(Rungkut
Megah Raya Blok D No 16)
Minggu,
tgl 8 September 2019, pk 8.00 & pk 17.00
Pdt. Budi Asali, M. Div.
II
Samuel 8:1-18(7)
2Sam 8:15-18 - “(15) Demikianlah Daud telah memerintah atas seluruh Israel, dan menegakkan keadilan dan kebenaran bagi seluruh bangsanya. (16) Yoab, anak Zeruya, menjadi panglima; Yosafat bin Ahilud menjadi bendahara negara; (17) Zadok bin Ahitub dan Ahimelekh bin Abyatar menjadi imam; Seraya menjadi panitera negara; (18) Benaya bin Yoyada menjadi panglima orang Kreti dan orang Pleti; dan anak-anak Daud menjadi imam.”.
b)
Pembahasan text ini secara terperinci.
1. Ay 16a: “Yoab, anak Zeruya, menjadi panglima;”.
Calvin:
“It
is true that there were very serious faults in Joab, as we have seen, but all
things considered, you will find that he was a man whom God had endowed with
remarkable qualities. ... But on the other hand, since we have mentioned that
Joab had several serious failings, we must recognise that although God wants to
give us good officials, yet they will always be imperfect and liable to fall
often. ... This teaches us that God did not restrict his grace in those days to
people who were utterly perfect and spotless. Hence, when we find vices in
people who are otherwise very virtuous, let us realise that our Lord wants us to
use this to humble us, and so let us put up with the evil. But at the same time,
let us try to correct this evil, for we must never wallow in our filth. ... At
any rate, let us not be surprised if the people whom God places in the centre of
the stage in order to make us experience his paternal care, have weaknesses.”
[= Adalah
benar bahwa disana ada cacat / kelemahan yang sangat serius dalam diri Yoab,
seperti yang telah kita lihat, tetapi kalau dengan mempertimbangkan semua hal,
kamu akan mendapati bahwa ia adalah seseorang yang telah Allah berkati /
perlengkapi dengan kwalitet-kwalitet yang luar biasa. ... Tetapi
di sisi lain, karena kami telah menyebutkan bahwa Yoab mempunyai beberapa
kelemahan / cacat yang serius, kita harus menyadari bahwa sekalipun Allah mau
memberikan kita pejabat-pejabat yang baik, tetapi mereka akan selalu tidak
sempurna dan sangat mungkin sering jatuh. ... Ini mengajar kita bahwa Allah
tidak membatasi kasih karuniaNya pada hari-hari itu kepada bangsa yang
sepenuhnya sempurna dan tak bercacat. Karena itu,
pada waktu kita menemukan kebiasaan buruk / tingkah laku yang jahat dalam
orang-orang yang selain itu adalah bermoral sangat baik, hendaklah kita
menyadari bahwa Tuhan kita mau menggunakan hal ini untuk membuat kita menjadi
rendah hati, dan karena itu marilah kita bertahan / membetahkan diri dengan
kejahatan itu. Tetapi pada saat yang
sama, hendaklah kita berusaha untuk memperbaiki kejahatan ini, karena kita tidak
pernah boleh berkubang dalam kotoran kita. ... Bagaimanapun,
hendaklah kita tidak kaget / heran jika bangsa / umat yang Allah tempatkan di
tengah-tengah panggung supaya membuat kita mengalami perhatian keBapaanNya,
mempunyai kelemahan-kelemahan.]
- ‘Sermons on 2Samuel’, hal 423,424.
2. Ay 16b: “Yosafat bin Ahilud menjadi bendahara negara;”.
Kata-kata ‘bendahara negara’ salah terjemahan.
KJV:
“and Jehoshaphat the son of Ahilud was recorder;”
[= dan Yehosafat bin Ahilud adalah pencatat;].
Alkitab
bahasa Inggris yang lain sama atau mirip dengan KJV.
Keil
& Delitzsch:
“Jehoshaphat the son of
Ahilud, of whom nothing further is known, was mazcir, chancellor; … an officer … who keeps a record of
everything that takes place around the king,” [=
Yehosafat bin Ahilud, tentang siapa tak ada apapun lebih jauh yang diketahui,
adalah MAZCIR, sekretaris raja; ... seorang pejabat ... yang mencatat segala
sesuatu yang terjadi di sekitar raja,].
3. Ay 17a: “Zadok bin Ahitub dan Ahimelekh bin Abyatar menjadi imam;”.
a. Ada pergantian garis keturunan imam besar.
Bible Knowledge Commentary: “The mention of Zadok and Ahimelech together (8:17) indicates the transition that was occurring in the office of priest. Ahimelech, son of Abiathar, was a descendant of Eli ..., whose priestly line Samuel had said would come to an end (1 Sam 3:10-14). Zadok was a descendant of Aaron through Eleazar (1 Chron 6:4-8). Through Zadok the line of priests eventually continued through the remainder of Old Testament times.” [= Penyebutan Zadok dan Ahimelekh bersama-sama (8:17) menunjukkan suatu transisi yang sedang terjadi dalam jabatan imam. Ahimelekh bin Abyatar adalah seorang keturunan Eli ..., yang garis keimamannya telah Samuel katakan akan berakhir (1Sam 3:10-14). Zadok adalah seorang keturunan dari Harun melalui Eleazar (1Taw 6:4-8). Melalui Zadok garis imam-imam berlanjut melalui seluruh sisa jaman Perjanjian Lama.].
1Sam
3:10-14 - “(10) Lalu datanglah TUHAN, berdiri di sana dan memanggil
seperti yang sudah-sudah: ‘Samuel! Samuel!’ Dan Samuel menjawab:
‘Berbicaralah, sebab hambaMu ini mendengar.’ (11) Lalu berfirmanlah TUHAN
kepada Samuel: ‘Ketahuilah, Aku akan melakukan sesuatu di Israel, sehingga
setiap orang yang mendengarnya, akan bising kedua telinganya. (12) Pada waktu
itu Aku akan menepati kepada Eli segala yang telah
Kufirmankan tentang keluarganya, dari mula sampai akhir. (13) Sebab
telah Kuberitahukan kepadanya, bahwa Aku akan menghukum keluarganya untuk
selamanya karena dosa yang telah diketahuinya, yakni bahwa anak-anaknya telah
menghujat Allah, tetapi ia tidak memarahi mereka! (14) Sebab itu Aku telah
bersumpah kepada keluarga Eli, bahwa dosa keluarga Eli takkan dihapuskan dengan
korban sembelihan atau dengan korban sajian untuk selamanya.’”.
Bdk.
1Sam 2:30-36 - “(30) Sebab itu - demikianlah firman TUHAN, Allah Israel -
sesungguhnya Aku telah berjanji: Keluargamu dan
kaummu akan hidup di hadapanKu selamanya, tetapi sekarang - demikianlah firman
TUHAN - : Jauhlah hal itu dari padaKu! Sebab siapa yang menghormati
Aku, akan Kuhormati, tetapi siapa yang menghina Aku, akan dipandang rendah. (31)
Sesungguhnya akan datang waktunya, bahwa Aku akan
mematahkan tangan kekuatanmu dan tangan kekuatan kaummu, sehingga tidak ada
seorang kakek dalam keluargamu. (32) Maka engkau akan memandang
dengan mata bermusuhan kepada segala kebaikan yang akan Kulakukan kepada Israel dan
dalam keluargamu takkan ada seorang kakek untuk selamanya. (33)
Tetapi seorang dari padamu yang tidak Kulenyapkan dari lingkungan mezbahKu akan
membuat matamu rusak dan jiwamu merana; segala tambahan keluargamu akan mati
oleh pedang lawan. (34) Inilah yang akan menjadi tanda bagimu, yakni
apa yang akan terjadi kepada kedua anakmu itu, Hofni dan Pinehas: pada hari yang
sama keduanya akan mati. (35) Dan Aku akan mengangkat bagiKu seorang
imam kepercayaan, yang berlaku sesuai dengan hatiKu dan jiwaKu, dan Aku akan
membangunkan baginya keturunan yang teguh setia, sehingga ia selalu hidup di
hadapan orang yang Kuurapi. (36) Kemudian siapa yang masih tinggal hidup dari
keturunanmu akan datang sujud menyembah kepadanya meminta sekeping uang perak
atau sepotong roti, dan akan berkata: Tempatkanlah kiranya aku dalam salah satu
golongan imam itu, supaya aku dapat makan sekerat roti.’”.
