Pemahaman Alkitab

G. K. R. I. ‘GOLGOTA’

(Rungkut Megah Raya, blok D no 16)

 

Rabu, tanggal 23 Januari 2013, pk 19.00

 

Pdt. Budi Asali, M. Div.

(0819-455-888-55)

[email protected]

 

II Timotius 1:1-18(5)

 

2Tim 1:1-18 - “(1) Dari Paulus, rasul Kristus Yesus oleh kehendak Allah untuk memberitakan janji tentang hidup dalam Kristus Yesus, (2) kepada Timotius, anakku yang kekasih: kasih karunia, rahmat dan damai sejahtera dari Allah Bapa dan Kristus Yesus, Tuhan kita, menyertai engkau. (3) Aku mengucap syukur kepada Allah, yang kulayani dengan hati nurani yang murni seperti yang dilakukan nenek moyangku. Dan selalu aku mengingat engkau dalam permohonanku, baik siang maupun malam. (4) Dan apabila aku terkenang akan air matamu yang kaucurahkan, aku ingin melihat engkau kembali supaya penuhlah kesukaanku. (5) Sebab aku teringat akan imanmu yang tulus ikhlas, yaitu iman yang pertama-tama hidup di dalam nenekmu Lois dan di dalam ibumu Eunike dan yang aku yakin hidup juga di dalam dirimu. (6) Karena itulah kuperingatkan engkau untuk mengobarkan karunia Allah yang ada padamu oleh penumpangan tanganku atasmu. (7) Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban. (8) Jadi janganlah malu bersaksi tentang Tuhan kita dan janganlah malu karena aku, seorang hukuman karena Dia, melainkan ikutlah menderita bagi InjilNya oleh kekuatan Allah. (9) Dialah yang menyelamatkan kita dan memanggil kita dengan panggilan kudus, bukan berdasarkan perbuatan kita, melainkan berdasarkan maksud dan kasih karuniaNya sendiri, yang telah dikaruniakan kepada kita dalam Kristus Yesus sebelum permulaan zaman (10) dan yang sekarang dinyatakan oleh kedatangan Juruselamat kita Yesus Kristus, yang oleh Injil telah mematahkan kuasa maut dan mendatangkan hidup yang tidak dapat binasa. (11) Untuk Injil inilah aku telah ditetapkan sebagai pemberita, sebagai rasul dan sebagai guru. (12) Itulah sebabnya aku menderita semuanya ini, tetapi aku tidak malu; karena aku tahu kepada siapa aku percaya dan aku yakin bahwa Dia berkuasa memeliharakan apa yang telah dipercayakanNya kepadaku hingga pada hari Tuhan. (13) Peganglah segala sesuatu yang telah engkau dengar dari padaku sebagai contoh ajaran yang sehat dan lakukanlah itu dalam iman dan kasih dalam Kristus Yesus. (14) Peliharalah harta yang indah, yang telah dipercayakanNya kepada kita, oleh Roh Kudus yang diam di dalam kita. (15) Engkau tahu bahwa semua mereka yang di daerah Asia Kecil berpaling dari padaku; termasuk Figelus dan Hermogenes. (16) Tuhan kiranya mengaruniakan rahmatNya kepada keluarga Onesiforus yang telah berulang-ulang menyegarkan hatiku. Ia tidak malu menjumpai aku di dalam penjara. (17) Ketika di Roma, ia berusaha mencari aku dan sudah juga menemui aku. (18) Kiranya Tuhan menunjukkan rahmatNya kepadanya pada hariNya. Betapa banyaknya pelayanan yang ia lakukan di Efesus engkau lebih mengetahuinya dari padaku.”.

 

Ay 8: “Jadi janganlah malu bersaksi tentang Tuhan kita dan janganlah malu karena aku, seorang hukuman karena Dia, melainkan ikutlah menderita bagi InjilNya oleh kekuatan Allah.”.

