Pemahaman Alkitab

G. K. R. I. ‘GOLGOTA’

(Rungkut Megah Raya, blok D no 16)

Rabu, tanggal 5 Februari 2014, pk 19.00

Pdt. Budi Asali, M. Div.

 

II Timotius 2:1-26(12)

 

2Tim 2:14-18 - “(14) Ingatkanlah dan pesankanlah semuanya itu dengan sungguh-sungguh kepada mereka di hadapan Allah, agar jangan mereka bersilat kata, karena hal itu sama sekali tidak berguna, malah mengacaukan orang yang mendengarnya. (15) Usahakanlah supaya engkau layak di hadapan Allah sebagai seorang pekerja yang tidak usah malu, yang berterus terang memberitakan perkataan kebenaran itu. (16) Tetapi hindarilah omongan yang kosong dan yang tak suci yang hanya menambah kefasikan. (17) Perkataan mereka menjalar seperti penyakit kanker. Di antara mereka termasuk Himeneus dan Filetus, (18) yang telah menyimpang dari kebenaran dengan mengajarkan bahwa kebangkitan kita telah berlangsung dan dengan demikian merusak iman sebagian orang.”.

 

Ay 15: “Usahakanlah supaya engkau layak di hadapan Allah sebagai seorang pekerja yang tidak usah malu, yang berterus terang memberitakan perkataan kebenaran itu.”.

 

1)            “Usahakanlah supaya engkau layak di hadapan Allah”.

 

Calvin: “Since all disputes about doctrine arise from this source, that men are desirous to make a boast of ingenuity before the world, Paul here applies the best and most excellent remedy, when he commands Timothy to keep his eyes fixed on God; as if he had said; ‘Some aim at the applause of a crowded assembly, but do thou study to approve thyself and thy ministry to God.’ And indeed there is nothing that tends more to check a foolish eagerness for display, than to reflect that we have to deal with God.” (= Karena semua pertengkaran tentang doktrin / ajaran muncul dari sumber ini, bahwa orang-orang ingin membanggakan tentang kepintaran di hadapan dunia, Paulus di sini menerapkan obat yang terbaik dan paling bagus, pada waktu ia memerintahkan Timotius untuk mengarahkan matanya kepada Allah; seakan-akan ia telah berkata, ‘sebagian orang menginginkan tepuk tangan dari orang banyak, tetapi engkau berusahalah untuk membuat dirimu sendiri dan pelayananmu disetujui Allah’. Dan memang tak ada yang lebih mengekang / menghentikan suatu keinginan tolol untuk pameran, dari pada memikirkan bahwa kita harus berurusan dengan Allah.).

 

Barnes’ Notes: “‘Study to show thyself approved unto God.’ Give diligence (2 Peter 1:10), or make an effort so to discharge the duties of the ministerial office as to meet the divine approbation. The object of the ministry is not to please men. Such doctrines should be preached, and such plans formed, and such a manner of life pursued, as God will approve. To do this demands STUDY or CARE - for there are many temptations to the opposite course; there are many things the tendency of which is to lead a minister to seek popular favor rather than the divine approval. If ANY man please God, it will be as the result of deliberate intention and a careful life. [= ‘Belajarlah / berusahalah untuk menunjukkan dirimu sendiri disetujui oleh Allah’. Berusahalah sungguh-sungguh (2Pet 1:10), atau berusahalah untuk melaksanakan kewajiban-kewajiban tugas pelayanan sehingga memenuhi persetujuan ilahi. Tujuan dari pelayanan bukanlah untuk menyenangkan manusia. Doktrin seperti itu harus dikhotbahkan, dan rencana-rencana seperti itu harus dibentuk, dan cara kehidupan seperti itu harus diikuti, sehingga Allah akan menyetujui. Melakukan ini menuntut PEMBELAJARAN dan PERHATIAN / ketelitian - karena ada banyak pencobaan pada jalan yang berlawanan; ada banyak hal yang kecenderungannya adalah mengarahkan seorang pendeta untuk mencari kesenangan populer dari pada persetujuan ilahi. Jika SIAPAPUN menyenangkan / memperkenan Allah, itu adalah hasil dari maksud / tujuan yang sengaja dan kehidupan yang hati-hati.].

