Kebaktian

G. K. R. I. ‘GOLGOTA’

(Rungkut Megah Raya Blok D No 16)

 

Minggu, tgl 13 Februari 2011, pk 17.00

 

Pdt. Budi Asali, M. Div.

[email protected]

 

II SAMUEL 3:1-39(3)

 

IV) Abner memihak Daud.

 

Ay 12-21:(12) Lalu Abner mengirim utusan kepada Daud dengan pesan: ‘Milik siapakah negeri ini? Adakanlah perjanjian dengan aku, maka sesungguhnya aku akan membantu engkau untuk membawa seluruh orang Israel memihak kepadamu.’ (13) Jawab Daud: ‘Baik, aku akan mengadakan perjanjian dengan engkau, hanya satu hal kuminta dari padamu, yakni engkau tidak akan menghadap aku, kecuali jika engkau membawa lebih dahulu Mikhal, anak perempuan Saul, apabila engkau datang menghadap aku.’ (14) Daud mengirim utusan juga kepada Isyboset, anak Saul, dengan pesan: ‘Berikanlah isteriku Mikhal, yang telah kuperoleh dengan seratus kulit khatan orang Filistin.’ (15) Lalu Isyboset menyuruh mengambil perempuan itu dari pada suaminya, yakni Paltiel bin Lais. (16) Dan suaminya berjalan bersama-sama dengan dia, sambil mengikuti dia dengan menangis sampai ke Bahurim. Lalu berkatalah Abner kepadanya: ‘Ayo, pulanglah.’ Maka pulanglah ia. (17) Sementara itu berundinglah Abner dengan para tua-tua orang Israel, katanya: ‘Telah lama kamu menghendaki Daud menjadi raja atas kamu. (18) Maka sekarang bertindaklah, sebab TUHAN sudah berfirman tentang Daud, demikian: Dengan perantaraan hambaKu Daud Aku akan menyelamatkan umatKu Israel dari tangan orang Filistin dan dari tangan semua musuhnya.’ (19) Abner berbicara dengan orang Benyamin; pula Abner pergi membicarakan dengan Daud di Hebron segala yang sudah dipandang baik oleh orang Israel dan oleh seluruh kaum Benyamin. (20) Ketika Abner datang kepada Daud di Hebron bersama-sama dua puluh orang, maka Daud mengadakan perjamuan bagi Abner dan orang-orang yang menyertainya. (21) Berkatalah Abner kepada Daud: ‘Baiklah aku bersiap untuk pergi mengumpulkan seluruh orang Israel kepada tuanku raja, supaya mereka mengadakan perjanjian dengan tuanku dan tuanku menjadi raja atas segala yang dikehendaki hatimu.’ Lalu Daud membiarkan Abner pergi dan berjalanlah ia dengan selamat..

 

1)   Abner menyatakan kepada Daud bahwa ia mau berpindah pihak kepada Daud.

Ay 12: Lalu Abner mengirim utusan kepada Daud dengan pesan: ‘Milik siapakah negeri ini? Adakanlah perjanjian dengan aku, maka sesungguhnya aku akan membantu engkau untuk membawa seluruh orang Israel memihak kepadamu.’.

 

Matthew Henry: “Note, God can find out ways to make those serviceable to the kingdom of Christ who yet have no sincere affection for it and who have vigorously set themselves against it. Enemies are sometimes made a footstool, not only to be trodden upon, but to ascend by” (= Perhatikan, Allah bisa mendapatkan jalan untuk membuat mereka berguna bagi kerajaan Kristus sekalipun mereka tidak mempunyai perasaan / kasih yang sungguh-sungguh untuknya dan yang telah dengan bersemangat menentangnya. Musuh-musuh kadang-kadang dibuat menjadi tumpuan kaki, bukan untuk diinjak-injak, tetapi untuk naik olehnya).

Bdk. Maz 110:1 - “Mazmur Daud. Demikianlah firman TUHAN kepada tuanku: ‘Duduklah di sebelah kananKu, sampai Kubuat musuh-musuhmu menjadi tumpuan kakimu.’”.

1Kor 15:25 - “Karena Ia harus memegang pemerintahan sebagai Raja sampai Allah meletakkan semua musuhNya di bawah kakiNya”.

 

2)   Daud memberikan syarat yaitu bahwa Mikhal harus dikembalikan kepadanya.

