Pemahaman Alkitab

G. K. R. I. ‘GOLGOTA’

(Jl. Dinoyo 19b, lantai 3)

Jumat, tanggal 20 Agustus 2010, pk 19.00

Pdt. Budi Asali, M. Div.

(7064-1331 / 6050-1331)

[email protected]

 

II PETRUS 1:10-21(4)

 

Ay 16: Sebab kami tidak mengikuti dongeng-dongeng isapan jempol manusia, ketika kami memberitahukan kepadamu kuasa dan kedatangan Tuhan kita, Yesus Kristus sebagai raja, tetapi kami adalah saksi mata dari kebesaranNya.

 

1)         Sebab kami tidak mengikuti dongeng-dongeng isapan jempol manusia.

KJV: ‘cunningly devised fables’ (= dongeng-dongeng yang diciptakan dengan cerdik).

RSV: cleverly devised myths (= dongeng-dongeng yang diciptakan dengan pandai).

NIV: cleverly invented stories (= cerita-cerita yang diciptakan dengan pandai).

NASB: cleverly devised tales (= dongeng-dongeng yang diciptakan dengan pandai).

 

Barnes’ Notes: “That is, fictions or stories invented by artful men, and resting on no solid foundation” (= Artinya, fiksi atau cerita / dongeng yang dibuat / diciptakan oleh orang-orang yang licik, dan tidak berdasar pada fondasi yang kokoh).

 

UBS New Testament Handbook Series: “Cleverness here is understood in a derogatory sense” (= ‘Kepintaran / kecerdikan’ di sini dimengerti dalam arti yang menghina).

 

IVP Bible Background Commentary: New Testament: The term translated ‘myths’ (NRSV) was usually used negatively for untrue stories, such as slanderously false accounts about the gods; ‘myths’ were contrasted with reliable accounts [= Istilah yang diterjemahkan ‘mitos-mitos / dongeng-dongeng’ (NRSV) biasanya digunakan secara negatif untuk cerita-cerita / dongeng-dongeng yang tidak benar, seperti cerita palsu yang memfitnah tentang dewa-dewa; ‘mitos-mitos’ dikontraskan dengan cerita-cerita yang dapat dipercaya].

 

UBS New Testament Handbook Series mengatakan bahwa rupanya ada orang-orang yang menuduh pemberitaan rasul-rasul tentang Yesus sebagai suatu dongeng yang dibuat secara cerdik, dan ini khususnya berkenaan dengan kedatangan Kristus yang keduakalinya (bdk. ay 16b), dan juga nanti merupakan pokok pembicaraan dalam 2Pet 3. Berita tentang kedatangan Kristus yang keduakalinya sering diragukan karena ‘penundaannya’ yang begitu lama (bdk. 2Pet 3:4).

2Pet 3:4 - “Kata mereka: ‘Di manakah janji tentang kedatanganNya itu? Sebab sejak bapa-bapa leluhur kita meninggal, segala sesuatu tetap seperti semula, pada waktu dunia diciptakan.’”.

Dan nabi-nabi palsu menggunakan kesempatan ini untuk menuduh para rasul bahwa mereka telah membuat dongeng itu secara cerdik. Dengan kalimat ini Petrus melakukan pembelaan terhadap orang-orang yang menuduh itu dan mengatakan bahwa berita yang mereka beritakan bukan dongeng-dongeng yang tidak benar.

 

Penerapan: Dalam memberitakan Injil atau memberitakan firman Tuhan, banyak nabi-nabi pslu memang menciptakan ‘dongeng-dongeng yang cerdik’, bualan-bualan yang dimasukkan ke dalam khotbah-khotbah mereka. Tetapi hamba Tuhan yang sejati tidak boleh demikian! Tetapi dalam memberitakan Injil / memberitakan firman Tuhan dengan jujurpun kita tetap bisa dituduh seperti itu.

 

2)   ketika kami memberitahukan kepadamu kuasa dan kedatangan Tuhan kita, Yesus Kristus sebagai raja.