Bdk. Gal 1:10 - “Jadi bagaimana sekarang: adakah kucari kesukaan manusia atau kesukaan Allah? Adakah kucoba berkenan kepada manusia? Sekiranya aku masih mau mencoba berkenan kepada manusia, maka aku bukanlah hamba Kristus.”.

 

2)            “sebagai seorang pekerja yang tidak usah malu,”.

 

Matthew Henry: Ministers must be workmen; they have work to do, and they must take pains in it. Workmen that are unskilful, or unfaithful, or lazy, have need to be ashamed; but those who mind their business, and keep to their work, are workmen that need not be ashamed. (= Pendeta-pendeta harus menjadi pekerja-pekerja; mereka mempunyai pekerjaan untuk dilakukan, dan mereka harus berusaha keras dalam hal itu. Pekerja-pekerja yang tidak cakap, atau tidak setia, atau malas, perlu malu; tetapi mereka yang memperhatikan urusan / kesibukan mereka, dan bertekun dalam pekerjaan mereka, adalah pekerja-pekerja yang tidak perlu malu.).

 

Bible Knowledge Commentary: Timothy need not fear such shame if he would correctly handle the Word of truth (cf. Eph 1:13; Col 1:5; James 1:18), which for him included both Old Testament Scripture and what he had heard orally from Paul. ... What is clear is that the shame of God’s disapproval awaits those who mishandle His Word. [= Timotius tak perlu malu seperti itu jika ia mau menangani secara benar Firman kebenaran (bdk. Ef 1:13; Kol 1:5; Yak 1:18), yang bagi dia mencakup Kitab Suci Perjanjian Lama dan apa yang ia dengar secara lisan dari Paulus. ... Apa yang jelas adalah bahwa rasa malu karena tidak disetujui Allah, menunggu mereka yang menangani secara salah FirmanNya.].

 

Jelas bahwa kalau dikatakan pendeta rajin bekerja, tidak berarti ia pelayanan terus TANPA BELAJAR! Kerajinannya harus ditekankan pada belajar dan mengajar / memberitakan Injil / Firman Tuhan!

 

3)         yang berterus terang memberitakan perkataan kebenaran itu..

Catatan: Kitab Suci Indonesia salah terjemahan! Entah dari mana kata-kata ‘berterus terang memberitakan’ itu.

KJV: ‘rightly dividing the word of truth.’ (= dengan benar membagi / memisah firman kebenaran.).

RSV: ‘rightly handling the word of truth.’ (= menangani dengan benar firman kebenaran.).

NIV: ‘and who correctly handles the word of truth.’ (= dan yang dengan benar menangani firman kebenaran.).

NASB: ‘accurately handling the word of truth.’ (= dengan akurat menangani firman kebenaran.).

 

The Bible Exposition Commentary mengatakan bahwa Alkitab bahasa Latin (Latin Vulgate) menterjemahkan dengan akurat ‘dengan benar MENANGANI firman kebenaran’.

 

Bible Knowledge Commentary: The Greek ‎orthotomounta‎, ‘correctly handling,’ found only here and in the Septuagint in Prov 3:6 and 11:5, means literally ‘to cut straight,’ but just what image Paul had in mind here is uncertain. Stone masons, plowers, road builders, tentmakers, and (least likely of all) surgeons have all been suggested, but a firm conclusion remains elusive. [= Kata Yunani ‎orthotomounta‎, ‘menangani dengan benar’, ditemukan hanya di sini dan dalam Septuaginta dalam Amsal 3:6 dan 11:5, secara hurufiah berarti ‘memotong dengan lurus’, tetapi apa yang Paulus pikirkan di sini adalah tidak pasti. Tukang batu, pembajak, pembangun jalanan, pembuat tenda, dan (paling kecil kemungkinannya dari semua) ahli-ahli bedah telah diusulkan, tetapi kesimpulan yang tegas tetap sukar dipahami.].