1Taw 6:4-8
- “(4) Eleazar
memperanakkan Pinehas; Pinehas memperanakkan Abisua; (5) Abisua memperanakkan
Buki; Buki memperanakkan Uzi; (6) Uzi memperanakkan Zerahya; Zerahya
memperanakkan Merayot; (7) Merayot memperanakkan Amarya; Amarya memperanakkan
Ahitub; (8) Ahitub memperanakkan Zadok;
Zadok memperanakkan Ahimaas;”.
b. Pertentangan
berkenaan dengan nama ‘Ahimelekh bin Abyatar’.
Ay 17a: “Zadok bin Ahitub dan Ahimelekh bin Abyatar menjadi imam;”.
1Sam
22:20 - “Tetapi
seorang anak Ahimelekh bin Ahitub, namanya Abyatar
luput; ia melarikan diri menjadi pengikut Daud.”.
Jamieson,
Fausset & Brown:
“‘Zadok
... and ... Ahimelech the son of Abiathar were the priests.’ There is a
confusion in the text here (cf. 1 Chron 18:16; 24:3,6,31). Ahimelech is
substituted for Abiathar - ‘and Ahimelech the son of Abiathar’ for
‘Abiathar the son of Ahimelech.’ But in 2 Sam 20:25, and in all other
passages, it is Abiathar who is mentioned as contemporary with Zadok. On the
massacre of the priests at Nob, Saul conferred the priesthood on Zadok, of the
family of Eleazar (1 Chron 6:50), while David acknowledged Abiathar, of
Ithamar’s family, who fled to him. The two high priests exercised their office
under the respective princes to whom they were attached. But on David’s
obtaining the kingdom over all Israel, they both retained their dignity -
Abiathar officiating at Jerusalem, and Zadok at Gibeon (1 Chron 16:39).”
[= ‘Zadok ... dan ... Ahimelekh bin Abyatar adalah imam-imam’. Ada kekacauan
dalam text di sini (bdk. 1Taw 18:16; 24:3,6,31). Ahimelekh menggantikan Abyatar
- ‘dan Ahimelekh bin Abyatar’ menggantikan ‘Abyatar bin Ahimelekh’.
Tetapi dalam 2Sam 20:25, dan di semua text yang lain, adalah Abyatar yang
disebutkan sejaman / seumur dengan Zadok. Pada pembantaian imam-imam di Nob,
Saul menganugerahkan keimaman kepada Zadok, dari keluarga Eleazar (1Taw 6:50),
sedangkan Daud mengakui Abyatar, dari keluarga Itamar, yang lari kepadanya (1Sam 22:20). Dua imam besar menjalankan jabatan
mereka di bawah tiap-tiap raja kepada siapa mereka bergabung. Tetapi pada waktu
Daud mendapatkan kerajaan atas seluruh Israel, mereka berdua mendapatkan kembali
kewibawaan mereka - Abyatar melaksanakan jabatan di Yerusalem, dan Zadok di
Gibeon (1Taw 16:39).].
1Taw 18:16 - “Zadok bin Ahitub dan Ahimelekh bin Abyatar menjadi imam; Sausa menjadi panitera;”.
1Taw 24:3,6,31 - “(3) Daud, bersama-sama Zadok dari bani Eleazar dan Ahimelekh dari bani Itamar, membagi-bagi mereka menurut jabatan mereka dalam penyelenggaraan ibadah. ... (6) Dan Semaya bin Netaneel, panitera itu, seorang Lewi, menulis nama mereka di depan raja, di depan pembesar-pembesar, imam Zadok, Ahimelekh bin Abyatar dan di depan kepala-kepala puak para imam dan orang Lewi; setiap kali satu puak diambil dari Eleazar, dan demikian pula satu puak dari Itamar. ... (31) Mereka inipun, sama seperti saudara-saudara sesuku mereka, anak-anak Harun, membuang undi di depan raja Daud, di depan Zadok, Ahimelekh dan para kepala puak, para imam dan orang Lewi. Dalam hal ini seorang kepala puak sama dengan saudaranya yang terkecil.”.
2Sam 20:25 - “Seya menjadi panitera negara; Zadok dan Abyatar menjadi imam.”.
1Taw 6:50-53 - “(50) Inilah keturunan Harun: Eleazar, anaknya, dan anak orang ini ialah Pinehas, dan anak orang ini ialah Abisua, (51) dan anak orang ini ialah Buki, dan anak orang ini ialah Uzi, dan anak orang ini ialah Zerahya (52) dan anak orang ini ialah Merayot, dan anak orang ini ialah Amarya, dan anak orang ini ialah Ahitub, (53) dan anak orang ini ialah Zadok, dan anak orang ini ialah Ahimaas.”.
Catatan: text ini hanya menunjukkan bahwa Zadok adalah keturunan dari Eleazar. Tidak pernah diceritakan bahwa dalam pembantaian imam-imam di Nob, Saul menganugerahkan jabatan imam kepada Zadok. Nama Zadok pertama muncul dalam Alkitab dalam 2Sam 8:17 yang sedang kita bahas ini.
1Taw 15:11-12 - “(11) Lalu Daud memanggil Zadok dan Abyatar, imam-imam itu, dan orang-orang Lewi, yakni Uriel, Asaya, Yoel, Semaya, Eliel dan Aminadab, (12) dan berkata kepada mereka: ‘Hai kamu ini, para kepala puak dari orang Lewi, kuduskanlah dirimu, kamu ini dan saudara-saudara sepuakmu, supaya kamu mengangkut tabut TUHAN, Allah Israel, ke tempat yang telah kusiapkan untuk itu.”.
1Taw 16:39 - “Tetapi Zadok, imam itu, dan saudara-saudara sepuaknya, para imam, ditinggalkannya di hadapan Kemah Suci TUHAN di bukit pengorbanan yang di Gibeon,”.
Jamieson, Fausset & Brown hanya memberikan masalahnya tetapi tidak memberikan penyelesaiannya.
Pulpit
Commentary: “Instead
of ‘Ahimelech the son of Abiathar,’ the Syriac transposes the names, and
reads, ‘Abiathar the son of Ahimelech.’ This agrees with the list in 2 Sam
20:25, and it is certain that Abiathar outlived David (1 Kings 2:26), and that
he was David’s high priest throughout his reign, though Zadok is not only
constantly associated with him, but is placed first, as the man of higher rank
(2 Sam 15:24-35; 17:15; 19:11; 20:25). It is also remarkable that our Lord makes
Abiathar the person who gave David the shewbread (Mark 2:26), whereas in 1 Sam
21 he is repeatedly called Ahimelech. As both the LXX. and the Vulgate support
the Hebrew against the Syriac, and as the reading ‘Ahimelech’ is confirmed
by 1 Chron 18:16 and 24:3,6,31, we must reject the emendation of the Syriac, and
conclude that there was a double tradition respecting these names, some
manuscripts making Abiathar the father,
and others giving the seniority to Ahimelech. Our Lord made Abiathar the father,
but the scribes, in their editing of the Hebrew text, gave that place to
Ahimelech, yet did not carry out their restoration so thoroughly as not to leave
proof that the names probably ought to be reversed.”
