Pemahaman Alkitab

G. K. R. I. ‘GOLGOTA’

(Rungkut Megah Raya, blok D no 16)

Rabu, tanggal 5 Maret 2014, pk 19.00

Pdt. Budi Asali, M. Div.

 

II Timotius 2:1-26(15)

 

2Tim 2:14-26 - “(14) Ingatkanlah dan pesankanlah semuanya itu dengan sungguh-sungguh kepada mereka di hadapan Allah, agar jangan mereka bersilat kata, karena hal itu sama sekali tidak berguna, malah mengacaukan orang yang mendengarnya. (15) Usahakanlah supaya engkau layak di hadapan Allah sebagai seorang pekerja yang tidak usah malu, yang berterus terang memberitakan perkataan kebenaran itu. (16) Tetapi hindarilah omongan yang kosong dan yang tak suci yang hanya menambah kefasikan. (17) Perkataan mereka menjalar seperti penyakit kanker. Di antara mereka termasuk Himeneus dan Filetus, (18) yang telah menyimpang dari kebenaran dengan mengajarkan bahwa kebangkitan kita telah berlangsung dan dengan demikian merusak iman sebagian orang. (19) Tetapi dasar yang diletakkan Allah itu teguh dan meterainya ialah: ‘Tuhan mengenal siapa kepunyaanNya’ dan ‘Setiap orang yang menyebut nama Tuhan hendaklah meninggalkan kejahatan.’ (20) Dalam rumah yang besar bukan hanya terdapat perabot dari emas dan perak, melainkan juga dari kayu dan tanah; yang pertama dipakai untuk maksud yang mulia dan yang terakhir untuk maksud yang kurang mulia. (21) Jika seorang menyucikan dirinya dari hal-hal yang jahat, ia akan menjadi perabot rumah untuk maksud yang mulia, ia dikuduskan, dipandang layak untuk dipakai tuannya dan disediakan untuk setiap pekerjaan yang mulia. (22) Sebab itu jauhilah nafsu orang muda, kejarlah keadilan, kesetiaan, kasih dan damai bersama-sama dengan mereka yang berseru kepada Tuhan dengan hati yang murni. (23) Hindarilah soal-soal yang dicari-cari, yang bodoh dan tidak layak. Engkau tahu bahwa soal-soal itu menimbulkan pertengkaran, (24) sedangkan seorang hamba Tuhan tidak boleh bertengkar, tetapi harus ramah terhadap semua orang. Ia harus cakap mengajar, sabar (25) dan dengan lemah lembut dapat menuntun orang yang suka melawan, sebab mungkin Tuhan memberikan kesempatan kepada mereka untuk bertobat dan memimpin mereka sehingga mereka mengenal kebenaran, (26) dan dengan demikian mereka menjadi sadar kembali, karena terlepas dari jerat Iblis yang telah mengikat mereka pada kehendaknya.”.

 

Ay 20: “Dalam rumah yang besar bukan hanya terdapat perabot dari emas dan perak, melainkan juga dari kayu dan tanah; yang pertama dipakai untuk maksud yang mulia dan yang terakhir untuk maksud yang kurang mulia.”.

 

1)   “Dalam rumah yang besar”.

 

Calvin: “Commentators are not agreed, however, whether the ‘great house’ means the Church alone, or the whole world. And, indeed, the context rather leads us to understand it as denoting the Church; for Paul is not now reasoning about strangers, but about God’s own family. Yet what he says is true generally, and in another passage the same Apostle extends it to the whole world; that is, at Romans 9:21, where he includes all the reprobate under the same word that is here used. We need not greatly dispute, therefore, if any person shall apply it simply to the world. Yet there can be no doubt that Paul’s object is to shew that we ought not to think it strange, that bad men are mixed with the good, which happens chiefly in the Church.” (= Tetapi, para penafsir tidak setuju, apakah ‘rumah yang besar’ berarti Gereja saja, atau seluruh dunia. Dan memang, kontext membimbing kami untuk mengertinya sebagai menunjukkan Gereja; karena Paulus sekarang tidak sedang berargumentasi / berbicara tentang orang-orang asing, tetapi tentang keluarga Allah sendiri. Tetapi apa yang ia katakan adalah benar secara umum, dan dalam text yang lain Rasul yang sama memperluasnya kepada seluruh dunia; yaitu pada Ro 9:21, dimana ia mencakup semua orang-orang reprobate / yang ditentukan untuk binasa di bawah kata yang sama yang digunakan di sini. Karena itu, kita tidak perlu sangat mempertengkarkannya jika siapapun menerapkannya kepada dunia. Tetapi tidak ada keraguan bahwa tujuan Paulus adalah menunjukkan bahwa kita tidak boleh memikirkannya sebagai sesuatu yang aneh, bahwa orang-orang jahat bercampur dengan orang-orang baik / saleh, yang terutama terjadi di dalam Gereja.).