Ay 13-16: “(13) Jawab Daud: ‘Baik, aku akan mengadakan perjanjian dengan engkau, hanya satu hal kuminta dari padamu, yakni engkau tidak akan menghadap aku, kecuali jika engkau membawa lebih dahulu Mikhal, anak perempuan Saul, apabila engkau datang menghadap aku.’ (14) Daud mengirim utusan juga kepada Isyboset, anak Saul, dengan pesan: ‘Berikanlah isteriku Mikhal, yang telah kuperoleh dengan seratus kulit khatan orang Filistin.’ (15) Lalu Isyboset menyuruh mengambil perempuan itu dari pada suaminya, yakni Paltiel bin Lais. (16) Dan suaminya berjalan bersama-sama dengan dia, sambil mengikuti dia dengan menangis sampai ke Bahurim. Lalu berkatalah Abner kepadanya: ‘Ayo, pulanglah.’ Maka pulanglah ia..

 

a)   Mikhal sudah menjadi istri Daud (1Sam 18:27), tetapi lalu oleh Saul diberikan kepada orang lain (1Sam 25:44).

1Sam 18:27 - “tetapi Daud sudah bersiap, ia pergi dengan orang-orangnya dan menewaskan dari orang Filistin itu dua ratus orang serta membawa kulit khatan mereka; dan dalam jumlah yang genap diberikan merekalah semuanya itu kepada raja, supaya Daud menjadi menantu raja. Kemudian Saul memberikan Mikhal, anaknya, kepadanya menjadi isterinya”.

1Sam 25:44 - “Tetapi Saul telah memberikan Mikhal, anaknya perempuan, isteri Daud, kepada Palti bin Lais, yang dari Galim itu”.

Catatan: Palti sana dengan Paltiel.

 

Ini menyebabkan ada penafsir yang menganggap bahwa permintaan Daud ini merupakan sesuatu yang salah.

Wycliffe Bible Commentary: “According to the law of Deut 24:1-4, David could not legitimately receive back his wife after her marriage to Paltiel” (= Menurut hukum dari Ul 24:1-4, Daud tidak bisa secara sah menerima kembali istrinya setelah pernikahannya dengan Paltiel).

Ul 24:1-4a - “(1) ‘Apabila seseorang mengambil seorang perempuan dan menjadi suaminya, dan jika kemudian ia tidak menyukai lagi perempuan itu, sebab didapatinya yang tidak senonoh padanya, lalu ia menulis surat cerai dan menyerahkannya ke tangan perempuan itu, sesudah itu menyuruh dia pergi dari rumahnya, (2) dan jika perempuan itu keluar dari rumahnya dan pergi dari sana, lalu menjadi isteri orang lain, (3) dan jika laki-laki yang kemudian ini tidak cinta lagi kepadanya, lalu menulis surat cerai dan menyerahkannya ke tangan perempuan itu serta menyuruh dia pergi dari rumahnya, atau jika laki-laki yang kemudian mengambil dia menjadi isterinya itu mati, (4a) maka suaminya yang pertama, yang telah menyuruh dia pergi itu, tidak boleh mengambil dia kembali menjadi isterinya, setelah perempuan itu dicemari; sebab hal itu adalah kekejian di hadapan TUHAN”.

 

Tetapi saya berpendapat Wycliffe salah, dan Ul 24:1-4 tidak bisa digunakan untuk menyalahkan Daud, karena Ul 24:1-4 itu baru berlaku kalau satu pihak menceraikan pihak yang lain. Sedangkan dalam kasus ini, Mikhal hanya berpisah dari Daud karena keadaan memaksa, tetapi tidak pernah bercerai (baik menceraikan ataupun diceraikan) dengan Daud. Paltiel yang sebetulnya tidak berhak menerima Mikhal menjadi istrinya, karena status Mikhal masih adalah istri Daud, dan pernikahan mereka harus dianggap sebagai perzinahan.

1Kor 7:39 - Isteri terikat selama suaminya hidup. Kalau suaminya telah meninggal, ia bebas untuk kawin dengan siapa saja yang dikehendakinya, asal orang itu adalah seorang yang percaya”.

Ro 7:2-3 - “(2) Sebab seorang isteri terikat oleh hukum kepada suaminya selama suaminya itu hidup. Akan tetapi apabila suaminya itu mati, bebaslah ia dari hukum yang mengikatnya kepada suaminya itu. (3) Jadi selama suaminya hidup ia dianggap berzinah, kalau ia menjadi isteri laki-laki lain; tetapi jika suaminya telah mati, ia bebas dari hukum, sehingga ia bukanlah berzinah, kalau ia menjadi isteri laki-laki lain”.