[= Alih-alih
dari ‘Ahimelekh bin Abyatar’ versi Syria membalik nama-nama itu, dan
berbunyi, ‘Abyatar bin Ahimelekh’. Ini sesuai dengan daftar dalam 2Sam
20:25, dan adalah pasti bahwa Abyatar hidup lebih lama dari Daud (1Raja 2:26),
dan bahwa ia adalah imam besar Daud selama pemerintahannya, sekalipun Zadok
bukan hanya secara terus menerus berhubungan / bergabung dengan dia, tetapi
ditempatkan pertama, sebagai orang yang tingkatnya lebih tinggi (2Sam 15:24-35;
17:15; 19:11; 20:25). Juga merupakan sesuatu yang
patut diperhatikan bahwa Tuhan kita membuat Abyatar orang yang memberi Daud roti
sajian itu (Mark 2:26), sedangkan dalam 1Sam 21 ia berulang-ulang disebut
Ahimelekh. Karena baik LXX / Septuaginta dan Latin Vulgate mendukung
manuscript Ibrani terhadap / menentang versi Syria, dan karena pembacaan
‘Ahimelekh’ diteguhkan oleh 1Taw 18:16 dan 24:3,6,31, kita harus menolak
perubahan dari versi Syria, dan menyimpulkan bahwa di sana ada suatu tradisi
ganda berkenaan dengan nama-nama ini, beberapa manuscript membuat Abyatar
sebagai bapanya, dan manuscript-manuscript yang lain memberikan kesenioran
kepada Ahimelekh. Tuhan
kita membuat Abyatar sang bapa, tetapi ahli-ahli Taurat, dalam pengeditan mereka
tentang text bahasa Ibrani, memberikan tempat itu kepada Ahimelekh, tetapi tidak
melaksanakan / menyelesaikan pemulihan mereka dengan begitu lengkap sehingga
tidak meninggalkan bukti bahwa nama-nama itu mungkin seharusnya dibalik.].
Mark 2:25-26 - “(25) JawabNya kepada mereka: ‘Belum pernahkah kamu baca apa yang dilakukan Daud, ketika ia dan mereka yang mengikutinya kekurangan dan kelaparan, (26) bagaimana ia masuk ke dalam Rumah Allah waktu Abyatar menjabat sebagai Imam Besar lalu makan roti sajian itu - yang tidak boleh dimakan kecuali oleh imam-imam - dan memberinya juga kepada pengikut-pengikutnya?’”.
Catatan: Dalam 1Sam 21-22 namanya berulang-ulang disebutkan Ahimelekh, tidak pernah disebut Abyatar.
Lagi-lagi penafsir dari Pulpit Commentary ini tidak memberikan penyelesaian terhadap masalah kekacauan nama ini.
Barnes’
Notes (tentang 2Sam 8:17):
“‘Ahimelech
the son of Abiathar.’ According to 1 Sam 22:9-23, Abiathar, Zadok’s
colleague, was the son of Ahimelech. ... It almost necessarily follows that
there is some error in the text.”
[= ‘Ahimelekh bin Abyatar’. Menurut 1Sam 22:9-23, Abyatar, rekan Zadok,
adalah anak dari Ahimelekh. ... Hampir pasti bahwa
di sana ada kesalahan dalam text.].
Keil
& Delitzsch (tentang 2Sam 8:17):
“the
expression ‘Ahimelech
the son of Abiathar’ is
apparently a very strange one, as Abiathar was a son of Ahimelech according to 1
Sam. 22:20, and in other passages Zadok and Abiathar are mentioned as the two high priests in the time of
David (2 Sam. 15:24, 35; 17:15; 19:12; 20:25). ... We are therefore disposed to
adopt the view held by Bertheau and Oehler, viz., that Abiathar the high priest,
the son of Ahimelech, had also a son named Ahimelech, as it is by no means a
rare occurrence for grandfather and grandson to have the same names (vid., 1
Chron. 5:30–41), and also that this (the younger) Ahimelech performed the
duties of high priest in connection with his father, who was still living at the
commencement of Solomon’s reign (1 Kings 2:27), and is mentioned in this
capacity, along with Zadok, both here and in the book of Chronicles, possibly
because Abiathar was ill, or for some other reason that we cannot discover. As
Abiathar was thirty or thirty-five years old at the time when his father was put
to death by Saul, according to what has already been observed at 1 Sam. 14:3,
and forty years old at the death of Saul, he was at least forty-eight years old
at the time when David removed his residence to Mount Zion, and might have had a
son of twenty-five years of age, namely the Ahimelech mentioned here, who could
have taken his father’s place in the performance of the functions of high
priest when he was prevented by illness or other causes. The appearance of a son
of Abiathar named Jonathan in 2 Sam. 15:27; 17:17, 20, is no valid argument
against this solution of the apparent discrepancy; for, according to these
passages, he was still very young, and may therefore have been a younger brother
of Ahimelech.” [= ungkapan ‘Ahimelekh bin
Abyatar’ kelihatannya merupakan ungkapan yang aneh, karena Abyatar adalah anak
dari Ahimelekh menurut 1Sam 22:20, dan dalam
text-text lain Zadok dan Abyatar disebutkan sebagai dua imam besar pada jaman
Daud (2Sam 15:24,35; 17:15; 19:12; 20:25). ... Karena itu kami condong untuk menerima pandangan yang dipegang oleh
Bertheu dan Oehler, yaitu bahwa Abyatar sang imam besar, anak Ahimelekh, juga
mempunyai seorang anak yang dinamakan Ahimelekh,
karena itu sama sekali bukan suatu kejadian yang
jarang untuk seorang kakek dan cucu mempunyai nama yang sama (lihat
1Taw 5:30-41), dan juga bahwa Ahimelekh (yang lebih muda) ini melaksanakan
kewajiban-kewajiban dari imam besar berhubungan dengan ayahnya, yang masih tetap
hidup pada awal dari pemerintahan Salomo (1Raja 2:27), dan disebutkan dalam
kapasitas ini dengan Zadok, baik di sini maupun dalam kitab Tawarikh, mungkin
karena Abyatar sedang sakit, atau karena suatu alasan lain yang kita tidak bisa
ketahui. Karena Abyatar berusia 30 atau 35 tahun pada saat ayahnya dibunuh oleh
Saul, sesuai dengan apa yang telah diperhatikan pada 1Sam 14:3, dan berusia 40
tahun pada saat kematian Saul, ia sedikitnya berusia 48 tahun pada waktu Daud
memindahkan kediamannya ke Bukit Sion, dan bisa / mungkin telah mempunyai
seorang anak berusia 25 tahun, yaitu Ahimelekh yang disebutkan di sini, yang
bisa telah mengambil kedudukan ayahnya dalam pelaksanaan dari fungsi-fungsi dari
imam besar pada waktu ia terhalang oleh penyakit atau penyebab-penyebab lain.
Munculnya seorang anak Abyatar yang bernama Yonatan dalam 2Sam 15:27; 17:17,20, bukanlah argumentasi
yang sah terhadap solusi dari hal yang kelihatannya bertentangan ini; karena
menurut text-text ini, ia masih sangat muda, dan karena itu bisa merupakan
seorang adik dari Ahimelekh.].
