Pdt. Budi Asali, M. Div.
(HP:
7064-1331 / 6050-1331)
http://www.golgothaministry.org
xxxxxx
BAG
03
D)
Calvin sebagai tokoh Reformasi di Geneva (Jenewa).
Bulan
Juli 1536, Calvin tiba di Geneva.
Philip
Schaff:
“He
intended to stop only a night, as he says, but Providence
had decreed otherwise. It was the decisive hour of his life which turned the
quiet scholar into an active reformer” (= Seperti katanya, ia bermaksud
untuk berhenti hanya untuk satu malam, tetapi Providensia
telah menetapkan sebaliknya. Itu merupakan saat yang menentukan dari hidupnya
yang mengubah pelajar pendiam itu menjadi tokoh reformasi yang aktif) - ‘History
of the Christian Church’, vol VIII, hal 347.
Di
Geneva ini Calvin bertemu dengan William Farel.
Sebelum melanjutkan cerita tentang Calvin, ada baiknya kita mempelajari sedikit
tentang orang yang bernama Farel ini.
William
Farel:
1)
Ia disebut sebagai ‘the pioneer of Protestantism in
Western Switzerland’ (= perintis ajaran Protestan di Swiss Barat) -
Philip Schaff, ‘History of the Christian
Church’, vol VIII, hal 237.
2)
Ia adalah seorang penginjil keliling, selalu bergerak / bekerja tanpa
henti-hentinya, seorang yang penuh dengan api / semangat
dan keberanian, tetapi bukan seorang jenius seperti Luther atau Calvin.
Dulunya ia adalah seorang Katolik yang sangat rajin dan bergairah, dan lalu
menjadi seorang Protestan yang rajin dan bergairah.
3)
Philip
Schaff:
“He
was a born fighter; he came, not to bring peace, but the
sword. ... He never used violence himself, except in language” (=
Ia adalah seorang yang lahir sebagai seorang pejuang; ia datang, bukan
untuk membawa damai, tetapi pedang. ... Ia sendiri tidak pernah
menggunakan kekerasan, kecuali dalam bahasa / kata-kata) - ‘History
of the Christian Church’, vol VIII, hal 237.
4)
Ia sampai di Geneva tahun 1532, dan dalam melakukan penginjilan terhadap
orang Katolik, timbul keributan. Ia lalu dipanggil ke rumah Abbe de Beaumont,
wakil pemimpin keuskupan. Seseorang lalu berkata / bertanya dengan nada
menghina: “Come
thou, filthy devil, are thou baptized? Who invited you hither? Who gave you
authority to preach?” (= Datanglah, setan kotor, apakah engkau dibaptis?
Siapa mengundang engkau ke sini? Siapa memberimu otoritas untuk berkhotbah?).
Farel
menjawab: “I
have been baptized in the name of the Father, the Son, and the Holy Ghost, and
am not a devil. I go about preaching Christ, who died for our sins and rose for
our justification. Whoever believes in him will be saved; unbelievers will be
lost. I am sent by God as a messenger of Christ, and am bound to preach him to
all who will hear me. I am ready to dispute with you,
and to give an account of my faith and ministry. Elijah said to King Ahab, ‘It is thou, and not I, who disturbest
Israel’. So I say, it is you and yours, who trouble the world by your
traditions, your human inventions, and your dissolute lives” (= Aku telah
dibaptis dalam nama Bapa, Anak dan Roh Kudus, dan aku bukan setan. Aku
berkeliling untuk mengkhotbahkan Kristus, yang mati untuk dosa-dosa kita dan
bangkit untuk pembenaran kita. Barangsiapa percaya kepadaNya akan diselamatkan;
orang tidak percaya akan terhilang. Aku diutus oleh Allah sebagai utusan
Kristus, dan harus mengkhotbahkan Dia kepada semua yang mau mendengarku. Aku
siap untuk berdebat dengan engkau, dan mempertanggungjawabkan iman dan
pelayananku. Elia berkata kepada raja Ahab,
‘Adalah kamu, dan bukan aku, yang mengganggu Israel’. Demikia
juga aku berkata, adalah kamu dan milikmu, yang menyusahkan dunia dengan
tradisimu, penemuan-penemuan manusiamu, dan hidupmu yang tidak dikekang).