 

1)         “Jadi janganlah malu bersaksi tentang Tuhan kita”.

KJV: Be not thou therefore ashamed of the testimony of our Lord (= Karena itu janganlah kamu malu tentang kesaksian dari / tentang Tuhan kita).

NIV Kitab Suci Indonesia; NASB KJV.

 

William Hendriksen: The testimony ‘concerning our Lord’ (objective genitive; cf. I Tim. 2:6) is, of course, the gospel, as the very parallelism of the compound clause indicates. ‘Do not be ashamed of the testimony concerning our Lord,’ is explained by, ‘But, in fellowship with (me) suffer hardship for the gospel.’ And cf. Rom. 1:16. In the gospel we find the testimony concerning the works and words of the Lord (John 15:26, 27). Not to be ashamed of the gospel means to be proud of it. [= Kesaksian ‘mengenai Tuhan kita’ (obyektif genitif; bdk. 1Tim 2:6) adalah, tentu saja, injil, seperti yang ditunjukkan oleh paralelisme dari anak kalimat gabungan. ‘Janganlah malu tentang kesaksian mengenai Tuhan kita’, dijelaskan oleh, ‘Tetapi, dalam persekutuan dengan (aku) menderitalah kesukaran untuk injil’. Dan bdk. Ro 1:16. Dalam injil kita menemukan kesaksian mengenai pekerjaan-pekerjaan dan kata-kata dari Tuhan (Yoh 15:26,27). Tidak malu tentang injil berarti bangga tentangnya.].

Ro 1:16 - Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya, pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani.”.

Bagian yang saya garis-bawahi salah terjemahan; entah dari mana gerangan muncul terjemahan seperti itu.

KJV: For I am not ashamed of the gospel of Christ (= Karena aku tidak malu tentang injil Kristus).

RSV/NIV/ ASB: For I am not ashamed of the gospel (= Karena aku tidak malu tentang injil).

 

Calvin: He said this, because the confession of the gospel was accounted infamous; and therefore he forbids that either ambition or the fear of disgrace shall prevent or retard him from the liberty of preaching the gospel. And he infers this from what has been already said; for he who is armed with the power of God will not tremble at the noise raised by the world, but will reckon it honorable that wicked men mark them with disgrace (= Ia mengatakan ini, karena pengakuan tentang injil dianggap sebagai nama buruk; dan karena itu ia melarang bahwa ambisi atau takut tentang aib / malu menghalangi / mencegah atau menunda / memperlambat dia dari kebebasan pemberitaan injil. Dan ia menyimpulkan ini dari apa yang telah dikatakan; karena ia yang dipersenjatai dengan kuasa Allah tidak akan gemetar terhadap bunyi / keributan yang ditimbulkan / dikemukakan oleh dunia, tetapi akan menganggapnya terhormat bahwa orang-orang jahat menilai mereka dengan aib).

Bdk. 1Kor 4:3-5 - “(3) Bagiku sedikit sekali artinya entahkah aku dihakimi oleh kamu atau oleh suatu pengadilan manusia. Malahan diriku sendiripun tidak kuhakimi. (4) Sebab memang aku tidak sadar akan sesuatu, tetapi bukan karena itulah aku dibenarkan. Dia, yang menghakimi aku, ialah Tuhan. (5) Karena itu, janganlah menghakimi sebelum waktunya, yaitu sebelum Tuhan datang. Ia akan menerangi, juga apa yang tersembunyi dalam kegelapan, dan Ia akan memperlihatkan apa yang direncanakan di dalam hati. Maka tiap-tiap orang akan menerima pujian dari Allah.”.

Bagian yang saya garis-bawahi salah terjemahan.