Amsal 3:6 - “Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu.”.

Amsal 11:5 - “Jalan orang saleh diratakan oleh kebenarannya, tetapi orang fasik jatuh karena kefasikannya.”.

 

Barnes’ Notes: The word here rendered ‘rightly dividing,’ occurs nowhere else in the New Testament. It means, properly, ‘to cut straight, to divide right;’ and the allusion here may be to a steward who makes a proper distribution to each one under his care of such things as his office and their necessities require; ... Some have supposed that there is an allusion here to the Jewish priest, cutting or dividing the sacrifice into proper parts; others, that the allusion is to the scribes dividing the law into sections; others, to a carver distributing food to the guests at a feast. Robinson (Lexicon) renders it, ‘rightly proceeding as to the word of truth;’ that is, rightfully and skillfully teaching the word of truth. The idea seems to be, that the minister of the gospel is to make a proper distribution of that word, adapting his instructions to the circumstances and wants of his hearers, and giving to each that which will be fitted to nourish the soul for heaven. [= Kata yang di sini diterjemahkan ‘dengan benar membagi’, tak muncul di tempat lain dalam Perjanjian Baru. Itu secara benar berarti, ‘memotong dengan lurus, membagi dengan benar’; dan di sini kiasan itu bisa menunjuk kepada seorang pelayan yang membuat pembagian yang benar / tepat kepada setiap orang di bawah perhatiannya tentang hal-hal seperti itu seperti yang dibutuhkan tugasnya dan kebutuhan-kebutuhan; ... Sebagian orang menganggap bahwa disini ada suatu kiasan pada imam Yahudi, yang memotong atau membagi korban menjadi bagian-bagian yang tepat / benar; orang-orang lain menganggap bahwa kiasan ini menunjuk kepada ahli-ahli Taurat yang membagi hukum Taurat menjadi bagian-bagian; orang-orang lain lagi menganggap ini menunjuk kepada seorang pemotong daging yang membagikan makanan kepada tamu-tamu dalam suatu pesta. Robinson (Lexicon) menterjemahkannya, ‘dengan benar maju / meneruskan berkenaan dengan firman kebenaran’; artinya, dengan benar dan dengan ahli mengajarkan firman kebenaran. Gagasannya kelihatannya adalah bahwa pelayan dari injil harus membuat suatu pembagian tentang firman itu, dengan menyesuaikan instruksi / ajarannya pada keadaan-keadaan dan kebutuhan-kebutuhan dari para pendengarnya, dan memberikan kepada masing-masing apa yang cocok untuk memberi makanan / memelihara jiwa untuk surga.].

 