1Taw 5:30-41 pasti salah cetak, karena ayat tersebut tidak ada. Tetapi fakta bahwa mereka mempunyai tradisi untuk memberi nama seorang anak dengan nama yang sudah ada dalam keluarga bisa terlihat dengan jelas dari text di bawah ini.
Luk 1:59-63 - “(59) Maka datanglah mereka pada hari yang kedelapan untuk menyunatkan anak itu dan mereka hendak menamai dia Zakharia menurut nama bapanya, (60) tetapi ibunya berkata: ‘Jangan, ia harus dinamai Yohanes.’ (61) Kata mereka kepadanya: ‘Tidak ada di antara sanak saudaramu yang bernama demikian.’ (62) Lalu mereka memberi isyarat kepada bapanya untuk bertanya nama apa yang hendak diberikannya kepada anaknya itu. (63) Ia meminta batu tulis, lalu menuliskan kata-kata ini: ‘Namanya adalah Yohanes.’ Dan merekapun heran semuanya.”.
William
Hendriksen (tentang Mark 2:25-26): “The two names, Ahimelekh and Abyatar, were borne by both father and
son.”
[= Kedua nama, Ahimelekh dan Abyatar, dipakai oleh baik ayah maupun anak.]
- hal 106.
Jadi dari semua penjelasan di atas ada 2 kemungkinan:
a. Ahimelekh mempunyai anak yang namanya Abyatar, dan Abyatar mempunyai anak yang namanya Ahimelekh.
b. Kedua nama digunakan bersama-sama oleh bapa maupun anaknya.
4. Ay 17b: “Seraya menjadi panitera negara;”.
KJV:
“and Seraiah was the scribe;”
[= Dan Seraya adalah / menjadi penulis
/ sekretaris;].
RSV/NIV/NASB:
“secretary” [= sekretaris].
1Taw
18:16 akhir - “Sausa
menjadi panitera;”.
KJV:
“and
Shavsha was scribe;”
[= Dan Sausa adalah / menjadi penulis /
sekretaris;].
2Sam
20:25a - “Seya
menjadi panitera negara;”.
KJV:
“And Sheva was scribe:”
[= Dan Seya adalah / menjadi penulis /
sekretaris;].
1Raja
4:3 - “anak-anak
Sisa menjadi panitera negara;”.
KJV:
“the sons of Shisha, scribes;”
[= anak-anak Sisa, penulis-penulis /
sekretaris-sekretaris;].
Keil
& Delitzsch (tentang 2Sam 8:17):
“Seraiah was a
scribe. Instead of Seraiah, we have Shavsha in the corresponding text of the Chronicles, and Sheva in the parallel passage 2 Sam. 20:25. Whether the last
name is merely a mistake for Shavsha, occasioned by the dropping of שׁ, or an abbreviated form of Shisha and Shavsha, cannot be
decided. Shavsha is not a copyist’s error, for in 1 Kings 4:3 the same
man is unquestionably mentioned again under the name of Shisha, who is called
Shavsha in the Chronicles, Sheva (שְׁיָא) in the text of 2 Sam. 20:25, and here Seraiah. Seraiah also is
hardly a copyist’s error, but another form for Shavsha or Shisha. The scribe was a secretary of state; not a military officer,” [=
Seraya
adalah / menjadi seorang penulis / sekretaris. Alih-alih dari Seraya, kita
mempunyai Sausa dalam text yang bersesuaian dari kitab Tawarikh, dan Seya dalam
text paralel 2Sam 20:25. Apakah nama yang terakhir itu sekedar suatu kesalahan
untuk Sausa, disebabkan oleh hilangnya huruf שׁ,
atau
merupakan suatu bentuk singkat dari Sisa dan Sausa, tidak bisa diputuskan. Sausa
bukanlah suatu kesalahan penyalin, karena dalam 1Raja 4:3 orang yang sama secara
tak diragukan disebutkan lagi di bawah nama Sisa, yang disebut Sausa dalam kitab
Tawarikh, Seya (שְׁיָא) dalam text dari 2Sam 20:25, dan di
sini Seraya. Seraya juga tidak mungkin merupakan suatu kesalahan penyalin,
tetapi suatu bentuk yang lain untuk Sausa atau Sisa. Seorang Scribe adalah
seorang penulis / sekretaris dari negara; bukan seorang pejabat militer,].
Pulpit Commentary: “‘Seraiah was scribe.’ His office was similar to that of a secretary of state with us. For ‘Seraiah’ we have ‘Shavsha’ in 1 Chron 18:16, ‘Shisha’ in 1 Kings 4:3, and ‘Sheva’ in 2 Sam 20:25. This illustrates what has just been said as to the uncertainty about proper names. They are always most difficult to read, as the sense gives no aid, and these various forms of a name that does not occur elsewhere really bear witness to the high antiquity of the manuscripts used by the scribes in settling the text of the Old Testament; and also to their self-restraint in not making them all forcibly agree.” [= ‘Seraya adalah / menjadi penulis / sekretaris’. Jabatan / tugasnya mirip dengan jabatan / tugas dari seorang sekretaris negara bagi kita. Untuk ‘Seraya’ kita mempunyai ‘Sausa’ dalam 1Taw 18:16, ‘Sisa’ dalam 1Raja 4:3, dan ‘Seya’ dalam 2Sam 20:25. Ini menjelaskan apa yang baru dikatakan berkenaan dengan ketidak-pastian tentang nama-nama diri. Mereka selalu paling sukar untuk dibaca, karena arti tidak memberikan bantuan / pertolongan, dan bentuk-bentuk yang bervariasi dari sebuah nama ini yang tidak muncul di tempat lain sungguh-sungguh memberikan kesaksian pada kekunoan yang tinggi dari manuscript-manuscript yang digunakan oleh ahli-ahli Taurat dalam menetapkan text dari Perjanjian Lama; dan juga pada pengekangan diri sendiri dari mereka dalam tidak memaksakan mereka semua sesuai.].
Penjelasan: memang ini hanya berlaku kalau kedua nama itu mempunyai huruf-huruf mati yang sama atau mirip. Ingat bahwa bahasa Ibrani tidak mempunyai huruf hidup. Dalam membaca, bunyi huruf hidupnya ada, tetapi dalam menulis, huruf hidupnya tidak ada! Memang dalam bahasa Ibrani modern ditambahkan tanda-tanda yang menunjukkan bunyi huruf hidupnya, tetapi dalam manuscript-manuscript tanda-tanda itu tidak ada. Ini sering disebut dengan huruf / tulisan gundul. Dalam kata-kata biasa (bukan nama), bunyi huruf hidupnya bisa ditebak dari arti dari seluruh kalimat, tetapi ini tidak bisa dilakukan dalam membaca sebuah nama. Jadi ini menjelaskan mengapa dalam persoalan nama, sering ada kekacauan / perbedaan-perbedaan. Ini juga membuktikan bahwa sumber (manuscript-manuscript) yang digunakan oleh para ahli-ahli Taurat memang sangat kuno, dan mereka tidak berusaha untuk mengubah text-text yang kelihatannya bertentangan. Kalau berbeda tetap dibiarkan berbeda!
5. Ay 18a: “Benaya bin Yoyada menjadi panglima orang Kreti dan orang Pleti;”.
Pulpit
Commentary: “‘The Cherethites and the Pelethites.’