 

Ro 9:21 - “Apakah tukang periuk tidak mempunyai hak atas tanah liatnya, untuk membuat dari gumpal yang sama suatu benda untuk dipakai guna tujuan yang mulia dan suatu benda lain untuk dipakai guna tujuan yang biasa?”.

 

William Hendriksen: Timothy must not be surprised about the fact that there is such a thing as defection! He must bear in mind that it is with the visible church as it is with ‘a large house.’ (= Timotius tidak boleh terkejut tentang fakta bahwa di sana ada sesuatu seperti cacat / ketidaksempurnaan! Ia harus mencamkan bahwa gereja yang kelihatan adalah seperti ‘suatu rumah yang besar’.).

 

2)   “bukan hanya terdapat perabot dari emas dan perak, melainkan juga dari kayu dan tanah; yang pertama dipakai untuk maksud yang mulia dan yang terakhir untuk maksud yang kurang mulia.”.

Kitab Suci Indonesia: ‘mulia ... kurang mulia’.

KJV: honour ... dishonour. (= terhormat ... tidak terhormat).

RSV/NIV: noble ... ignoble. (= mulia ... tidak mulia).

NASB: honor ... dishonor. (= terhormat ... tidak terhormat).

 

Barnes’ Notes: “‘And some to honour, and some to dishonour.’ Some to most honorable uses - as drinking vessels, and vessels to contain costly viands, and some for the less honorable purposes connected with cooking, etc. The same thing is to be expected in the church. See this idea illustrated at greater length under another figure in the notes at 1 Cor 12:14-26; compare the notes, Rom 9:21. The APPLICATION here seems to be, that in the church it is to be presumed that there will be a great variety of gifts and attainments, and that we are no more to expect that all will be alike, than we are that all the vessels in a large house will be made of gold. (= ‘Dan sebagian / beberapa kepada kehormatan, dan sebagian / beberapa kepada ketidak-hormatan’. Sebagian / beberapa kepada penggunaan-penggunaan yang paling terhormat - seperti peralatan minum, dan peralatan untuk diisi makanan pilihan yang mahal, dan sebagian / beberapa untuk tujuan-tujuan yang kurang terhormat berhubungan dengan memasak, dsb. Hal yang sama harus diharapkan dalam gereja. Lihat gagasan ini dijelaskan dengan lebih panjang lebar di bawah gambaran yang lain dalam catatan pada 1Kor 12:14-26; bandingkan dengan catatan, Ro 9:21. PENERAPANnya di sini, kelihatannya adalah, bahwa dalam gereja harus dianggap bahwa di sana akan ada bermacam-macam karunia-karunia dan pencapaian-pencapaian, dan bahwa kita tidak boleh lebih mengharapkan bahwa semua akan serupa / sama, dari pada kita mengharapkan bahwa semua peralatan dalam sebuah rumah yang besar dibuat dari emas.).

 

Bagi saya adalah aneh kalau Barnes hanya mempersoalkan orang kristen yang sejati, dan hanya membedakan yang lebih setia dan yang kurang setia. Saya lebih setuju dengan Calvin di atas, dan Hendriksen dan Lenski di bawah, yang menganggap bahwa selain orang-orang kristen yang sejati, ada juga orang-orang kristen KTP / munafik / reprobate, di dalam gereja!

 

William Hendriksen: Similarly, the visible church, as it manifests itself on earth, contains true believers (some more faithful, comparable to gold; others less faithful, comparable to silver) and hypocrites. Cf. Matt. 13:24–30: wheat and tares. The genuine members are destined for honor (see Matt. 25:34–40); the others, for dishonor (see Matt. 25:41–45). Cf. I Sam. 2:30b; Rom. 9:21. [= Secara sama / mirip, gereja yang kelihatan, sebagaimana itu menyatakan dirinya sendiri di bumi, terdiri dari orang-orang percaya yang sejati (sebagian lebih setia, bisa dibandingkan dengan emas; yang lain kurang setia, bisa dibandingkan dengan perak) dan orang-orang munafik. Bdk. Mat 13:24-30; lalang dan gandum. Anggota-anggota yang asli ditentukan untuk kehormatan (lihat Mat 25:34-40); yang lain, untuk ketidak-hormatan (lihat Mat 25:41-45). Bdk. 1Sam 2:30b; Ro 9:21.].

