(Jl.
Dinoyo 19b, lantai 3)
Jum’at,
tanggal 27 Februari 2009, pk 19.00
Pdt. Budi Asali, M. Div.
I
Timotius 5:20-21
Ay 20: “Mereka yang berbuat dosa hendaklah kautegor di depan semua orang agar
yang lain itupun takut”.
KJV: ‘Them that sin rebuke before all,
that others also may fear’ (= Mereka yang berbuat dosa tegurlah di hadapan
semua orang, supaya orang-orang lain juga bisa takut).
RSV: ‘As for those who persist in sin,
rebuke them in the presence of all, so that the rest may stand in fear’ (=
Tentang mereka yang bertekun dalam dosa, tegurlah mereka di hadapan semua orang,
sehingga sisanya bisa takut).
NIV: ‘Those
who sin are to be rebuked publicly, so that the others may take warning’
(= Mereka yang berbuat dosa harus ditegur di depan umum, sehingga orang-orang
lain bisa mendapatkan peringatan).
NASB: ‘Those who continue in sin, rebuke in the presence of
all, so that the rest also will be fearful of sinning’
(= Mereka yang terus dalam dosa, tegurlah di hadapan semua, sehingga sisanya
juga akan takut terhadap dosa).
1)
Tak jelas apakah kata-kata ini dimaksudkan untuk penatua, atau untuk
jemaat biasa, yang berbuat dosa.
UBS
New Testament Handbook Series: “It
is not at all clear whether verse 20 refers to elders or to the whole
congregation. Some take those in a more general sense, thus making the subject
of the verse all members of the congregation who commit sin. Others, however,
take the present verse as related to verse 19, in which case those refers to
elders. This second alternative is favored by the fact that the elders have just
been described in verse 19” (= Sama sekali tidak jelas apakah ay 20
menunjuk kepada tua-tua atau kepada seluruh jemaat. Sebagian orang
mengartikannya dalam arti yang lebih umum, dan dengan demikian membuat subyek
dari ayat itu semua anggota dari jemaat yang berbuat dosa. Tetapi orang-orang
lain, mengartikan ayat ini sebagai berhubungan dengan ayat 19, yang menunjuk
kepada tua-tua. Alternatif yang kedua ini didukung oleh fakta bahwa yang baru
digambarkan dalam ayat 19 adalah tua-tua).
Kontext
sebelum ayat ini memang berbicara tentang tua-tua, tetapi bagaimana dengan
kontext sesudahnya? Kelihatannya ay 21 tidak memberi petunjuk apapun,
tetapi ay 22nya kelihatannya masih berbicara tentang tua-tua (bahwa ay 22
masih berbicara tentang tua-tua, lihat penjelasan di bawah tentang ayat
tersebut). Karena itu, saya lebih condong untuk menganggap bahwa ay 20 ini
berlaku untuk tua-tua. Tetapi kalau kita melihat Mat 18:15-17, kelihatannya
jemaatpun bisa diperlakukan demikian.
Mat
18:15-17 - “(15) ‘Apabila saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia di
bawah empat mata. Jika ia mendengarkan nasihatmu engkau telah mendapatnya
kembali. (16) Jika ia tidak mendengarkan engkau, bawalah seorang atau dua
orang lagi, supaya atas keterangan dua atau tiga orang saksi, perkara itu
tidak disangsikan. (17) Jika ia tidak mau mendengarkan mereka, sampaikanlah
soalnya kepada jemaat. Dan jika ia tidak mau juga mendengarkan
jemaat, pandanglah dia sebagai seorang yang tidak mengenal Allah atau seorang
pemungut cukai”.
2)
Yang dimaksud dengan ‘berbuat dosa’ adalah berbuat dosa secara
terus menerus.
Ini
tidak terlihat dalam bahasa Indonesia, tetapi terlihat dalam bahasa Inggris yang
menggunakan present tense (lihat terjemahan KJV dan NIV di atas), dan karena itu
RSV menterjemahkan ‘persist in sin’ (= bertekun dalam dosa), dan NASB menterjemahkan ‘continue in sin’ (= terus dalam dosa).
3)
Dosa itu merupakan skandal umum.
Calvin
maupun Jamieson, Fausset & Brown menambahkan bahwa dosa itu harus merupakan
dosa yang besar / skandal dan merupakan sesuatu yang diketahui umum.
Calvin:
“Let it be understood that Paul speaks of crimes or glaring
transgressions, which are attended by public scandal; for, if any of the elders
shall have committed a fault, not of a public nature, it is certain that he
ought to be privately admonished and not openly reproved” (= Hendaklah
dimengerti bahwas Paulus berbicara tentang kejahatan atau pelanggaran yang
menyolok, yang disertai oleh skandal umum; karena jika tua-tua yang manapun
melakukan suatu kesalahan yang tidak bersifat umum, adalah jelas bahwa ia harus
dinasehati secara pribadi dan tidak ditegur secara terbuka).
