(Jl. Dinoyo 19b, lantai 3)
Rabu, tgl 12 Maret 2008, pk 17.00
Pdt. Budi Asali, M. Div.
(8:
7064-1331 / 6050-1331)
Yoh 19:25-27:
“(25) Dan
dekat salib Yesus berdiri ibuNya dan saudara ibuNya, Maria, isteri Klopas dan
Maria Magdalena. (26) Ketika Yesus melihat ibuNya dan murid yang dikasihiNya di
sampingnya, berkatalah Ia kepada ibuNya: ‘Ibu, inilah, anakmu!’ (27)
Kemudian kataNya kepada muridNya: ‘Inilah ibumu!’ Dan sejak saat itu murid
itu menerima dia di dalam rumahnya.”.
c)
“Ketika
Yesus melihat ibuNya dan murid yang dikasihiNya di sampingnya, berkatalah Ia
kepada ibuNya: ‘Ibu, inilah, anakmu!’ Kemudian kataNya kepada muridNya:
‘Inilah ibumu!’ Dan sejak saat itu murid itu menerima dia di dalam rumahnya’”.
1.
Penafsiran salah dari Arthur Pink.
Arthur
W. Pink: “She
stood by the Cross. And as she stood there the Saviour exclaimed, ‘Woman,
behold thy Son!’ (John 19:26). There, summed up in a single word, is
expressed the need of every descendant of Adam - to turn the eye away from the
world, off from self, and to look by faith to the Saviour that died for
sinners. ... salvation comes by Beholding - ‘Behold the Lamb of God which
takes away the sin of the world.’ ... Reader, have you thus beheld that Divine
Sufferer? Have you seen Him dying on the Cross the just for the unjust, that He
might bring us to God? Mary the mother of Christ needed to ‘behold’ Him, and
so do you. Then look, look unto Christ and be ye saved” [= Ia berdiri di
dekat Salib. Dan pada waktu ia berdiri di sana sang Juruselamat berseru:
‘Perempuan, lihatlah Anakmu!’ (Yoh 19:26). Di sana, diringkas
dalam satu kata, dinyatakan kebutuhan dari setiap keturunan Adam - untuk
memalingkan mata dari dunia, dari diri sendiri, dan memandang dengan iman
kepada sang Juruselamat yang mati untuk orang-orang berdosa. ... keselamatan
datang oleh memandang - ‘Lihatlah anak domba Allah yang mengangkut dosa isi
dunia’. ... Pembaca, sudahkah engkau memandang seperti itu kepada Penderita
Ilahimu? Sudahkah engkau melihat Dia mati pada kayu salib, orang benar untuk
orang yang tidak benar, supaya Ia bisa membawa kita kepada Allah? Maria, ibu
Kristus, butuh untuk ‘memandang’ Dia, dan demikian juga dengan kamu. Maka
lihatlah, lihatlah kepada Kristus dan biarlah engkau diselamatkan] - ‘The
Seven Sayings of the Saviour on the Cross’, hal 60.
Ini
salah, karena A. W. Pink menafsirkan bahwa yang dimaksud oleh Yesus dengan kata ‘Son’
/ ‘anak’ adalah diriNya sendiri, padahal sebetulnya yang dimaksud oleh Yesus
dengan ‘son’ / ‘anak’ bukanlah diriNya sendiri, tetapi Yohanes.
Jadi kata ‘Son’ / ‘Anak’ tidak seharusnya dimulai dengan huruf
besar.
Lenski:
“‘Behold, thy son!’ has been misunderstood to mean, ‘Behold, me,
thy son!’ Mary has enough to bear; Jesus is not harrowing her feelings with
such a word. This interpretation mars the entire act, for it makes the word of
Jesus to John rather senseless” (= ‘Lihatlah, anakmu!’ telah
disalah-mengerti sebagai berarti, ‘Lihatlah, Aku, anakmu!’ Maria telah
menanggung cukup banyak; Yesus tidak sedang menyiksa perasaannya dengan
kata-kata seperti itu. Penafsiran ini merusak seluruh bagian, karena itu membuat
kata-kata Yesus kepada Yohanes menjadi tidak berarti) - hal 1298-1299.