 

Barnes’ Notes: “‘The power and coming.’ These two words refer to the same thing; and the meaning is, his ‘powerful coming,’ or his ‘coming in power.’” (= ‘Kuasa dan kedatangan’. Kedua kata ini menunjuk pada hal yang sama; dan artinya adalah ‘kedatanganNya yang penuh kuasa’, atau ‘kedatangan dalam kuasa’.).

 

UBS New Testament Handbook Series: “‘Power and coming’ is another pair of words that may be interpreted in two ways: 1. They can be taken separately, with ‘power’ being an attribute of Christ that was shown during his life and ministry, and especially at his resurrection. ‘Coming,’ on the other hand, is a Greek term for the appearance of a god (‎parousia‎); when used of Christ it refers primarily to his future coming in glory (see Matt 24:3,27; 1 Cor 15:23; 1 Thess 3:13; 4:15; James 5:7-8; 1 John 2:28). Some translations indicate clearly that these terms are taken separately: ... 2. On the other hand, the two terms can be taken together and treated as a hendiadys, with power describing coming, hence ‘coming with power,’ ‘coming in power,’ ‘powerful coming,’ or ‘mighty coming’ (TEV). In other parts of the New Testament, power is closely linked with the second coming of Jesus (Matt 24:30; Mark 9:1; 13:26; Luke 21:27)” [= ‘Kuasa dan kedatangan’ adalah sepasang kata lain yang bisa ditafsirkan dengan dua cara: 1. Mereka bisa diartikan secara terpisah , dengan ‘kuasa’ merupakan sifat / perlengkapan dari Kristus yang telah ditunjukkan selama kehidupan dan pelayananNya, dan khususnya pada kebangkitanNya. ‘Kedatangan’, di sisi lain, adalah suatu istilah Yunani untuk suatu pemunculan / penampilan dari seorang dewa (parousia); pada waktu digunakan tentang Kristus, itu terutama menunjuk pada kedatangannya yang akan datang dalam kemuliaan (lihat Mat 24:3,27; 1Kor 15:23; 1Tes 3:13; 4:15; Yak 5:7-8; 1Yoh 2:28). Beberapa terjemahan menunjukkan secara jelas bahwa istilah-istilah ini diartikan secara terpisah: ... 2. Di sisi lain, kedua istilah bisa diartikan bersama-sama dan diperlakukan sebagai suatu hendiadys, dengan ‘kuasa’ menggambarkan ‘kedatangan’, dan karena itu ‘datang dengan kuasa’, ‘datang dalam kuasa’, ‘kedatangan yang berkuasa / penuh kuasa’, atau ‘kedatangan yang kuat / hebat’ (TEV). Dalam bagian-bagian lain dari Perjanjian Baru, ‘kuasa’ dihubungkan secara dekat dengan kedatangan kedua dari Yesus (Mat 24:30; Mark 9:1; 13:26; Luk 21:27)].

Mat 24:30 - “Pada waktu itu akan tampak tanda Anak Manusia di langit dan semua bangsa di bumi akan meratap dan mereka akan melihat Anak Manusia itu datang di atas awan-awan di langit dengan segala kekuasaan dan kemuliaanNya”.

Mark 9:1 - “KataNya lagi kepada mereka: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya di antara orang yang hadir di sini ada yang tidak akan mati sebelum mereka melihat bahwa Kerajaan Allah telah datang dengan kuasa.’”.

Mark 13:26 - “Pada waktu itu orang akan melihat Anak Manusia datang dalam awan-awan dengan segala kekuasaan dan kemuliaanNya”.

Luk 21:27 - “Pada waktu itu orang akan melihat Anak Manusia datang dalam awan dengan segala kekuasaan dan kemuliaanNya”.