NIV: ‘(3) I care very little if I am judged by you or by any human court; indeed, I do not even judge myself. (4) My conscience is clear, but that does not make me innocent. It is the Lord who judges me. (5) Therefore judge nothing before the appointed time; wait till the Lord comes. He will bring to light what is hidden in darkness and will expose the motives of men’s hearts. At that time each will receive his praise from God’ [= (3) Aku tidak terlalu peduli jika aku dihakimi olehmu atau oleh pengadilan manusia; bahkan aku tidak menghakimi diriku sendiri. (4) Hati nuraniku bersih, tetapi itu tidak membuat aku tak berdosa. Tuhanlah yang menghakimi aku. (5) Karena itu jangan menghakimi apapun sebelum waktu yang ditetapkan; tunggulah sampai Tuhan datang. Ia akan menerangi apa yang tersembunyi dalam kegelapan dan menyingkapkan motivasi dari hati manusia. Pada saat itu setiap orang akan menerima pujiannya dari Allah].

NASB: ‘(3) But to me it is a very small thing that I should be examined by you, or by any human court; in fact, I do not even examine myself. (4) For I am conscious of nothing against myself, yet I am not by this acquitted; but the one who examines me is the Lord. (5) Therefore do not go on passing judgment before the time, but wait until the Lord comes who will both bring to light the things hidden in the darkness and disclose the motives of men’s hearts; and then each man’s praise will come to him from God [= (3) Tetapi bagiku merupakan sesuatu yang sangat kecil / remeh bahwa aku diperiksa / diuji olehmu, atau oleh pengadilan manusia manapun; bahkan aku tidak memeriksa / menguji diriku sendiri. (4) Karena aku tidak menyadari apapun menentang aku, tetapi bukan karena hal ini aku dibebaskan (dari tuduhan); tetapi yang memeriksa / menguji aku adalah Tuhan. (5) Karena itu jangan menghakimi sebelum waktunya, tetapi tunggulah sampai Tuhan datang yang akan menerangi hal-hal yang tersembunyi dalam kegelapan dan menyingkapkan motivasi hati manusia; dan lalu setiap pujian manusia akan datang kepadanya dari Allah].

 

Calvin: there is no Christian that ought not to reckon himself a witness of Christ (= tidak ada orang Kristen yang tidak harus menganggap dirinya sendiri seorang saksi dari / tentang Kristus).

 

Bandingkan dengan:

·         Kis 1:8 - “Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksiKu di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.’”.

·         Mat 28:19-20 - “(19) Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, (20) dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.’”.

 

Calvin: Accordingly, the more hateful the doctrine of the gospel is in the world, the more earnestly should they labor to confess it openly (= Sesuai dengan itu, makin doktrin tentang injil dibenci dalam dunia, makin dengan sungguh-sungguh mereka bekerja untuk mengakuinya secara terbuka / terang-terangan).

 

Jamieson, Fausset & Brown: “‘Therefore’ - seeing that God hath given us such a spirit; not fear. ‘Be not thou, therefore, ashamed’ (at any time) ... Timothy had not yet evinced such shame; still Paul, being deserted by others who once promised fair, and aware of Timothy’s constitutional timidity ..., felt it necessary to guard him against the possibility of failure in bold confession of Christ. Shame (2 Tim 1:8) is the companion of fear (2 Tim 1:7): if fear be overcome, false shame flees (Bengel). Paul himself (2 Tim 1:12), and Onesiphorus (2 Tim 1:16), were instances of fearless profession removing false ‘shame.’ Contrast sad instances of fear and shame, 2 Tim 1:15. [= ‘Karena itu’ - melihat bahwa Allah telah memberi kita Roh seperti itu; bukan rasa takut / ketakutan. ‘Karena itu, janganlah kamu malu’ (pada saat apapun / kapanpun) ... Timotius belum menunjukkan rasa malu seperti itu; tetapi Paulus tetap saja, karena telah ditinggalkan oleh orang-orang lain yang pernah berjanji dengan indah (?), dan sadar tentang ketakutan yang hakiki dari Timotius ..., merasa perlu untuk menjaga dia terhadap kemungkinan dari kegagalan dalam pengakuan yang berani tentang Kristus. Malu (2Tim 1:8) adalah rekan / kawan dari ketakutan / rasa takut (2Tim 1:7): jika rasa takut dikalahkan, rasa malu yang salah lari (Bengel). Paulus sendiri (2Tim 1:12), dan Onesiforus (2Tim 1:16), adalah contoh-contoh dari pengakuan tanpa rasa takut yang menyingkirkan ‘rasa malu’ yang salah. Kontraskan contoh-contoh menyedihkan dari rasa takut dan malu, 2Tim 1:15.].