Para
pastor tidak berkeinginan berdebat dengan Farel, karena tahu bahwa mereka akan
kalah. Tetapi seorang berkata: “He has blasphemed; we need no further evidence; he deserves to die”
(= Ia telah menghujat; kita tidak membutuhkan lebih banyak bukti; ia layak mati).
Farel
menjawab: “Speak
the words of God, and not of Caiaphas” (= Ucapkanlah firman / kata-kata
Allah, dan bukan kata-kata Kayafas).
Bdk. Mat 26:65-66.
Ini
menyebabkan ia dipukuli dan bahkan ditembak - Philip Schaff, ‘History of the Christian Church’, vol VIII, hal 243-244.
5)
Philip
Schaff:
“Oecolampadius
praised his zeal, but besought him to be also moderate and gentle. ‘Your
mission,’ he wrote to him, ‘is to evangelize, not a tyrannical legislator.
Men want to be led, not driven’” (= Oecolampadius memuji semangatnya,
tetapi memintanya untuk juga menjadi lunak dan lembut. ‘Misimu,’ ia menulis
kepadanya, ‘adalah untuk menginjili, bukan menjadi pemerintah yang bersifat
tirani. Manusia ingin dipimpin, bukan dipaksa / didorong’) - ‘History
of the Christian Church’, vol VIII, hal 238.
6)
Philip
Schaff:
“Farel’s
work was destructive rather than constructive. He could pull down, but not build
up. He was a conqueror, but not an organizer of his conquests; a man of action,
not a man of letters; an intrepid preacher, not a theologian. He felt his
defects, and handed his work over to the mighty genius of his younger friend
Calvin” (= Pekerjaan Farel lebih bersifat merusak dari pada membangun. Ia
bisa merobohkan, tetapi tidak bisa membangun. Ia adalah seorang pemenang /
penakluk, tetapi bukan seorang yang bisa mengorganisir orang yang
ditaklukkannya; orang yang banyak bekerja, bukan yang banyak belajar / berpikir;
seorang pengkhotbah yang berani, bukan seorang ahli theologia. Ia merasakan
kekurangan-kekurangannya, dan menyerahkan pekerjaannya kepada temannya yang
lebih muda, yang sangat jenius, yaitu Calvin) - Philip Schaff, ‘History
of the Christian Church’, vol VIII, hal 239.
Dalam
pertemuan Calvin dengan Farel, secara naluri Farel merasakan bahwa Calvin memang
disediakan Allah untuk meneruskan dan menyelamatkan reformasi di Geneva.
Mula-mula
Calvin menolak permintaan Farel untuk menetap di Geneva, dengan alasan bahwa ia
masih muda, ia masih perlu belajar, dan juga rasa takut dan malunya yang alamiah
yang menyebabkan ia tidak cocok untuk melayani banyak orang. Tetapi semua alasan
ini sia-sia. Philip Schaff mengatakan:
“Farel,
‘who burned of a marvelous zeal to advance the Gospel,’ threatened him with
the curse of Almighty God if he preferred his studies to the work of the Lord,
and of his own interest to the cause of Christ. Calvin was terrified and shaken
by these words of the fearless evangelist, and felt ‘as if God from on high
had stretched out his hand’. He submitted, and accepted the call to the
ministry, as teacher and pastor of the evangelical Church of Geneva” (= Farel, ‘yang berapi-api dengan semangat yang
mengagumkan terhadap kemajuan Injil,’ mengancamnya dengan kutuk dari Allah
yang mahakuasa kalau ia mengutamakan pelajarannya lebih dari pekerjaan Tuhan dan
kesenangannya sendiri lebih dari aktivitas / gerakan Kristus. Calvin sangat
ketakutan dan gemetar karena kata-kata dari penginjil yang tak kenal takut ini,
dan merasa ‘seakan-akan Allah dari atas mengulurkan tanganNya’. Ia tunduk /
menyerah, dan menerima panggilan pelayanan, sebagai guru dan pendeta dari gereja
injili di Geneva) - Philip Schaff, ‘History of the Christian Church’, vol VIII, hal 348.