Jamieson,
Fausset & Brown: “‘Rebuke
before all’ - by ecclesiastical authority, publicly before the church, it
being a case not of mere individual offence, but a public scandal (Matt
18:15-17; 1 Cor 5:9-13; Eph 5:11). Not until this ‘rebuke’ was disregarded
was the offender excommunicated” [= ‘Tegurlah di depan semua orang’ -
oleh otoritas gereja, secara umum di hadapan gereja, karena hal itu bukan
merupakan kasus pelanggaran yang bersifat pribadi, tetapi suatu skandal umum
(Mat 18:15-17; 1Kor 5:9-13; Ef 5:11). Sampai teguran ini diabaikan maka barulah
si pelanggar itu dikucilkan].
Catatan:
‘pelanggaran yang sifatnya pribadi’ maksudnya ‘pelanggaran yang tak
diketahui orang banyak’. Yang seperti ini tidak perlu dilakukan peneguran di
depan umum, kecuali sudah mengikuti proses dalam Mat 18:15-17.
1Kor
5:9-13 - “(9) Dalam suratku telah kutuliskan kepadamu, supaya kamu jangan
bergaul dengan orang-orang cabul. (10) Yang aku maksudkan bukanlah dengan semua
orang cabul pada umumnya dari dunia ini atau dengan semua orang kikir dan penipu
atau dengan semua penyembah berhala, karena jika demikian kamu harus
meninggalkan dunia ini. (11) Tetapi yang kutuliskan kepada kamu ialah, supaya
kamu jangan bergaul dengan orang, yang sekalipun menyebut dirinya saudara,
adalah orang cabul, kikir, penyembah berhala, pemfitnah, pemabuk atau
penipu; dengan orang yang demikian janganlah kamu sekali-kali makan
bersama-sama. (12) Sebab dengan wewenang apakah aku menghakimi mereka, yang
berada di luar jemaat? Bukankah kamu hanya menghakimi mereka yang berada di
dalam jemaat? (13) Mereka yang berada di luar jemaat akan dihakimi Allah.
Usirlah orang yang melakukan kejahatan dari tengah-tengah kamu”.
Catatan:
kata ‘kikir’ yang saya
garis-bawahi itu seharusnya adalah ‘tamak’.
Ef
5:11 - “Janganlah turut mengambil bagian dalam perbuatan-perbuatan
kegelapan yang tidak berbuahkan apa-apa, tetapi sebaliknya telanjangilah
perbuatan-perbuatan itu”.
4)
Peneguran di depan umum dimaksudkan supaya ‘yang lain’ juga menjadi
takut (untuk berbuat dosa).
a)
“yang lain”.
Siapa
yang dimaksud dengan ‘yang lain’? UBS New Testament Handbook Series mengatakan bahwa
ini tergantung dari penafsiran pada point no 1). Kalau dianggap bahwa ayat ini
berhubungan dengan jemaat biasa, maka kata-kata ‘yang lain’ juga menunjuk kepada ‘jemaat yang lain’. Tetapi
kalau dianggap bahwa ayat ini berhubungan dengan tua-tua, maka kata-kata ‘yang
lain’ juga menunjuk kepada ‘tua-tua yang lain’. Tetapi ada penafsiran
ketiga, yaitu menghubungkan ayat ini dengan tua-tua (jadi yang berbuat dosa
adalah tua-tua), tetapi karena tua-tua juga merupakan anggota jemaat, maka
kata-kata ‘yang lain’ tetap diterapkan kepada seluruh jemaat, kecuali
tua-tua yang berbuat dosa itu.
Saya
sendiri tak melihat alasan, mengapa peneguran dilakukan di depan seluruh jemaat,
tanpa kehadiran tua-tua yang bersalah itu. Bandingkan dengan kasus dimana Paulus
menegur Petrus di depan umum (Gal 2:11-14).
b)
“menjadi takut”.
Tujuan
peneguran di depan umum adalah supaya yang lain ‘menjadi takut’, maksudnya
menjadi takut untuk berbuat dosa.
Calvin,
yang menganggap ayat ini berkenaan dengan tua-tua, mengatakan bahwa jemaat bisa
berpikir sebagai berikut: kalau tua-tua bisa ditegur di depan umum seperti itu,
apalagi aku, yang adalah jemaat biasa.
Bandingkan
dengan:
·
Kis 5:1-11 - “(1) Ada seorang
lain yang bernama Ananias. Ia beserta isterinya Safira menjual sebidang tanah.
(2) Dengan setahu isterinya ia menahan sebagian dari hasil penjualan itu dan
sebagian lain dibawa dan diletakkannya di depan kaki rasul-rasul. (3) Tetapi
Petrus berkata: ‘Ananias, mengapa hatimu dikuasai Iblis, sehingga engkau
mendustai Roh Kudus dan menahan sebagian dari hasil penjualan tanah itu? (4)
Selama tanah itu tidak dijual, bukankah itu tetap kepunyaanmu, dan setelah
dijual, bukankah hasilnya itu tetap dalam kuasamu? Mengapa engkau merencanakan
perbuatan itu dalam hatimu? Engkau bukan mendustai manusia, tetapi mendustai
Allah.’ (5) Ketika mendengar perkataan itu rebahlah Ananias dan putuslah
nyawanya. Maka sangatlah ketakutan semua orang yang mendengar hal itu.