Memang,
kalau kata ‘anakmu’ kepada Maria itu diartikan menunjuk kepada Yesus,
lalu kata-kata Yesus ‘Inilah ibumu’ kepada Yohanes harus diartikan
sebagai apa?
2. Penafsiran salah /
sesat dari Gereja Roma Katolik tentang kata-kata Yesus ini.
Kata-kata
Yesus kepada Maria di sini dijadikan dasar oleh Gereja Roma Katolik untuk
mengajarkan bahwa Maria adalah Bunda Gereja!
Lenski:
“What has Roman Catholicism made of this word of the dying Savior? Like
Pius IX, Jesus, too, we are told, by this word of his makes Mary the patroness
of all Christians who are here represented by the disciple John. It was not Mary
who needed John, but John and with him and in him all other Christians who
needed Mary. One of these Mary worshippers writes that ‘in the person of John
Mary receives all Christians as her children. And this capacity of Mary entitles
us to the right and the trust, that we place all our interest in her hands.’
What a reversal of the facts! Had Jesus been dependent on Mary, and not she on
him? Has she during his ministry provided for him, and not he for her? And since
when is all Christendom represented in John?” [= Apa yang telah diperbuat
oleh ajaran Roma Katolik tentang kata-kata dari sang Juruselamat yang sedang mau
mati ini? Seperti Pius IX, kita diberitahu bahwa Yesus juga, dengan kata-kataNya
membuat Maria sebagai pelindung dari semua orang Kristen, yang di sini diwakili
oleh sang murid Yohanes. Bukan Maria yang membutuhkan Yohanes, tetapi Yohanes,
dan bersama dia dan di dalam dia semua orang Kristen yang lain, yang membutuhkan
Maria. Salah satu dari penyembah-penyembah Maria ini menulis bahwa ‘dalam diri
Yohanes, Maria menerima semua orang Kristen sebagai anak-anaknya. Dan kapasitas
dari Maria ini memberi hak kepada kita pada hak dan kepercayaan, sehingga kita
menempatkan seluruh kepentingan kita dalam tangannya’. Betul-betul suatu
pembalikan fakta! Apakah Yesus yang selama ini telah bergantung kepada Maria,
dan bukannya ia (Maria) kepadaNya (Yesus)? Apakah selama
pelayananNya ia (Maria) yang memberi pemeliharaan untukNya (Yesus),
dan bukannya Dia (Yesus) untuknya (Maria)? Dan sejak kapan seluruh
umat Kristen diwakili oleh Yohanes?] - hal 1299.
J.
C. Ryle: “We
should mark what a strong condemnation the passage supplies to the whole system
of Mary-worship, as held by the Roman Catholic Church. There is not here a trace
of the doctrine that Mary is patroness of the saints, protectress of the Church,
and one who can help others. On the contrary, we see her requiring protection
herself, and commended to the care and protection of a disciple! Hengstenberg
remarks, ‘Our Lord’s design was not to provide for John, but to provide for
His mother.’ Alford observes, ‘The Romanist idea that the Lord commended all
His disciples as represented by the beloved one, to the patronage of His mother
is simply absurd.’” (= Kita harus memperhatikan betapa kuatnya text ini
memberi kecaman terhadap seluruh sistim dari penyembahan Maria, seperti yang
dipercaya oleh Gereja Roma Katolik. Di sini tidak ada jejak dari doktrin bahwa
Maria adalah pelindung dari orang-orang kudus, pelindung dari Gereja, dan orang
yang bisa menolong orang lain. Sebaliknya, kita melihat dia sendiri membutuhkan
perlindungan, dan dipercayakan / dititipkan pada pemeliharaan dan perlindungan
dari seorang murid! Hengstenberg berkata: ‘Tujuan Tuhan kita bukanlah untuk
memelihara Yohanes, tetapi untuk memelihara ibuNya’. Alford berkata:
‘Gagasan dari ajaran Roma bahwa Tuhan mempercayakan semua murid-muridNya, yang
diwakili oleh murid yang dikasihi, pada perlindungan dari ibuNya sama sekali
menggelikan’) - ‘Expository Thoughts on the Gospels’, (John
volume III), hal 350-351.