Dr.
W. F. Dankbaar menceritakan hal ini sebagai berikut:
“Calvin menampik dan berkata, bahwa bukan itu
rencananya. Ia ingin belajar lebih banyak lagi dan ia mau menulis. Untuk
pekerjaan praktis, ia merasa diri tidak sanggup. Lebih dulu ia harus memperdalam
ilmunya. Yang perlu baginya ialah: ketenangan hidup dan pikiran. Lalu ia
meminta: ‘Kasihanilah saya dan biarkanlah saya mengabdikan diri saya kepada
Tuhan dengan cara lain’. Tiba-tiba meloncatlah Farel.
Dibekuknya bahu Calvin lalu berteriak dengan suara yang gemuruh: ‘Hanya
ketenanganmu yang saudara pentingkan? Kalau begitu, saya atas nama Allah yang
Mahakuasa menyatakan di sini: kehendakmu untuk belajar adalah alasan yang
dibuat-buat. Jika saudara menolak menyerahkan diri saudara untuk bekerja dengan
kami - Allah akan mengutuk saudara, sebab saudara mencari diri sendiri, bukan
mencari Kristus!’. Calvin gemetar. Ini bukan Farel lagi yang bicara,
ini adalah suara Tuhan. ‘Saya merasa disergap, tidak hanya karena permintaan
dan nasehat, melainkan karena dalam kata-kata Farel yang sangat mengancam itu
seolah-olah Allah dari surga meletakkan tanganNya dengan paksa di atasku’.
Terlalu besar kuasa itu rasanya, lalu iapun menyerah”
- ‘Calvin, Jalan Hidup dan Karyanya’, hal 41-42.
Dalam
pelayanan Calvin di Geneva itu, mula-mula pelayanan Calvin diterima dengan baik.
Tetapi melihat kehidupan moral orang Geneva yang jelek, maka Calvin menulis ‘a
popular Catechism’, dan Farel, dengan bantuan Calvin, menulis ‘a
Confession of Faith and Discipline’. Buku yang kedua ini mencakup
pentingnya pendisiplinan dan pengucilan / siasat gerejani. Kedua buku ini
diterima oleh sidang gereja Geneva pada bulan November 1536.
Sekalipun
mula-mula orang-orang Geneva menerima dan tunduk pada kedua buku itu, tetapi
karena disiplin itu mereka anggap terlalu keras, akhirnya mereka menentangnya.
Ini menyebabkan Calvin dan Farel diusir dari Geneva pada tahun 1538.
Sepeninggal
Calvin dan Farel, Geneva justru menjadi kacau balau, sehingga akhirnya Geneva
memanggil Calvin, yang pada waktu itu menetap di Strassburg, untuk kembali. Pada
mulanya, selain Strassburg tidak ingin kehilangan Calvin, Calvin sendiri sama
sekali tidak ingin kembali.
Philip
Schaff:
“‘There
is no place in the world,’ he wrote to Viret, ‘which I fear more; not
because I hate it, but because I feel unequal to the difficulties which await me
there’. He called it an abyss from which he shrank back much more now than he
had done in 1536” (= ‘Tidak ada tempat di dunia,’ ia menulis kepada
Viret, ‘yang lebih aku takuti; bukan karena aku membencinya, tetapi karena aku
merasa tidak memadai terhadap kesukaran-kesukaran yang menungguku di sana’. Ia
menyebutnya sebagai jurang yang sekarang lebih ia takuti / jauhi dari pada yang
ia lakukan pada tahun 1536) - ‘History
of the Christian Church’, vol VIII, hal 429.
Tetapi
Philip Schaff juga menambahkan: “At
the same time, he was determined to obey the will of God as soon as it would be
made clear to him by unmistakable indications of Providence.
‘When I remember,’ he wrote to Farel, ‘that in this matter I am not my own
master, I present my heart as a sacrifice and offer it up to the Lord’”
(= Pada saat yang sama, ia memutuskan untuk mentaati kehendak Allah begitu hal
itu menjadi jelas baginya oleh petunjuk yang tak bisa salah dari Providensia.