John Stott: the work of these good and bad workmen is summed up in pregnant verbs. The good workman ‘cuts straight’ (15, literally) the word of truth; the bad workman ‘swerves’ (18) or deviates from the truth. ... ‘The word of truth’ is the apostolic faith which Timothy has received from Paul and is to communicate to others. For us it is, quite simply, Scripture. To ‘cut it straight’ or ‘make it a straight path’ is to be accurate on the one hand and plain on the other in our exposition. Apparently Sophocles used the word for ‘to expound soundly’ (MM). Thus the good workman is true to Scripture. He does not falsify it. Nor does he try to confuse people, like Elymas the sorcerer, by ‘making crooked the straight paths of the Lord’ (Acts 13:10). On the contrary, he handles the word with such scrupulous care that he both stays on the path himself, keeping to the highway and avoiding the byways, and makes it easy for others to follow. ... The metaphor Paul employs to describe the bad workman is taken neither from civil engineering nor from agriculture but from archery. So now the truth is likened not to a road being built or a furrow being ploughed but to a target being shot at. The verb (18) is astocheO, which comes from stochos, a ‘target’, and means to ‘miss the mark’ and so to ‘deviate’ from something. It occurs three times in the Pastoral Epistles: ‘Certain persons by swerving from these (sc. genuine love, a good conscience and sincere faith) have wandered away into vain discussion’ (1 Tim. 1:6). ‘For by professing it (sc. ‘what is falsely called knowledge’) some have missed the mark as regards the faith’ (1 Tim. 6:21). ‘Who have swerved from the truth …’ or as in NEB, ‘shot wide of the truth’ (2 Tim. 2:18). We are now in a position to grasp the alternative which Paul sets before every Christian teacher entrusted with the word of truth, and which determines whether he will be a good or a bad workman. The word of truth is a target. As he shoots at this target, he will either hit it or miss it. The word of truth is a road. As he cuts this road through the forest, he will make it either straight or crooked. As a result of what he does, that is, how he teaches, others are bound to be affected, for better or for worse. If he cuts the road straight, people will be able to follow and so keep in the way. If, on the other hand, he misses the mark, the attention of the spectators will be distracted from the target and their eyes will follow the arrow however widely astray it has gone. [= Pekerjaan dari pekerja-pekerja yang baik dan buruk ini diringkaskan dalam kata-kata kerja yang penuh arti. Pekerja yang baik ‘memotong dengan lurus’ (ay 15, secara hurufiah) firman kebenaran; pekerja yang buruk ‘membelokkan’ (ay 18) atau menyimpang dari kebenaran. ... ‘Firman kebenaran’ adalah iman rasuli yang Timotius telah terima dari Paulus dan harus beritakan kepada orang-orang lain. Bagi kita itu, cukup sederhana, adalah Kitab Suci. ‘Memotongnya lurus’ atau ‘membuatnya suatu garis lurus’ berarti akurat pada satu sisi dan jelas pada sisi lain dalam penjelasan kita. Jelas Sophocles menggunakan kata itu untuk ‘menjelaskan dengan sehat’ (MM). Jadi, pekerja yang baik benar / setia terhadap Kitab Suci. Ia tidak memalsukannya. Juga ia tidak berusaha untuk membingungkan orang-orang, seperti Elimas si tukang sihir, dengan ‘membuat bengkok jalan Tuhan yang lurus’ (Kis 13:10). Sebaliknya, ia menangani firman dengan ketelitian yang begitu teliti sehingga ia sendiri tetap ada di jalan itu, menjaganya untuk tetap di jalan besar dan menghindari jalan-jalan kecil, dan membuatnya mudah bagi orang-orang lain untuk mengikuti. ... Kiasan yang Paulus gunakan untuk menggambarkan pekerja yang buruk, diambil bukan dari tehnik sipil ataupun dari pertanian tetapi dari pemanahan. Jadi sekarang kebenaran digambarkan bukan sebagai suatu jalan yang sedang dibangun atau suatu alur yang sedang dibajak, tetapi sebagai suatu target / sasaran yang sedang ditembak / dipanah. Kata kerjanya (ay 18) adalah astoKheO, yang datang dari stoKhos, suatu target / sasaran, dan berarti ‘luput dari sasaran’ dan dengan demikian ‘menyimpang’ dari sesuatu. Itu muncul 3 x dalam Surat-surat Penggembalaan: ‘Orang-orang tertentu dengan berbelok dari hal-hal ini (yaitu kasih yang murni / asli, hati nurani yang baik dan iman yang tulus) telah mengembara ke dalam diskusi yang sia-sia’ (1Tim 1:6). ‘Karena dengan mengakuinya (yaitu ‘apa yang secara salah disebut pengetahuan’) beberapa orang telah luput dari sasaran berkenaan dengan iman’ (1Tim 6:21). ‘Yang telah berbelok dari kebenaran ...’ atau seperti dalam NEB, ‘ditembakkan / dipanahkan jauh dari kebenaran’ (2Tim 2:18). Kita sekarang ada dalam suatu posisi untuk memahami alternatif yang Paulus berikan di hadapan setiap guru / pengajar Kristen yang dipercayai dengan firman kebenaran, dan yang menentukan apakah ia akan menjadi pekerja yang baik atau buruk. Firman kebenaran adalah suatu target / sasaran. Pada waktu ia menembak / memanah pada target / sasaran ini, ia akan mengenainya atau luput. Firman kebenaran adalah suatu jalan. Pada waktu ia memotong jalan ini melalui hutan, ia akan membuatnya lurus atau bengkok. Sebagai hasil dari apa yang ia lakukan, yaitu, bagaimana ia mengajar, orang-orang lain pasti akan dipengaruhi, menjadi lebih baik atau lebih buruk. Jika ia memotong jalan dengan lurus, orang-orang akan bisa mengikuti dan dengan demikian tetap ada di jalan itu. Jika, di sisi lain, ia luput dari sasaran, perhatian dari penonton akan dikacaukan dari sasaran dan mata mereka akan mengikuti anak panah betapapun jauhnya anak panah itu telah menyimpang.].

