepada mereka, kataNya: (42) ‘Apakah pendapatmu tentang Mesias? Anak siapakah Dia?’ Kata mereka kepadaNya: ‘Anak Daud.’ (43) KataNya kepada mereka: ‘Jika demikian, bagaimanakah Daud oleh pimpinan Roh dapat menyebut Dia Tuannya, ketika ia berkata: (44) Tuhan telah berfirman kepada Tuanku: duduklah di sebelah kananKu, sampai musuh-musuhMu Kutaruh di bawah kakiMu. (45) Jadi jika Daud menyebut Dia Tuannya, bagaimana mungkin Ia anaknya pula?’”.

 

Catatan: dalam Maz 110:1, RSV menterjemahkan ‘lord’ [= tuhan / tuan], tetapi KJV/NIV/NASB menterjemahkan ‘Lord’ [= Tuhan]. Sedangkan dalam Mat 22:43,44,45, KJV/RSV/NIV/NASB semua menterjemahkan ‘Lord’ [= Tuhan]. Jelas bahwa terjemahan yang benar adalah ‘Lord’ [= Tuhan], karena dalam Mat 22:41-45 itu jelas bahwa Yesus sedang berusaha untuk membuktikan keilahianNya kepada orang-orang Yahudi.

 

H. P. Liddon: “David’s Son is David’s Lord. ... David describes his great descendant Messiah as his ‘Lord’ (Psa. 110:1). ... He is David’s descendant; the Pharisees knew that truth. But He is also David’s Lord. How could He both if He was merely human? The belief of Christendom can alone answer the question which our Lord addressed to the Pharisees. The Son of David is David’s Lord because He is God; the Lord of David is David’s Son because He is God incarnate.” [= ‘Anak dari Daud’ adalah ‘Tuhan dari Daud’. ... Daud menggambarkan keturunannya yang agung, Mesias, sebagai ‘Tuhan’nya (Maz 110:1). ... Ia adalah keturunan dari Daud; orang-orang Farisi mengetahui kebenaran itu. Tetapi Ia juga adalah ‘Tuhan dari Daud’. Bagaimana Ia bisa adalah keduanya jika Ia hanya manusia semata-mata? Hanya kepercayaan dari orang-orang kristen yang bisa menjawab pertanyaan yang ditujukan oleh Tuhan kita kepada orang-orang Farisi. ‘Anak dari Daud’ adalah ‘Tuhan dari Daud’ karena Ia adalah Allah; ‘Tuhan dari Daud’ adalah ‘Anak dari Daud’ karena Ia adalah Allah yang berinkarnasi / menjadi manusia.] - ‘The Divinity of the Lord and Saviour Jesus Christ’, hal 43.

 

Jadi dalam Maz 110:1 itu TUHAN (YAHWEH) berkata kepada Yesus, yang adalah Tuhan dan Allah!

 

3. Hos 1:7 - “Tetapi Aku akan menyayangi kaum Yehuda dan menyelamatkan mereka demi (oleh / dengan) TUHAN, Allah mereka. Aku akan menyelamatkan mereka bukan dengan panah atau pedang, dengan alat perang atau dengan kuda dan orang-orang berkuda.’”.

Catatan: kata ‘demi’ itu salah terjemahan, seharusnya ‘oleh / dengan’.

NASB: ‘But I will have compassion on the house of Judah and deliver them by the LORD their God, and will not deliv­er them by bow, sword, battle, horses, or horseman’ [= Tetapi Aku akan berbelaskasihan kepada kaum Yehuda dan menyelamatkan mereka dengan / oleh TUHAN Allah mereka, dan tidak akan menyelamatkan mereka oleh / dengan busur, pedang, pertempuran, kuda-kuda, atau penunggang-penunggang kuda].

 

4. Kej 19:24 - “Kemudian TUHAN menurunkan hujan belerang dan api atas Sodom dan Gomora, berasal dari TUHAN, dari langit;”.

KJV: Then the LORD rained upon Sodom and upon Gomorrah brimstone and fire from the LORD out of heaven; [= Lalu / maka TUHAN menghujani pada / atas Sodom dan pada / atas Gomora, dari TUHAN dari surga;].

 

Baca ceritanya mulai Kej 18:1-dst, maka akan terlihat bahwa TUHAN turun dalam bentuk manusia menemui Abraham. Sekarang di sini, TUHAN yang turun / di bumi itu menurunkan hujan api dan belerang, yang ‘berasal dari TUHAN, dari langit;’.