2Tim 1:12,15,16 - “(12) Itulah sebabnya aku menderita semuanya ini, tetapi aku tidak malu; karena aku tahu kepada siapa aku percaya dan aku yakin bahwa Dia berkuasa memeliharakan apa yang telah dipercayakanNya kepadaku hingga pada hari Tuhan. ... (15) Engkau tahu bahwa semua mereka yang di daerah Asia Kecil berpaling dari padaku; termasuk Figelus dan Hermogenes. (16) Tuhan kiranya mengaruniakan rahmatNya kepada keluarga Onesiforus yang telah berulang-ulang menyegarkan hatiku. Ia tidak malu menjumpai aku di dalam penjara.”.

 

2)   “dan janganlah malu karena aku, seorang hukuman karena Dia, melainkan ikutlah menderita bagi InjilNya”.

KJV: nor of me his prisoner (= atau tentang aku orang hukumanNya).

 

William Hendriksen: “‘... nor of me his prisoner.’ Not Nero’s prisoner is Paul, though it may seem that way, but ‘our Lord’s.’ The apostle always emphasizes that thought in connection with the idea of being a prisoner (Eph. 3:1; 4:1; Philem. 1,9). Now, the expression, ‘his prisoner’ does not only mean that it was for the defence of ‘our Lord’s’ gospel that Paul had been imprisoned, but also that whatever pertained to his incarceration was entirely safe in the hands of the Sovereign Disposer of destinies. [= ‘... atau tentang aku orang hukumanNya’. Paulus bukan orang hukuman / tahanan dari Nero, sekalipun itu bisa terlihat seperti itu, tetapi orang hukuman / tahanan dari ‘Tuhan kita’. Sang rasul selalu menekankan pemikiran itu dalam hubungan dengan gagasan dari menjadi seorang tahanan / hukuman (Ef 3:1; 4:1; Filemon 1,9). Ungkapan ‘orang tahananNya’ tidak hanya berarti bahwa adalah untuk pembelaan dari injil ‘Tuhan kita’ maka Paulus telah dipenjara, tetapi juga bahwa apapun yang berhubungan dengan penahanannya adalah aman sepenuhnya dalam tangan dari Penentu yang Berdaulat dari nasib.].

Ef 3:1 - “Itulah sebabnya aku ini, Paulus, orang yang dipenjarakan karena Kristus Yesus untuk kamu orang-orang yang tidak mengenal Allah”.

Ef 4:1 - “Sebab itu aku menasihatkan kamu, aku, orang yang dipenjarakan karena Tuhan, supaya hidupmu sebagai orang-orang yang telah dipanggil berpadanan dengan panggilan itu.”.

Filemon 1,9 - “(1) Dari Paulus, seorang hukuman karena Kristus Yesus dan dari Timotius saudara kita, kepada Filemon yang kekasih, teman sekerja kami ... (9) tetapi mengingat kasihmu itu, lebih baik aku memintanya dari padamu. Aku, Paulus, yang sudah menjadi tua, lagipula sekarang dipenjarakan karena Kristus Yesus,”.