Catatan: kalau saudara membaca mulai Ro 7:1-dst maka saudara bisa melihat bahwa Paulus memberikan Ro 7:2-3 ini bukan sebagai suatu peraturan, tetapi hanya sebagai suatu ilustrasi. Bahwa ia memberikan hal ini sebagai ilustrasi, jelas menunjukkan bahwa hal itu merupakan sesuatu yang diakui oleh semua orang.

 

b)         Mengapa Daud menuntut pengembalian Mikhal?

Ada bermacam-macam alasan yang diberikan oleh para penafsir untuk hal ini:

1.   Daud dan Mikhal memang masih saling mencintai.

2.   Merupakan sesuatu yang memalukan bagi Daud kalau istri sahnya / istri pertamanya ada di tangan laki-laki lain.

3.   Kalau Mikhal, anak Saul, tetap menjadi istri Paltiel, itu memungkinkan Paltiel merasa berhak atas takhta kerajaan.

4.   Ini juga merupakan langkah diplomatik dari Daud untuk memperkuat posisinya sebagai raja atas seluruh Israel, karena Mikhal adalah anak dari Saul.

5.   Dengan pengembalian Mikhal kepadanya, itu memungkinkan pendukung-pendukung keluarga Saul untuk berpindah ke pihak Daud.

6.   Daud meminta Abner yang membawa Mikhal kembali kepadanya supaya hal itu bisa menjadi semacam pengumuman kepada masyarakat bahwa Abner telah berpihak kepadanya.

7.   Dengan meminta kembali Mikhal, Daud ingin mengingatkan seluruh Israel bahwa ia adalah musuh Filistin, karena Mikhal ia dapatkan dengan mas kawin 200 kulit khatan orang Filistin.

Bdk. ay 14: “Daud mengirim utusan juga kepada Isyboset, anak Saul, dengan pesan: ‘Berikanlah isteriku Mikhal, yang telah kuperoleh dengan seratus kulit khatan orang Filistin.’”.

Hubungan dekatnya dengan orang Filistin pada saat dikejar-kejar Saul bisa membuat orang Israel curiga kepadanya. Mereka perlu diingatkan bahwa ia adalah musuh orang Filistin.

Bdk. 1Sam 18:20-27 - “(20) Tetapi Mikhal, anak perempuan Saul, jatuh cinta kepada Daud; ketika hal itu diberitahukan kepada Saul, maka iapun menyetujuinya; (21) sebab pikir Saul: ‘Baiklah Mikhal kuberikan kepadanya; biarlah ia menjadi jerat bagi Daud, dan biarlah tangan orang Filistin memukul dia!’ Lalu berkatalah Saul kepada Daud untuk kedua kalinya: ‘Pada hari ini engkau boleh menjadi menantuku.’ (22) Lagi Saul memerintahkan kepada para pegawainya: ‘Katakanlah kepada Daud dengan diam-diam, demikian: Sesungguhnya, raja suka kepadamu dan para pegawainya mengasihi engkau; maka sebab itu, jadilah engkau menantu raja.’ (23) Lalu para pegawai Saul menyampaikan perkataan itu kepada Daud, tetapi Daud menjawab: ‘Perkara ringankah pada pemandanganmu menjadi menantu raja? Bukankah aku seorang yang miskin dan rendah?’ (24) Para pegawai Saul memberitahukan kepada raja, katanya: ‘Demikianlah jawab yang diberi Daud.’ (25) Kemudian berkatalah Saul: ‘Beginilah kamu katakan kepada Daud: Raja tidak menghendaki mas kawin selain dari seratus kulit khatan orang Filistin sebagai pembalasan kepada musuh raja.’ Saul bermaksud untuk menjatuhkan Daud dengan perantaraan orang Filistin. (26) Ketika para pegawainya memberitahukan perkataan itu kepada Daud, maka setujulah Daud menjadi menantu raja. Waktunya belum genap, (27) tetapi Daud sudah bersiap, ia pergi dengan orang-orangnya dan menewaskan dari orang Filistin itu dua ratus orang serta membawa kulit khatan mereka; dan dalam jumlah yang genap diberikan merekalah semuanya itu kepada raja, supaya Daud menjadi menantu raja. Kemudian Saul memberikan Mikhal, anaknya, kepadanya menjadi isterinya”.