1Sam 2:30 - “Sebab itu - demikianlah firman TUHAN, Allah Israel - sesungguhnya Aku telah berjanji: Keluargamu dan kaummu akan hidup di hadapanKu selamanya, tetapi sekarang - demikianlah firman TUHAN - : Jauhlah hal itu dari padaKu! Sebab siapa yang menghormati Aku, akan Kuhormati, tetapi siapa yang menghina Aku, akan dipandang rendah.”.

 

Lenski: The utensils of wood and of earthenware are persons who are only outwardly members of the visible church; they are ‘for dishonor,’ which does not mean for dirty use but unprized, eventually discarded and thrown on the junk heap. Nobody throws utensils that are made of gold and of silver out with the junk. We now see why the division is made between ‘gold and silver’ on the one hand, ‘wood and earthenware’ on the other, and why no other materials are mentioned, for that would spoil the illustration, (= Alat-alat dari kayu dan tanah adalah orang-orang yang hanya secara lahiriah adalah anggota-anggota dari gereja yang kelihatan; mereka adalah ‘untuk ketidakhormatan’, yang bukan berarti untuk penggunaan yang kotor tetapi tidak berharga, yang akhirnya dibuang dan dilemparkan pada tumpukan sampah. Tak seorangpun melemparkan alat-alat yang dibuat dari emas dan dari perak keluar bersama dengan sampah. Sekarang kita melihat mengapa pembagian dibuat antara ‘emas dan perak’ di satu sisi, ‘kayu dan tanah’ di sisi yang lain, dan mengapa tak ada bahan-bahan lain disebutkan, karena itu akan merusak ilustrasinya,).

 

Lenski: “‘For honor’ and ‘for dishonor’ do not refer to the use that is made of these utensils, some being intended for noble, some for ignoble use. Nothing is said about their use, for this is not the point; the one and only point is preciousness, some utensils being so precious as never to be thrown away, some so cheap as to be readily thrown away. (= ‘Untuk kehormatan’ dan ‘untuk ketidak-hormatan’ tidak menunjuk pada penggunaan yang dibuat oleh peralatan-peralatan ini, sebagian dimaksudkan untuk penggunaan yang mulia, sebagian untuk penggunaan yang tidak mulia. Tak ada apapun dikatakan tentang penggunaan mereka, karena ini bukanlah tujuannya; satu-satunya tujuan adalah keberhargaannya, sebagian peralatan begitu berharga sehingga tidak pernah dibuang, sebagian begitu murah sehingga siap untuk dibuang.).

 

Adam Clarke: “As the foundation of God refers to God’s building, i.e. the whole system of Christianity, so here the great house is to be understood of the same; and the different kinds of vessels mean the different teachers, as well as the different kinds of members. In this sacred house at Ephesus there were vessels of gold and silver - eminent, holy, sincere, and useful teachers and members, and also vessels of wood and of earth - false and heretical teachers, such as Hymeneus and Philetus, and their followers.” (= Sebagaimana fondasi Allah menunjuk pada bangunan Allah, yaitu seluruh sistim kekristenan, begitu juga di sini rumah yang besar harus dimengerti berkenaan dengan hal yang sama; dan jenis-jenis yang berbeda dari peralatan-peralatan berarti guru-guru / pengajar-pengajar yang berbeda-beda, maupun jenis-jenis yang berbeda-beda dari anggota-anggota. Dalam rumah yang keramat di Efesus ini di sana ada peralatan-peralatan dari emas dan perak - guru-guru / pengajar-pengajar dan anggota-anggota yang menonjol, kudus, sungguh-sungguh / tulus, dan juga peralatan-peralatan dari kayu dan tanah - guru-guru / pengajar-pengajar palsu dan sesat, seperti Himeneus dan Filetus, dan pengikut-pengikut mereka.).