 

Barnes’ Notes: This passage proves that, when Paul wrote this Epistle, he was in confinement; compare Eph 3:1; 6:20; Phil 1:13-14,16; Col 4:3,18; Philem 9. Timothy knew that he had been thrown into prison on account of his love for the gospel. To avoid that himself, there might be some danger that a timid young man might shrink from an open avowal of his belief in the same system of truth. (= Text ini membuktikan bahwa pada waktu Paulus menulis Surat ini, ia ada dalam kurungan / penjara; bandingkan Ef 3:1; 6:20; Fil 1:13-14,16; Kol 4:3,18; Filemon 9. Timotius tahu bahwa ia dilemparkan ke dalam penjara karena kasihnya untuk injil. Untuk menghindari hal itu bagi dirinya sendiri, di sana bisa ada bahaya bahwa seorang muda yang penakut bisa mengkerut / mundur dari pengakuan terbuka / terang-terangan tentang kepercayaannya kepada sistim kebenaran yang sama.).

Ef 6:20 - “yang kulayani sebagai utusan yang dipenjarakan. Berdoalah supaya dengan keberanian aku menyatakannya, sebagaimana seharusnya aku berbicara.”.

Fil 1:13-14,16 - “(13) sehingga telah jelas bagi seluruh istana dan semua orang lain, bahwa aku dipenjarakan karena Kristus. (14) Dan kebanyakan saudara dalam Tuhan telah beroleh kepercayaan karena pemenjaraanku untuk bertambah berani berkata-kata tentang firman Allah dengan tidak takut. ... (16) Mereka ini memberitakan Kristus karena kasih, sebab mereka tahu, bahwa aku ada di sini untuk membela Injil,”.

Kol 4:3,18 - “(3) Berdoa jugalah untuk kami, supaya Allah membuka pintu untuk pemberitaan kami, sehingga kami dapat berbicara tentang rahasia Kristus, yang karenanya aku dipenjarakan. ... (18) Salam dari padaku, Paulus. Salam ini kutulis dengan tanganku sendiri. Ingatlah akan belengguku. Kasih karunia menyertai kamu.”.

 

Paulus masuk penjara bukan karena melakukan kejahatan apapun, tetapi karena memberitakan Injil! Jelas bahwa tak ada orang Kristen yang boleh malu karena pendeta / orang Kristen lain masuk penjara karena memberitakan Injil. Sebaliknya hal itu harus mendorong mereka untuk juga mau menderita bagi pemberitaan Injil!

 

Bdk. Fil 1:12-14 - “(12) Aku menghendaki, saudara-saudara, supaya kamu tahu, bahwa apa yang terjadi atasku ini justru telah menyebabkan kemajuan Injil, (13) sehingga telah jelas bagi seluruh istana dan semua orang lain, bahwa aku dipenjarakan karena Kristus. (14) Dan kebanyakan saudara dalam Tuhan telah beroleh kepercayaan karena pemenjaraanku untuk bertambah berani berkata-kata tentang firman Allah dengan tidak takut.

 

3)         “oleh kekuatan Allah”.

 

William Hendriksen: Timothy must be willing to bear ill treatment (cf. II Tim. 2:3) along with Paul. He must be willing to take his share of persecution; and this not in his own power, which would be impossible, but ‘according to (the) power of God.’ That power is infinite. It will enable a person to endure even unto death. [= Timotius harus mau memikul perlakuan yang buruk (bdk. 2Tim 2:3) bersama-sama dengan Paulus. Ia harus rela untuk mengambil bagiannya dari penganiayaan; dan ini bukan dalam kekuatannya sendiri, yang merupakan sesuatu yang mustahil, tetapi ‘sesuai dengan kekuatan dari Allah’. Kekuatan itu tak terbatas. Itu akan memampukan seseorang untuk menahannya bahkan sampai pada kematian.].