Kis 13:8-10 - “(8) Tetapi Elimas - demikianlah namanya dalam bahasa Yunani -, tukang sihir itu, menghalang-halangi mereka dan berusaha membelokkan gubernur itu dari imannya. (9) Tetapi Saulus, juga disebut Paulus, yang penuh dengan Roh Kudus, menatap dia, (10) dan berkata: ‘Hai anak Iblis, engkau penuh dengan rupa-rupa tipu muslihat dan kejahatan, engkau musuh segala kebenaran, tidakkah engkau akan berhenti membelokkan Jalan Tuhan yang lurus itu?”.

1Tim 1:6 - “Tetapi ada orang yang tidak sampai pada tujuan itu dan yang sesat dalam omongan yang sia-sia.”.

1Tim 6:21 - “karena ada beberapa orang yang mengajarkannya dan dengan demikian telah menyimpang dari iman. Kasih karunia menyertai kamu!”.

2Tim 2:18 - “yang telah menyimpang dari kebenaran dengan mengajarkan bahwa kebangkitan kita telah berlangsung dan dengan demikian merusak iman sebagian orang.”.

 

Calvin: “by this term I understand, generally, an allotment of the word which is judicious, and which is well suited to the profit of the hearers. Some mutilate it, others tear it, others torture it, others break it in pieces, others, keeping by the outside, (as we have said,) never come to the soul of doctrine. To all these faults he contrasts the ‘dividing aright,’ that is, the manner of explaining which is adapted to edification; for that is the rule by which we must try all interpretation of Scripture.” [= dengan istilah ini saya mengerti, secara umum, suatu pembagian firman yang bijaksana, dan yang disesuaikan dengan benar pada kegunaan dari para pendengar. Sebagian memutilasinya, sebagian menyobeknya, orang-orang lain menyiksanya, yang lain menghancurkannya berkeping-keping, yang lain menjaga untuk tetap di luar, (seperti telah kami katakan), tidak pernah datang pada jiwa / inti dari doktrin. Terhadap semua kesalahan ini ia mengkontraskan ‘pembagian yang benar’, yaitu cara menjelaskan yang disesuaikan dengan pendidikan; karena itu adalah peraturan dengan mana kita harus menguji semua penafsiran Kitab Suci.].

 

A. T. Robertson: Theodoret explains it to mean plowing a straight furrow. Parry argues that the metaphor is the stone mason cutting the stones straight since ‎temnoo ‎and ‎orthos are so used. Since Paul was a tent-maker and knew how to cut straight the rough camel-hair cloth, why not let that be the metaphor? Certainly plenty of exegesis is crooked enough (crazy-quilt patterns) to call for careful cutting to set it straight. [= Theodoret menjelaskannya sehingga berarti membajak suatu jalur yang lurus, Parry berargumentasi bahwa kiasan itu adalah tukang batu yang memotong batu dengan lurus karena TEMNOO dan ORTHOS digunakan seperti itu. Karena Paulus adalah pembuat tenda dan tahu bagaimana memotong lurus kain kasar dari rambut unta, mengapa tidak membiarkan itu sebagai kiasannya? Pastilah banyak exegesis yang cukup bengkok (pola-pola menyambung-nyambung yang gila) yang membutuhkan pemotongan yang hati-hati / teliti untuk meluruskannya.].