Loraine
Boettner juga mengatakan (‘Roman Catholicism’, hal 155) bahwa
kata-kata Yesus kepada Yohanes ‘Inilah ibumu’, oleh Gereja Roma
Katolik diartikan menunjuk kepada semua manusia, pada saat itu maupun yang akan
datang, dan dengan demikian Yesus menyerahkan semua manusia kepada Maria sebagai
anak-anaknya!
Kesalahan
penafsiran ini terlihat makin jelas kalau kita memperhatkan ay 26-27 ini dengan
teliti.
Ay 26-27:
“(26) Ketika Yesus melihat ibuNya dan murid yang dikasihiNya di sampingnya,
berkatalah Ia kepada ibuNya: ‘Ibu, inilah, anakmu!’ (27) Kemudian
kataNya kepada muridNya: ‘Inilah ibumu!’ Dan sejak saat itu
murid itu menerima dia di dalam rumahnya”.
Ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan:
a.
Ayat ini secara jelas mengatakan bahwa kata-kata itu ditujukan oleh Yesus
kepada Yohanes.
b.
Kata ‘mu’ dalam ay 27 dalam bahasa Yunaninya menggunakan
bentuk tunggal, dan demikian juga dengan kata ‘anak’ dalam ay 26,
sehingga tidak mungkin menunjuk kepada ‘semua manusia’, tetapi pasti
menunjuk kepada ‘Yohanes’.
c.
Kalau kata-kata itu memang ditujukan kepada semua manusia, lalu mengapa
Yohanes tahu-tahu membawa Maria ke rumahnya (ay 27b)?
Hal
lain yang perlu dicamkan adalah bahwa kita tidak pernah dikatakan oleh Kitab
Suci sebagai ‘anak-anak dari Maria’. Semua orang yang percaya kepada
Yesus adalah ‘anak Allah’ (Yoh 1:12).
3. Arti yang benar dari
kata-kata Yesus ini.
a.
Dengan kata-kataNya kepada Maria dan Yohanes, Yesus menyerahkan Maria ke
dalam pemeliharaan / penjagaan Yohanes. Ini merupakan suatu tugas, tetapi juga
merupakan suatu penghormatan terhadap Yohanes, karena diserahi tugas seperti itu
oleh Yesus.
b.
Mengapa Yesus harus menyerahkan Maria ke dalam penjagaan / pemeliharaan
Yohanes?
·
Adam
Clarke, dan banyak penafsir lain, mengatakan (hal 652) bahwa mungkin sekali pada
saat itu Yusuf sudah mati, sehingga Maria perlu diserahkan dibawah penjagaan
Yohanes.
·
Tetapi,
kalau Yesus memang mempunyai saudara-saudara (Mat 13:55-56), yang kita
anggap sebagai anak-anak dari Yusuf dan Maria, mengapa Maria tidak diserahkan
kepada pemeliharaan dari anak-anak Maria yang lain? Mungkin karena mereka tidak
/ belum beriman.
William
Hendriksen: “The
question might be raised, ‘But why was not Mary committed to the care of one
of her other children?’ The answer is: probably because they as yet had not
received him by a living faith (see on 7:5). And besides, who could be expected
to take better care of Mary than the disciple whom Jesus loved?” [= Ada
pertanyaan yang bisa diajukan: ‘Mengapa Maria tidak diserahkan pada
pemeliharaan dari salah satu anak-anaknya yang lain?’. Jawabannya adalah:
mungkin karena pada saat itu mereka belum menerima Dia dengan iman yang hidup
(lihat tentang 7:5). Dan disamping itu, siapa yang bisa diharapkan untuk
memberikan pemeliharaan kepada Maria selain dari pada murid yang dikasihi
Yesus?] - hal 434.