 

Kalau Adam Clarke menafsirkan bahwa kata-kata itu bukan hanya menunjuk kepada anggota-anggota gereja, tetapi juga kepada guru-guru / pengajar-pengajar, maka John Stott bahkan menafsirkan bahwa kata-kata ini HANYA menunjuk kepada guru-guru / pengajar-pengajar.

 

John Stott: From this usage I think we would be justified in concluding that the two sets of vessels in the great house (gold and silver for noble use, wood and earthenware for ignoble) represent not genuine and spurious members of the church but true and false teachers in the church. Paul is still, in fact, referring to the two sets of teachers he has contrasted in the previous paragraph, the authentic like Timothy and the bogus like Hymenaeus and Alexander. The only difference is that he changes the metaphor from good and bad workmen to noble and ignoble vessels. [= Dari penggunaan ini saya berpikir bahwa kita akan dibenarkan dalam menyimpulkan bahwa dua set peralatan dalam rumah yang besar (emas dan perak untuk penggunaan yang mulia, kayu dan tanah untuk penggunaan yang tidak mulia) mewakili bukan anggota-anggota yang asli dan palsu dari gereja tetapi guru-guru / pengajar-pengajar yang sejati dan palsu dalam gereja. Paulus sebetulnya tetap menunjuk kepada dua set guru-guru / pengajar-pengajar yang telah ia kontraskan dalam paragraf sebelumnya, yang asli seperti Timotius dan yang gadungan / palsu seperti Himeneus dan Aleksander. Satu-satunya perbedaan adalah bahwa ia mengubah kiasannya dari pekerja-pekerja yang baik dan jahat menjadi peralatan-peralatan yang mulia dan tidak mulia.].

Catatan: saya tak mengerti bagaimana Aleksander muncul di sini. Yang muncul dalam 2Tim 2:17 adalah Filetus. Aleksander muncul dalam 1Tim 1:20 dan 2Tim 4:14.

 

Matthew Henry: There are some professors of religion that are like the vessels of wood and earth, they are vessels of dishonour. But at the same time all are not vessels of dishonour; there are ‘vessels of gold and silver,’ vessels of honour, ‘that are sanctified and meet for the Master’s use.’ When we are discouraged by the badness of some, we must encourage ourselves by the consideration of the goodness of others. (= Di sana ada sebagian pengaku-pengaku agama yang adalah seperti peralatan-peralatan dari kayu dan tanah, mereka adalah peralatan-peralatan dari ketidak-hormatan. Tetapi pada saat yang sama tidak semua adalah peralatan ketidak-hormatan; di sana ada ‘peralatan-peralatan dari emas dan perak’, peralatan-peralatan kehormatan, ‘yang dikuduskan dan cocok untuk penggunaan sang Tuan’. Pada waktu kita kecil hati karena keburukan dari beberapa orang, kita harus menguatkan diri kita sendiri oleh pertimbangan dari kebaikan dari orang-orang lain.).

 

Penerapan: jangan terus menyoroti orang-orang brengsek dalam gereja, itu akan membuat saudara kecil hati, bahkan mungkin saja lalu meniru kehidupan mereka.

Mat 24:12 - “Dan karena makin bertambahnya kedurhakaan, maka kasih kebanyakan orang akan menjadi dingin.”.

Lihatlah, pikirkanlah, dan tirulah kehidupan dari orang-orang yang saleh dalam gereja.

 

Ay 21: “Jika seorang menyucikan dirinya dari hal-hal yang jahat, ia akan menjadi perabot rumah untuk maksud yang mulia, ia dikuduskan, dipandang layak untuk dipakai tuannya dan disediakan untuk setiap pekerjaan yang mulia.”.

 

1)         “Jika seorang menyucikan dirinya dari hal-hal yang jahat,”.

Kata-kata ‘yang jahat’ ini sebetulnya tidak ada.

KJV: ‘from these’ (= dari ini).

RSV: ‘from what is ignoble’ (= dari apa yang tidak mulia).

NIV: ‘from the latter’ (= dari yang terakhir).

NASB: ‘from these things’ (= dari hal-hal ini).

Catatan: NASB menuliskan kata ‘things’ dengan huruf miring, yang menunjukkan kata itu sebetulnya tidak ada dalam bahasa aslinya. Jadi, yang betul-betul hurufiah adalah terjemahan KJV.