 

Barnes’ Notes: ‘According to the power of God.’ That is, according to the power which God gives to those who are afflicted on account of the gospel. The apostle evidently supposes that they who were subjected to trials on account of the gospel, might look for divine strength to uphold them, and asks him to endure those trials, relying on that strength, and not on his own. (= ‘Sesusi dengan kekuatan Allah’. Artinya, sesuai dengan kekuatan yang Allah berikan kepada mereka yang menderita karena injil. Sang rasul jelas menganggap bahwa mereka yang menjadi sasaran dari pencobaan-pencobaan karena injil, boleh / bisa mencari / melihat pada kekuatan ilahi untuk menguatkan mereka, dan memintaNya untuk menahan pencobaan-pencobaan itu, sambil bersandar pada kekuatan itu, dan bukan pada kekuatannya sendiri.).

 

Tanpa kekuatan dari Allah tidak mungkin kita bisa berani memberitakan Injil, apalagi pada waktu melihat / mendengar adanya orang yang dipenjarakan / dianiaya / dibunuh karena memberitakan Injil! Bandingkan dengan:

a)   Kis 4:20-31 - “(20) Sebab tidak mungkin bagi kami untuk tidak berkata-kata tentang apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar.’ (21) Mereka semakin keras mengancam rasul-rasul itu, tetapi akhirnya melepaskan mereka juga, sebab sidang tidak melihat jalan untuk menghukum mereka karena takut akan orang banyak yang memuliakan nama Allah berhubung dengan apa yang telah terjadi. (22) Sebab orang yang disembuhkan oleh mujizat itu sudah lebih dari empat puluh tahun umurnya. (23) Sesudah dilepaskan pergilah Petrus dan Yohanes kepada teman-teman mereka, lalu mereka menceriterakan segala sesuatu yang dikatakan imam-imam kepala dan tua-tua kepada mereka. (24) Ketika teman-teman mereka mendengar hal itu, berserulah mereka bersama-sama kepada Allah, katanya: ‘Ya Tuhan, Engkaulah yang menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya. (25) Dan oleh Roh Kudus dengan perantaraan hambaMu Daud, bapa kami, Engkau telah berfirman: Mengapa rusuh bangsa-bangsa, mengapa suku-suku bangsa mereka-reka perkara yang sia-sia? (26) Raja-raja dunia bersiap-siap dan para pembesar berkumpul untuk melawan Tuhan dan Yang DiurapiNya. (27) Sebab sesungguhnya telah berkumpul di dalam kota ini Herodes dan Pontius Pilatus beserta bangsa-bangsa dan suku-suku bangsa Israel melawan Yesus, HambaMu yang kudus, yang Engkau urapi, (28) untuk melaksanakan segala sesuatu yang telah Engkau tentukan dari semula oleh kuasa dan kehendakMu. (29) Dan sekarang, ya Tuhan, lihatlah bagaimana mereka mengancam kami dan berikanlah kepada hamba-hambaMu keberanian untuk memberitakan firmanMu. (30) Ulurkanlah tanganMu untuk menyembuhkan orang, dan adakanlah tanda-tanda dan mujizat-mujizat oleh nama Yesus, HambaMu yang kudus.’ (31) Dan ketika mereka sedang berdoa, goyanglah tempat mereka berkumpul itu dan mereka semua penuh dengan Roh Kudus, lalu mereka memberitakan firman Allah dengan berani.

