(Jl.
Dinoyo 19b, lantai 3)
Jum’at,
tanggal 6 Februari 2009, pk 19.00
Pdt. Budi Asali, M. Div.
I
Timotius 5:1-16
1Tim 5:1-16 - “(1) Janganlah engkau keras
terhadap orang yang tua, melainkan tegorlah dia sebagai bapa. Tegorlah
orang-orang muda sebagai saudaramu, (2) perempuan-perempuan tua sebagai ibu
dan perempuan-perempuan muda sebagai adikmu dengan penuh kemurnian. (3)
Hormatilah janda-janda yang benar-benar janda. (4) Tetapi jikalau seorang
janda mempunyai anak atau cucu, hendaknya mereka itu pertama-tama belajar
berbakti kepada kaum keluarganya sendiri dan membalas budi orang tua dan nenek
mereka, karena itulah yang berkenan kepada Allah. (5) Sedangkan seorang janda
yang benar-benar janda, yang ditinggalkan seorang diri, menaruh harapannya
kepada Allah dan bertekun dalam permohonan dan doa siang malam. (6) Tetapi
seorang janda yang hidup mewah dan berlebih-lebihan, ia sudah mati selagi
hidup. (7) Peringatkanlah hal-hal ini juga kepada janda-janda itu agar mereka
hidup dengan tidak bercela. (8) Tetapi jika ada seorang yang tidak
memeliharakan sanak saudaranya, apalagi seisi rumahnya, orang itu murtad dan
lebih buruk dari orang yang tidak beriman. (9) Yang didaftarkan sebagai janda,
hanyalah mereka yang tidak kurang dari enam puluh tahun, yang hanya satu kali
bersuami (10) dan yang terbukti telah melakukan pekerjaan yang baik, seperti
mengasuh anak, memberi tumpangan, membasuh kaki saudara-saudara seiman,
menolong orang yang hidup dalam kesesakan - pendeknya mereka yang telah
menggunakan segala kesempatan untuk berbuat baik. (11) Tolaklah pendaftaran
janda-janda yang lebih muda. Karena apabila mereka sekali digairahkan oleh
keberahian yang menceraikan mereka dari Kristus, mereka itu ingin kawin (12)
dan dengan memungkiri kesetiaan mereka yang semula kepadaNya, mereka
mendatangkan hukuman atas dirinya. (13) Lagipula dengan keluar masuk rumah
orang, mereka membiasakan diri bermalas-malas dan bukan hanya bermalas-malas
saja, tetapi juga meleter dan mencampuri soal orang lain dan mengatakan
hal-hal yang tidak pantas. (14) Karena itu aku mau supaya janda-janda yang
muda kawin lagi, beroleh anak, memimpin rumah tangganya dan jangan memberi
alasan kepada lawan untuk memburuk-burukkan nama kita. (15) Karena beberapa
janda telah tersesat mengikut Iblis. (16) Jika seorang laki-laki atau
perempuan yang percaya mempunyai anggota keluarga yang janda, hendaklah ia
membantu mereka sehingga mereka jangan menjadi beban bagi jemaat. Dengan
demikian jemaat dapat membantu mereka yang benar-benar janda”.
Ay 1-2: “(1) Janganlah engkau keras terhadap orang yang tua, melainkan tegorlah
dia sebagai bapa. Tegorlah orang-orang muda sebagai saudaramu, (2)
perempuan-perempuan tua sebagai ibu dan perempuan-perempuan muda sebagai adikmu
dengan penuh kemurnian”.
1)
“Janganlah engkau keras terhadap orang yang tua, melainkan tegorlah dia
sebagai bapa”.
KJV:
‘Rebuke not an elder, but intreat him as a father’ (= Jangan menghardik orang yang tua, tetapi bujuklah ia sebagai bapa).
RSV:
‘Do not rebuke an older man but exhort him as you
would a father’ (= Jangan menghardik orang yang lebih tua, tetapi
desaklah ia sebagaimana engkau melakukan kepada seorang bapa).