(6) Lalu datanglah beberapa orang muda; mereka mengapani mayat itu, mengusungnya
ke luar dan pergi menguburnya. (7) Kira-kira tiga jam kemudian masuklah isteri
Ananias, tetapi ia tidak tahu apa yang telah terjadi. (8) Kata Petrus kepadanya:
‘Katakanlah kepadaku, dengan harga sekiankah tanah itu kamu jual?’ Jawab
perempuan itu: ‘Betul sekian.’ (9) Kata Petrus: ‘Mengapa kamu berdua
bersepakat untuk mencobai Roh Tuhan? Lihatlah, orang-orang yang baru mengubur
suamimu berdiri di depan pintu dan mereka akan mengusung engkau juga ke luar.’
(10) Lalu rebahlah perempuan itu seketika itu juga di depan kaki Petrus dan
putuslah nyawanya. Ketika orang-orang muda itu masuk, mereka mendapati dia sudah
mati, lalu mereka mengusungnya ke luar dan menguburnya di samping suaminya. (11)
Maka sangat ketakutanlah seluruh jemaat dan semua orang yang mendengar hal
itu”.
·
Ul 13:1-11 - “(1) Apabila
di tengah-tengahmu muncul seorang nabi atau seorang pemimpi, dan ia
memberitahukan kepadamu suatu tanda atau mujizat, (2) dan apabila tanda atau
mujizat yang dikatakannya kepadamu itu terjadi, dan ia membujuk: Mari kita
mengikuti allah lain, yang tidak kaukenal, dan mari kita berbakti kepadanya, (3)
maka janganlah engkau mendengarkan perkataan nabi atau pemimpi itu; sebab TUHAN,
Allahmu, mencoba kamu untuk mengetahui, apakah kamu sungguh-sungguh mengasihi
TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu. (4) TUHAN,
Allahmu, harus kamu ikuti, kamu harus takut akan Dia, kamu harus berpegang pada
perintahNya, suaraNya harus kamu dengarkan, kepadaNya harus kamu berbakti dan
berpaut. (5) Nabi atau pemimpi itu haruslah dihukum mati, karena ia telah
mengajak murtad terhadap TUHAN, Allahmu, yang telah membawa kamu keluar dari
tanah Mesir dan yang menebus engkau dari rumah perbudakan - dengan maksud untuk
menyesatkan engkau dari jalan yang diperintahkan TUHAN, Allahmu, kepadamu untuk
dijalani. Demikianlah harus kauhapuskan yang jahat itu dari tengah-tengahmu. (6)
Apabila saudaramu laki-laki, anak ibumu, atau anakmu laki-laki atau anakmu
perempuan atau isterimu sendiri atau sahabat karibmu membujuk engkau diam-diam,
katanya: Mari kita berbakti kepada allah lain yang tidak dikenal olehmu ataupun
oleh nenek moyangmu, (7) salah satu allah bangsa-bangsa sekelilingmu, baik yang
dekat kepadamu maupun yang jauh dari padamu, dari ujung bumi ke ujung bumi, (8)
maka janganlah engkau mengalah kepadanya dan janganlah mendengarkan dia.
Janganlah engkau merasa sayang kepadanya, janganlah mengasihani dia dan
janganlah menutupi salahnya, (9) tetapi bunuhlah dia! Pertama-tama tanganmu
sendirilah yang bergerak untuk membunuh dia, kemudian seluruh rakyat. (10)
Engkau harus melempari dia dengan batu, sehingga mati, karena ia telah
berikhtiar menyesatkan engkau dari pada TUHAN, Allahmu, yang telah membawa
engkau keluar dari tanah Mesir, dari rumah perbudakan. (11) Maka seluruh
orang Israel akan mendengar dan menjadi takut, sehingga mereka tidak akan
melakukan lagi perbuatan jahat seperti itu di tengah-tengahmu”.
5)
Penyeimbang ay 19.
Calvin
menganggap bahwa ayat ini menunjuk kepada tua-tua, dan ayat ini diberikan
sebagai penyeimbang terhadap ay 19 yang melarang untuk menerima tuduhan
terhadap seorang penatua kecuali didukung oleh 2-3 orang saksi. Mengapa? Karena
perlindungan yang dimaksudkan untuk tua-tua yang baik, bisa disalah-gunakan oleh
tua-tua yang brengsek. Karena itu diberikan ayat ini supaya tak ada yang lolos
dari hukuman karena dosa mereka.
Calvin:
“‘Those that sin rebuke before all.’
