Pdt. Budi Asali, M. Div.
(HP:
7064-1331 / 6050-1331)
http://www.golgothaministry.org
XXXXX
BAG. 04
F) Theologia Calvin.
Theologia
Calvin mengikuti theologia Agustinus.
Philip
Schaff:
“As
to the doctrines of the fall, of total depravity, the slavery of the human will,
the sovereignty of saving grace, the bishop of Hippo and
the pastor of Geneva are essentialy agreed; the former has the merit of priority
and originality; the latter is clearer, stronger, more logical and rigorous, and
far superior as an exegete” (= Mengenai doktrin-doktrin tentang
kejatuhan ke dalam dosa, tentang kebejatan total, perbudakan kehendak manusia,
kedaulatan dari kasih karunia yang menyelamatkan, sang
uskup Hippo dan sang pendeta Geneva pada dasarnya setuju / cocok; yang pertama
mempunyai keunggulan dalam hal ada lebih dulu dan keorisinilan; yang terakhir
lebih jelas, lebih kuat, lebih logis dan lebih keras, dan jauh lebih baik
sebagai seorang pengexegesis) - ‘History
of the Christian Church’, vol VIII, hal 267.
G) Kesalehan Calvin.
Philip
Schaff:
“The
better he is known, the more he is admired and esteemed. Those who judge of his
character from his conduct in the case of Servetus, and of his theology from the
‘decretum horribile’, see the spots on the sun, but not the sun itself.
Taking into account all his failings, he must be reckoned as one of the greatest
and best men whom God raised up in the history of Christianity” (= Makin
baik ia dikenal, makin ia dikagumi dan dihargai. Mereka yang menghakimi /
menilai karakternya dari tindakannya dalam kasus Servetus, dan theologianya dari
‘ketetapan yang mengerikan’, melihat bercak pada matahari, bukan matahari
itu sendiri. Mengingat akan semua kelemahan-kelemahannya, ia harus dianggap
sebagai salah satu orang terbesar dan terbaik yang Allah bangkitkan dalam
sejarah kekristenan) - ‘History of
the Christian Church’, vol VIII, hal 834.
Theodore
Beza (1519-1605): “I have been a witness of Calvin’s life for sixteen years, and I
think I am fully entitled to say that in this man there was exhibited to all a
most beautiful example of the life and death of the Christian, which it will be
as easy to calumniate as it will be difficult to emulate” (= Saya telah
menjadi saksi kehidupan Calvin selama 16 tahun, dan saya pikir saya berhak untuk
berkata bahwa dalam diri orang ini ditunjukkan kepada semua orang suatu teladan
yang paling indah dari kehidupan dan kematian orang kristen, yang mudah difitnah
tetapi sukar disamai atau dilebihi) - Philip Schaff, ‘History
of the Christian Church’, vol VIII, hal 272.
Philip
Schaff:
“His
moral and religious character was grounded in the fear of God, which is ‘the
beginning of wisdom’. Severe against others, he was most severe against
himself” (= Karakter religius dan moral didasarkan pada takut akan Allah,
yang adalah ‘pemulaan hikmat’. Ia keras terhadap
orang-orang lain, tetapi ia paling keras terhadap dirinya sendiri) - ‘History
of the Christian Church’, vol VIII, hal 837.
Philip
Schaff:
“His
constant and sole aim was the glory of God, and the reformation of the Church.
In his eyes, God alone was great, man but a fleeting shadow. Man,
he said, must be nothing, that God in Christ may be everything” (=
Tujuannya yang tetap dan satu-satunya, adalah kemuliaan Allah, dan reformasi
gereja. Dalam pandangannya, hanya Allahlah yang besar, manusia hanyalah bayangan
yang berlalu. Manusia, katanya, haruslah menjadi nol,
supaya Allah dalam Kristus bisa menjadi segala sesuatu) - ‘History
of the Christian Church’, vol VIII, hal 837.
Philip
Schaff: “Riches
and honors had no charms for him. He soared far above filthy lucre and worldly
ambition. His only ambition was that pure and holy ambition to serve God to the
best of his ability” (= Kekayaan dan kehormatan tidak mempunyai daya tarik
baginya. Ia membubung tinggi di atas uang yang kotor dan ambisi duniawi.
Satu-satunya ambisinya adalah ambisi yang suci dan murni untuk melayani Allah
dengan sebaik-baiknya) - ‘History of
the Christian Church’, vol VIII, hal 838.