William
Barclay: “He
could not commit her to the care of his brothers, for they did not believe in
him yet (John 7:5). And, after all, John had a double qualification for the
service Jesus entrusted to him - he was Jesus’s cousin, being Salome’s son,
and he was the disciple whom Jesus loved” [= Ia tidak bisa menyerahkan dia
pada pemeliharaan dari saudara-saudaraNya, karena mereka belum percaya kepadaNya
(Yoh 7:5). Dan bagaimanapun juga, Yohanes mempunyai persyaratan ganda untuk
pelayanan yang dipercayakan oleh Yesus kepadanya - ia adalah saudara sepupu dari
Yesus, karena ia adalah anak Salome, dan ia adalah murid yang dikasihi Yesus]
- ‘The Gospel of John’, vol 2, hal 257.
Bdk.
Yoh 7:5 - “Sebab saudara-saudaraNya sendiripun tidak percaya
kepadaNya”.
·
Ada yang
mengatakan bahwa Maria harus diserahkan ke dalam pemeliharaan Yohanes karena
Maria miskin dan tidak mempunyai rumah; sedangkan Yohanes mempunyai rumah.
Barnes’
Notes: “Mary
was poor. It would even seem that now she had no home” (= Maria miskin.
Kelihatannya sekarang ia tidak mempunyai rumah) - hal 354.
Calvin
mengatakan bahwa ayat ini menunjukkan bahwa rasul Yohanes mempunyai rumah dan
keluarga, karena kalau tidak demikian, ia tidak mungkin bisa membawa Maria ke
rumahnya.
Calvin:
“Hence also it is evident, that the Apostles
had their families; for John could not have exercised hospitality towards the
mother of Christ, or have taken
her to his own home, if he had not had a house and a regular way of living. Those
men, therefore, are fools, who think that the Apostles relinquished their
property, and came to Christ naked and empty; but they are worse than fools, who
make perfection to consist in beggary” (= Jadi, juga jelas bahwa
rasul-rasul mempunyai keluarga-keluarga mereka; karena Yohanes tidak bisa
menerima ibu dari Kristus, atau membawanya ke rumahnya, seandainya ia tidak
mempunyai sebuah rumah dan suatu gaya hidup yang umum / biasa. Karena itu,
orang-orang itu adalah orang-orang tolol, yang berpikir bahwa rasul-rasul
melepaskan milik mereka; dan datang kepada Kristus dengan telanjang dan kosong;
tetapi mereka lebih dari tolol, yang menganggap bahwa kesempurnaan terdiri dari
pengemisan / kemiskinan) - hal 233.
c.
Di sini Yesus melakukan tanggung jawabNya sebagai anak terhadap orang tua
(ibu).
Pada
saat Ia sedang melakukan hal yang merupakan tujuan utamaNya untuk datang ke
dalam dunia, yaitu menebus dosa-dosa kita, Ia tetap tidak melupakan tanggung
jawabNya kepada ibuNya!
William
Barclay: “Jesus
in the agony of the Cross, when the salvation of the world hung in the
balance, thought of the loneliness of his mother in the days ahead. He never
forgot the duties that lay to his hand. He was Mary’s eldest son, and even in
the moment of his cosmic battle, he did not forget the simple things that lay
near home” [= Yesus dalam penderitaan pada kayu salib, pada waktu
keselamatan dari dunia belum dipastikan, memikirkan kesendirian dari
ibuNya pada hari-hari yang akan datang. Ia tidak pernah melupakan kewajiban yang
terletak dalam tanganNya. Ia adalah anak tertua dari Maria, dan bahkan pada saat
dari pertempuran kosmikNya, Ia tidak melupakan hal-hal sederhana yang terletak
di dekat rumah] - ‘The Gospel of John’, vol 2, hal 257.