 

Catatan:

a)            ‘Hendiadys’ merupakan suatu gaya bahasa dimana 2 kata benda dihubungkan dengan kata ‘and’ (= dan), tetapi digunakan / diartikan sebagai suatu kata benda dengan suatu kata yang menentukan sifat [Webster’s New World Dictionary (College Edition)].

b)   Saya kira bukan hanya ada terjemahan yang menterjemahkan kedua kata itu secara terpisah, tetapi boleh dikatakan hampir semua terjemahan atau mayoritas terjemahan menterjemahkan kedua kata itu secara terpisah (KJV/RSV/NIV/NASB/ASV/NKJV). Tetapi kedua penafsir di atas kelihatannya memilih alternatif terjemahan satunya.

c)            Perhatikan bahwa kata Yunani PAROUSIA dikatakan sebagai suatu kata Yunani yang biasanya digunakan untuk menunjuk pada pemunculan seorang dewa, tetapi sekarang digunakan terhadap kedatangan Kristus yang keduakalinya. Hal-hal seperti ini harus diperhatikan oleh orang-orang Kristen yang ‘tidak terpelajar’ yang secara extrim berusaha membersihkan kristen dari kekefiran, dengan mengharuskan untuk membuang semua yang berasal dari kafir. Misalnya kelompok Yahweh-isme yang menolak kata ‘Allah’, dan juga kelompok anti Natal, yang melarang Natal karena dianggap mempunyai asal usul kafir.

 

3)         tetapi kami adalah saksi mata dari kebesaranNya.

 

Barclay: “There is one particularly significant thing about the transfiguration story. In all three gospels, it immediately follows the prophecy of Jesus which said that there were some standing there who would not pass from the world until they had seen the Son of Man coming in his kingdom (Matthew 16:28; Mark 9:1; Luke 9:27). That would certainly seem to indicate that the transfiguration and the Second Coming were in some way linked together. Whatever we may say, this is much certain, that Peter’s great aim in this letter is to recall his people to a living belief in the Second Coming and he bases his right to do so on what he saw on the Mount of Transfiguration” [= Ada satu hal yang sangat penting tentang cerita tentang perubahan rupa. Dalam ketiga Injil, cerita itu langsung menyusul nubuat Yesus yang mengatakan bahwa di sana ada beberapa orang yang tidak akan mati sebelum mereka melihat Anak  Manusia datang dalam kerajaanNya (Mat 16:28; Mark 9:1; Luk 9:27). Itu pasti kelihatannya memberi petunjuk bahwa perubahan rupa dan kedatangan yang keduakalinya berhubungan dengan suatu cara tertentu. Apapun yang kita katakan, yang pasti adalah bahwa tujuan besar dari Petrus dalam suratnya ini adalah untuk mengingatkan umatnya pada suatu kepercayaan yang hidup pada kedatangan yang keduakalinya dan ia mendasarkan haknya untuk melakukan hal itu pada apa yang ia lihat di Gunung dari Perubahan rupa] - hal 310.

Catatan: ada pro kontra yang luar biasa tentang arti dari Mat 16:28 - “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya di antara orang yang hadir di sini ada yang tidak akan mati sebelum mereka melihat Anak Manusia datang sebagai Raja dalam KerajaanNya.’”.

 

Albert Barnes mempersoalkan: apa hubungan antara apa yang disaksikan oleh Petrus (bersama Yohanes dan Yakobus) di gunung itu dengan kedatangan Kristus yang keduakalinya? Ia mengatakan beberapa hal:

a)   Dari apa yang mereka lihat itu para rasul itu diyakinkan secara mutlak bahwa Yesus adalah Mesias.

b)   Suara dari surga pada saat itu menyatakan Yesus sebagai Anak Allah (Mat 17:5).

Mat 17:5 - “Dan tiba-tiba sedang ia berkata-kata turunlah awan yang terang menaungi mereka dan dari dalam awan itu terdengar suara yang berkata: ‘Inilah Anak yang Kukasihi, kepadaNyalah Aku berkenan, dengarkanlah Dia.’”.

c)            Perubahan rupa yang dialami Yesus di gunung itu dimengerti sebagai mempunyai suatu hubungan dengan kedatangan Kristus yang keduakalinya dalam kerajaan dan kemuliaanNya, dan dirancang untuk mewakili cara dalam mana Ia nanti akan muncul. Ini ditunjukkan oleh fakta bahwa perubahan rupa itu diceritakan langsung setelah kata-kata Yesus dalam Mat 16:28, yang berhubungan dengan kedatangan Kristus yang keduakalinya.