Philip
Schaff:
“When
Pope Pius IV heard of his death he paid him this tribute: ‘The
strength of that heretic consisted in this, - that money never had the slightest
charm for him. If I had such servants, my dominions would extend from sea to
sea’” (= Ketika Paus Pius IV mendengar tentang kematiannya ia
memberikan penghormatan ini: ‘Kekuatan dari orang
sesat ini adalah hal ini, - bahwa uang tidak pernah mempunyai daya tarik yang
paling kecil sekalipun untuknya. Jika saya mempunyai pelayan-pelayan
seperti itu, daerah kekuasaanku akan meluas dari laut ke laut’) - ‘History
of the Christian Church’, vol VIII, hal 839.
Satu
hal lain yang juga menunjukkan kesalehan Calvin adalah pada waktu ia kembali ke
Geneva untuk keduakalinya.
Dr.
W. F. Dankbaar menceritakan sebagai berikut:
“... ketika Calvin berkhotbah pertama kali di
gereja Saint Pierre. Banyak sekali hadirin berkumpul dan amat banyak
pendengar-pendengar mengharap-harap khotbah yang sengaja akan melemparkan
kata-kata keras kepada lawan. Tetapi mengherankan bagi semua hadirin, tidak ada
terjadi yang demikian. Reformator membuka bagian Alkitab, dimana ia beberapa
tahun yang lalu terpaksa berhenti. Dan seolah-olah tidak pernah terjadi apa-apa,
seperti biasa saja, ia menguraikan dan menerangkan bagian Alkitab itu dalam
khotbahnya. Ini sungguh menunjukkan budi yang tinggi. ... Banyak di antara
sahabat-sahabatnya menunggu dengan sia-sia sambil merasa kecewa, kapankah Calvin
akan melakukan pembalasan terhadap lawan-lawannya. Pembalasan tidak ada sama
sekali. Diliputi oleh rasa-perdamaian yang ikhlas ia memulai pekerjaannya
kembali” - ‘Calvin, Jalan Hidup dan Karyanya’, hal 73.
H) Kesehatan dan aktivitas Calvin.
Calvin
tidak mempunyai kesehatan yang baik, tetapi ia tetap bekerja dengan luar biasa
hebatnya.
Philip
Schaff:
“Calvin
combined the offices of theological professor, preacher, pastor, church ruler,
superintendent of schools, with extra labors of equal, yea, greater, importance,
as author, correspondent, and leader of the expanding movement of the
Reformation in Western Europe” (= Calvin mengombinasikan jabatan-jabatan
profesor theologia, pengkhotbah, pendeta, pemimpin / pemerintah gereja,
inspektur sekolah, dengan kerja extra yang setara, bahkan yang lebih penting,
sebagai pengarang, penulis surat, dan pemimpin dari gerakan Reformasi yang
meluas di Eropa Barat) - ‘History of
the Christian Church’, vol VIII, hal 443-444.
Philip
Schaff:
“When
unwell he dictated from his bed” (= Pada waktu sakit, ia mendikte dari
ranjangnya) - ‘History of the
Christian Church’, vol VIII, hal 444.
Philip
Schaff:
“He
had an amazing power for work notwithstanding his feeble health” (= Ia
mempunyai kekuatan yang mengagumkan untuk bekerja sekalipun kesehatannya jelek)
- ‘History of the Christian Church’,
vol VIII, hal 444.
Philip
Schaff:
“He
allowed himself very little sleep, and for at least ten years he took but one
meal a day, alleging his bad digestion” (= Ia mengijinkan dirinya sendiri
tidur sangat sedikit, dan selama 10 tahun ia hanya makan sekali sehari,
menyebabkan pencernaannya yang jelek) - ‘History
of the Christian Church’, vol VIII, hal 444.
Philip
Schaff:
“Luther
and Zwingli were as indefatigable workers as Calvin, but they had an abundance
of flesh and blood, and enjoyed better health” [= Luther dan Zwingli juga
merupakan pekerja yang tak kenal lelah seperti Calvin, tetapi mereka mempunyai
banyak daging dan darah (mungkin maksudnya: orangnya lebih besar),
dan menikmati kesehatan yang lebih baik] - ‘History
of the Christian Church’, vol VIII, hal 444.