‘Pada saat aku ingat,’ ia menulis kepada Farel, ‘bahwa dalam persoalan ini
aku bukanlah tuan dari diriku sendiri, aku memberikan hatiku sebagai suatu
korban dan mempersembahkannya kepada Tuhan’) - ‘History
of the Christian Church’, vol VIII, hal 429.
Farel
juga mendesak Calvin untuk mau kembali ke Geneva.
Philip
Schaff: “Farel’s
aid was also solicited. With incomparable self-denial he pardoned the
ingratitude of the Genevese in not recalling him, and made every
exertion to secure the return of his younger friend, whom he had first
compelled by moral force to stop at Geneva. He bombarded him with letters. He
even travelled from Neuchatel to Strassburg, and spent two days there,
pressing him in person and trying to persuade him, ...” (= Bantuan Farel
juga diminta. Dengan penyangkalan diri yang tidak ada bandingannya ia
mengampuni rasa tak tahu berterima kasih dari orang-orang Geneva yang tidak
memanggilnya kembali, dan membuat setiap usaha untuk mengembalikan
temannya yang lebih muda, yang mula-mula ia paksa untuk berhenti di Geneva. Ia
membombardir Calvin dengan surat. Ia bahkan melakukan perjalanan dari
Neuchatel ke Strassburg, dan melewatkan dua hari di sana, menekannya secara
pribadi dan mencoba untuk membujuknya, ...) - ‘History of the Christian Church’, vol VIII, hal 431.
Catatan:
tadinya Calvin dan Farel sama-sama melayani di Geneva, dan lalu keduanya
diusir. Tetapi hanya Calvin yang dipanggil kembali oleh orang-orang Geneva,
sedangkan Farel tidak.
Philip
Schaff: “Farel
continued to thunder, and reproached the Strassburgers for keeping Calvin back.
He was indignant at Calvin’s delay. ‘Will you wait,’ he wrote him, ‘till
the stones call thee?’” (= Farel terus mengguntur, dan mencela
orang-orang Strassburg karena menahan Calvin. Ia jengkel karena penundaan
Calvin. ‘Apakah kamu kamu menunggu,’ tulisnya kepada Calvin, ‘sampai
batu-batu memanggilmu?’) - ‘History of the Christian Church’, vol VIII, hal 429.
Akhirnya,
pada tanggal 13 September 1541, Calvin kembali ke Geneva, dan pada tanggal 16
September 1541, ia menulis surat kepada Farel:
“Thy
wish is granted, I am held fast here. May God give his blessing” (= Keinginanmu dikabulkan, sekarang aku
terikat di sini. Kiranya Allah memberikan berkatNya)
- Philip Schaff, ‘History of the
Christian Church’, vol VIII, hal 437.
Philip
Schaff berkata: “Never was a man more loudly called by government and people, never
did a man more reluctantly accept the call, never did a man more faithfully and
effectively fulfil the duties of the call than John
Calvin when, in obedience to the voive of God, he settled a second time at
Geneva to live and to die at this post of duty” (= Tidak pernah ada
orang yang dipanggil lebih keras oleh pemerintah dan masyarakat, tidak pernah
ada orang yang menerima panggilan dengan begitu segan, tidak pernah ada orang
yang memenuhi tugas panggilan dengan lebih setia dan effektif dari pada John
Calvin, pada waktu, dalam ketaatan pada suara Allah, ia tinggal / menetap untuk
keduakalinya di Geneva untuk hidup dan mati di tempat tugasnya ini) -
‘History of the Christian Church’,
vol VIII, hal 437.
Tentang
Calvin sebagai seorang Reformator, Philip Schaff berkata:
a)
“Revolution
is followed by reconstruction and consolidation. For this task Calvin was
providentially foreordained and equipped by genius, education, and
circumstances”
(= Revolusi disusul oleh rekonstruksi / pembangunan kembali dan konsolidasi /
penguatan. Untuk tugas ini Calvin ditetapkan dan dilengkapi dengan kegeniusan,
pendidikan, dan sikon) - ‘History of the Christian
Church’, vol VIII, hal 257.
b)
“They
(Luther and Zwingli) cut the stones in the quarries, he (Calvin) polished them
in the workshop. They produced the new ideas, he constructed them into a system.