 

Ay 17: Kami menyaksikan, bagaimana Ia menerima kehormatan dan kemuliaan dari Allah Bapa, ketika datang kepadaNya suara dari Yang Mahamulia, yang mengatakan: ‘Inilah Anak yang Kukasihi, kepadaNyalah Aku berkenan.’.

 

1)         Kata-kata ‘Kami menyaksikan’ di awal ay 17 ini sebetulnya tidak ada.

KJV: ‘For he received from God the Father honour and glory, when there came such a voice to him from the excellent glory, This is my beloved Son, in whom I am well pleased.’ (= Karena Ia menerima dari Allah Bapa kehormatan dan kemuliaan, pada waktu di sana datang suatu suara kepadaNya dari Yang maha mulia, Inilah AnakKu yang Kukasihi, kepadaNyalah Aku berkenan).

 

2)            Komentar tentang ay 17 ini.

 

The Bible Exposition Commentary: New Testament: The focus in this paragraph is on the transfiguration of Jesus Christ. The experience is recorded by Matthew (17:1ff), Mark (9:2-8), and Luke (9:28-36); yet none of those writers actually participated in it! Peter was there when it happened! In fact, the very words that he used in this section (2 Peter 1:12-18) remind us of his experience on the Mount of Transfiguration. He used the word tabernacle twice (2 Peter 1:13-14), and this suggests Peter’s words, ‘Let us make here three tabernacles’ (Matt 17:4). In 2 Peter 1:15, he used the word decease, which is ‘exodus’ in the Greek and is used in Luke 9:31. Jesus did not consider His death on the cross a defeat; rather, it was an ‘exodus’ - He would deliver His people from bondage the way Moses delivered Israel from Egypt! [= Fokus dari paragraf ini adalah pada perubahan rupa dari Yesus Kristus. Pengalaman itu dicatat oleh Matius (17:1-dst), Markus (9:2-8), dan Lukas (9:28-36); tetapi tidak ada dari penulis-penulis itu yang betul-betul ikut ambil bagian di dalamnya! Petrus ada di sana pada saat hal itu terjadi! Dalam faktanya, kata-kata yang ia gunakan dalam bagian ini (2Pet 1:12-18) mengingatkan kita tentang pengalamannya di Gunung Perubahan rupa. Ia menggunakan kata ‘kemah’ dua kali (2Pet 1:13-14), dan ini memberi kesan tentang kata-kata Petrus, ‘Biarlah kudirikan di sini tiga kemah’ (Mat 17:4). Dalam 2Pet 1:15, ia menggunakan kata ‘mati / pergi’, yang adalah EXODUS dalam bahasa Yunani dan digunakan dalam Luk 9:31. Yesus tidak menganggap kematianNya di kayu salib sebagai suatu kekalahan; tetapi sebaliknya, itu merupakan suatu EXODUS - Ia akan membebaskan umatNya dari belenggu dengan cara seperti Musa membebaskan Israel dari Mesir!].

 

The Bible Exposition Commentary: New Testament: Note the repetition of the pronoun ‘we’ in 2Peter 1:16-19. It refers to Peter, James, and John - the only Apostles with the Lord on the Mount of Transfiguration. (John referred to this experience in John 1:14 - ‘We beheld His glory.’) These three men had to keep silent about their experience until after the Lord was raised from the dead (Matt 17:9); then they told the other believers what had happened on the mountain [= Perhatikan pengulangan dari kata ganti orang ‘kami’ dalam 2Pet 1:16-19. Itu menunjuk kepada Petrus, Yakobus, dan Yohanes - Rasul-rasul yang ada bersama Tuhan di Gunung Perubahan rupa. (Yohanes menunjuk pada pengalaman ini dalam Yoh 1:14 - ‘Kita telah melihat kemuliaanNya’.) Ketiga orang ini harus tetap diam tentang pengalaman mereka sampai Tuhan dibangkitkan dari orang mati (Mat 17:9); maka mereka menceritakan kepada orang-orang percaya yang lain apa yang telah terjadi di gunung].