 

Apa arti dari kata ‘these’ / ‘ini’ di sini? Ada penafsir-penafsir yang mengartikan ‘these’ / ‘ini’ sebagai menunjuk kepada guru-guru / pengajar-pengajar palsu yang dibicarakan dalam ayat-ayat sebelumnya, dan / atau menunjuk pada ajaran-ajaran sesat mereka. Tetapi jelas bahwa kejahatan dari guru-guru / pengajar-pengajar palsu itu tercakup sebagai hal-hal yang harus dihindari.

 

Bible Knowledge Commentary: Paul then shifted the metaphor slightly to show how one can be an instrument for noble purposes, by cleansing himself from the ignoble vessels. The metaphor is somewhat mixed (one would usually think of cleansing from corruption, not cleansing from the corrupted vessels), but the apostle’s point is clear: Timothy was to have nothing to do with the false teachers. ... What is clean and set apart for special use can easily get contaminated and be rendered unusable through contact with the corrupt. [= Paulus lalu menggeser kiasannya sedikit untuk menunjukkan bagaimana seseorang bisa menjadi suatu alat untuk tujuan yang mulia, dengan membersihkan dirinya sendiri dari peralatan-peralatan yang tidak mulia. Kiasannya agak tercampur (orang biasanya berpikir tentang pembersihan dari kejahatan, bukan pembersihan dari peralatan-peralatan yang jahat / rusak), tetapi maksud sang rasul adalah jelas: Timotius tidak boleh berurusan apapun dengan guru-guru / pengajar-pengajar palsu. ... Apa yang bersih dan dipisahkan untuk penggunaan khusus bisa dengan mudah terkontaminasi dan dijadikan tak bisa digunakan melalui kontak dengan yang jahat / rusak.].

 

Pulpit Commentary: The idea, therefore, seems to be that of separation, and, if so, ‘from these’ may certainly mean from the false teachers described under the image of the vessels unto dishonour, as usually explained. At the same time, the image is better sustained if we understand ‘from these’ to mean the babblings, and ungodliness, and eating words of the heretics denounced. It is hardly natural to imply that one vessel in the house will become a golden vessel by purging itself from the wooden and earthen vessels. Neither is separation from the false teachers the point which St. Paul is here pressing, but avoidance of false doctrines. (= Karena itu, gagasannya kelihatannya adalah tentang pemisahan, dan jika demikian, ‘dari ini’ pasti bisa berarti dari guru-guru / pengajar-pengajar palsu yang digambarkan di bawah gambaran dari peralatan-peralatan bagi ketidak-hormatan, seperti biasanya dijelaskan. Pada saat yang sama, gambaran itu disokong dengan lebih baik jika kita mengerti ‘dari ini’ sebagai berarti ocehan-ocehan, dan kejahatan, dan kata-kata yang merusak dari orang-orang sesat yang dicela. Hampir tidak wajar untuk mengatakan secara tak langsung bahwa satu peralatan dalam rumah akan menjadi suatu peralatan dari emas dengan menyucikan dirinya sendiri dari peralatan-peralatan dari kayu dan tanah. Juga pemisahan dari guru-guru / pengajar-pengajar palsu bukanlah maksud yang Santo Paulus tekankan di sini, tetapi penghindaran dari ajaran-ajaran yang salah / palsu.).

 

Barnes’ Notes: ‘If a man therefore purge himself from these, he shall be a vessel unto honour.’ ... The word ‘these’ refers, here, to the persons represented by the vessels of wood and of earth - the vessels made to dishonor, as mentioned in the previous verse (2 Tim 2:20). The idea is, that if one would preserve himself from the corrupting influence of such men, he would be fitted to be a vessel of honor, or to be employed in the most useful and honorable service in the cause of his Master. [= ‘Jika seseorang menyucikan dirinya sendiri dari ini, ia akan menjadi suatu peralatan bagi kehormatan’. ... Kata ‘ini’ di sini menunjuk kepada orang-orang yang digambarkan dengan peralatan-peralatan dari kayu dan tanah - peralatan-peralatan yang dibuat bagi ketidak-hormatan, seperti disebutkan dalam ayat sebelumnya (2Tim 2:20). Gagasannya adalah, bahwa jika seseorang mau menjaga dirinya sendiri dari pengaruh merusak dari orang-orang seperti itu, ia akan jadi cocok untuk menjadi suatu peralatan kehormatan, atau untuk digunakan dalam pelayanan yang paling berguna dan terhormat dalam perkara Tuannya.].