Whenever any measure is taken for the protection of good men, it is immediately
seized by bad men to prevent them from being condemned. Accordingly, what Paul
had said about repelling unjust accusations he modifies by this statement, so
that none may, on this pretence, escape the punishment due to sin”
(= ‘Mereka yang berbuat dosa tegurlah di hadapan semua orang’. Kapanpun ada
langkah yang diambil sebagai perlindungan orang-orang yang baik / saleh, itu
segera diraih oleh orang-orang jahat untuk melindungi diri mereka supaya tak
dikecam / dihukum. Karena itu, apa yang telah Paulus katakan tentang penolakan
tuduhan-tuduhan yang tidak benar / tidak adil, ia modifikasi oleh pernyataan
ini, sehingga tidak seorangpun bisa, berdasarkan alasan ini, lolos dari hukuman
karena dosa).
Calvin:
“It is therefore proper carefully to observe this moderation, that
insolent tongues shall be restrained from defaming elders by false accusations,
and yet that every one of them who conducts himself badly shall be severely
corrected; for I understand this injunction to relate to elders, that they who
live a dissolute life shall be openly reproved” (= Karena itu adalah benar
untuk mentaati sikap moderat / tak berlebih-lebihan ini, supaya lidah-lidah yang
kurang ajar bisa dikekang dari pencemaran nama baik tua-tua oleh tuduhan-tuduhan
palsu, tetapi bahwa setiap mereka yang bertingkah laku buruk akan ditegur secara
keras; karena saya mengartikan bahwa perintah ini berhubungan dengan tua-tua,
supaya mereka yang hidup secara tidak bermoral akan ditegur secara terbuka).
6)
Ini dipraktekkan oleh Paulus sendiri terhadap Petrus pada waktu Petrus
berlaku munafik.
Gal 2:11-14
- “(11) Tetapi waktu Kefas datang ke Antiokhia, aku berterang-terang
menentangnya, sebab ia salah. (12) Karena sebelum beberapa orang dari kalangan
Yakobus datang, ia makan sehidangan dengan saudara-saudara yang tidak bersunat,
tetapi setelah mereka datang, ia mengundurkan diri dan menjauhi mereka karena
takut akan saudara-saudara yang bersunat. (13) Dan orang-orang Yahudi yang
lainpun turut berlaku munafik dengan dia, sehingga Barnabas sendiri turut
terseret oleh kemunafikan mereka. (14) Tetapi waktu kulihat, bahwa kelakuan
mereka itu tidak sesuai dengan kebenaran Injil, aku berkata kepada Kefas di
hadapan mereka semua: ‘Jika engkau, seorang Yahudi, hidup secara
kafir dan bukan secara Yahudi, bagaimanakah engkau dapat memaksa saudara-saudara
yang tidak bersunat untuk hidup secara Yahudi?’”.
Ay 21: “Di hadapan
Allah dan Kristus Yesus dan malaikat-malaikat pilihanNya kupesankan dengan
sungguh kepadamu: camkanlah petunjuk ini tanpa prasangka dan bertindaklah dalam
segala sesuatu tanpa memihak”.
1)
“Di hadapan Allah dan Kristus Yesus dan malaikat-malaikat pilihanNya”.
a)
Ini jelas merupakan suatu sumpah.
Memang
Mat 5:34-37, yang kelihatannya melarang sumpah secara mutlak, sebetulnya tidak
melarangnya secara mutlak. Alasan-alasan yang menunjukkan bahwa sumpah tidak
mungkin dilarang secara mutlak:
1.
Perjanjian Lama mengijinkan, bahkan mengharuskan sumpah, dalam hal-hal
tertentu (Ul 6:13 Kel 22:7-8
Kel 22:10-11 Bil 5:11-28 1Raja
8:31-32).
Dan
Yesus tidak mungkin bertentangan dengan Perjanjian Lama (bdk. Mat 5:17-19).
2.
Allah sendiri bersumpah dalam Ibr 6:13-17.
3.
Pada waktu Yesus diadili oleh Sanhedrin, dan Ia disuruh berbicara di
bawah sumpah, Ia bukannya menegur mereka yang menyuruhNya bersumpah, tetapi
sebaliknya Ia mau menjawab, padahal tadinya Ia tidak mau berbicara (Mat 26:63-64).
4.
Malaikat bersumpah (Wah 10:5-6).
5.
Paulus sering bersumpah (Ro 1:9
Ro 9:1 1Kor 15:31
2Kor 1:23 Gal 1:20 Fil 1:8).
Betul-betul
tidak terbayangkan bahwa Paulus, yang adalah rasul yang begitu saleh, bisa
berulang kali bersumpah kalau sumpah memang dilarang secara mutlak.
Semua
ini menunjukkan bahwa sumpah tidak dilarang secara mutlak. Dalam pengadilan,
atau dalam hal-hal yang penting lainnya, kita boleh bersumpah. Yang dilarang
adalah bersumpah secara sembarangan, untuk hal-hal yang tidak penting,
sekalipun hal yang dikatakan itu merupakan kebenaran.
b)
“Kristus Yesus”.