 

Mat 17:9 - “Pada waktu mereka turun dari gunung itu, Yesus berpesan kepada mereka: ‘Jangan kamu ceriterakan penglihatan itu kepada seorangpun sebelum Anak Manusia dibangkitkan dari antara orang mati.’”.

 

Bagusnya mereka tunduk pada larangan untuk memberitakan itu, padahal jelas bukan sesuatu yang mudah untuk tidak menceritakan sesuatu yang luar biasa yang mereka saksikan di atas gunung itu.

Tetapi ada orang yang waktu dilarang memberitakan, tetap memberitakan, dan itu justru ‘merugikan’ pelayanan Kristus, seperti dalam text di bawah ini.

 

Mark 1:40-45 - “(40) Seorang yang sakit kusta datang kepada Yesus, dan sambil berlutut di hadapanNya ia memohon bantuanNya, katanya: ‘Kalau Engkau mau, Engkau dapat mentahirkan aku.’ (41) Maka tergeraklah hatiNya oleh belas kasihan, lalu Ia mengulurkan tanganNya, menjamah orang itu dan berkata kepadanya: ‘Aku mau, jadilah engkau tahir.’ (42) Seketika itu juga lenyaplah penyakit kusta orang itu, dan ia menjadi tahir. (43) Segera Ia menyuruh orang itu pergi dengan peringatan keras: (44) ‘Ingatlah, janganlah engkau memberitahukan apa-apa tentang hal ini kepada siapapun, tetapi pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam dan persembahkanlah untuk pentahiranmu persembahan, yang diperintahkan oleh Musa, sebagai bukti bagi mereka.’ (45) Tetapi orang itu pergi memberitakan peristiwa itu dan menyebarkannya kemana-mana, sehingga Yesus tidak dapat lagi terang-terangan masuk ke dalam kota. Ia tinggal di luar di tempat-tempat yang sepi; namun orang terus juga datang kepadaNya dari segala penjuru”.

 

Karena itu, kalau Tuhan memerintahkan atau melarang sesuatu, sekalipun kita tidak bisa mengerti apa maksudnya, kita harus mentaatinya. Logika / otak kita hanya digunakan untuk mengerti kehendak Tuhan dalam firmanNya, dan lalu tidak boleh digunakan untuk menilai apakah kehendak Tuhan itu logis atau tidak, menguntungkan atau tidak dan sebagainya.

 

Penerapan: dalam hal-hal lain, kadang-kadang kita juga berbicara pada saat kita seharusnya tetap diam. Misalnya: seorang counsellor / pendeta yang mengcounsel seseorang seharusnya secara profesional merahasiakan apapun yang dibicarakan. Seorang majelis seharusnya juga merahasiakan apapun yang dibicarakan dalam rapat. Tetapi dalam kenyataan, banyak orang ‘bocor mulut’ dalam hal ini!

 

Ay 18: Suara itu kami dengar datang dari sorga, ketika kami bersama-sama dengan Dia di atas gunung yang kudus.

 

Lenski: Efforts to locate this mountain are futile. The traditional site, Mount Tabor, will not do at all since Jesus had been in the north and had returned to Capernaum and had as yet not gone as far south as Tabor” (= Usaha-usaha untuk menentukan lokasi dari gunung ini adalah sia-sia. Tempat yang ditunjuk oleh tradisi, Gunung Tabor, tidak cocok sama sekali karena Yesus telah berada di Utara dan telah kembali ke Kapernaum dan belum pergi ke Selatan sejauh Tabor) - hal 291.