His was the work of Apollos rather than of Paul: to water rather than to plant,
God giving the increase”
[= Mereka (Luther dan Zwingli) memotong batu dalam tambang, ia (Calvin)
memolesnya di bengkel / ruang kerja. Mereka membuat gagasan-gagasan baru, ia
menyusunnya ke dalam suatu sistim. Pekerjaannya adalah seperti pekerjaan Apolos,
bukan seperti pekerjaan Paulus: menyirami bukannya menanam, Allah yang
memberikan pertumbuhan] - ‘History of the Christian
Church’, vol VIII, hal 258.
E) Karya tulis Calvin.
Philip
Schaff:
“The
literary activity of Calvin, whether we look at the number or at the importance
of works, is not surpassed by any ecclesiastical writer,
ancient or modern, and excites double astonishment when we take into
consideration the shortness of his life, the frailty of his health, and the
multiplicity of his other labors as a teacher, preacher, church ruler, and
correspondent” (= Aktivitas menulis dari Calvin, apakah kita melihat pada
jumlahnya ataupun pentingnya, tidak dilampaui oleh
penulis gereja yang manapun, baik yang kuno maupun yang modern, dan lebih
menimbulkan keheranan kalau kita mengingat akan pendeknya hidupnya, kelemahan
kesehatannya, dan banyaknya pekerjaannya sebagai guru, pengkhotbah, pemimpin
gereja, dan dalam surat-menyurat) - ‘History of the Christian Church’, vol VIII, hal 267.
Karya
tulis Calvin antara lain:
1)
Pembahasan Kitab Suci secara exegesis.
Ia
menulis penafsiran secara exegesis dari:
a)
Seluruh Perjanjian Lama kecuali Hakim-hakim - Ayub, Amsal - Kidung Agung.
b)
Seluruh Perjanjian Baru kecuali 2 Yoh, 3 Yoh dan Wahyu.
Selain
itu, juga ada khotbah-khotbah (bukan buku tafsiran) tentang 2 Samuel dan Ayub.
Philip
Schaff:
“Calvin
was an exegetical genius of the first order. His commentaries are unsurpassed
for originality, depth, perspicuity, soundness, and permanent value. ... If
Luther was the king of translators, Calvin was the king of commentators”
[= Calvin adalah seorang jenius kelas satu dalam hal exegesis. Buku tafsirannya
tidak bisa dilampaui dalam hal keorisinilan, kedalaman, kejelasan, kesehatan (maksudnya
ajarannya sehat), dan nilai yang menetap.
... Jika Luther adalah raja penterjemah, Calvin adalah
raja penafsir] - ‘History of
the Christian Church’, vol VIII, hal 524.
2)
Tulisan doktrinal.
a)
Tulisan doktrinal yang terpenting adalah ‘Institutes
of the Christian Religion’.
b)
3 buah Chatechisms (=
katekisasi).
c)
Tentang Perjamuan Kudus.
d)
The Galican Confession
(Pengakuan Iman).
3)
Yang bersifat Polemic dan Apologetics.
a)
Menentang Gereja Roma Katolik.
1.
Jawaban terhadap Kardinal Sadoletus.
2.
Tentang Free will / kehendak
bebas.
3.
Tentang pemujaan Relics.
4.
Menentang Faculty of the Sorbonne.
5.
Tentang perlunya Reformasi.
6.
Menentang Council of Trent.
Philip
Schaff:
“Roman
Catholics feared Calvin as their most dangerous enemy” (= Roma Katolik
takut kepada Calvin sebagai musuh mereka yang paling berbahaya) - ‘History
of the Christian Church’, vol VIII, hal 267.
b)
Menentang Anabaptists.
1.
Tentang doktrin ‘Sleep of the soul’ (Psychopannychy).
2.
Instruksi menentang kesalahan-kesalahan dari sekte Anabaptis.
c)
Menentang Libertines.