KJV
menuliskan bukan ‘Kristus Yesus’, tetapi ‘Tuhan Yesus Kristus’, tetapi
beberapa penafsir berpendapat bahwa yang benar adalah ‘Kristus Yesus’.
c)
“malaikat-malaikat pilihanNya”.
Perhatikan
bagaimana Adam Clarke, yang adalah seorang Arminian, menafsirkan ayat
‘Reformed’ ini.
Adam
Clarke: “The
word eklektoi, ‘elect,’
applied to the angels here, is supposed to distinguish those who stood, when
others fell from their first estate. The former were elect, or approved; the
latter reprobate, or disapproved. This is not an infrequent sense of the word
eklektos, elect.
Perhaps there is nothing else meant than the angels that are chosen out from
among others, by the Lord himself, to be ministering servants to the church”
(= Kata EKLEKTOI, ‘pilihan’, di sini diterapkan kepada malaikat-malaikat,
dianggap untuk membedakan mereka yang tetap berdiri, pada saat yang lain jatuh
dari keadaan pertama mereka. Yang pertama adalah ‘pilihan’, atau ‘disukai
/ sudah teruji’; yang terakhir ‘bejat / rusak / ditetapkan untuk binasa’,
atau ‘tidak disukai’. Ini bukan arti yang tidak sering digunakan dari kata
EKLEKTOS, ‘pilihan’. Mungkin di sini tidak ada lain yang dimaksudkan dari
pada malaikat-malaikat yang dipilih dari malaikat-malaikat yang lain, oleh Tuhan
sendiri, untuk menjadi pelayan-pelayan yang melayani gereja).
Sekarang
bandingkan dengan penafsiran-penafsiran / komentar-komentar di bawah ini.
Jamieson,
Fausset & Brown: “‘Elect
angels’ - the objects of divine electing love, in contrast to the reprobate
angels, ‘who kept not their first estate’ (2 Peter 2:4; Jude 6)” [=
‘Malaikat-malaikat pilihan’ - obyek dari kasih ilahi yang memilih,
dikontraskan dengan malaikat-malaikat yang ditetapkan untuk binasa, yang tidak
menjaga / memelihara keadaan pertama mereka’ (2Pet 2:4
Yudas 6)].
2Pet
2:4 - “Sebab jikalau Allah tidak menyayangkan malaikat-malaikat yang
berbuat dosa tetapi melemparkan mereka ke dalam neraka dan dengan demikian
menyerahkannya ke dalam gua-gua yang gelap untuk menyimpan mereka sampai hari
penghakiman”.
Yudas
6 - “Dan bahwa Ia menahan malaikat-malaikat yang tidak taat pada
batas-batas kekuasaan mereka, tetapi yang meninggalkan tempat kediaman mereka,
dengan belenggu abadi di dalam dunia kekelaman sampai penghakiman pada hari
besar”.
Barnes’
Notes: “The
word ‘elect’ here seems to imply that there had been some influence used to
keep them, and some purpose respecting them, which had not existed in regard to
those who had fallen. Saints are called ‘elect’ because they are chosen of
God unto salvation (notes on Eph 1:4-5), and it would appear that it is a great
law extending through the universe, that both those who remain in a state of
holiness, and those who are made holy, are the subjects of purpose and choice on
the part of God. The fact only is stated; the reasons which led to the choice,
alike in regard to angels and human beings, are unknown to us” [= Kata
‘pilihan’ di sini kelihatannya menunjukkan secara implicit bahwa di sana ada
suatu pengaruh yang digunakan untuk menjaga / memelihara mereka, dan suatu
tujuan berkenaan dengan mereka, yang tidak ada berkenaan dengan mereka yang
telah jatuh. Orang-orang kudus disebut ‘orang-orang pilihan’ karena mereka
dipilih oleh Allah kepada keselamatan (catatan tentang Ef 1:4-5), dan
kelihatannya itu merupakan suatu hukum yang besar yang mencakup alam semesta,
bahwa baik mereka yang tetap tinggal dalam keadaan kudus / suci, maupun mereka
yang dibuat menjadi kudus / suci, adalah subyek dari tujuan / rencana dan
pilihan dari Allah. Hanya faktanya yang dinyatakan; alasan yang membimbing pada
pemilihan itu, baik dalam hal malaikat maupun manusia, tidak kita ketahui].
Calvin:
“He calls them ‘elect
angels,’ not only to distinguish them
from the reprobate angels, but on account of their excellence, in order that
their testimony may awaken deeper reverence” (= Ia menyebut mereka ‘malaikat-malaikat pilihan’,
bukan hanya untuk membedakan mereka dari malaikat-malaikat yang ditentukan untuk
binasa, tetapi karena keunggulan mereka, supaya kesaksian mereka bisa
membangkitkan rasa hormat / takut yang lebih dalam).