NIV:
‘Do
not rebuke an older man harshly, but exhort him as if he were your father’
(= Jangan menghardik orang yang lebih tua dengan kasar, tetapi desaklah ia
seakan-akan ia adalah bapamu).
NASB:
‘Do
not sharply rebuke an older man, but rather appeal to him as a father’
(= Jangan menghardik dengan kasar orang yang lebih tua, tetapi mohonlah
kepadanya sebagai seorang bapa).
Kata-kata
‘orang yang tua’ dalam bahasa
Yunani menggunakan kata PRESBUTEROS, yang bisa diterjemahkan ‘penatua’
ataupun ‘orang yang usianya tua’. Di sini kontext mengharuskan untuk memilih
terjemahan yang kedua, yaitu ‘orang yang usianya tua’. Dalam 1Tim 5:17, kata
Yunani yang sama harus diterjemahkan ‘penatua’.
Calvin
mengomentari bagian ini dengan mengatakan bahwa ini menunjukkan bahwa orang yang
tua bukannya tidak boleh ditegur dan lalu dibiar-biarkan saja berbuat dosa
seenaknya. Tetapi bagaimanapun Paulus menghendaki Timotius mempunyai rasa hormat
terhadap usia tua mereka sehingga harus menegur dengan cara yang lebih hormat /
lembut.
Matthew
Henry: “Here
the apostle gives rules to Timothy, and in him to other ministers, in reproving.
Ministers are reprovers by office; it is a part, though the least pleasing part,
of their office; they are to preach the word, to reprove and rebuke, 2 Tim
4:2” (= Di sini sang rasul memberikan peraturan-peraturan kepada Timotius,
dan dalam dia kepada pendeta-pendeta yang lain, dalam menegur / memarahi. Pendeta-pendeta
adalah penegur-penegur karena jabatan / tugas; itu merupakan sebagian, sekalipun
bagian yang paling tidak menyenangkan, dari tugas mereka; mereka harus
memberitakan firman, menegur dan menghardik, 2Tim 4:2).
2Tim 4:2
- “Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya, nyatakanlah
apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan
pengajaran”.
KJV:
‘reprove, rebuke’.
Kedua
kata ini hampir sama artinya, tetapi kelihatannya kata yang kedua lebih keras
dari kata yang pertama.
2)
“Tegorlah orang-orang muda sebagai saudaramu”.
Calvin
mengatakan bahwa bahkan terhadap orang-orang muda Paulus menghendaki sikap
moderat / tak berlebihan dalam menegur, tetapi bagaimanapun tidak dalam tingkat
seperti pada saat menegur orang yang tua.
3)
“perempuan-perempuan tua sebagai ibu”.
Ini
tak terlalu berbeda dengan sikap pada waktu menegur orang tua (laki-laki).
4)
“dan perempuan-perempuan muda sebagai adikmu dengan penuh kemurnian”.
Matthew
Henry: “The
younger women must be reproved, but reproved as sisters, with all purity. If
Timothy, so mortified a man to this world and to the flesh and lusts of it, had
need of such a caution as this, much more have we” (= Perempuan-perempuan
yang lebih muda harus ditegur, tetapi ditegur sebagai saudari, dengan semua
kemurnian. Jika Timotius, yang adalah seseorang yang begitu mati bagi dunia ini
dan terhadap daging dan nafsu, mempunyai kebutuhan untuk berhati-hati dalam hal
seperti ini, maka kita lebih-lebih lagi).
5)
Jadi, memang harus ada
perbedaan sikap dalam peneguran terhadap orang, baik karena perbedaan usia
maupun perbedaan jenis kelamin.