As we have already seen (1 Sam. 30:14), the Cherethim were an insignificant
tribe inhabiting the southern part of the country of the Philistines. Nor is
that place the only proof of this fact; for they are connected with the
Philistines also in Ezek. 25:16 and Zeph. 2:5. David made their acquaintance
when at Ziklag; and probably the Pelethim dwelt in the same neighbourhood, and
were a still more unimportant clan or family.” [=
‘Orang Kreti dan orang Pleti’. Seperti telah kita lihat (1Sam 30:14), orang
Kreti adalah suatu suku yang tidak penting yang mendiami bagian selatan dari
negeri orang-orang Filistin. Juga tempat itu bukan satu-satunya bukti dari fakta
ini; karena mereka juga dihubungkan dengan orang-orang Filistin dalam Yeh 25:16
dan Zef 2:5. Daud bertemu dengan mereka pada saat berada di Ziklag; dan mungkin
orang Pleti tinggal di daerah yang sama, dan merupakan keluarga yang lebih tidak
penting lagi.].
Yeh 25:15-16 - “(15) Beginilah firman Tuhan ALLAH: ‘Oleh karena orang Filistin membalaskan dendam kesumat dan di dalam kegembiraannya atas kecelakaan Israel melakukan pembalasan dengan melakukan pembinasaan karena rasa permusuhan yang turun-temurun, (16) oleh sebab itu, beginilah firman Tuhan ALLAH: Sungguh, Aku akan mengacungkan tanganKu melawan orang Filistin dan melenyapkan orang Kreta dan membinasakan yang lain-lain di tepi pantai laut.”.
Zef 2:4-5 - “(4) Sebab Gaza akan ditinggalkan orang dan Askelon akan menjadi sunyi; Asdod akan dihalau penduduknya pada rembang tengah hari dan Ekron akan dibongkar-bangkirkan. (5) Celakalah kamu penduduk Daerah Tepi Laut, kamu bangsa Kreti! Terhadap kamulah firman TUHAN ini: Hai Kanaan, tanah orang Filistin! Aku akan membinasakan engkau, sehingga tidak ada lagi pendudukmu.”.
Keil
& Delitzsch:
“Benaiah the son of
Jehoiada, a very brave hero of Kabzeel (see at 2 Sam. 23:20ff.), was over the Crethi and Plethi. ... The Crethi and Plethi were the
king’s body-guard, σωματοφύλακες (Josephus, Ant. vii. 5, 4).” [=
Benaya bin Yoyada, seorang pahlawan yang sangat berani dari Kabzeel (lihat 2Sam
23:20-dst), mengepalai orang Kreti dan orang Pleti. ... Orang Kreti dan orang
Pleti adalah pengawal-pengawal (body-guard) raja, SOMATOPHULAKES (Yosephus, Ant.
vii. 5, 4).].
Bahwa orang Kreti dan orang Pleti adalah para pengawal Daud (dan dikepalai oleh Benaya) didukung oleh text di bawah ini.
2Sam 23:22-23 - “(22) Itulah yang diperbuat Benaya bin Yoyada; ia mendapat nama di antara ketiga puluh pahlawan itu. (23) Di antara ketiga puluh orang itu ia paling dihormati, tetapi ia tidak dapat menyamai triwira. Dan Daud mengangkat dia mengepalai pengawalnya.”.
Adam
Clarke: “‘The
Cherethites and the Pelethites.’ The former supposed to be those who
accompanied David when he fled from Saul; the latter, those who came to him at
Ziklag. But the Targum translates these two names thus, the archers and the
slingers; and this is by far the most likely.” [=
‘Orang
Kreti dan orang Pleti’. Yang terdahulu dianggap sebagai mereka yang menyertai
Daud pada waktu ia lari dari Saul; yang belakangan, mereka yang datang kepadanya
di Ziklag. Tetapi Targum menterjemahkan kedua nama /
sebutan itu demikian, pemanah-pemanah dan pengumban-pengumban; dan ini jauh
lebih memungkinkan.].
6. Ay 18b: “dan anak-anak Daud menjadi imam.”.
Ini
jelas merupakan bagian yang tidak bisa diartikan apa adanya bahwa anak-anak Daud
betul-betul menjadi imam-imam yang melayani di Kemah Suci, karena hanya
orang-orang dari suku Lewi yang bisa menjadi imam.
Mari
sekarang kita melihat tafsiran dari beberapa penafsir:
a.
Calvin.
Calvin:
“When
we have an obscure passage, our only action should be to clarify it by
comparisons with another passage of Scripture.” [= Pada waktu kita
mempunyai suatu text yang kabur, tindakan kita satu-satunya haruslah
menjelaskannya dengan perbandingan-perbandingan dengan text yang lain dari
Kitab Suci.]
- ‘Sermons on 2Samuel’, hal 425.
Calvin
lalu membandingkan ay 18b ini dengan beberapa text Alkitab yang lain.
Text
pertama adalah ayat paralel dari ay 18b ini, yaitu 1Taw 18:17b, yang tidak
menuliskan ‘imam’!
1Taw 18:17b
- “...
anak-anak Daud adalah orang-orang utama yang diperbantukan kepada raja.”.
KJV:
‘the sons of David were chief about the king.’
[= anak-anak Daud adalah pemimpin dekat raja.].
RSV:
‘David’s sons were the
chief officials in the service of the king.’ [= anak-anak Daud adalah
pejabat-pejabat utama dalam pelayanan raja.].
NIV:
‘David’s sons were
chief officials at the king’s side.’
[= anak-anak Daud adalah pejabat-pejabat utama di sisi raja.].
NASB:
‘the sons of David were chiefs at the king’s side.’ [= anak-anak Daud adalah
pemimpin-pemimpin di sisi raja.].
Calvin
lalu menunjukkan text lain yang menunjukkan bahwa raja Uzia pada saat mau jadi
imam dihukum oleh Tuhan dengan penyakit kusta.
2Taw
26:16-21 - “(16) Setelah ia menjadi kuat, ia menjadi
tinggi hati sehingga ia melakukan hal yang merusak. Ia
berubah setia kepada TUHAN, Allahnya, dan memasuki bait TUHAN untuk membakar
ukupan di atas mezbah pembakaran ukupan. (17) Tetapi imam
Azarya mengikutinya dari belakang bersama-sama delapan puluh imam TUHAN,
orang-orang yang tegas; (18) mereka berdiri di depan raja Uzia dan berkata
kepadanya: ‘Hai, Uzia, engkau tidak berhak membakar ukupan kepada TUHAN,
hanyalah imam-imam keturunan Harun yang telah dikuduskan yang berhak membakar
ukupan! Keluarlah dari tempat kudus ini, karena engkau telah berubah setia!
Engkau tidak akan memperoleh kehormatan dari TUHAN Allah karena hal ini.’
(19) Tetapi Uzia, dengan bokor ukupan di tangannya untuk
dibakar menjadi marah. Sementara amarahnya meluap terhadap para imam,
timbullah penyakit kusta pada dahinya di hadapan para imam di rumah TUHAN,
dekat mezbah pembakaran ukupan. (20) Imam kepala Azarya dan semua imam lainnya
memandang kepadanya, dan sesungguhnya, ia sakit kusta pada dahinya. Cepat-cepat
mereka mengusirnya dari sana, dan ia sendiri tergesa-gesa keluar, karena TUHAN
telah menimpakan tulah kepadanya. (21) Raja Uzia sakit kusta sampai kepada hari
matinya, dan sebagai orang yang sakit kusta ia tinggal dalam sebuah rumah
pengasingan, karena ia dikucilkan dari rumah TUHAN.
Dan Yotam, anaknya, mengepalai istana raja dan menjalankan pemerintahan atas
rakyat negeri itu.”.
Kita
bisa menambahkan text lain, yang jelas menunjukkan Tuhan tidak menghendaki orang
yang bukan keturunan Lewi menjadi imam.
1Sam
13:8-14 - “(8)
Ia menunggu tujuh hari lamanya sampai waktu yang ditentukan Samuel.