William
Hendriksen: “These are God’s elect angels, in distinction from the
angels ‘who did not keep their own position’ (Satan and his demons; cf. Jude
6). In his sovereign, inscrutable decree, which transcends all human
understanding, God from all eternity decided that to these angels (here called
elect) would be given the grace of perseverance, so that they would remain
standing. Being elect, they are of course also beloved” [= Ini adalah
malaikat-malaikat pilihan Allah, berbeda dari malaikat-malaikat yang tidak
menjaga / memelihara posisi mereka sendiri’ (Iblis dan roh-roh jahatnya; bdk.
Yudas 6). Dalam ketetapanNya yang berdaulat, misterius / tak dapat
dimengerti, yang melampaui seluruh pengertian manusia, Allah dari sejak
kekekalan menetapkan bahwa kepada malaikat-malaikat ini (di sini disebut
‘pilihan’) akan diberikan kasih karunia untuk bertekun, sehingga mereka akan
tetap berdiri. Karena dipilih, tentu saja mereka juga dikasihi] - hal
184.
d)
“Di hadapan Allah dan Kristus Yesus dan malaikat-malaikat pilihanNya”.
Bagian
ini dipakai oleh Saksi-Saksi Yehuwa untuk mengatakan bahwa kalau ada tiga nama
dituliskan dalam satu ayat, itu tidak membuktikan bahwa mereka setingkat. Dengan
argumentasi ini mereka ingin mematahkan argumentasi dari orang-orang Kristen
berdasarkan ayat-ayat seperti Mat 28:19 dan 2Kor 13:13, yang digunakan untuk
mendukung doktrin Allah Tritunggal.
Saya
mengutip komentar / serangan dari Saksi Yehuwa dari buku mereka yang berjudul
‘Haruskah anda percaya kepada Tritunggal?’:
·
“Apakah
ayat-ayat ini menyatakan bahwa Allah, Kristus, dan roh kudus membentuk suatu
Keilahian Tritunggal, bahwa ketiganya sama dalam bentuk, kekuasaan, dan
kekekalan? Tidak, tidak demikian, sama halnya menyebutkan tiga orang, seperti
Amir, Budi dan Bambang, tidak berarti bahwa mereka tiga dalam satu” (hal
23).
·
“Ketika
Yesus dibaptis, Allah, Yesus, dan roh kudus juga disebutkan dalam konteks yang
sama. Yesus ‘melihat roh Allah seperti burung merpati turun ke atasNya’
(Matius 3:16). Tetapi, ini tidak berarti bahwa ketiganya adalah satu. Abraham,
Ishak, dan Yakub banyak kali disebutkan bersama-sama, tetapi hal itu tidak
membuat mereka menjadi satu. Petrus, Yakobus dan Yohanes disebutkan
bersama-sama, tetapi itu tidak membuat mereka menjadi satu juga”
(hal 23).
Dan
dalam buku mereka yang lain mereka juga mengatakan: “Bandingkan 1Timotius
5:21, yang menyebut Allah, Kristus dan malaikat-malaikat bersama-sama” -
‘Bertukar Pikiran Mengenai Ayat-Ayat Alkitab’, hal 403.
Saya
menjawab:
1.
Kita tidak menggunakan tiga nama dalam satu ayat untuk menunjukkan
kesatuan mereka, tetapi kesetaraan / kesetingkatan mereka.
2.
Memang adanya tiga nama yang disebutkan bersama-sama tidak selalu
membuktikan bahwa mereka setingkat. Tetapi dalam kasus-kasus tertentu, 3 nama
yang diletakkan berjajar bisa menunjukkan bahwa mereka setingkat. Misalnya kalau
dikatakan ada konperensi tingkat tinggi 3 negara, maka kalau negara yang satu
mengirimkan kepala negara, maka pasti kedua negara yang lain juga demikian.
Kalau negara yang satu mengirim menteri luar negeri, maka pasti kedua negara
yang lain juga demikian. Jadi, kadang-kadang penyejajaran tiga nama memang bisa
menunjukkan bahwa tiga orang itu setingkat. Itu tergantung dari kontexnya; dan
karena itu harus dipertanyakan: dalam situasi dan keadaan apa ketiga pribadi itu
disebutkan bersama-sama?
Dalam
ayat-ayat di atas, Bapa, Anak, dan Roh Kudus disebutkan dalam kontext yang
sakral, seperti formula baptisan (Mat 28:19), berkat kepada gereja
Korintus (2Kor 13:13), baptisan Yesus (Mat 3:16-17), dsb. Karena itu
ayat-ayat itu bisa dipakai sebagai dasar untuk menunjukkan bahwa Bapa, Anak, dan
Roh Kudus itu setingkat.
Tetapi
kalau kita melihat pada 1Tim 5:21 ini, maka Bapa, Yesus dan malaikat-malaikat
pilihan disebutkan dalam satu ayat, dan digunakan dalam kalimat yang menunjuk
pada suatu sumpah. Tidakkah itu juga merupakan suatu kontext yang sakral? Lalu
mengapa mereka tidak setingkat? Untuk itu perhatikan komentar-komentar di bawah
tentang hal ini.