b)   Kis 5:26-42 - “(26) Maka pergilah kepala pengawal serta orang-orangnya ke Bait Allah, lalu mengambil kedua rasul itu, tetapi tidak dengan kekerasan, karena mereka takut, kalau-kalau orang banyak melempari mereka. (27) Mereka membawa keduanya dan menghadapkan mereka kepada Mahkamah Agama. Imam Besar mulai menanyai mereka, (28) katanya: ‘Dengan keras kami melarang kamu mengajar dalam Nama itu. Namun ternyata, kamu telah memenuhi Yerusalem dengan ajaranmu dan kamu hendak menanggungkan darah Orang itu kepada kami.’ (29) Tetapi Petrus dan rasul-rasul itu menjawab, katanya: ‘Kita harus lebih taat kepada Allah dari pada kepada manusia. (30) Allah nenek moyang kita telah membangkitkan Yesus, yang kamu gantungkan pada kayu salib dan kamu bunuh. (31) Dialah yang telah ditinggikan oleh Allah sendiri dengan tangan kananNya menjadi Pemimpin dan Juruselamat, supaya Israel dapat bertobat dan menerima pengampunan dosa. (32) Dan kami adalah saksi dari segala sesuatu itu, kami dan Roh Kudus, yang dikaruniakan Allah kepada semua orang yang mentaati Dia.’ (33) Mendengar perkataan itu sangatlah tertusuk hati mereka dan mereka bermaksud membunuh rasul-rasul itu. (34) Tetapi seorang Farisi dalam Mahkamah Agama itu, yang bernama Gamaliel, seorang ahli Taurat yang sangat dihormati seluruh orang banyak, bangkit dan meminta, supaya orang-orang itu disuruh keluar sebentar. (35) Sesudah itu ia berkata kepada sidang: ‘Hai orang-orang Israel, pertimbangkanlah baik-baik, apa yang hendak kamu perbuat terhadap orang-orang ini! (36) Sebab dahulu telah muncul si Teudas, yang mengaku dirinya seorang istimewa dan ia mempunyai kira-kira empat ratus orang pengikut; tetapi ia dibunuh dan cerai-berailah seluruh pengikutnya dan lenyap. (37) Sesudah dia, pada waktu pendaftaran penduduk, muncullah si Yudas, seorang Galilea. Ia menyeret banyak orang dalam pemberontakannya, tetapi ia juga tewas dan cerai-berailah seluruh pengikutnya. (38) Karena itu aku berkata kepadamu: Janganlah bertindak terhadap orang-orang ini. Biarkanlah mereka, sebab jika maksud dan perbuatan mereka berasal dari manusia, tentu akan lenyap, (39) tetapi kalau berasal dari Allah, kamu tidak akan dapat melenyapkan orang-orang ini; mungkin ternyata juga nanti, bahwa kamu melawan Allah.’ Nasihat itu diterima. (40) Mereka memanggil rasul-rasul itu, lalu menyesah mereka dan melarang mereka mengajar dalam nama Yesus. Sesudah itu mereka dilepaskan. (41) Rasul-rasul itu meninggalkan sidang Mahkamah Agama dengan gembira, karena mereka telah dianggap layak menderita penghinaan oleh karena Nama Yesus. (42) Dan setiap hari mereka melanjutkan pengajaran mereka di Bait Allah dan di rumah-rumah orang dan memberitakan Injil tentang Yesus yang adalah Mesias.”.

c)   Kis 8:1b-4 - “(1b) Pada waktu itu mulailah penganiayaan yang hebat terhadap jemaat di Yerusalem. Mereka semua, kecuali rasul-rasul, tersebar ke seluruh daerah Yudea dan Samaria. (2) Orang-orang saleh menguburkan mayat Stefanus serta meratapinya dengan sangat. (3) Tetapi Saulus berusaha membinasakan jemaat itu dan ia memasuki rumah demi rumah dan menyeret laki-laki dan perempuan ke luar dan menyerahkan mereka untuk dimasukkan ke dalam penjara. (4) Mereka yang tersebar itu menjelajah seluruh negeri itu sambil memberitakan Injil.

d)   Kis 14:19-22 - “(19) Tetapi datanglah orang-orang Yahudi dari Antiokhia dan Ikonium dan mereka membujuk orang banyak itu memihak mereka. Lalu mereka melempari Paulus dengan batu dan menyeretnya ke luar kota, karena mereka menyangka, bahwa ia telah mati. (20) Akan tetapi ketika murid-murid itu berdiri mengelilingi dia, bangkitlah ia lalu masuk ke dalam kota. Keesokan harinya berangkatlah ia bersama-sama dengan Barnabas ke Derbe. (21) Paulus dan Barnabas memberitakan Injil di kota itu dan memperoleh banyak murid. Lalu kembalilah mereka ke Listra, Ikonium dan Antiokhia. (22) Di tempat itu mereka menguatkan hati murid-murid itu dan menasihati mereka supaya mereka bertekun di dalam iman, dan mengatakan, bahwa untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah kita harus mengalami banyak sengsara.”.