Ay 3-6: “(3) Hormatilah janda-janda yang benar-benar janda. (4) Tetapi jikalau
seorang janda mempunyai anak atau cucu, hendaknya mereka itu pertama-tama
belajar berbakti kepada kaum keluarganya sendiri dan membalas budi orang tua dan
nenek mereka, karena itulah yang berkenan kepada Allah. (5) Sedangkan seorang
janda yang benar-benar janda, yang ditinggalkan seorang diri, menaruh harapannya
kepada Allah dan bertekun dalam permohonan dan doa siang malam. (6) Tetapi
seorang janda yang hidup mewah dan berlebih-lebihan, ia sudah mati selagi hidup”.
1)
“Hormatilah janda-janda yang benar-benar janda”.
a)
‘Hormatilah janda-janda’.
Baik
Calvin maupun Jamieson, Fausset & Brown mengatakan bahwa kata
‘hormatilah’ di sini tidak berarti ‘rasa / sikap hormat’, tetapi suatu
perhatian khusus dan bantuan kepada mereka. Jamieson, Fausset & Brown
menambahkan bahwa kata ‘hormat’ memang sering digunakan dalam arti seperti
itu, misalnya dalam ayat-ayat di bawah ini:
·
Mat 15:4-6 - “(4) Sebab
Allah berfirman: Hormatilah ayahmu dan ibumu; dan lagi: Siapa yang
mengutuki ayahnya atau ibunya pasti dihukum mati. (5) Tetapi kamu berkata:
Barangsiapa berkata kepada bapanya atau kepada ibunya: Apa yang ada padaku
yang dapat digunakan untuk pemeliharaanmu, sudah digunakan untuk persembahan
kepada Allah, (6) orang itu tidak wajib lagi menghormati bapanya atau
ibunya. Dengan demikian firman Allah kamu nyatakan tidak berlaku demi adat
istiadatmu sendiri”.
·
Kis 28:10 - “Mereka
sangat menghormati kami dan ketika kami bertolak, mereka menyediakan
segala sesuatu yang kami perlukan”.
·
1Tim 5:17-18 - “(17)
Penatua-penatua yang baik pimpinannya patut dihormati dua kali lipat,
terutama mereka yang dengan jerih payah berkhotbah dan mengajar. (18) Bukankah
Kitab Suci berkata: ‘Janganlah engkau memberangus mulut lembu yang sedang
mengirik,’ dan lagi ‘seorang pekerja patut mendapat upahnya.’”.
b)
‘yang benar-benar janda’.
Kata-kata
ini jelas menunjukkan harus adanya penyeleksian, dan menunjukkan bahwa perintah
‘hormatilah’ yang menunjuk pada bantuan / tunjangan itu tidak berlaku untuk
seadanya janda.
Penerapan:
saya berpendapat bahwa kalau gereja saja harus selektif dalam menolong
janda-janda dalam gereja, dalam arti tidak seadanya janda diberi bantuan,
apalagi pada waktu menghadapi orang-orang di luar gereja. Karena itu, memberi
uang kepada seadanya pengemis, atau kepada seadanya ‘polisi cepekan’,
menurut saya bukanlah tindakan yang benar.
2)
“Tetapi
jikalau seorang janda mempunyai anak atau cucu, hendaknya mereka itu
pertama-tama belajar berbakti kepada kaum keluarganya sendiri dan membalas budi
orang tua dan nenek mereka, karena itulah yang berkenan kepada Allah”.
a)
Persoalan terjemahan KJV.
Kata
‘cucu’ oleh KJV diterjemahkan ‘nephews’
(= keponakan-keponakan), tetapi RSV/NIV/NASB/NKJV menterjemahkan ‘grandchildren’
(= cucu-cucu).
Jamieson,
Fausset & Brown: “Nephews,
(ekgona) - ‘descendants,’ or ‘grandchildren.’
‘Nephews’ in old English meant ‘grandchildren’” [= ‘Nephews’
/ ‘keponakan’, (EKGONA) - ‘keturunan’ atau ‘cucu’. Kata ‘nephews’ / keponakan dalam bahasa Inggris kuno berarti
‘cucu’].