UBS
New Testament Handbook Series: “‘In
the presence of God and of Christ Jesus and of the elect angels’ functions as
an oath formula. ... In the present verse ‘God, Christ Jesus,’ and the
‘elect angels’ are called upon as witnesses. The combination of these three
elements obviously reflects liturgical language, or the language used in the
worship of the church. In worship it is as though the heavens are opened, and
the worshipers see God on the throne, Christ Jesus seated at God’s right side,
and the angels surrounding the throne. The use of these three elements (God,
Christ Jesus, elect angels) in an oath formula occurs only here, whereas the
combination of God and Christ Jesus occurs also in 1 Tim 6:13 and 2 Tim 4:1”
[= Kata-kata ‘di hadapan Allah dan Kristus Yesus dan malaikat-malaikat
pilihan’ berfungsi sebagai formula dari suatu sumpah. ... Dalam ayat ini
‘Allah, Kristus Yesus’, dan ‘malaikat-malaikat pilihan’ diminta /
dihadirkan sebagai saksi-saksi. Kombinasi dari tiga elemen ini jelas
menggambarkan suatu bahasa liturgi, atau bahasa yang digunakan dalam ibadah /
kebaktian di gereja. Dalam ibadah / kebaktian seakan-akan langit / surga
terbuka, dan para penyembah melihat Allah di takhta, Kristus Yesus duduk di
sebelah kanan Allah, dan malaikat-malaikat mengelilingi takhta. Penggunaan
ketiga elemen ini (Allah, Kristus Yesus, malaikat-malaikat pilihan) dalam suatu
formula sumpah muncul hanya di sini, sementara kombinasi dari Allah dan Kristus
Yesus juga muncul dalam 1Tim 6:13 dan 2Tim 4:1].
Calvin:
“‘And
the Lord Jesus Christ.’ After having named ‘God,’ he next mentions ‘Christ;’ for he
it is to whom the Father hath given all power to judge, (John 5:22,) and before
whose tribunal we shall one day appear. ‘And the elect angels.’
To ‘Christ’ he adds ‘angels,’ not as judges, but as the future witnesses
of our carelessness, or rashness, or ambition, or unfaithfulness”
[= ‘Dan Tuhan Yesus Kristus’. Setelah menyebutkan ‘Allah’, selanjutnya
ia menyebutkan ‘Kristus’; karena kepada Dialah Bapa telah memberikan semua
kuasa untuk menghakimi, (Yoh 5:22), dan di hadapan pengadilan siapa kita akan
muncul pada suatu hari. ‘Dan malaikat-malaikat pilihan’. Kepada
‘Kristus’ ia menambahkan ‘malaikat-malaikat’, bukan sebagai hakim-hakim,
tetapi sebagai saksi-saksi yang akan datang tentang kecerobohan, atau
kegegabahan, atau ambisi, atau ketidak-setiaan kita].
2)
“kupesankan dengan sungguh kepadamu”.
KJV:
‘I charge thee’ (= Aku menugaskanmu).
RSV/NIV:
‘I charge you’ (= Aku menugaskanmu).
NASB:
‘I solemnly charge you’ (= Aku menugaskanmu dengan khidmat /
sungguh-sungguh).
Calvin:
“Paul introduced this solemn appeal, not only
on account of the very great importance of the subject, but likewise on account
of its extreme difficulty. Nothing is more difficult than to discharge the
office of a public judge with so great impartiality as never to be moved by
favor for any one, or to give rise to suspicions, or to be influenced by
unfavorable reports, or to use excessive severity, and in every cause to look at
nothing but the cause itself; for only when we shut our eyes to persons do we
pronounce an equitable judgment” (= Paulus memasukkan permohonan
yang khidmat / sungguh-sungguh ini, bukan hanya karena kepentingan yang sangat
besar dari pokok ini, tetapi juga karena kesukarannya yang extrim / hebat
sekali. Tidak ada yang lebih sukar dari pada melaksanakan tugas dari seorang
hakim umum dengan sikap adil / tak memihak yang begitu besar sehingga tidak
pernah digerakkan oleh kesenangan pada pihak manapun, atau mencurigai, atau
dipengaruhi oleh laporan-laporan yang tidak menyenangkan, atau menggunakan
kekerasan yang berlebihan, dan dalam setiap perkara tidak melihat pada apapun
kecuali perkara itu sendiri; karena hanya pada saat kita menutup mata kita
terhadap pribadi-pribadi kita bisa menyatakan / memberikan suatu penghakiman
yang adil).
3)
“camkanlah petunjuk ini tanpa prasangka dan bertindaklah dalam segala
sesuatu tanpa memihak”.
a)
“camkanlah”.
KJV:
‘observe’
(= perhatikan / jalankan / patuhi).
RSV/NIV:
‘keep’
(= pelihara).
NASB:
‘maintain’
(= pelihara / tegakkan).
Jelas
bahwa ini bukan hanya berarti memelihara petunjuk ini di dalam pikiran / otak,
tetapi mentaatinya.
b)
“Petunjuk ini”.