e)   Kis 20:18-24 - “(18) Sesudah mereka datang, berkatalah ia kepada mereka: ‘Kamu tahu, bagaimana aku hidup di antara kamu sejak hari pertama aku tiba di Asia ini: (19) dengan segala rendah hati aku melayani Tuhan. Dalam pelayanan itu aku banyak mencucurkan air mata dan banyak mengalami pencobaan dari pihak orang Yahudi yang mau membunuh aku. (20) Sungguhpun demikian aku tidak pernah melalaikan apa yang berguna bagi kamu. Semua kuberitakan dan kuajarkan kepada kamu, baik di muka umum maupun dalam perkumpulan-perkumpulan di rumah kamu; (21) aku senantiasa bersaksi kepada orang-orang Yahudi dan orang-orang Yunani, supaya mereka bertobat kepada Allah dan percaya kepada Tuhan kita, Yesus Kristus. (22) Tetapi sekarang sebagai tawanan Roh aku pergi ke Yerusalem dan aku tidak tahu apa yang akan terjadi atas diriku di situ (23) selain dari pada yang dinyatakan Roh Kudus dari kota ke kota kepadaku, bahwa penjara dan sengsara menunggu aku. (24) Tetapi aku tidak menghiraukan nyawaku sedikitpun, asal saja aku dapat mencapai garis akhir dan menyelesaikan pelayanan yang ditugaskan oleh Tuhan Yesus kepadaku untuk memberi kesaksian tentang Injil kasih karunia Allah.”.

Catatan: yang saya beri garis bawah ganda menunjukkan penderitaan dan penganiayaan yang dialami oleh rasul-rasul, sedangkan yang saya beri garis bawah tunggal adalah sikap mereka yang terus memberitakan Injil dalam penderitaan tersebut, oleh kekuatan dari Allah.

 

The Bible Exposition Commentary: New Testament: Years ago, I read about a Christian who was in prison because of his faith. He was to be burned at the stake, and he was certain he would never be able to endure the suffering. One night, he experimented with pain by putting his little finger into the candle flame. It hurt, and he immediately withdrew it. ‘I will disgrace my Lord,’ he said to himself. ‘I cannot bear the pain.’ But when the hour came for him to die, he praised God and gave a noble witness for Jesus Christ. God gave him the power when he needed it, and not before. (= Bertahun-tahun yang lalu, saya membaca tentang seorang Kristen yang ada dalam penjara karena imannya. Ia akan dibakar pada tiang untuk hukuman dengan pembakaran, dan ia yakin bahwa ia tidak akan pernah bisa menahan penderitaan itu. Suatu malam, ia melakukan percobaan dengan rasa sakit dengan meletakkan kelingkingnya ke dalam nyala api dari lilin. Itu menyakitkan, dan ia segera menariknya. ‘Aku akan mempermalukan Tuhanku’, ia berkata kepada dirinya sendiri. ‘Aku tak bisa menahan rasa sakit itu’. Tetapi ketika saatnya tiba baginya untuk mati, ia memuji Allah dan memberikan suatu kesaksian yang mulia untuk Yesus Kristus. Allah memberinya kekuatan pada waktu ia membutuhkannya, dan tidak sebelumnya.).

 

 

-bersambung-

 

      

Author : Pdt. Budi Asali,M.Div.

E-mail : [email protected]

e-mail us at [email protected]

http://golgothaministry.org

Link ke Channel Video Khotbah2 Pdt. Budi Asali di Youtube:

https://www.youtube.com/channel/UCP6lW2Ak1rqIUziNHdgp3HQ

Channel Live Streaming Youtube :  bit.ly/livegkrigolgotha / budi asali