Catatan:
dalam kamus Webster’s New World
Dictionary kata ‘nephew’ memang
bisa diartikan ‘cucu’ (bahasa Inggris kuno).
b)
Anak kalimat ini mengharuskan seseorang untuk memelihara orang tua atau
kakek / neneknya, sebagai tindakan berbakti dan balas budi kepada mereka. Dan
dikatakan bahwa ini merupakan sesuatu yang memperkenan Allah; karena itu, kalau
seseorang tidak melakukannya, ia tidak memperkenan Allah. Bdk. ay 8: “Tetapi jika ada seorang yang tidak memeliharakan sanak saudaranya,
apalagi seisi rumahnya, orang itu murtad dan lebih buruk dari orang yang tidak
beriman”.
Catatan:
saya kira di sini tetap ada perkecualian, yaitu kalau anak atau cucu itu juga
miskin, sehingga memang tidak mampu untuk memberi bantuan / tunjangan kepada
orang tua dan / atau kakek / nenek mereka.
c)
Peraturan ini juga ditujukan supaya tidak membebani gereja. Dengan
demikian gereja tidak perlu memberi bantuan / tunjangan bagi janda-janda yang
mempunyai anak / cucu.
Bdk.
ay 16: “Jika seorang laki-laki atau perempuan yang percaya mempunyai anggota
keluarga yang janda, hendaklah ia membantu mereka sehingga mereka jangan menjadi
beban bagi jemaat. Dengan demikian jemaat dapat membantu mereka yang
benar-benar janda”.
Catatan:
kata ‘jemaat’ dalam ay 16
ini oleh KJV/RSV/NIV/NASB diterjemahkan ‘church’ (= gereja).
3)
“Sedangkan
seorang janda yang benar-benar janda, yang ditinggalkan seorang diri, menaruh
harapannya kepada Allah dan bertekun dalam permohonan dan doa siang malam”.
Calvin berkata bahwa
arti kalimat ini adalah: janda-janda ini hanya memandang kepada Allah saja,
karena mereka tidak mempunyai siapapun dalam dunia yang bisa mereka harapkan /
sandari. Jadi, ini menunjukkan bahwa kalau janda-janda itu tidak mempunyai
siapapun yang membantu mereka, maka menjadi kewajiban gereja untuk menolong
mereka.
4)
“Tetapi
seorang janda yang hidup mewah dan berlebih-lebihan, ia sudah mati selagi hidup”.
a)
‘Tetapi
seorang janda yang hidup mewah dan berlebih-lebihan’.
1.
Kata ‘tetapi’ di awal anak kalimat ini menunjukkan suatu
pengkontrasan dengan kalimat sebelumnya. Jadi, janda yang hidup mewah dan
berlebih-lebihan seperti ini jelas tidak boleh menjadi obyek yang menerima
tunjangan dari gereja.
2.
‘hidup mewah dan
berlebih-lebihan’.
KJV:
‘liveth
in pleasure’ (= hidup bersenang-senang / berfoya-foya).
RSV:
‘who
is self-indulgent’ (= yang menuruti keinginan hatinya).
NIV:
‘who
lives for pleasure’ (= yang hidup untuk kesenangan).
NASB:
‘who
gives herself to wanton pleasure’ (= yang menyerahkan dirinya pada kesenangan
yang ceroboh / sembarangan).
Kata-kata
ini, apalagi dengan tambahan kata-kata ‘ia
sudah mati selagi hidup’ di belakangnya, jelas menunjukkan suatu kecaman
terhadap orang yang hidup mewah, berlebih-lebihan, berfoya-foya dan menuruti
seadanya keinginan hatinya! Kalaupun kita kaya, itu tidak menyebabkan kita boleh
hidup mewah, berlebih-lebihan, membuang-buang uang, yang merupakan berkat Tuhan,
yang seharusnya kita gunakan dengan lebih bertanggung jawab. Dan kalau yang kaya
saja tak boleh hidup seperti itu, apalagi yang miskin!