Tetapi ketika Samuel tidak datang ke Gilgal, mulailah rakyat itu berserak-serak
meninggalkan dia. (9) Sebab itu Saul berkata:
‘Bawalah kepadaku korban bakaran dan korban keselamatan itu.’ Lalu ia
mempersembahkan korban bakaran. (10) Baru saja ia habis
mempersembahkan korban bakaran, maka tampaklah Samuel datang. Saul pergi
menyongsongnya untuk memberi salam kepadanya. (11) Tetapi kata Samuel: ‘Apa
yang telah kauperbuat?’ Jawab Saul: ‘Karena aku melihat rakyat itu
berserak-serak meninggalkan aku dan engkau tidak datang pada waktu yang telah
ditentukan, padahal orang Filistin telah berkumpul di Mikhmas, (12) maka
pikirku: Sebentar lagi orang Filistin akan menyerang aku di Gilgal, padahal aku
belum memohonkan belas kasihan TUHAN; sebab itu aku memberanikan diri, lalu
mempersembahkan korban bakaran.’ (13) Kata Samuel kepada Saul: ‘Perbuatanmu
itu bodoh. Engkau tidak mengikuti perintah TUHAN, Allahmu, yang diperintahkanNya
kepadamu; sebab sedianya TUHAN mengokohkan kerajaanmu atas orang Israel untuk
selama-lamanya. (14) Tetapi sekarang kerajaanmu tidak akan tetap. TUHAN telah
memilih seorang yang berkenan di hatiNya dan TUHAN telah menunjuk dia menjadi
raja atas umatNya, karena engkau tidak mengikuti apa yang diperintahkan TUHAN
kepadamu.’”.
1Raja
12:28-33 - “(28) Sesudah menimbang-nimbang, maka raja membuat dua
anak lembu jantan dari emas dan ia berkata kepada mereka: ‘Sudah cukup lamanya
kamu pergi ke Yerusalem. Hai Israel, lihatlah sekarang allah-allahmu, yang telah
menuntun engkau keluar dari tanah Mesir.’ (29) Lalu ia menaruh lembu yang satu
di Betel dan yang lain ditempatkannya di Dan. (30) Maka hal itu menyebabkan
orang berdosa, sebab rakyat pergi ke Betel menyembah patung yang satu dan ke Dan
menyembah patung yang lain. (31) Ia membuat juga kuil-kuil di atas bukit-bukit
pengorbanan, dan mengangkat imam-imam dari kalangan
rakyat yang bukan dari bani Lewi. (32) Kemudian Yerobeam menentukan
suatu hari raya pada hari yang kelima belas bulan kedelapan, sama seperti hari
raya yang di Yehuda, dan ia sendiri naik tangga
mezbah itu. Begitulah dibuatnya di Betel,
yakni ia mempersembahkan korban kepada anak-anak lembu yang telah dibuatnya itu,
dan ia menugaskan di Betel imam-imam bukit pengorbanan yang telah diangkatnya.
(33) Ia naik tangga mezbah yang dibuatnya di Betel itu pada hari yang kelima
belas dalam bulan yang kedelapan, dalam bulan yang telah direncanakannya dalam
hatinya sendiri; ia menentukan suatu hari raya bagi orang Israel dan ia
naik tangga mezbah itu untuk membakar korban.”.
1Raja
13:1-6 - “(1) Sedang Yerobeam berdiri di atas mezbah itu sambil
membakar korban, maka atas perintah TUHAN datanglah
seorang abdi Allah dari Yehuda ke Betel. (2) Lalu atas perintah TUHAN berserulah
orang itu terhadap mezbah itu, katanya: ‘Hai mezbah, hai mezbah! Beginilah
firman TUHAN: Bahwasanya seorang anak akan lahir pada keluarga Daud, Yosia
namanya; ia akan menyembelih di atasmu imam-imam bukit pengorbanan yang membakar
korban di atasmu, juga tulang-tulang manusia akan dibakar di atasmu.’ (3) Pada
waktu itu juga ia memberitahukan suatu tanda ajaib, katanya: ‘Inilah tanda
ajaib, bahwa TUHAN telah berfirman: Bahwasanya mezbah itu akan pecah, sehingga
tercurah abu yang di atasnya.’ (4) Demi
raja Yerobeam mendengar perkataan abdi Allah yang diserukannya terhadap mezbah
di Betel itu, ia mengulurkan tangannya dari atas mezbah dan berkata:
‘Tangkaplah dia!’ Tetapi tangan yang diulurkannya terhadap orang itu menjadi
kejang, sehingga tidak dapat ditariknya kembali. (5) Mezbah itupun
pecahlah, sehingga abu yang di atasnya tercurah, sesuai dengan tanda ajaib yang
diberitahukan abdi Allah itu atas perintah TUHAN. (6) Lalu berbicaralah raja dan
berkata kepada abdi Allah itu: ‘Mohonkanlah belas kasihan TUHAN, Allahmu, dan
berdoalah untukku, supaya tanganku dapat kembali.’ Dan abdi Allah itu
memohonkan belas kasihan TUHAN, maka tangan raja itu dapat kembali dan menjadi
seperti semula.”.
Calvin:
“This
proves that David could not have made his sons priests. ... David’s children
could never have been priests, because that would have been an abomination to
God. What this expression really means is that David took pains to have them
instructed and taught the requirements of the Law.”
[= Ini membuktikan bahwa Daud tidak bisa telah membuat anak-anaknya menjadi
imam-imam. ... Anak-anak Daud tidak pernah bisa menjadi imam-imam, karena itu
akan merupakan suatu kejijikan bagi Allah. Apa yang
ungkapan ini sesungguhnya maksudkan adalah bahwa Daud menggunakan banyak waktu
dan tenaga untuk membuat mereka diajar dalam tuntutan-tuntutan dari hukum Taurat.]
- ‘Sermons on 2Samuel’, hal 425,426.
Catatan:
saya sangat meragukan kebenaran tafsiran Calvin ini, tetapi karena kata-kata
selanjutnya bagus, saya tetap memberikan tafsirannya di sini.
Calvin
melanjutkan: Kalau Daud memang mendidik anak-anaknya untuk menjadi orang yang
baik dan berguna mengapa ada anak-anaknya yang menjadi orang-orang brengsek,
seperti Absalom dll.? Memang orang tua yang mendidik anak-anaknya dengan baik
tidak selalu berhasil! Tetapi kalau ada orang tua yang lalu ‘berserah’
kepada Tuhan berkenaan dengan anak-anaknya, dan tidak mendidik mereka dengan
baik tetapi ‘menyerahkan’ mereka ke dalam tangan Tuhan, Calvin tidak bisa
menerima ini! Ini menunjukkan bahwa orang yang menekankan predestinasi seperti
Calvin tidak mengajarkan Hyper-Calvinisme!!
Calvin:
“On
the contrary, this is the conclusion that we should
draw: ‘Since those who take such pains and spend so much to have their
children properly taught are still frustrated in their hopes, what terrible
things will happen if I care nothing about it, and put the reins in their hands
so that they have freedom to become degenerate?’ The sad experience of David
teaches fathers to strive even harder to instruct their children.” [= Sebaliknya,
inilah kesimpulan yang harus kita tarik: ‘Karena mereka yang menggunakan
banyak waktu dan tenaga dan menghabiskan begitu banyak supaya anak-anak mereka
diajar dengan baik / benar tetapi gagal dalam pengharapan mereka, hal-hal buruk
apa yang akan terjadi jika saya tak peduli apapun tentangnya, dan meletakkan
kekang di tangan mereka sehingga mereka mempunyai kebebasan untuk menjadi rusak
secara moral?’ Pengalaman menyedihkan dari Daud mengajar bapa-bapa untuk
berjuang dengan lebih keras untuk mengajar anak-anak mereka.] - ‘Sermons
on 2Samuel’,
hal 427.
