Golgotha
School of Ministry
(Rungkut
Megah Raya Blok D No 16)
Rabu,
tgl 19 September 2012, pk 19.00
Pdt. Budi Asali.
(HP:
7064-1331 / 6050-1331)
Dalam
pembahasan saya sampai saat ini tentu sudah ada banyak serangan terhadap
pandangan Arminianisme, tetapi di sini saya mau menambahkan 2 serangan tambahan.
1)
Ada tiga pilihan yang diberikan oleh John Owen; dan satu-satunya
kemungkinan yang benar adalah pandangan ‘Limited Atonement’ (= Penebusan Terbatas).
John
Owen:
“God
imposed his wrath due unto, and Christ underwent the pains of hell for, either
all the sins of all men, or all the sins of some men, or some sins of all men.
If the last, some sins of all men, then have all men some sins to answer for,
and so shall no man be saved; for if God enter into judgment with us, though it
were with all mankind for one sin, no flesh should be justified in his sight:
... If the second, that is it which we affirm, that Christ in their stead and
room suffered for all the sins of all the elect in the world. If the first, why,
then, are not all freed from the punishment of all their sins? You will say,
‘Because of their unbelief; they will not believe.’ But, this unbelief, is
it a sin, or not? If not, why should they be punished for it? If it be, then
Christ underwent the punishment due to it, or not. If so, then why must that
hinder them more that their other sins for which he died from partaking of the
fruit of his death? If he did not, then did he not die for all their sins. Let
them choose which part they will” (= Allah menjatuhkan kemurkaanNya yang
disebabkan oleh, dan Kristus mengalami rasa sakit neraka untuk, atau ‘semua
dosa-dosa dari semua manusia’, atau ‘semua
dosa-dosa dari sebagian manusia’, atau ‘sebagian
dosa-dosa dari semua manusia’. Jika yang
terakhir, ‘sebagian dari dosa-dosa dari
semua manusia’, maka semua manusia harus bertanggung jawab untuk sebagian
dosa-dosanya, dan dengan demikian tidak ada orang yang akan diselamatkan; karena
jika Allah menghakimi kita, sekalipun itu dilakukan terhadap seluruh umat
manusia hanya untuk satu dosa,
tidak ada manusia yang dibenarkan di hadapanNya: ... Jika
yang kedua, maka itu adalah yang kami
tegaskan, bahwa Kristus telah menderita di tempat mereka untuk semua dosa-dosa
dari semua orang-orang pilihan di dunia. Jika
yang pertama, lalu mengapa tidak semua
dibebaskan dari hukuman dari semua dosa-dosa mereka? Kamu akan berkata:
‘Karena ketidak-percayaan mereka; mereka tidak mau percaya’. Tetapi,
ketidak-percayaan ini adalah suatu dosa, atau bukan? Jika ketidak-percayaan
bukan merupakan dosa, mengapa mereka harus dihukum untuk itu? Jika
ketidak-percayaan merupakan dosa, maka Kristus mengalami hukuman yang disebabkan
oleh dosa itu, atau tidak. Jika ya, lalu mengapa itu harus menghalangi mereka
untuk ikut menikmati buah kematianNya lebih dari dosa-dosa mereka yang lain
untuk mana Dia mati? Jika tidak, maka Ia tidak mati untuk semua dosa mereka.
Biarlah mereka memilih bagian mana yang mereka mau) - ‘The
Works of John Owen’, vol 10, ‘The
Death of Christ’, hal 173-174.
Penjelasan
kata-kata Owen di atas:
Allah
menjatuhkan kemurkaanNya yang disebabkan oleh ..........
Kristus
mengalami ‘rasa sakit neraka’ untuk ..............
Titik-titik
di atas bisa diisi oleh 3 kemungkinan di bawah ini:
a) ‘sebagian
dosa-dosa dari semua manusia’.
b) ‘semua
dosa-dosa dari sebagian manusia’ - ini pandangan Reformed.
c) ‘semua
dosa-dosa dari semua manusia’ - ini pandangan Arminian.
Pandangan
a) jelas sesat, karena kalau Kristus mati hanya untuk sebagian dosa dari
semua manusia, semua manusia tetap akan dihukum dalam neraka untuk dosa-dosa
mereka yang tidak dipikul oleh Kristus.
Jika
pandangan c) yang benar, maka mengapa tidak semua manusia dibebaskan dari
hukuman? Orang Arminian menjawab: karena mereka tidak percaya. Sekarang
dipertanyakan: ketidak-percayaan itu merupakan dosa atau bukan?
1. Sebetulnya
mengatakan bahwa ketidak-percayaan bukan merupakan dosa merupakan sesuatu yang
mustahil. Bdk. Yoh 6:29 - “Jawab Yesus
kepada mereka: ‘Inilah pekerjaan yang dikehendaki Allah, yaitu hendaklah
kamu percaya kepada Dia yang telah diutus Allah.’”.
Tetapi
jika ada orang yang tetap berkeras mengatakan bahwa ketidak-percayaan bukan
dosa, mengapa orang harus dihukum karena sesuatu yang bukan dosa? Mengapa orang
harus dihukum karena tidak percaya?
2. Jika
ya, Kristus mati untuk dosa itu atau tidak?
a. Jika ya,
mengapa ketidak-percayaan itu menghalangi mereka masuk surga, padahal dosa-dosa
mereka yang lain tidak menghalangi mereka masuk surga?
b. Jika tidak,
maka itu berarti Kristus tidak mati untuk semua dosa (ini menjadi pandangan a)
yang jelas merupakan pandangan sesat).
Kesimpulan: pandangan c) tidak mungkin benar.