 

John Stott: The master of the house lays down only one condition. The vessels which he uses must be clean. His promise hinges on this. It is evident at once that some kind of self-purification is the indispensable condition of usefulness to Christ, but exactly what is it? The words ‘from what is ignoble’ are the RSV interpretation of apo toutōn ‘from these’ (plural), and ‘these’ must refer back to the ‘vessels for ignoble use’ of the previous verse. In what sense, then, are we to purify ourselves from these? It cannot mean that we are to cut adrift from all nominal church members whom we suspect of being spurious, and secede from the visible church, for Jesus indicated in his parable that the weeds had been sown among the wheat and could not be successfully separated from them until the harvest. Besides, we have already seen that it is teachers rather than members who are indicated by the two sorts of vessels. This fact and the context suggest, therefore, that we are to hold ourselves aloof from the kind of false teachers who, like Hymenaeus and Philetus, both deny some fundamental of the gospel and (according to 1 Tim. 1:19, 20) have also violated their conscience and lapsed into some form of unrighteousness. But Paul’s condition is more radical even than this. What we are to avoid is not so much contact with such men as their error and their evil. To purify ourselves ‘from these’ is essentially to purge their falsehood from our minds and their wickedness from our hearts and lives. Purity, then - purity of doctrine and purity of life - is the essential condition of being serviceable to Christ. [= Tuan dari rumah memberikan hanya satu syarat. Peralatan yang ia gunakan harus bersih. Janjinya bergantung pada ini. Segera terlihat dengan jelas bahwa sejenis pemurnian diri sendiri adalah syarat yang sangat diperlukan dari kebergunaan bagi Kristus, tetapi persisnya apakah itu? Kata-kata ‘dari apa yang tidak mulia’ adalah penafsiran RSV tentang APO TAUTON ‘dari ini’ (jamak), dan ‘ini’ harus menunjuk kembali kepada ‘peralatan-peralatan untuk penggunaan yang tidak mulia’ dari ayat sebelumnya. Lalu dalam arti apa kita harus memurnikan diri kita sendiri dari ini? Itu tidak bisa berarti bahwa kita harus memotong sehingga hanyut dari semua anggota-anggota gereja yang hanya namanya saja anggota gereja, yang kita curigai sebagai palsu, dan melepaskan / menarik diri dari gereja yang kelihatan, karena Yesus menyatakan dalam perumpamaanNya bahwa rumput liar / lalang telah ditaburkan di antara gandum dan tidak bisa secara sukses dipisahkan dari mereka sampai musim menuai. Disamping, kita telah melihat bahwa adalah guru-guru / pengajar-pengajar dan bukannya anggota-anggota yang ditunjukkan oleh dua jenis peralatan. Karena itu, fakta ini dan kontextnya mengusulkan / menganjurkan bahwa kita harus menahan diri kita sendiri jauh-jauh dari jenis guru-guru / pengajar-pengajar palsu yang, seperti Himeneus dan Filetus, keduanya menyangkal beberapa ajaran dasar dari injil dan (menurut 1Tim 1:19,20) juga telah melanggar hati nurani mereka dan tergelincir ke dalam suatu bentuk ketidak-benaran. Tetapi syarat dari Paulus bahkan lebih radikal dari ini. Apa yang harus kita hindari bukanlah kontak dengan orang-orang seperti itu tetapi lebih pada kesalahan mereka dan kejahatan mereka. Memurnikan diri kita sendiri ‘dari ini’ secara hakiki adalah menyucikan kepalsuan / kesalahan mereka dari pikiran kita dan kejahatan mereka dari hati dan kehidupan kita. Maka, kemurnian - kemurnian ajaran dan kemurnian kehidupan - adalah syarat yang mutlak perlu dari keadaan berguna bagi Kristus.].

 