KJV:
‘these
things’ (= hal-hal ini).
RSV:
‘these
rules’ (= peraturan-peraturan ini).
NIV:
‘these
instructions’ (= instruksi-instruksi ini).
NASB:
‘these
principles’ (= prinsip-prinsip ini).
UBS
New Testament Handbook Series mempertanyakan apakah kata-kata ini menunjuk pada
ayat-ayat sebelum atau sesudah ayat ini. Sekalipun keduanya memungkinkan, tetapi
UBS New Testament Handbook Series lebih memilih untuk mengarahkan kata-kata ini
pada ayat-ayat sebelumnya. Alasannya: ayat-ayat sebelumnya berbicara tentang
hal-hal yang lebih penting dari ayat-ayat sesudahnya, dan ayat-ayat sebelumnya
berbicara tentang satu pokok tertentu (tua-tua), sedangkan ayat-ayat sesudahnya
berbicara tentang bermacam-macam pokok.
Saya
sendiri yakin bahwa kata-kata ini menunjuk pada ayat-ayat sebelum bagian ini.
c)
“tanpa prasangka dan bertindaklah dalam segala sesuatu tanpa memihak”.
Barnes’
Notes: “It
is as important that there should be entire impartiality in the church as in
civil transactions, and though it is not wrong for a minister of the gospel to
have his personal friends, yet in the administration of the affairs of the
church he should remember that all are brethren, and all, of whatever rank,
color, sex, or age, have equal rights. ‘Partiality.’ Greek,
‘inclination,’ or ‘proclivity’ - that is, without being inclined to
favor one party or person more than another. There should be no purpose to
find one guilty and another innocent; no inclination of heart toward one which
would lead us to resolve to find him innocent; and no aversion from another
which would make us resolve to find him guilty” (= Juga sama
pentingnya bahwa di sana harus ada keadilan sepenuhnya dalam gereja seperti
dalam transaksi sipil, dan sekalipun tidak salah bagi seorang pelayan injil
untuk mempunyai sahabat-sahabat pribadi, tetapi dalam pemerintahan dari
urusan-urusan gereja, ia harus mengingat bahwa semua adalah saudara-saudara, dan
semua, dari tingkat, warna kulit, jenis kelamin, atau usia apapun, mempunyai
hak-hak yang sama. ‘Sikap memihak’. Yunani, ‘kecondongan’, atau
‘kecenderungan’ - yaitu, tanpa condong untuk menyenangi satu pihak atau
orang lebih dari yang lain. Di sana tidak boleh ada tujuan untuk memutuskan
seseorang bersalah dan yang lain tidak bersalah; tidak ada kecondongan dari hati
kepada seseorang yang akan membimbing kita untuk memutuskan untuk mendapati dia
tak bersalah; dan tidak ada sesuatu yang tidak disukai dari yang lain yang akan
membuat kita memutuskan untuk mendapati ia bersalah).
Bdk.
Kel 23:1-3 - “(1) ‘Janganlah engkau menyebarkan kabar bohong;
janganlah engkau membantu orang yang bersalah dengan menjadi saksi yang tidak
benar. (2) Janganlah engkau turut-turut kebanyakan orang melakukan kejahatan,
dan dalam memberikan kesaksian mengenai sesuatu perkara janganlah engkau
turut-turut kebanyakan orang membelokkan hukum. (3) Juga janganlah memihak
kepada orang miskin dalam perkaranya”.
Jamieson,
Fausset & Brown: “‘Without
preferring one before another,’ (prokrimatos)
- ‘without prejudice:’ ‘judging before’ hearing all the facts. There
ought to be judgment, but not pre-judging. ... ‘Partiality’ - in
favour of one, as ‘prejudice’ is bias against one” [= ‘Tanpa
lebih menyukai yang satu dari yang lain’, (PROKRIMATOS) - ‘tanpa
prasangka’; menghakimi sebelum mendengar semua fakta-fakta. Di sana harus
ada penghakiman, tetapi tidak boleh ada ‘penghakiman sebelumnya’. ... ‘Sikap
memihak’ - lebih menyenangi yang satu, seperti ‘prasangka’ merupakan
kecondongan terhadap yang satu].
Catatan:
‘pengadilan sebelumnya’ / ‘keputusan sebelumnya’ terjadi dalam kasus
persidangan terhadap saya di GKRI EXODUS! Vonis jelas sudah ada sudah ada
sebelum sidang, dan bahkan diberitahukan kepada saya oleh seorang teroris yang
menggunakan HP!
-o0o-
Author : Pdt. Budi Asali,M.Div.
E-mail : [email protected]
e-mail us at [email protected]
Link ke Channel Video Khotbah2 Pdt. Budi Asali di Youtube:
https://www.youtube.com/channel/UCP6lW2Ak1rqIUziNHdgp3HQ
Channel Live Streaming Youtube : bit.ly/livegkrigolgotha / budi asali