 

c)   Mengapa Daud masih menggunakan Isyboset dalam proses pengembalian Mikhal ini? Bukankah menggunakan Abner sudah cukup?

Bdk. ay 14-15: (14) Daud mengirim utusan juga kepada Isyboset, anak Saul, dengan pesan: ‘Berikanlah isteriku Mikhal, yang telah kuperoleh dengan seratus kulit khatan orang Filistin.’ (15) Lalu Isyboset menyuruh mengambil perempuan itu dari pada suaminya, yakni Paltiel bin Lais.

 

Barnes’ Notes: “‘Sent messengers to Ish-bosheth.’ Not to Abner, for the league between David and Abner was a profound secret, but to Ish-bosheth who, David knew, must act, feeble as he was, at Abner’s dictation. Abner’s first act of overt allegiance to David was thus done at Ish-bosheth’s bidding; and the effect of the humiliation laid upon Ish-bosheth in exposing his weakness to his own subjects, and so shaking their allegiance to him, was such that Abner needed to use no more disguise (= ‘Mengirim utusan kepada Isyboset’. Bukan kepada Abner, karena perserikatan antara Daud dan Abner merupakan sesuatu yang sangat rahasia, tetapi kepada Isyboset yang, Daud tahu, harus bertindak, karena ia begitu lemah, sesuai dengan perintah dari Abner. Dengan demikian tindakan pertama dari kesetiaan yang jelas dari Abner kepada Daud dilakukan atas permintaan Isyboset; dan akibat / hasil dari perendahan yang diletakkan kepada Isyboset dalam membuka kelemahannya kepada bawahannya sendiri, dan dengan demikian menggoncangkan kesetiaan mereka kepadanya, adalah sedemikian rupa sehingga Abner tidak perlu untuk menggunakan penyamaran lagi).

 

d)         Haruskah Paltiel dikasihani?

Bdk. ay 15-16: (15) Lalu Isyboset menyuruh mengambil perempuan itu dari pada suaminya, yakni Paltiel bin Lais. (16) Dan suaminya berjalan bersama-sama dengan dia, sambil mengikuti dia dengan menangis sampai ke Bahurim. Lalu berkatalah Abner kepadanya: ‘Ayo, pulanglah.’ Maka pulanglah ia..

 

Kalau saudara merasa kasihan kepada Paltiel, maka perhatikan kata-kata dari penafsir-penafsir di bawah ini.

 

The Biblical Illustrator (Old Testament): “It is undoubted, however, that Michal was not the wife of Phaltiel, but the wife of David; Phaltiel must have known that she was another man’s wife when he received her; and it is misplaced compassion to be sorry for a man when called to surrender what he never had a right to take” (= Tetapi tidak diragukan bahwa Mikhal bukanlah istri dari Paltiel, tetapi istri dari Daud; Paltiel pasti tahu bahwa ia adalah istri dari orang lain pada waktu ia menerimanya; dan merupakan suatu belas kasihan yang salah untuk mengasihani seseorang pada waktu ia diharuskan untuk menyerahkan / mengembalikan apa yang ia tidak pernah berhak untuk mengambil).

 

Pulpit Commentary: “The scene is a pathetic one. Michal conducted forth, attended by her husband, ‘weeping behind her’ to Bahurim (2 Sam 19:17), on the borders of Judah, where he was compelled to part from her, with the contemptuous order, ‘Go, return.’ ‘And he returned’ in bitter disappointment, grief, and shame. Yet he had brought his trouble on himself. How fruitful in domestic misery are imprudence, ambition, and sinful expediency! It may be long delayed, but it surely comes. Men reap as they sow. ‘Wherefore all Phaltiel’s tears move no pity of mine. Caveat raptor, let him beware who violently takes another man’s wife, seeing shame and sorrow are the issue of such ungodly marriages’ (T. Fuller). ‘His tears ought to have been tears of repentance for his sin against God and against David’ (Wordsworth)” [= Pemandangan yang menyedihkan. Mikhal dibimbing, disertai oleh suaminya, ‘menangis di belakangnya’ sampai ke Bahurim (2Sam 19:17), di perbatasan Yehuda, dimana ia dipaksa untuk berpisah darinya, dengan perintah yang bersifat merendahkan / menghina, ‘Pergi, kembalilah’. ‘Dan ia kembali’ dalam kekecewaan, kesedihan dan rasa malu yang pahit. Tetapi ia telah membawa problemnya kepada dirinya sendiri. Alangkah banyak buah dari kelalaian, ambisi, dan ‘kebijaksanaan yang berdosa’ dalam kesengsaraan rumah tangga! Itu bisa ditunda lama, tetapi itu pasti datang. Orang menuai apa yang ia tabur. ‘Karena itu semua air mata Paltiel tidak menggerakkan belas kasihan saya. Hati-hatilah penjarah, hendaklah ia berhati-hati, yang mengambil istri orang lain dengan kekerasan, melihat bahwa rasa malu dan kesedihan merupakan hasil dari pernikahan jahat seperti itu’ (T. Fuller). ‘Air matanya seharusnya adalah air mata pertobatan untuk dosanya terhadap Allah dan terhadap Daud’ (Wordsworth)].