William Hendriksen: Close and intimate association with hypocrites may easily lead to moral and spiritual contamination (I Cor. 15:33; and see N.T.C. on II Thess. 3:14). The temptation to fall into this trap must be avoided. The sin of accepting the doctrines and/or of copying the example of such wicked men (whether the latter be thought of as still in the church or as already out of the church) must be avoided (cf. verse 19b); and if committed, must be confessed, and the evil must be overcome with good. Thus, a person must ‘effectively’ or ‘thoroughly’ cleanse himself ‘from these,’ that is, from evil men (‘utensils for dishonor’) and their defiling doctrines and practices; from such men as Hymenaeus and Philetus and their disciples, and from their false teachings and evil habits. [= Persatuan / pergaulan yang dekat dan intim dengan orang-orang munafik bisa dengan mudah membimbing pada pencemaran moral dan rohani (1Kor 15:33; dan lihat N.T. C. tentang 2Tes 3:14). Pencobaan untuk jatuh pada jebakan ini harus dihindari. Dosa tentang penerimaan doktrin-doktrin dan / atau peniruan teladan dari orang-orang jahat seperti itu (apakah yang belakangan ini dianggap sebagai tetap dalam gereja atau sebagai telah ada di luar gereja) harus dihindari (bdk. ayat 19b); dan jika dilakukan, harus diakui, dan yang jahat harus dikalahkan dengan yang baik. Maka, seseorang harus ‘secara efektif’ atau ‘secara menyeluruh’ membersihkan dirinya sendiri ‘dari ini’, yaitu dari orang-orang jahat (‘peralatan-peralatan untuk ketidak-hormatan’) dan doktrin-doktrin dan praktek-praktek mereka yang merusak; dari orang-orang seperti Himeneus dan Filetus dan murid-murid mereka, dan dari ajaran-ajaran palsu dan kebiasaan-kebiasaan jahat mereka.].

1Kor 15:33 - “Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik.”.

2Tes 3:14 - “Jika ada orang yang tidak mau mendengarkan apa yang kami katakan dalam surat ini, tandailah dia dan jangan bergaul dengan dia, supaya ia menjadi malu,”.

 

Calvin: “here God explicitly states in what manner he wishes us to serve him, that is, by a religious and holy life.” (= di sini Allah secara explicit menyatakan dengan cara apa Ia ingin kita melayani Dia, yaitu dengan suatu kehidupan yang religius dan kudus.).

 

Jadi, Calvin menekankan pembuangan dosa / kejahatan. Dan ini cocok dengan kontext:

·         Ay 19b: “‘Setiap orang yang menyebut nama Tuhan hendaklah meninggalkan kejahatan.’”.

·         Ay 22: “Sebab itu jauhilah nafsu orang muda, kejarlah keadilan, kesetiaan, kasih dan damai bersama-sama dengan mereka yang berseru kepada Tuhan dengan hati yang murni.”.

 

2)   “ia akan menjadi perabot rumah untuk maksud yang mulia, ia dikuduskan, dipandang layak untuk dipakai tuannya dan disediakan untuk setiap pekerjaan yang mulia.”.

 

Apakah potongan kalimat ini menunjukkan bahwa orang bisa berubah dari perabot yang tidak mulia menjadi perabot yang mulia?

 

Lenski: The condition is one of expectancy, for who would expect any person to turn himself from gold or silver into wood or earthenware? The application is left general: ‘if, then, anyone,’ for it applies to all true members of the church and not merely to Timothy. The illustration and the reality are interwoven so as to bring out the point. But this, of necessity, strains the illustration. In the case of lifeless household utensils it is the rule: once a thing of gold or of silver always a thing of gold or of silver, and this is, of course, also true with regard to things of wood or of earthenware. But that is not the case with regard to the living persons here illustrated. They may change from gold and silver to wood and earthenware, from genuine to mere outward church members. Illustrations must frequently be strained in this way: they only touch the reality, indicate it only in a weak way; they are on a poor, low plane, the reality on a far higher plane. We should, therefore, accept the strain and not force the reality down to the illustration or the illustration up to the reality. (= Keadaannya adalah keadaan dari pengharapan, karena siapa akan mengharapkan siapapun untuk mengubah dirinya sendiri dari emas atau perak menjadi kayu atau tanah? Penerapannya dibiarkan umum: ‘maka, jika siapapun’, karena itu diterapkan kepada semua anggota-anggota sejati dari gereja dan bukan semata-mata kepada Timotius. Ilustrasi dan kenyataannya dijalin sehingga mengeluarkan / menghasilkan tujuannya. Tetapi ini harus memaksakan ilustrasinya. Dalam kasus dari peralatan-peralatan rumah yang tak bernyawa ini adalah peraturannya: sekali suatu benda dari emas atau perak, selalu suatu benda dari emas atau perak, dan tentu saja ini juga benar berkenaan dengan benda-benda dari kayu dan tanah. Tetapi itu bukan kasusnya berkenaan dengan orang-orang hidup yang di sini diilustrasikan. Mereka bisa berubah dari emas dan perak menjadi kayu dan tanah, dari anggota-anggota gereja yang sejati menjadi yang semata-mata lahiriah. Ilustrasi-ilustrasi sering harus dipaksa dengan cara ini: mereka hanya menyentuh kenyataannya, menunjukkannya hanya dengan cara yang lemah; mereka ada pada dataran yang miskin dan rendah, kenyataannya ada pada dataran yang jauh lebih tinggi. Karena itu, kita harus menerima pemaksaannya dan tidak memaksa kenyataannya turun pada ilustrasinya atau ilustrasinya naik pada kenyataannya.).