Kalau
pandangan a) merupakan pandangan sesat, dan pandangan c) merupakan pandangan
yang salah, maka yang tersisa adalah pandangan b) yaitu ‘Limited Atonement’ (= Penebusan Terbatas) yang merupakan
pandangan Calvinisme / Reformed .
Catatan: kalau Calvinisme / Reformed percaya
bahwa Kristus juga menebus dosa ketidakpercayaan, ini tentu tidak berarti
bahwa kita diselamatkan sekalipun kita tidak percaya sampai kita mati.
Ingat
bahwa Ia menebus semua dosa dari orang-orang pilihan, yang pasti akan bertobat
dan percaya kepada Yesus.
Kis 13:48
- “Mendengar itu bergembiralah semua
orang yang tidak mengenal Allah dan mereka memuliakan firman Tuhan; dan semua
orang yang ditentukan Allah untuk hidup yang kekal, menjadi percaya”.
Orang-orang
pilihan, sebelum mereka percaya kepada Yesus, juga adalah orang yang tidak
percaya. Jadi, ketidakpercayaan selama mereka belum menjadi orang kristen, tetap
ditebus dan diampuni.
2)
Kalau Calvinisme membatasi luas
penebusan, maka Arminianisme membatasi kuasa
/ nilai penebusan.
Loraine
Boettner:
“When
the atonement is made universal its inherent value is destroyed. If it is
applied to all men, and some are lost, the conclusion is that it makes salvation
objectively possible for all but that it does not actually save anybody.
According to the Arminian theory the atonement has simply made it possible for
all men to co-operate with the divine grace and thus save themselves - if they
will. ... The Arminian limits the atonement as certainly as does the Calvinist.
The Calvinist limits the extent of it in that he says it does not apply
to all persons; while the Arminian limits the power of it, for he says
that in itself it does not actually save anybody. The Calvinist limits it quantitatively,
but not qualitatively; the Arminian limits it qualitatively,
but not quantitatively. For the Calvinist
it is like a narrow bridge which goes all the way across the stream; for the
Arminian it is like a great wide bridge which goes half-way across. As a
matter of fact, the Arminian places more severe limitations on the work of
Christ than does the Calvinist” (= Pada waktu penebusan dijadikan bersifat
universal, nilainya dihancurkan. Jika penebusan itu diterapkan kepada semua
manusia, dan sebagian ternyata terhilang, kesimpulannya adalah bahwa penebusan
itu membuat keselamatan memungkinkan secara obyektif bagi semua orang, tetapi
penebusan itu tidak betul-betul menyelamatkan siapapun. Menurut teori Arminian
penebusan hanya membuat menjadi mungkin bagi semua orang untuk bekerja sama
dengan kasih karunia ilahi dan dengan demikian menyelamatkan diri mereka
sendiri, jika mereka mau / menghendakinya. ... Orang
Arminian membatasi penebusan sama pastinya seperti yang dilakukan oleh orang
Calvinist. Orang Calvinist membatasi luas
dari penebusan dalam kata-katanya bahwa penebusan itu tidak berlaku bagi semua
orang; sementara orang Arminian membatasi kuasa
dari penebusan itu, karena ia mengatakan bahwa dalam dirinya sendiri
penebusan itu tidak betul-betul menyelamatkan siapapun. Orang
Calvinist membatasi penebusan itu secara
kwantitatif / jumlah, tetapi tidak secara kwalitatif / kwalitet; Orang
Arminian membatasi penebusan itu secara
kwalitatif / kwalitet, tetapi tidak secara kwantitatif / jumlah. Untuk
orang Calvinist penebusan itu seperti suatu jembatan yang sempit yang mencapai
seberang sungai; untuk orang Arminian penebusan
itu seperti jembatan besar yang lebar yang hanya sampai setengah lebar sungai.
Dalam faktanya, orang Arminian memberikan
batasan-batasan yang lebih keras pada pekerjaan Kristus dari apa yang dilakukan
oleh orang Calvinist) - ‘The
Reformed Doctrine of Predestination’, hal 152-153.
Loraine
Boettner mengutip kata-kata Warfield: “The
things we have to choose between are an atonement of high value, or an atonement
of wide extension. The two cannot go together” (= Hal-hal yang harus kita
pilih adalah antara suatu penebusan dengan nilai yang
tinggi, atau suatu
penebusan yang luas. Dua hal itu tidak bisa berjalan bersama-sama)
- ‘The Reformed Doctrine of
Predestination’, hal 152-153.
Dan
Loraine Boettner lalu melanjutkan: “The work of Christ can be universalized only by evaporating its
substance” (= Pekerjaan Kristus bisa diuniversalkan hanya dengan
menguapkan substansi / zatnya) - ‘The
Reformed Doctrine of Predestination’, hal 153.
Loraine
Boettner juga mengutip kata-kata Charles Hodge:
“The
sin of Adam did not make the condemnation of all men merely possible; it was the
ground of their actual condemnation. So the
righteousness of Christ did not make the salvation of men merely possible, it
secured the actual salvation of those for whom He wrought”
(= Dosa dari Adam tidak membuat penghukuman semua
manusia sekedar mungkin; itu adalah dasar penghukuman mereka yang sebenarnya.
Demikianlah kebenaran Kristus tidak membuat keselamatan
manusia sekedar mungkin, itu memastikan keselamatan yang sebenarnya dari mereka
untuk siapa Ia mengerjakan) - ‘The
Reformed Doctrine of Predestination’, hal 154-155.
-bersambung-
Author : Pdt. Budi Asali,M.Div.
E-mail : [email protected]
e-mail us at [email protected]
Link ke Channel Video Khotbah2 Pdt. Budi Asali di Youtube:
https://www.youtube.com/channel/UCP6lW2Ak1rqIUziNHdgp3HQ
Channel Live Streaming Youtube : bit.ly/livegkrigolgotha / budi asali