 

5. Amsal 8 berbicara tentang ‘hikmat Allah’.

Amsal 8:22-31 - “(22) TUHAN telah menciptakan [KJV/NASB: ‘possessed’ {= memiliki}] aku sebagai permulaan pekerjaanNya, sebagai perbuatanNya yang pertama-tama dahulu kala. (23) Sudah pada zaman purbakala aku dibentuk [Literal: ‘I was appointed’ {= Aku telah ditetapkan}], pada mula pertama, sebelum bumi ada. (24) Sebelum air samudera raya ada, aku telah lahir, sebelum ada sumber-sumber yang sarat dengan air. (25) Sebelum gunung-gunung tertanam dan lebih dahulu dari pada bukit-bukit aku telah lahir; (26) sebelum Ia membuat bumi dengan padang-padangnya atau debu dataran yang pertama. (27) Ketika Ia mempersiapkan langit, aku di sana, ketika Ia menggaris kaki langit pada permukaan air samudera raya, (28) ketika Ia menetapkan awan-awan di atas, dan mata air samudera raya meluap dengan deras, (29) ketika Ia menentukan batas kepada laut, supaya air jangan melanggar titahNya, dan ketika Ia menetapkan dasar-dasar bumi, (30) aku ada sertaNya sebagai anak kesayangan, setiap hari aku menjadi kesenanganNya, dan senantiasa bermain-main di hadapanNya; (31) aku bermain-main di atas muka bumiNya dan anak-anak manusia menjadi kesenanganku.”.

 

Kalau dilihat dari istilahnya, yaitu ‘hikmat Allah’ [the wisdom of God {= hikmat dari / milik Allah}], maka jelas bahwa ‘hikmat Allah’ ini tidak sama dengan Allah.

Tetapi Amsal 8 ini lalu mempersonifikasikan ‘hikmat Allah’ itu dan menunjukkannya sebagai seorang pribadi yang bersifat kekal (Yesus). Dengan kata lain, hikmat Allah itu juga adalah Allah (bdk. 1Kor 1:24b - “Kristus adalah kekuatan Allah dan hikmat Allah.”).

 

6. Penampilan dari Malaikat TUHAN (Kej 16:2-13 22:11,16 31:11,13  48:15,16  Kel 3:2,4,5  Hak 13:20-22).

Sama seperti istilah ‘hikmat Allah’ di atas, maka istilah ‘Malai­kat TUHAN’ ini juga menunjukkan bahwa ‘Malaikat TUHAN’ (the Angel of the LORD) ini tidak sama dengan Allah / TUHAN.

Tetapi, sekalipun dalam bagian-bagian tertentu Malaikat TUHAN itu disebut sebagai Malaikat TUHAN, dalam bagian-bagian lain Ia juga disebut sebagai Allah / TUHAN sendiri.

 

Contoh:

 

a. Kej 16:7-13 - “(7) Lalu Malaikat TUHAN menjumpainya dekat suatu mata air di padang gurun, yakni dekat mata air di jalan ke Syur. (8) Katanya: ‘Hagar, hamba Sarai, dari manakah datangmu dan ke manakah pergimu?’ Jawabnya: ‘Aku lari meninggalkan Sarai, nyonyaku.’ (9) Lalu kata Malaikat TUHAN itu kepadanya: ‘Kembalilah kepada nyonyamu, biarkanlah engkau ditindas di bawah kekuasaannya.’ (10) Lagi kata Malaikat TUHAN itu kepadanya: ‘Aku akan membuat sangat banyak keturunanmu, sehingga tidak dapat dihitung karena banyaknya.’ (11) Selanjutnya kata Malaikat TUHAN itu kepadanya: ‘Engkau mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan akan menamainya Ismael, sebab TUHAN telah mendengar tentang penindasan atasmu itu. (12) Seorang laki-laki yang lakunya seperti keledai liar, demikianlah nanti anak itu; tangannya akan melawan tiap-tiap orang dan tangan tiap-tiap orang akan melawan dia, dan di tempat kediamannya ia akan menentang semua saudaranya.’ (13) Kemudian Hagar menamakan TUHAN yang telah berfirman kepadanya itu dengan sebutan: ‘Engkaulah El-Roi.’ Sebab katanya: ‘Bukankah di sini kulihat Dia yang telah melihat aku?’”.