Gal 6:7b - “Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya”.

Amsal 22:8a - “Orang yang menabur kecurangan akan menuai bencana”.

Hosea 8:7a - “Sebab mereka menabur angin, maka mereka akan menuai puting beliung”.

 

3)   Usaha Abner untuk memberikan seluruh Israel kepada Daud.

Ay 17-21: (17) Sementara itu berundinglah Abner dengan para tua-tua orang Israel, katanya: ‘Telah lama kamu menghendaki Daud menjadi raja atas kamu. (18) Maka sekarang bertindaklah, sebab TUHAN sudah berfirman tentang Daud, demikian: Dengan perantaraan hambaKu Daud Aku akan menyelamatkan umatKu Israel dari tangan orang Filistin dan dari tangan semua musuhnya.’ (19) Abner berbicara dengan orang Benyamin; pula Abner pergi membicarakan dengan Daud di Hebron segala yang sudah dipandang baik oleh orang Israel dan oleh seluruh kaum Benyamin. (20) Ketika Abner datang kepada Daud di Hebron bersama-sama dua puluh orang, maka Daud mengadakan perjamuan bagi Abner dan orang-orang yang menyertainya. (21) Berkatalah Abner kepada Daud: ‘Baiklah aku bersiap untuk pergi mengumpulkan seluruh orang Israel kepada tuanku raja, supaya mereka mengadakan perjanjian dengan tuanku dan tuanku menjadi raja atas segala yang dikehendaki hatimu.’ Lalu Daud membiarkan Abner pergi dan berjalanlah ia dengan selamat.

 

a)   Abner berunding dengan tua-tua Israel (ay 17), dan lalu secara khusus dengan orang-orang dari suku Benyamin (ay 19a). Mengapa suku ini dikhususkan? Karena ini adalah suku dari raja Saul, jadi ini adalah suku yang paling memungkinkan untuk setia kepada Saul dan menentang Daud.

 

b)   Ini menunjukkan kuatnya pengaruh Abner terhadap orang-orang Israel. Kalau tadi ia mempengaruhi mereka untuk tidak berpihak kepada Daud, maka sekarang ia mempengaruhi mereka untuk berpihak kepada Daud.

Bagaimana orang yang plin plan seperti ini bisa mempunyai pengaruh yang besar, betul-betul merupakan sesuatu yang tidak masuk akal.

 

c)   Abner bersikap sok rohani lagi dengan mengutip Firman Tuhan, dan mendorong mereka untuk bertindak sesuai dengan Firman Tuhan itu.

Ay 18: Maka sekarang bertindaklah, sebab TUHAN sudah berfirman tentang Daud, demikian: Dengan perantaraan hambaKu Daud Aku akan menyelamatkan umatKu Israel dari tangan orang Filistin dan dari tangan semua musuhnya.’.

 

d)   Abner berunding dengan Daud lagi, dan Daud menerimanya dengan mengadakan perjamuan baginya (ay 19-20). Salahkah Daud pada waktu ia mau bekerja sama dengan Abner? Ada pro kontra tentang hal ini.

 

Wycliffe Bible Commentary: “It is difficult to understand why David tried, in the interests of the state, to sacrifice Joab in the political treaty with Abner” (= Adalah sukar untuk mengerti mengapa Daud berusaha, demi kepentingan negara, untuk mengorbankan Yoab dalam perjanjian politik dengan Abner).

Catatan: jangan lupa bahwa Abner adalah orang yang membunuh Asael, adik dari Yoab, biarpun itu terjadi dalam perang (2Sam 2:18-23).