Calvin:
“Fathers
are further instructed by this principle to commend their children to God,
asking him to instruct them by his Spirit. They must realise that all their
labour, industry, and vigilance will be useless unless it is blessed by his
Spirit. Even when fathers spare neither gold nor silver, even when they send
their children to school, and give them good examples and keep them under a firm
hand of leadership - still their whole duty has not been discharged. They can do
all of that, and still miss the main thing, which is to call upon God and
recognise their dependence upon him to prosper the instruction of their
children.” [= Bapa-bapa diajar lebih
lanjut oleh prinsip ini untuk menyerahkan anak-anak mereka kepada Allah,
memintaNya untuk mengajar mereka oleh RohNya. Mereka
harus menyadari bahwa semua jerih payah, kerajinan, dan sikap berjaga-jaga
mereka akan tidak berguna kecuali itu diberkati oleh RohNya. Bahkan
pada waktu bapa-bapa tidak menyayangkan emas atau perak, bahkan pada waktu
mereka mengirim anak-anak mereka ke sekolah, dan memberi mereka teladan-teladan
yang baik dan menjaga mereka di bawah suatu tangan kepemimpinan yang kuat -
tetap belum seluruh kewajiban mereka telah dilaksanakan. Mereka bisa melakukan
semua itu, dan tetap gagal melakukan hal yang terutama, yang adalah memanggil
Allah (berdoa) dan mengenali ketergantungan mereka kepadaNya untuk berhasil
dalam pengajaran anak-anak mereka.] - ‘Sermons on 2Samuel’, hal 427.
b.
Penafsir-penafsir yang lain.
(1)
Keil & Delitzsch menganggap bahwa bahkan dalam 2Sam 8:18b itu
sendiri kata Ibraninya tidak seharusnya diterjemahkan ‘imam’, karena kata
itu memang mempunyai terjemahan-terjemahan yang lain.
Ay 18b: “dan anak-anak Daud menjadi imam.”. (RSV/ESV = LAI)
KJV: ‘and David’s sons were chief rulers’ [= dan anak-anak Daud adalah pemimpin-pemimpin utama / kepala].
NIV: ‘and David’s sons were royal advisers’ [= dan anak-anak Daud adalah penasehat-penasehat raja / kerajaan.].
NASB: ‘and David’s sons were chief ministers’ [= dan anak-anak Daud adalah pelayan-pelayan utama / kepala.].
Kata Ibraninya KOHEN, memang biasanya diterjemahkan ‘imam’, tetapi menurut Bible Works 8 bisa diterjemahkan ‘principal officer’ [= pejabat kepala], dan jelas tidak mungkin diterjemahkan ‘imam’ di sini karena Daud bukan berasal dari suku Lewi tetapi dari suku Yehuda.
Keil
& Delitzsch:
“And
David’s sons were כֹּהֲנִים / KOHANIM (‘confidants’); not priests, domestic
priests, court chaplains, or spiritual advisers, as Gesenius, De Wette, and
others maintain, but, as the title is explained in the corresponding text of the
Chronicles, when the title had become obsolete, ‘the first at the hand (or
side) of the king.’ The correctness of this explanation is placed beyond the
reach of doubt by 1 Kings 4:5, where the cohen is called, by way of explanation, ‘the king’s
friend.’ ... These cohanim, therefore, were the king’s confidential advisers.” [=
Dan anak-anak Daud adalah KOHANIM (‘sahabat-sahabat yang dipercayai’); bukan
imam-imam, imam-imam domestik, pemimpin-pemimpin rohani dari istana, atau
penasehat-penasehat rohani, seperti yang dipertahankan oleh Genesius, De Wette,
dan yang lain-lain, tetapi sebagaimana gelar itu dijelaskan dalam text yang
bersesuaian / paralel dari kitab Tawarikh, pada waktu gelar itu telah menjadi
usang, ‘yang pertama / terutama pada tangan (atau sisi) dari raja’.
Kebenaran / ketepatan dari penjelasan ini ditempatkan di luar keraguan oleh
1Raja 4:5 dimana KOHEN disebut, secara menjelaskan, ‘sahabat raja’. ...
Karena itu, KOHANIM ini adalah penasehat-penasehat yang bisa dipercaya dari
raja.].
1Raja 4:5 - “Azarya bin Natan mengawasi para kepala daerah; Zabut bin Natan, seorang imam, menjadi sahabat raja;”.
KJV:
“and Zabud the son of Nathan was principal officer, and the king’s friend:” [= dan Zabut bin Natan adalah pejabat
kepala,
dan sahabat raja:].
ASV:
“and Zabud the son of Nathan was chief
minister, and the king’s friend;”
[= dan Zabut bin Natan adalah pejabat
kepala,
dan sahabat raja;].
YLT: “and Zabud son of Nathan is minister, friend of the king;” [= dan Zabut bin Natan adalah pejabat, sahabat raja].
Catatan: di sini hanya KJV/ASV/YLT yang tidak menterjemahkan ‘priest’ [= imam]; sedangkan RSV/NIV/NASB/ESV/NKJV tetap menterjemahkan ‘priest’ [= imam].
(2) Bible Knowledge Commentary.
Bible
Knowledge Commentary: “‘and
David’s own ‘sons were royal advisers’ (kohanim).
This Hebrew word, usually rendered ‘priests,’ is explained in 1 Chron 18:17
as ‘chief officials’ (cf. 2 Sam 20:26). This no doubt is the better meaning
since David’s sons, as Judeans, were ineligible to serve as priests.” [= ‘dan anak-anak Daud adalah / menjadi penasehat-penasehat raja’
(KOHANIM). Kata Ibrani ini, biasanya diterjemahkan
‘imam-imam’, dijelaskan dalam 1Taw 18:17 sebagai ‘pejabat-pejabat utama’
(bdk. 2Sam 20:26). Ini tidak diragukan merupakan arti yang lebih baik
karena anak-anak Daud, sebagai orang-orang Yehuda, tidak cocok untuk melayani
sebagai imam-imam.].
1Taw
18:17 - “Benaya
bin Yoyada menjadi panglima orang Kreti dan orang Pleti; dan anak-anak Daud
adalah orang-orang utama yang diperbantukan
kepada raja.”.
2Sam
20:26 - “Juga
Ira, orang Yair itu menjadi imam pada
Daud.”.
KJV:
“a chief ruler” [= seorang penguasa kepala].
Bible
Knowledge Commentary (tentang 2Sam 20:26):
“‘Finally Ira the Jairite’ was David’s special minister, having
succeeded the king’s own sons in that capacity (see comments on 2 Sam 8:18 for
the meaning of kohen in 20:26, usually rendered ‘priest’).” [= ‘Akhirnya Ira, orang Yair itu’ adalah / menjadi pelayan khusus
Daud, setelah menggantikan anak-anak sang raja sendiri dalam kapasitas itu
(lihat komentar-komentar tentang 2Sam 8:18 untuk arti dari kata KOHEN dalam
20:26, yang biasanya diterjemahkan ‘imam’).].
(3) Pulpit Commentary.