Dalam ay 7,9,10,11 - disebut sebagai ‘Malaikat TUHAN’; tetapi dalam ay 13 disebut sebagai ‘TUHAN’ sendiri.

 

b. Kej 22:11-16 - “(11) Tetapi berserulah Malaikat TUHAN dari langit kepadanya: ‘Abraham, Abraham.’ Sahutnya: ‘Ya, Tuhan.’ (12) Lalu Ia berfirman: ‘Jangan bunuh anak itu dan jangan kauapa-apakan dia, sebab telah Kuketahui sekarang, bahwa engkau takut akan Allah, dan engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal kepadaKu.’ (13) Lalu Abraham menoleh dan melihat seekor domba jantan di belakangnya, yang tanduknya tersangkut dalam belukar. Abraham mengambil domba itu, lalu mengorbankannya sebagai korban bakaran pengganti anaknya. (14) Dan Abraham menamai tempat itu: ‘TUHAN menyediakan’; sebab itu sampai sekarang dikatakan orang: ‘Di atas gunung TUHAN, akan disediakan.’ (15) Untuk kedua kalinya berserulah Malaikat TUHAN dari langit kepada Abraham, (16) kataNya: ‘Aku bersumpah demi diriKu sendiri - demikianlah firman TUHAN -: Karena engkau telah berbuat demikian, dan engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal kepadaKu, ...”.

 

Dalam dalam ay 11a,15 disebut sebagai ‘Malaikat TUHAN’, tetapi dalam ay 11b disebut sebagai ‘Tuhan’.

 

Hal lain yang menunjukkan bahwa Malaikat TUHAN itu adalah Allah / TUHAN sendiri adalah: Malaikat TUHAN itu bersumpah demi diriNya sendiri (Kej 22:16a).

Hal seperti ini tidak dilakukan oleh seorang malaikat biasa, tetapi oleh Allah sendiri.

Bdk. Ibr 6:13,16,17 - “(13) Sebab ketika Allah memberikan janjiNya kepada Abraham, Ia bersumpah demi diriNya sendiri, karena tidak ada orang yang lebih tinggi dari padaNya, ... (16) Sebab manusia bersumpah demi orang yang lebih tinggi, dan sumpah itu menjadi suatu pengokohan baginya, yang mengakhiri segala bantahan. (17) Karena itu, untuk lebih meyakinkan mereka yang berhak menerima janji itu akan kepastian putusanNya, Allah telah mengikat diriNya dengan sumpah,”.

 

Hanya Allah yang bersumpah demi diriNya sendiri, karena tidak ada yang lebih tinggi dari Dia (Ibr 6:13).

 

Bandingkan dengan:

Kel 32:13 - “Ingatlah kepada Abraham, Ishak dan Israel, hamba-hambaMu itu, sebab kepada mereka Engkau telah bersumpah demi diriMu sendiri dengan berfirman kepada mereka: Aku akan membuat keturunanmu sebanyak bintang di langit, dan seluruh negeri yang telah Kujanjikan ini akan Kuberikan kepada keturunanmu, supaya dimilikinya untuk selama-lamanya.’”.

Yer 22:5 - “Tetapi jika kamu tidak mendengarkan perkataan-perkataan ini, maka Aku sudah bersumpah demi diriKu, demikianlah firman TUHAN, bahwa istana ini akan menjadi reruntuhan”.

Yer 44:26 - “Maka dengarkanlah firman TUHAN, hai semua orang Yehuda yang diam di tanah Mesir: Sesungguhnya, Aku telah bersumpah demi namaKu yang besar - firman TUHAN - bahwa namaKu tidak akan diserukan lagi oleh seseorang Yehuda di segenap tanah Mesir, dengan berkata: Demi Tuhan ALLAH yang hidup!”.

Yer 49:13 - “Sebab Aku telah bersumpah demi diriKu, demikianlah firman TUHAN, bahwa Bozra akan menjadi ketandusan, cela, keruntuhan dan kutuk, dan segala kotanya akan menjadi reruntuhan yang kekal.’”.

Yer 51:14 - TUHAN semesta alam telah bersumpah demi diriNya sendiri: Sungguhpun engkau penuh dengan manusia-manusia seperti belalang, tetapi orang akan mengangkat pekik pertempuran terhadapmu”.