 

Saya tak setuju dengan Lenski dalam hal ini. Paulus memberikan kiasan tentang perabot-perabot dari emas, perak, kayu dan tanah di sini, bukan untuk mempersoalkan perubahan itu, apalagi mempersoalkan siapa penyebab dari perubahan itu.

 

Calvin: “There are many who misapply this passage, for the sake of proving that what Paul elsewhere (Romans 9:16) declares to belong ‘to God that sheweth mercy,’ is actually within the power of ‘him that willeth and him that runneth.’ This is exceedingly frivolous; for Paul does not here argue about the election of men, in order to shew what is the cause of it, as he does in the ninth chapter of the Epistle to the Romans (Romans 9); but only means that we are unlike wicked men, whom we perceive to have been born to their perdition. It is consequently foolish to draw an inference from these words, about the question whether it is in a man’s power to place himself in the number of the children of God, and to be the author of his own adoption.” [= Ada banyak yang menerapkan secara salah text ini, untuk membuktikan bahwa apa yang Paulus di tempat lain (Ro 9:16) nyatakan sebagai milik ‘dari Allah yang menunjukkan belas kasihan’, sebenarnya ada dalam kuasa dari ‘dia yang menghendaki dan dia yang berlari / berusaha’. Ini sangat sembrono; karena di sini Paulus tidak berargumentasi tentang pemilihan manusia, untuk menunjukkan apa penyebabnya, seperti yang ia lakukan dalam pasal ke sembilan dari Surat kepada Gereja Roma (Ro 9); tetapi hanya memaksudkan bahwa kita tidak seperti orang-orang jahat, yang kita mengerti sebagai telah dilahirkan untuk kebinasaan mereka. Karena itu adalah tolol untuk menarik suatu kesimpulan dari kata-kata ini, tentang pertanyaan apakah itu ada dalam kuasa manusia untuk menempatkan dirinya sendiri dalam kelompok dari anak-anak Allah, dan menjadi pencipta dari pengadopsiannya sendiri.].

Ro 9:16 - “Jadi hal itu tidak tergantung pada kehendak orang atau usaha orang, tetapi kepada kemurahan hati Allah.”.

KJV: So then it is not of him that willeth, nor of him that runneth, but of God that sheweth mercy. (= Maka itu bukan dari dia yang menghendaki, ataupun dari dia yang berlari / berusaha, tetapi dari Allah yang menunjukkan belas kasihan).

 

Calvin: “Others, who infer from these words that free-will is sufficient for preparing a man, that he may be fit and qualified for obeying God, do not at first sight appear to be so absurd as the former, yet there is no solidity in what they advance. ... Beyond all controversy, we are called to holiness. But the question about the calling and duty of Christians is totally different from the question about their power or ability.” (= Orang-orang lain, yang menyimpulkan dari kata-kata ini bahwa kehendak bebas adalah cukup untuk mempersiapkan seseorang, supaya ia bisa cocok dan memenuhi syarat untuk mentaati Allah, pertama-tama tidak terlihat sebagai begitu menggelikan seperti yang terdahulu, tetapi di sana tidak ada kekuatan dalam apa yang mereka ajukan. ... Tak diragukan, kita dipanggil pada kekudusan. Tetapi pertanyaan tentang panggilan dan kewajiban orang-orang Kristen sama sekali berbeda dari pertanyaan tentang kuasa / kekuatan atau kemampuan mereka.).

 

-bersambung-

Author : Pdt. Budi Asali,M.Div.

E-mail : [email protected]

e-mail us at [email protected]

http://golgothaministry.org

Link ke Channel Video Khotbah2 Pdt. Budi Asali di Youtube:

https://www.youtube.com/channel/UCP6lW2Ak1rqIUziNHdgp3HQ

Channel Live Streaming Youtube :  bit.ly/livegkrigolgotha / budi asali