 

Ditinjau dari apa yang dikatakan oleh Wycliffe ini, memang apa yang Daud lakukan merupakan semacam ‘pengkhianatan’ terhadap Yoab yang selama ini setia kepadanya.

 

Matthew Henry: “David concludes the treaty with Abner; and he did wisely and well therein; for, whatever induced Abner to it, it was a good work to put an end to the war, and to settle the Lord’s anointed on the throne; and it was as lawful for David to make use of his agency as it is for a poor man to receive alms from a Pharisee, who gives it in pride and hypocrisy” (= Daud menanda-tangani perjanjian dengan Abner; dan dalam persoalan itu ia melakukan dengan bijaksana dan baik; karena, apapun yang mendorong Abner pada hal itu, merupakan sesuatu perbuatan yang baik untuk mengakhiri peperangan, dan untuk menegakkan orang yang diurapi Tuhan di atas takhta; dan adalah sama sahnya bagi Daud untuk menggunakan Abner sebagai alatnya, seperti bagi seorang miskin untuk menerima sedekah dari seorang Farisi, yang memberikannya dalam kesombongan dan kemunafikan).

 

Mungkin Matthew Henry mengatakan hal ini tanpa memperhitungkan kematian Asael di tangan Abner, atau ia menganggap bahwa Yoab tidak boleh mendendam kepada Abner, karena pembunuhan terhadap Asael dilakukan dalam perang. Atau mungkin ia beranggapan bahwa demi kesatuan negara dan berkurangnya pertumpahan darah, maka perjanjian dengan Abner tetap harus dilakukan.

 

e)   Abner tetap menyombongkan diri dengan menyatakan bahwa ialah yang berkuasa untuk memberikan seluruh kerajaan kepada Daud.

Ay 21a: Berkatalah Abner kepada Daud: ‘Baiklah aku bersiap untuk pergi mengumpulkan seluruh orang Israel kepada tuanku raja, supaya mereka mengadakan perjanjian dengan tuanku dan tuanku menjadi raja atas segala yang dikehendaki hatimu.’.

 

Dalam kata-kata ini bukan hanya terlihat suatu kesombongan, dimana ia menganggap bahwa dialah yang berkuasa untuk memberikan seluruh kerajaan kepada Daud, tetapi juga kata-kata implicit bahwa Daud mau menjadi raja karena ambisi dan keinginan pribadinya sendiri. Tentang hal ini perhatikan komentar Matthew Henry di bawah ini.

 

Matthew Henry: “He tells David he shall reign over all that his heart desired. He knew David’s elevation took rise from God’s appointment, yet he insinuates that it sprang from his own ambition and desire of rule; thus (as bad men often do) he measured that good man by himself” [= Ia mengatakan kepada Daud bahwa ia akan bertakhta atas semua yang diinginkan hatinya. Ia tahu peninggian Daud datang dari penetapan Allah, tetapi ia memberikan kesan bahwa itu muncul dari ambisinya sendiri dan keinginannya untuk memerintah; demikianlah (seperti yang sering dilakukan oleh orang-orang jahat) ia menilai orang baik itu dengan dirinya sendiri].

 

f)          Daud berpisah dengan Abner sebagai teman.

Ay 21b: Lalu Daud membiarkan Abner pergi dan berjalanlah ia dengan selamat.

 

Matthew Henry: “David and he parted very good friends, and the affair between them was well settled. Thus it behoves all who fear God and keep his commandments to avoid strife, even with the wicked, to live at peace with all men, and to show the world that they are children of the light (= Daud dan ia berpisah sebagai teman yang sangat baik, dan urusan di antara mereka ditentukan / diselesaikan dengan baik. Demikianlah merupakan sesuatu yang cocok bagi semua orang yang takut kepada Allah dan memelihara perintahNya untuk menghindari pertengkaran, bahkan dengan orang-orang jahat, untuk hidup dalam damai dengan semua orang, dan untuk menunjukkan kepada dunia bahwa mereka adalah anak-anak terang).

Bdk. Ro 12:18 - “Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang!”.

 

 

 

 

-bersambung-

 

 

 

Author : Pdt. Budi Asali,M.Div.

E-mail : [email protected]

e-mail us at [email protected]

http://golgothaministry.org

Link ke Channel Video Khotbah2 Pdt. Budi Asali di Youtube:

https://www.youtube.com/channel/UCP6lW2Ak1rqIUziNHdgp3HQ

Channel Live Streaming Youtube :  bit.ly/livegkrigolgotha / budi asali