Amos 6:8 - Tuhan ALLAH telah bersumpah demi diriNya, - demikianlah firman TUHAN, Allah semesta alam - : ‘Aku ini keji kepada kecongkakan Yakub, dan benci kepada purinya; Aku akan menyerahkan kota serta isinya.’”.

 

Seorang malaikat biasa akan bersumpah demi nama Tuhan, bukan demi dirinya sendiri / namanya sendiri. Bandingkan dengan:

Daniel 12:7 - “Lalu kudengar orang yang berpakaian kain lenan, yang ada di sebelah atas air sungai itu bersumpah demi Dia yang hidup kekal, sambil mengangkat tangan kanan dan tangan kirinya ke langit: ‘Satu masa dan dua masa dan setengah masa; dan setelah berakhir kuasa perusak bangsa yang kudus itu, maka segala hal ini akan digenapi!’”.

Catatan: bahwa ‘orang’ ini adalah malaikat biasa terlihat dari Daniel 10.

 

Wah 10:5-6 - “(5) Dan malaikat yang kulihat berdiri di atas laut dan di atas bumi, mengangkat tangan kanannya ke langit, (6) dan ia bersumpah demi Dia yang hidup sampai selama-lamanya, yang telah menciptakan langit dan segala isinya, dan bumi dan segala isinya, dan laut dan segala isinya, katanya: ‘Tidak akan ada penundaan lagi!”.

 

Jadi, dari fakta bahwa Malaikat TUHAN itu bersumpah demi diriNya sendiri, jelas bahwa Malaikat TUHAN itu adalah Tuhan / Allah sendiri.

 

c. Kel 23:20-23 - “(20) ‘Sesungguhnya Aku mengutus seorang malaikat berjalan di depanmu, untuk melindungi engkau di jalan dan untuk membawa engkau ke tempat yang telah Kusediakan. (21) Jagalah dirimu di hadapannya dan dengarkanlah perkataannya, janganlah engkau mendurhaka kepadanya, sebab pelanggaranmu tidak akan diampuninya, sebab namaKu ada di dalam dia. (22) Tetapi jika engkau sungguh-sungguh mendengarkan perkataannya, dan melakukan segala yang Kufirmankan, maka Aku akan memusuhi musuhmu, dan melawan lawanmu. (23) Sebab malaikatKu akan berjalan di depanmu dan membawa engkau kepada orang Amori, orang Het, orang Feris, orang Kanaan, orang Hewi dan orang Yebus, dan Aku akan melenyapkan mereka”.

Ada 2 hal yang perlu dipersoalkan:

(1)Dari kata-kata ‘namaKu ada di dalam dia’, Adam Clarke menganggap bahwa malaikat ini adalah Malaikat Perjanjian, yaitu Yesus Kristus sendiri.

Semua ini menunjukkan bahwa Malaikat TUHAN itu adalah Allah / TUHAN sendiri.

(2)Kata-kata ‘pelanggaranmu tidak akan diampuninya’, menunjukkan bahwa Malaikat Tuhan itu bisa mengampuni dosa. Tentang hal ini Adam Clarke memberikan komentar sebagai berikut:

Adam Clarke: “‘He will not pardon your transgressions.’ He is not like a man, with whom ye may think that ye may trifle, were he either man or angel, in the common acceptation of the term, it need not be said, He will not pardon your transgressions, for neither man nor angel could do it.” [= ‘Ia tidak akan mengampuni pelanggaranmu’. Ia bukan seperti seorang manusia, dengan siapa engkau bisa berpikir / menganggap bahwa engkau boleh menyepelekan; seandainya Ia adalah manusia atau malaikat, dalam arti yang biasa diterima, tidak perlu dikatakan, ‘Ia tidak akan mengampuni pelanggaranmu’, karena baik manusia maupun malaikat tidak bisa melakukannya.].

 

-bersambung-

 

Author : Pdt. Budi Asali,M.Div.

E-mail : [email protected]

e-mail us at [email protected]

http://golgothaministry.org

Link ke Channel Video Khotbah2 Pdt. Budi Asali di Youtube:

https://www.youtube.com/channel/UCP6lW2Ak1rqIUziNHdgp3HQ

 

 

 

 



NET NET Bible: New English Translation, Second Beta Edition