 

Memang jelas bahwa ingin tahu, atau membahas, apa yang Alkitab tidak beritahukan, merupakan sesuatu yang sia-sia. Bandingkan dengan tulisan di bawah ini.

 

Yakub Tri Handoko: “Setting lain yang perlu kita perhatikan adalah tempat. Matius mencatat bahwa peristiwa ini terjadi ‘di sebuah gunung yang tinggi’. Gunung pasti tinggi, sehingga penambahan ‘yang tinggi’ mengindikasikan bahwa ketinggian gunung ini adalah di atas rata-rata. Mayoritas bapa gereja dan tour guide ke Israel meyakini bahwa gunung yang dimaksud adalah Gunung Tabor. Walaupun ini adalah pandangan tradisional sejak lama, tetapi hampir semua teolog modern menolak dugaan ini: (1) Gunung Tabor (< 600 m) termasuk sangat rendah untuk layak dikategorikan sebagai ‘gunung yang tinggi’; (2) menurut Josephus, seorang sejarahwan Yahudi waktu itu, pada abad ke-1 di puncak Gunung Tabor dikelilingi tembok untuk benteng pertahanan; (3) posisi Gunung Tabor tidak sesuai dengan rute perjalanan Yesus dari Kaisarea Filipi (16:13) ke Kapernaum (17:24) lalu ke Yerusalem (band. 16:21), karena Gunung Tabor terletak antara Kapernaum dan Yerusalem. Jika tansfigurasi terjadi di gunung ini, maka Yesus telah melakukan perjalanan memutar dari Kaisarea Filipi - Gunung Tabor - Kapernaum - Gunung Tabor - Yerusalem. Sebagian teolog mengusulkan Gunung Hermon (2814 m) sebagai tempat transfigurasi. Sama seperti usulan pertama, usulan ini pun sulit untuk diterima: (1) Gunung Hermon terlalu dingin untuk didiami selama semalam (band. Luk 9:37), karena puncak gunung ini selalu bersalju di sepanjang waktu; (2) posisi Gunung Hermon malah lebih ke utara lagi dibandingkan Gunung Tabor, sehingga kalau transfigurasi terjadi gunung ini maka Yesus juga memutar dari Kaisarea Filipi - Gunung Hermon - Kaisarea Filipi - Kapernaum - Yerusalem; (3) menurut catatan Markus (Mar 9:14), ketika rombongan Yesus turun dari gunung mereka mendapati murid-murid lain sedang berdebat dengan para ahli Taurat. Sesuai tradisi waktu itu, kehadiran ahi Taurat di sekitar Gunung Hermon yang terletak jauh di utara Yerusalem tampaknya sangat janggal. Sebagian teolog sekarang mengusulkan Gunung Miron (1197 m) yang terletak di antara Kaisarea Filipi dan Kapernaum. Walaupun dari sisi ketinggian dan posisi gunung ini layak diperhitungkan sebagai alternatif, namun kita tidak dapat memberi argumen yang pasti. Kita sebaiknya mengikuti para penulis Alkitab yang sengaja tidak menjelaskan posisi detil dari gunung ini. Dari cara mereka menceritakan peristiwa ini terlihat bahwa identifikasi gunung ini tidak sepenting peristiwa yang terjadi di atasnya.

 

Menghabiskan banyak waktu dengan kesimpulan seperti itu merupakan sesuatu yang sia-sia. Hal yang sama terjadi dengan orang-orang yang ingin tahu dan berusaha menyelidiki, kapan dan dimana Yesus lahir, dimana letak penyaliban Yesus dan sebagainya. Tempatnya, saatnya tidak penting. Yang penting adalah peristiwanya.

 

-bersambung-

 

Author : Pdt. Budi Asali,M.Div.

E-mail : [email protected]

e-mail us at [email protected]

http://golgothaministry.org

Link ke Channel Video Khotbah2 Pdt. Budi Asali di Youtube:

https://www.youtube.com/channel/UCP6lW2Ak1rqIUziNHdgp3HQ

Channel Live Streaming Youtube :  bit.ly/livegkrigolgotha / budi asali