Pulpit
Commentary: “In
1 Chron 18:17 the language is completely changed, and
we read, ‘and David’s sons were chief at the king’s hand.’ We may feel
sure that the Chronicler knew what was the meaning of the phrase in the Books of
Samuel, and that he was also aware that it had gone out of use, and therefore
gave instead the right sense. Evidently the word cohen
had at first a wider significance, and meant a ‘minister and confidant.’ He
was the officer who stood next to his master, and knew his purpose and saw to
its execution. And this was the meaning of the term when applied to the
confidential minister of Jehovah, whose duty it was to execute his will
according to the commands given in the Law; but when so used it gradually became
too sacred for ordinary employment. Still, there is a divinity about a king, and
so his confidants and the officers nearest to his person were still called
cohens; and we find the phrase lingering on for another century and a half. For
Jehu puts to death, not only Ahab’s great men and kinsfolk, but also ‘his
cohens,’ the men who had been his intimate friends (2 Kings 10:11).”
[= Dalam
1Taw 18:17 bahasanya diubah sama sekali, dan kita membaca, ‘dan anak-anak Daud
adalah / menjadi pemimpin dekat raja’. Kita bisa merasa pasti bahwa penulis
kitab Tawarikh tahu apa arti dari ungkapan
dalam kitab-kitab Samuel, dan bahwa ia juga sadar bahwa itu telah hilang dari
penggunaan, dan karena itu alih-alih ia memberi arti yang benar. Jelas bahwa kata KOHEN mula-mula mempunyai arti yang lebih luas, dan
berarti seorang ‘pelayan dan sahabat’. Ia adalah pejabat yang berdiri dekat
dengan tuannya, dan tahu tujuan / rencananya dan memastikan pelaksanaannya.
Dan
ini adalah arti dari istilah itu pada waktu diterapkan pada pelayan yang
dipercaya dari Yehovah, yang kewajibannya adalah untuk melaksanakan kehendakNya
sesuai dengan perintah-perintah / hukum-hukum yang diberikan dalam hukum Taurat;
tetapi
pada waktu digunakan seperti itu, itu secara bertahap / perlahan-lahan menjadi
terlalu keramat / kudus untuk pekerjaan biasa.
Tetap,
disana ada sesuatu yang menyerupai Allah tentang seorang raja, dan demikianlah
sahabat-sahabatnya dan pejabat-pejabat yang paling dekat dengan dirinya tetap
disebut imam-imam; dan kita mendapati ungkapan itu tetap ada untuk satu setengah
abad lagi. Karena Yehu membunuh, bukan hanya
orang-orang besar dan keluarga Ahab, tetapi juga ‘imam-imamnya’, orang-orang
yang adalah sahabat-sahabat dekatnya (2Raja 10:11).].
2Raja 10:11 - “Lalu Yehu membunuh semua orang yang masih tinggal dari keluarga Ahab yang di Yizreel, juga semua orang besarnya, orang-orang kepercayaannya dan imam-imamnya; tidak ada padanya seorangpun yang ditinggalkan Yehu hidup.”.
Semua Alkitab bahasa Inggris menterjemahkan ‘priests’ [= imam-imam].
Dan tadinya saya menganggap bahwa ini bisa betul-betul berarti ‘imam-imam’ tetapi maksudnya imam-imam dari penyembahan Baal. Tetapi dalam tafsirannya tentang 2Raja 10:11 ini, Albert Barnes mengatakan bahwa kata-kata ‘imam-imam’ di sini bukan menunjuk kepada ‘imam-imam Baal’, karena imam-imam Baal baru dibunuh oleh Yehu dalam ay 19nya (baca kontextnya (2Raja 10:18-28).
2Raja 10:18-28 - “(18) Kemudian Yehu mengumpulkan seluruh rakyat, lalu berkata kepada mereka: ‘Adapun Ahab masih kurang beribadah kepada Baal, tetapi Yehu mau lebih hebat beribadah kepadanya. (19) Oleh sebab itu, panggillah menghadap aku semua nabi Baal, semua orang yang beribadah kepadanya dan semua imamnya, seorangpun tidak boleh tidak hadir, sebab aku hendak mempersembahkan korban yang besar kepada Baal. Setiap orang yang tidak hadir tidak akan tinggal hidup.’ Tetapi perbuatan ini adalah akal Yehu supaya ia membinasakan orang-orang yang beribadah kepada Baal. (20) Selanjutnya Yehu berkata: ‘Tentukanlah hari raya perkumpulan kudus bagi Baal!’ Lalu mereka memaklumkannya. (21) Yehu mengirim orang ke seluruh Israel, maka datanglah seluruh orang yang beribadah kepada Baal, tidak seorangpun yang ketinggalan. Lalu masuklah semuanya ke dalam rumah Baal, sehingga rumah itu penuh sesak dari ujung ke ujung. (22) Kemudian berkatalah Yehu kepada orang yang mengepalai gudang pakaian: ‘Keluarkanlah pakaian untuk setiap orang yang beribadah kepada Baal!’ Maka dikeluarkannyalah pakaian bagi mereka. (23) Sesudah itu masuklah Yehu dan Yonadab bin Rekhab ke dalam rumah Baal, lalu berkatalah ia kepada orang-orang penyembah Baal di situ: ‘Periksalah dan lihatlah, supaya jangan ada di antara kamu di sini seorangpun dari hamba-hamba TUHAN, melainkan hanya orang-orang yang beribadah kepada Baal.’ (24) Lalu masuklah mereka untuk mempersembahkan korban sembelihan dan korban bakaran. Adapun Yehu telah menempatkan delapan puluh orang di luar dan telah berkata: ‘Siapa yang membiarkan lolos seorangpun dari orang-orang yang kuserahkan ke dalam tanganmu, nyawanyalah ganti nyawa orang itu.’ (25) Setelah Yehu selesai mempersembahkan korban bakaran, berkatalah ia kepada bentara-bentara dan kepada perwira-perwira: ‘Masuklah, bunuhlah mereka, seorangpun tidak boleh lolos!’ Maka dibunuhlah mereka dengan mata pedang, lalu mayatnya dibuang; kemudian masuklah bentara-bentara dan perwira-perwira itu ke gedung rumah Baal. (26) Mereka mengeluarkan tiang berhala rumah Baal itu, lalu dibakar. (27) Mereka merobohkan tugu berhala Baal itu, merobohkan juga rumah Baal, dan membuatnya menjadi jamban; begitulah sampai hari ini. (28) Demikianlah Yehu memunahkan Baal dari Israel.”.
Penutup.
Sekalipun ada hal-hal praktis dalam pembahasan 2Sam 8 ini, tetapi jelas bahwa pasal ini dipenuhi dengan sangat banyak problem perbedaan / pertentangan antar ayat-ayat Alkitab. Ada yang pengharmonisannya bisa dipastikan, tetapi ada juga yang tak bisa dipastikan sama sekali, dan hanya merupakan dugaan / kemungkinan. Sebagai penutup, berkenaan dengan bagian-bagian terakhir ini, saya akan memberikan kata-kata John Murray.
John
Murray: “Oftentimes,
though we may not be able to demonstrate the harmony of Scripture, we are able
to show that there is no necessary contradiction.”
[= Seringkali, sekalipun kita tidak bisa menunjukkan keharmonisan Kitab Suci,
kita bisa menunjukkan bahwa di sana tidak harus terjadi kontradiksi.]
- ‘Collected Writings of John Murray’, vol I, hal 10.
Tetaplah
percaya Alkitab, dan mempelajarinya dengan sungguh-sungguh. Tuhan memberkati
saudara sekalian.
-AMIN-
Author : Pdt. Budi Asali,M.Div.
E-mail : [email protected]
e-mail us at [email protected]
Link ke Channel Video Khotbah2 Pdt. Budi Asali di Youtube:
https://www.youtube.com/channel/UCP6lW2Ak1rqIUziNHdgp3HQ
Channel Live Streaming Youtube : bit.ly/livegkrigolgotha / budi asali