Philip
Schaff mengutip seorang ahli sejarah yang berkata:
“Of
all men in the world Calvin is the one who most worked, wrote, acted, and prayed
for the cause which he had embraced. The coexistence of
the sovereignty of God and the freedom of man is assuredly a mystery; but Calvin
never supposed that because God did all, he personally had nothing to do. He
points out clearly the twofold action, that of God and that of man” (= Calvin adalah orang yang paling banyak bekerja,
menulis, bertindak, dan berdoa untuk perkara / gerakan yang ia peluk / percayai.
Keberadaan bersama-sama antara kedaulatan Allah dan
kebebasan manusia jelas merupakan suatu misteri; tetapi Calvin tidak pernah
beranggapan bahwa karena Allah melakukan semua, tidak ada hal yang harus ia
lakukan. Ia menunjukkan dengan jelas tindakan ganda, tindakan Allah dan
tindakan manusia) - ‘History
of the Christian Church’, vol VIII, hal 437.
I)
Calvin dan Servetus.
Guy
Duty, dalam bukunya yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia berjudul
‘Keselamatan, bersyarat atau tanpa syarat?’, hal 24, berkata:
“Berbahaya sekali menentang Calvinisme pada waktu itu, seperti dialami oleh Servetus, seorang ahli theologia lain. Calvin dan rekan-rekannya di Jenewa
membakarnya dengan terikat di tiang, sebagai seorang bidat”.
Kata-kata
Guy Duty ini seakan-akan menunjukkan bahwa Servetus
sekedar berbeda pendapat dengan Calvin, tetapi bukan
bidat (Ini akan lebih jelas lagi kalau saudara baca kontex dimana ia
meletakkan cerita ini, yaitu dalam pertentangan Calvinisme dan Arminianisme,
Synod of Dort, dsb). Sekalipun demikian Servetus
dihukum mati dengan cara yang begitu mengerikan, yaitu dengan dibakar.
Ini adalah kata-kata yang sangat berbau fitnah! Untuk meluruskan ‘fitnahan
Guy Duty’ ini mari kita mempelajari sedikit tentang Servetus,
ajarannya, dan mengapa ia dihukum mati.
Servetus
dilahirkan pada tahun 1509, yang juga merupakan tahun kelahiran Calvin.
Pada
tahun 1531, ia menerbitkan buku yang berjudul ‘Errors
on the Trinity’ [= kesalahan-kesalahan pada
(doktrin) Tritunggal], dimana ia menyerang baik doktrin Allah Tritunggal,
yang ia sebut sebagai monster berkepala tiga,
maupun keilahian kekal dari Kristus. Ini
menunjukkan bahwa Servetus bukanlah sekedar merupakan seorang kristen yang
berbeda pendapat dengan Calvin. Sama sekali tidak! Sebaliknya, ia betul-betul
adalah seorang bidat / sesat atau seorang nabi palsu!
Philip
Schaff sendiri jelas menganggap bahwa Servetus adalah seorang bidat. Ini
terlihat dari kata-kata Philip Schaff sebagai berikut:
“Servetus
- theologian, philosopher, geographer, physician, scientist, and astrologer -
was one of the most remarkable men in the history of
heresy”
(= Servetus - ahli theolgia, ahli filsafat, ahli ilmu bumi, dokter, ilmuwan, dan
ahli nujum - adalah salah seorang yang paling hebat dalam
sejarah bidat) - ‘History
of the Christian Church’, vol VIII, hal 786.
Buku
‘Errors on the Trinity’ ini
menyebabkan Servetus dikecam oleh semua golongan, baik Protestan maupun Katolik.
Pada
tahun 1534, pada waktu ia ada di Paris, ia menantang Calvin untuk berdebat.
Tetapi pada waktu Calvin datang ke tempat yang dijanjikan, dengan resiko
kehilangan nyawanya (ingat itu adalah saat terjadinya penganiayaan orang kristen
di Paris), ternyata Servetus tidak datang ke tempat yang dijanjikan - Philip
Schaff, ‘History of the Christian
Church’, vol VIII, hal 324,688,720.
Theodore of Beza:
“Calvin
was disappointed in his expectations of meeting Servetus, who wanted courage to
endure even the sight of his opponent”
(= Calvin kecewa dalam pengharapannya untuk bertemu dengan Servetus, yang tidak
mempunyai keberanian untuk bertahan bahkan pemandangan dari lawannya)
- ‘The Life of Calvin’, hal 7.