Catatan: mungkin yang dimaksudkan oleh Barclay dengan ‘hung
in the balance’ (= belum / tidak pasti) adalah bahwa pada saat itu
pekerjaanNya untuk menyelamatkan umat manusia dengan menebus dosa belum selesai.
Bandingkan
dengan kecaman Yesus terhadap orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat dalam Mat 15:5-6
- “(5) Tetapi kamu berkata: Barangsiapa berkata kepada bapanya atau kepada
ibunya: Apa yang ada padaku yang dapat digunakan untuk pemeliharaanmu, sudah
digunakan untuk persembahan kepada Allah, (6) orang itu tidak wajib lagi
menghormati bapanya atau ibunya. Dengan demikian firman Allah kamu nyatakan
tidak berlaku demi adat istiadatmu sendiri”.
Calvin:
“while Christ obeyed God the Father, he did not fail to perform the duty
which he owed, as a son, towards his mother. ... Hence we learn in what manner
we ought to discharge our duty towards God and towards men. It often happens
that, when God calls us to the performance of any thing, our parents, or wife,
or children, draw us in a contrary direction, so that we cannot give equal
satisfaction to all. If we place men in the same rank with God, we judge amiss.
We must, therefore, give the preference to the command, the worship, and the
service of God; after which, as far as we are able, we must give to men what is
their due. ... We ought, therefore, to devote ourselves to the interests of men,
so as not in any degree to interfere with the worship and obedience which we owe
to God. When we have obeyed God, it will then be the proper time to think about
parents, and wife, and children; as Christ attends to his mother, but it is
after that he is on the cross, to which he has been called by his Father’s
decree”
(= sementara Kristus mentaati Allah Bapa, Ia tidak gagal untuk melaksanakan
kewajiban yang ia punyai sebagai anak kepada ibuNya. ... Jadi, kita belajar
dengan cara apa kita harus melaksanakan kewajiban kita kepada Allah dan kepada
manusia. Sering terjadi bahwa pada waktu Allah memanggil kita untuk melaksanakan
sesuatu apapun, orang tua, atau istri, atau anak-anak kita, menarik kita ke arah
yang berlawanan, sehingga kita tidak bisa memberikan kepuasan yang sama kepada
semua. Jika kita menempatkan manusia dalam tingkatan yang sama dengan Allah,
kita menilai / menghakimi secara salah. Karena itu, kita harus lebih
mendahulukan perintah, ibadah / penyembahan, dan pelayanan Allah; setelah mana,
sejauh kita mampu, kita harus memberikan kepada manusia apa yang menjadi hak
mereka. ... Karena itu, kita harus membaktikan diri kita sendiri pada
kepentingan manusia, sedemikian rupa sehingga sama sekali tidak menggganggu
ibadah / penyembahan dan ketaatan untuk mana kita berhutang kepada Allah. Pada
waktu kita telah mentaati Allah, maka itulah waktu yang benar untuk memikirkan
tentang orang tua, dan istri, dan anak-anak; seperti Kristus mengurus ibuNya,
tetapi itu setelah Ia ada di salib, pada mana Ia telah dipanggil oleh ketetapan
BapaNya).
Bdk.
Mat 10:37 - “Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih dari padaKu,
ia tidak layak bagiKu; dan barangsiapa mengasihi anaknya laki-laki atau
perempuan lebih dari padaKu, ia tidak layak bagiKu”.
William
Hendriksen: “That
a lesson in the responsibility of children (think of Jesus) toward their parents
(think of Mary) is implied here is true. But certainly that is not the main
lesson. The suffering of Jesus in seeing Mary suffer, and especially his
wonderful love - a Savior’s concern for one of his own, far more than a
son’s concern for his mother - these are the things on which the emphasis
should be placed” [= Merupakan sesuatu yang benar bahwa di sini secara
implicit ada suatu pelajaran tentang tanggung jawab dari anak-anak (pikirkan
Yesus) kepada orang tua mereka (pikirkan Maria). Tetapi jelas bahwa itu bukanlah
pelajaran utama. Penderitaan Yesus pada waktu melihat Maria menderita, dan
khususnya kasihNya yang luar biasa - kepedulian sang Juruselamat untuk salah
satu milikNya, jauh melebihi perhatian seorang Anak untuk ibuNya - ini adalah
hal-hal dimana penekanan harus diletakkan] - hal 434.