 

The Bible Exposition Commentary: The preacher and teacher who use the Word correctly will build their church the way God wants it to be built. But a sloppy worker will handle God’s Word deceitfully in order to make it say what he wants it to say (2 Cor 4:2). When God tests our ministries in His local churches, some of it, sad to say, will become ashes (1 Cor 3:10ff). An approved worker diligently studies the Word and seeks to apply it to his own life. An ashamed worker wastes His time with other ‘religious duties’ and has little or nothing to give his class or congregation. [= Pengkhotbah dan guru / pengajar yang menggunakan Firman dengan benar akan membangun gereja mereka dengan cara bagaimana Allah ingin gereja itu dibangun. Tetapi seorang pekerja yang buruk akan menangani Firman Allah secara menipu untuk membuatnya mengatakan apa yang ia ingin firman itu katakan (2Kor 4:2). Pada waktu Allah menguji pelayanan-pelayanan kita dalam gereja-gereja lokalNya, sebagian darinya, sedih untuk mengatakannya, akan menjadi abu (1Kor 3:10-dst). Seorang pekerja yang disetujui / direstui secara rajin belajar Firman dan berusaha untuk menerapkannya pada hidupnya sendiri. Seorang pekerja yang memalukan membuang-buang waktuNya dengan ‘kewajiban-kewajiban agamawi’ yang lain dan mempunyai sedikit atau tidak sama sekali untuk diberikan kepada kelasnya atau jemaatnya.].

2Kor 4:2 - “Tetapi kami menolak segala perbuatan tersembunyi yang memalukan; kami tidak berlaku licik dan tidak memalsukan firman Allah. Sebaliknya kami menyatakan kebenaran dan dengan demikian kami menyerahkan diri kami untuk dipertimbangkan oleh semua orang di hadapan Allah.”.

1Kor 3:10-15 - “(10) Sesuai dengan kasih karunia Allah, yang dianugerahkan kepadaku, aku sebagai seorang ahli bangunan yang cakap telah meletakkan dasar, dan orang lain membangun terus di atasnya. Tetapi tiap-tiap orang harus memperhatikan, bagaimana ia harus membangun di atasnya. (11) Karena tidak ada seorangpun yang dapat meletakkan dasar lain dari pada dasar yang telah diletakkan, yaitu Yesus Kristus. (12) Entahkah orang membangun di atas dasar ini dengan emas, perak, batu permata, kayu, rumput kering atau jerami, (13) sekali kelak pekerjaan masing-masing orang akan nampak. Karena hari Tuhan akan menyatakannya, sebab ia akan nampak dengan api dan bagaimana pekerjaan masing-masing orang akan diuji oleh api itu. (14) Jika pekerjaan yang dibangun seseorang tahan uji, ia akan mendapat upah. (15) Jika pekerjaannya terbakar, ia akan menderita kerugian, tetapi ia sendiri akan diselamatkan, tetapi seperti dari dalam api.”.

 

Wiersbe’s Expository Outlines: Every church should be a Bible school, where the Word of God is taught accurately. (= Setiap gereja seharusnya adalah / menjadi suatu sekolah Alkitab, dimana Firman Allah diajarkan secara akurat.).

 

-bersambung-

Author : Pdt. Budi Asali,M.Div.

E-mail : [email protected]

e-mail us at [email protected]

http://golgothaministry.org

Link ke Channel Video Khotbah2 Pdt. Budi Asali di Youtube:

https://www.youtube.com/channel/UCP6lW2Ak1rqIUziNHdgp3HQ

Channel Live Streaming Youtube :  bit.ly/livegkrigolgotha / budi asali