20
tahun setelah itu, Calvin mengingatkan Servetus akan peristiwa ini:
“You
know that at that time I was ready to do everything for you, and did not even
count my life too dear that I might convert you from your errors” (= Kamu tahu bahwa pada waktu itu aku bersedia
melakukan segala sesuatu untuk kamu, dan bahkan tidak menyayangkan nyawaku
supaya aku bisa mempertobatkan kamu dari kesalahan-kesalahanmu)
- Philip Schaff, ‘History of the
Christian Church’, vol VIII, hal 324.
Setelah
membatalkan pertemuan dengan Calvin itu, Servetus memulai perdebatan dengan
Calvin melalui surat-surat, yang dilayani oleh Calvin, tetapi tanpa hasil.
Selain menulis surat beberapa kali, Calvin juga mengirimkan bukunya ‘Institutes
of the Christian Religion’, tetapi Servetus mengembalikannya dengan banyak
serangan / keberatan terhadap ajaran-ajaran Calvin dalam buku itu.
Philip
Schaff: “‘There is hardly a page,’ says Calvin, ‘that is not defiled by
his vomit’” (= ‘Hampir tidak ada satu halamanpun,’ kata Calvin,
‘yang tidak ia kotori dengan muntahnya’) - ‘History
of the Christian Church’, vol VIII, hal 324.
Pada
sekitar pertengahan Juli 1553, Servetus secara nekad, tiba di Geneva. Padahal ia
baru saja lolos dari hukuman mati di Wina. Pada tanggal 13 Agustus 1553, ia
ditangkap polisi atas nama sidang gereja, dan Calvin bertanggung jawab atas
penangkapan ini - Philip Schaff, ‘History
of the Christian Church’, vol VIII, hal 764-765.
Pada
tanggal 26 Oktober 1553, sidang memutuskan
hukuman mati untuk Servetus dengan jalan dibakar bersama dengan buku sesatnya.
Sebetulnya Calvin ingin memperingan hukuman itu
dengan menggunakan pemenggalan, bukan pembakaran, tetapi usul itu ditolak oleh
Sidang.
Philip
Schaff:
“...
the wish of Calvin to substitute the sword for the fire was overruled” (=
... keinginan Calvin untuk menggantikan api dengan pedang ditolak) - ‘History
of the Christian Church’, vol VIII, hal 781-782.
Pada
pukul 7 pagi, tanggal 27 Oktober 1553, Farel dan Calvin
masih mengunjungi Servetus dan berusaha mempertobatkannya, tetapi tidak ada
hasilnya. Dan akhirnya, pada tengah hari tanggal 27 Oktober 1553, pada
usia 44 tahun, Servetus dijatuhi hukuman mati dengan dibakar bersama bukunya, di
Geneva.
Philip
Schaff:
“In
the last moment he is heard to pray, in smoke and agony, with a loud voice:
‘Jesus Christ, thou Son of the eternal God,
have mercy upon me!’. This was at once a confession of his faith and of his
error. He could not be induced, says Farel, to confess that Christ was the
eternal Son of God” (= Pada saat terakhir terdengar ia berdoa,
dalam asap dan penderitaan yang hebat, dengan suara keras: ‘Yesus Kristus,
engkau Anak dari Allah yang kekal,
kasihanilah aku!’. Ini sekaligus merupakan pengakuan imannya dan kesalahannya.
Ia tidak bisa dibujuk, kata Farel, untuk mengaku bahwa Kristus adalah Anak
yang kekal dari Allah) - ‘History
of the Christian Church’, vol VIII, hal 785.
Beberapa
hal yang perlu diketahui tentang penghukuman mati Servetus oleh Calvin:
1)
Banyak orang menganggap hal ini sebagai suatu noda dalam kehidupan
Calvin. Termasuk di dalamnya Philip Schaff yang berkata:
“...
the dark chapter in the history of Calvin which has cast a gloom over his fair
name, and exposed him, not unjustly, to the charge of intolerance and
persecution, which he shares with his whole age”
(= ... pasal yang gelap dalam sejarah Calvin yang melemparkan kesuraman terhadap
nama baiknya, dan membuka dia, secara benar, terhadap tuduhan tidak bertoleransi
dan penganiayaan, yang ia tanggung bersama-sama dengan seluruh jamannya) - ‘History of the Christian
Church’, vol VIII, hal 687.
2)
Philip Schaff berkata bahwa sekalipun Perjanjian Lama memerintahkan
hukuman mati terhadap penyesat / nabi palsu (Kel 22:20
Im 24:16 Ul 13:5-15 Ul 17:2-5), tetapi Perjanjian Baru memerintahkan
pengucilan, bukan penghukuman mati - Philip Schaff, ‘History
of the Christian Church’, vol VIII, hal 694-695.