Catatan: saya di sini hanya memberikan pandangan Hendriksen,
tetapi saya tidak tahu apakah ini bisa dibenarkan atau tidak.
d.
Tidak diketahui apakah Yohanes langsung membawa Maria pergi, sehingga
tidak melihat kematian Kristus, atau mereka tetap di sana sampai Kristus mati.
Yang jelas, setelah saat itu Yohanes membawa Maria ke rumahnya dan Maria hidup
bersama dengan Yohanes sampai ia mati.
Leon
Morris (NICNT):
“This may mean that the beloved disciple took Mary away immediately so
that she did not witness the death of her Son. This is supported by the fact
that she is not mentioned in the group of women who were there when Jesus died
(Matt. 27:56; Mark 15:40). Against it is the difficulty of seeing how the
beloved disciple could have taken her home and returned in time for the events
of vv. 31-37 (most agree that he witnessed them whether or no he is directly
mentioned in v. 35). ‘From that hour’ need not mean ‘from that moment’.
When we consider the way in which ‘the hour’ is used in this Gospel it is
clear that it need mean no more than ‘from the time of the crucifixion’. It
is also urged that if Jesus’ mother came to the place of execution it is most
unlikely that she would have left before the end, all the more so in that the
other women remained” [= Ini bisa berarti bahwa murid yang dikasihi itu
membawa Maria pergi dengan segera sehingga ia tidak menyaksikan kematian
Anaknya. Ini didukung oleh fakta bahwa ia tidak disebutkan dalam kelompok
perempuan-perempuan yang ada di sana pada saat Yesus mati (Mat 27:56; Mark
15:40). Terhadap hal ini ada problem untuk melihat bagaimana murid yang dikasihi
bisa membawanya pulang dan kembali pada saatnya untuk peristiwa-peristiwa yang
diceritakan dalam ay 31-37 (kebanyakan setuju bahwa ia menyaksikan
peristiwa-peristiwa itu, apakah ia disebutkan secara langsung atau tidak dalam
ay 35). ‘Sejak jam itu’ tidak perlu diartikan ‘sejak saat itu’. Kalau
kita melihat cara dalam mana ‘jam’ digunakan dalam Injil ini, adalah jelas
bahwa itu tidak perlu diartikan lebih dari ‘sejak saat penyaliban’. Juga
diargumentasikan bahwa jika ibu Yesus datang ke tempat pelaksanaan hukuman mati,
sangat besar kemungkinannya bahwa ia tidak meninggalkan sebelum semua selesai /
berakhir, lebih-lebih mengingat perempuan-perempuan yang lain tetap tinggal]
- hal 812, footnote.
Barnes’
Notes: “‘From
that hour ...’. John seems to have been in better circumstances than the other
apostles. ... Tradition says that she continued to live with him in Judea until
the time of her death, which occurred about fifteen years after the death of
Christ” [= ‘Sejak jam / saat itu ...’. Yohanes kelihatannya berada
dalam keadaan yang lebih baik dari pada rasul-rasul yang lain. ... Tradisi
mengatakan bahwa ia (Maria) terus hidup dengan dia (Yohanes) di
Yudea sampai saat kematiannya, yang terjadi sekitar 15 tahun setelah kematian
Kristus].
-o0o-
-AMIN-
Author : Pdt. Budi Asali,M.Div.
E-mail : [email protected]
e-mail us at [email protected]
Link ke Channel Video Khotbah2 Pdt. Budi Asali di Youtube:
https://www.youtube.com/channel/UCP6lW2Ak1rqIUziNHdgp3HQ