Ini
orang-orang yang hidup bebas, karena mereka membuang semua hukum yang mengekang
mereka.
d)
Menentang Anti-Trinitarian.
Ini
menjawab ajaran sesat yang dikeluarkan oleh Servetus.
e)
Pembelaan terhadap doktrin Predestination.
Ini
menjawab ajaran sesat yang dikeluarkan oleh Bolsec dan Castellio.
Philip
Schaff menyebutkan Bolsec dan Audin sebagai 2 pemfitnah Calvin. Bolsec bahkan
menulis buku tentang kehidupan Calvin yang memfitnah Calvin habis-habisan (‘History
of the Christian Church’, vol VIII, hal 271, 302-303).
f)
Pembelaan terhadap doktrin Perjamuan Kudus.
Ini
menjawab serangan dari seorang Lutheran yang fanatik yang bernama Joachim
Westphal.
Calvin
tidak bisa diam melihat adanya ajaran sesat atau serangan yang ditujukan kepada
ajaran yang benar. Karena itu dalam hidupnya ia banyak melakukan serangan
terhadap ajaran-ajaran sesat dan pembelaan terhadap ajaran yang benar. Tentang
hal ini ia berkata:
“‘Even
a dog barks,’ he wrote to the queen of Navarre, ‘when his master is
attacked; how could I be silent when the honor of my Lord is assailed?’” (= ‘Bahkan seekor anjing
menggonggong,’ tulisnya kepada ratu Navarre, ‘jika tuannya diserang;
bagaimana aku bisa diam pada saat kehormatan Tuhanku diserang?’)
- Philip Schaff, ‘History of the
Christian Church’, vol VIII, hal 594.
Mungkin
sikap ini yang menyebabkan ia dicintai oleh banyak orang dan sekaligus juga
dibenci oleh banyak orang.
Philip
Schaff:
“No
name in church history - not even Hildebrand’s or Luther’s or Loyola’s - has
been so much loved and hated, admired and abhorred, praised and blamed, blessed
and cursed, as that of John Calvin”
(= Tidak ada nama dalam sejarah gereja - bahkan tidak nama Hildebrand atau
Luther atau Loyola - yang begitu
dicintai dan dibenci, dikagumi dan dianggap menjijikkan, dipuji dan disalahkan,
diberkati dan dikutuk, seperti nama John Calvin)
- ‘History of the Christian Church’, vol VIII, hal 270.
Catatan:
Hildebrand adalah nama salah seorang Paus, dan Loyola adalah pendiri dari
golongan Jesuit, suatu Ordo dalam Roma Katolik.
4)
Surat-surat:
Ini
bukan main banyaknya, mencapai 10 volume.
5)
Dan lain-lain.
Catatan:
Tetang karya tulis Calvin yang lebih lengkap bisa saudara lihat dalam buku
Philip Schaff, ‘History of the Christian
Church’, vol VIII, hal 268-270.
Kalau
pada jaman sekarang karya tulis Calvin luar biasa larisnya, maka tidaklah
demikian pada waktu Calvin menulis bukunya yang pertama, yang membahas buku yang
berjudul ‘De Clementia’.
Dr.
W. F. Dankbaar berkata: “Pengalaman
Calvin dengan buah karyanya pertama, serupa dengan apa yang dialami oleh
kebanyakan penulis karya ilmiah lainnya; buku itu ternyata tidak laris lakunya.
Ia sendiri mencetakkannya atas biaya sendiri dan kemudian dengan susah payah
harus menjualnya di sana-sini. Rasa harga-dirinya menjadi tersintuh benar-benar
karenanya” - ‘Calvin, Jalan Hidup dan Karyanya’, hal 17.
Author : Pdt. Budi Asali,M.Div.
E-mail : [email protected]
e-mail us at [email protected]
Link ke Channel Video Khotbah2 Pdt. Budi Asali di Youtube:
https://www.youtube.com/channel/UCP6lW2Ak1rqIUziNHdgp3HQ
Channel Live Streaming Youtube : bit.ly/livegkrigolgotha / budi asali