3)
Calvin memang sangat pemarah terhadap pengajar-pengajar sesat. Dan hal
ini diakui sendiri oleh Calvin. Tetapi semua itu ditimbulkan oleh semangatnya
yang berkobar-kobar untuk kebenaran dan kemurnian Gereja.
Philip
Schaff berkata:
·
“Calvin was, as he himself confessed, not free from
impatience, passion, and anger, which were increased by his physical
infirmities; but he was influenced by an honest zeal for
the purity of the Church, and not by personal malice” (= Calvin, seperti yang diakuinya sendiri, tidaklah
bebas dari ketidaksabaran, nafsu dan kemarahan, yang diperhebat oleh kelemahan
fisiknya; tetapi ia dipengaruhi oleh semangat yang jujur
untuk kemurnian Gereja, dan bukan oleh kebencian / kedengkian pribadi)
- ‘History of the Christian Church’,
vol VIII, hal 493.
·
“His intolerance sprang from the intensity of his
convictions and his zeal for the truth”
(= Ketidak-adaan toleransinya timbul dari intensitas keyakinannya dan
semangatnya untuk kebenaran) - ‘History of the Christian
Church’, vol VIII, hal 839.
4)
Satu hal terpenting yang tidak diceritakan oleh Guy Duty adalah bahwa pada
jaman itu, penghukuman mati seperti itu adalah
sesuatu yang wajar! Dengan tidak menceritakan hal ini, Guy Duty sudah
memfitnah Calvin dengan cara menceritakan setengah / sebagian kebenaran (half
truth)!
Philip
Schaff:
“He
must be judged by the standard of his own, and not of our, age. The most cruel
of those laws - against witchcraft, heresy, and blasphemy - were inherited from
the Catholic Middle Ages, and continued in force in all countries of Europe,
Protestant as well as Roman Catholic, down to the end of the seventeenth
century. Tolerance is a modern virtue” [= Ia (Calvin)
harus dinilai oleh standard jamannya sendiri, bukan standard jaman kita.
Hukum-hukum yang paling kejam, yang menentang sihir, ajaran sesat dan
penghujatan, diwarisi dari Katolik abad pertengahan, dan tetap berlaku di semua
negara-negara Eropa, baik yang Protestan maupun yang Katolik, terus sampai akhir
abad ke 17. Toleransi adalah kebajikan / sifat baik modern] - ‘History
of the Christian Church’, vol VIII, hal 493-494.
Bandingkan
dengan kata-kata Yesus, Yohanes Pembaptis, Paulus, Petrus dan Yohanes dalam Mark
7:19 Mat 3:7 Mat 15:26 Mat
23:33 Fil 3:2
Wah 22:15 2Pet 2:22, yang
kalau diucapkan pada jaman ini tentu juga dianggap tidak etis / tidak benar!
Philip
Schaff:
“The
judgment of historians on these remarkable men has undergone a great change. Calvin’s
course in the tragedy of Servetus was fully approved by the best men in the
sixteenth and seventeenth centuries. It is as fully condemned in the
nineteenth century” (= Penghakiman dari ahli-ahli sejarah terhadap
orang-orang hebat ini mengalami
perubahan yang besar. Jalan Calvin dalam tragedi
Servetus disetujui sepenuhnya oleh orang-orang yang terbaik dalam abad ke 16 dan
ke 17. Tetapi hal itu dikecam sepenuhnya dalam abad ke 19) - ‘History
of the Christian Church’, vol VIII, hal 689.
Philip
Schaff:
“...
if we consider Calvin’s course in the light of the sixteenth century, we must
come to the conclusion that he acted his part from a strict sense of duty and in
harmony with the public law and dominant sentiment of his age, which justified
the death penalty for heresy and blasphemy, and abhorred toleration as involving
indifference to truth. Even Servetus admitted the
principle under which he suffered; for he said, that incorrigible obstinacy and
malice deserved death before God and men” (= ... jika kita
merenungkan jalan Calvin dalam terang dari abad ke 16, kita pasti sampai pada
kesimpulan bahwa ia bertindak dari rasa kewajiban / tanggung jawab yang ketat
dan sesuai dengan hukum rakyat / umum dan perasaan yang dominan pada jamannya,
yang membenarkan hukuman mati untuk orang sesat dan penghujat, dan tidak
menyukai toleransi dan menganggapnya sebagai ketidakpedulian pada kebenaran. Bahkan
Servetus sendiri mengakui prinsip dibawah mana ia menderita; karena ia berkata
bahwa sikap keras kepala dan kejahatan yang tidak dapat diperbaiki, layak
mendapatkan kematian di hadapan Allah dan manusia) - ‘History
of the Christian Church’, vol VIII, hal 690.
J)
Akhir hidup dan kematian Calvin.
Philip
Schaff:
“Calvin
had labored in Geneva twenty-three years after his second arrival, - that is,
from September, 1541, till May 27, 1564, - when he was called to his rest in the
prime of manhood and usefulness, ...” (= Calvin bekerja 23 tahun di Geneva
setelah kedatangannya yang kedua, - yaitu mulai September 1541 sampai 27 Mei
1564, - pada waktu ia dipanggil kepada peristirahatannya pada puncak kemanusiaan
dan kegunaannya) - ‘History of the
Christian Church’, vol VIII, hal 820.
Philip
Schaff:
“He
continued his labors till the last year, writing, preaching, lecturing,
attending the sessions of the Consistory and the Venerable Company of pastors,
entertaining and counselling strangers from all parts of the Protestant world,
and corresponding in every direction. He did all this notwithstanding his
accumulating physical maladies, as headaches, asthma, dyspepsia, fever, gravel,
and gout, which wore out his delicate body, but could not break his
mighty spirit. When he was unable to walk he had himself transported to church
in a chair” (= Ia meneruskan pekerjaannya sampai tahun terakhir, menulis,
berkhotbah, mengajar, menghadiri sidang gereja dan kumpulan pendeta terhormat,
menghibur dan menasehati orang-orang asing dari seluruh penjuru dunia Protestan,
dan surat-menyurat dalam semua arah. Ia melakukan semua ini sekalipun penyakit-penyakit
fisiknya bertumpuk-tumpuk, seperti sakit kepala, asma, pencernaan yang
terganggu, demam, batu ginjal, dan sakit dan bengkak pada kaki dan tangan, yang
melelahkan tubuhnya yang lemah, tetapi tidak bisa menghancurkan rohnya /
semangatnya yang kuat. Pada waktu ia tidak bisa berjalan, ia menyuruh orang
mengangkatnya ke gereja di sebuah kursi) - ‘History of the Christian Church’, vol VIII, hal 820.
Pada
tanggal 11 Mei 1564 Calvin menulis surat kepada Farel dan berkata:
“I
draw my breath with difficulty, and am daily waiting till I altogether cease to
breathe”
(= Aku menarik nafas dengan sukar, dan setiap hari aku menunggu sampai aku
berhenti bernafas sama sekali) - Theodore Beza,
‘Calvin’s Selected Works’, vol I, hal xciv.
Calvin
mati karena asma pada tanggal 27 Mei 1564, di Geneva, pada usia hampir 56 tahun
- Philip Schaff, ‘History of the
Christian Church’, vol VIII, hal 274.
Philip
Schaff:
“Farel,
then in his eightieth year, came all the way from Neuchatel to bid him farewell,
although Calvin had written to him not to put himself to that trouble. He
desired to die in his place. Ten days after Calvin’s death, he wrote to Fabri
(June 6, 1564): ‘Oh, why was not I taken away in his place, while he might
have been spared for many years of health to the service of the Church of our
Lord Jesus Christ!’” [= Farel, yang saat itu berusia 80 tahun, datang
dari Neuchatel untuk mengucapkan selamat jalan, sekalipun Calvin telah menulis
kepadanya untuk tidak melakukan hal itu. Ia ingin mati menggantikan Calvin. 10
hari setelah kematian Calvin, ia menulis kepada Fabri (6 Juni 1564): ‘O,
mengapa bukan aku yang diambil sebagai ganti dia, sementara ia bisa tetap hidup
sehat untuk waktu yang lama untuk melayani Gereja Tuhan Yesus Kristus’] - ‘History
of the Christian Church’, vol VIII, hal 822.
Author : Pdt. Budi Asali,M.Div.
E-mail : [email protected]
e-mail us at [email protected]
Link ke Channel Video Khotbah2 Pdt. Budi Asali di Youtube:
https://www.youtube.com/channel/UCP6lW2Ak1rqIUziNHdgp3HQ
Channel Live Streaming Youtube : bit.ly/livegkrigolgotha / budi asali