Di
Amerika Serikat, saya melihat sangat jarang ada orang yang bisa hidup hemat dan
menghargai uang. Kebanyakan, bahkan hampir semua, adalah orang-orang yang boros
dalam menggunakan uang. Krisis ekonomi global saat ini, menyebabkan orang-orang
seperti itu hancur lebur. Mereka sudah terbiasa hidup boros, sehingga pada saat
tak punya uang, tetap hidup boros, dan hutang dalam kartu kredit mereka
membengkak secara luar biasa! Sampai-sampai Oprah Windfrey merasa perlu untuk
memberikan beberapa acara berkenaan dengan cara penggunaan uang yang bijaksana,
dalam sikon ekonomi yang begitu buruk. Dan dalam acara itu, memang ditekankan
bahwa mereka harus belajar untuk menggunakan uang dengan lebih bijaksana, dan
tidak membeli apapun yang memang tidak mampu mereka beli.
b)
‘ia sudah mati selagi hidup’.
Banyak
penafsir, termasuk Matthew Henry dan Wycliffe, yang menganggap bahwa kata
‘mati’ di sini menunjuk pada ‘mati secara rohani’, atau ‘mati dalam
dosa’, dan ini jelas menunjukkan bahwa janda seperti itu tidak beriman.
Wycliffe mengatakan bahwa kata-kata yang diterjemahkan ‘hidup berfoya-foya’
(KJV) itu hanya muncul di sini dan dalam Yak 5:5 dan menunjuk pada kehidupan
yang mewah dan menuruti keinginan diri, dan ini menunjuk pada keadaan mati
secara rohani.
Yak
5:5 - “Dalam kemewahan kamu telah hidup dan berfoya-foya di bumi,
kamu telah memuaskan hatimu sama seperti pada hari penyembelihan”.
Calvin
menganggap bahwa kata ‘mati’ tak berarti seperti itu, tetapi hanya berarti
bahwa janda seperti itu ‘tidak berguna’.
Saya
lebih condong pada penafsiran pertama (dari Wycliffe dan Matthew Henry).
Ay 7: “Peringatkanlah hal-hal ini juga kepada janda-janda itu agar
mereka hidup dengan tidak bercela”.
Sebetulnya dalam ay 7 ini tidak ada
kata-kata ‘janda-janda’ seperti
dalam Kitab Suci Indonesia.
KJV: ‘And
these things give in charge, that they may be blameless’
(= Dan perintahkanlah hal-hal ini, supaya mereka bisa menjadi tidak bercela).
RSV: ‘Command
this, so that they may be without reproach’ (= Perintahkanlah ini, sehingga
mereka bisa menjadi tanpa celaan).
NIV: ‘Give
the people these instructions, too, so that no one may be open to blame’
(= Berikanlah orang-orang ini instruksi ini juga, sehingga tak seorangpun
terbuka terhadap celaan).
NASB: ‘Prescribe
these things as well, so that they may be above reproach’
(= Tetapkanlah hal-hal ini sebagai peraturan, sehingga mereka bisa berada di
atas celaan).
Karena
itu, Adam Clarke menganggap bahwa hal-hal ini harus diperintahkan kepada semua,
baik penatua, jemaat, maupun janda-janda, sehingga mereka semua bisa hidup tak
bercela.
Kalau
ada yang beranggapan bahwa kontextnya bicara tentang janda, perlu diingat bahwa
ayat setelah ayat ini (ay 8), juga bukan untuk janda, dan baru ay 9 Paulus
berbicara tentang janda lagi.
Ay 8: “Tetapi jika ada seorang yang tidak memeliharakan sanak saudaranya,
apalagi seisi rumahnya, orang itu murtad dan lebih buruk dari orang yang tidak
beriman”.
Kata ‘murtad’
dalam KJV/NIV/NASB diterjemahkan ‘denied
the faith’ (= menyangkal iman) dan dalam RSV diterjemahkan ‘disowned
the faith’ (= memungkiri / tidak mengakui iman).
Calvin:
“He says that they who do not care about any of their relatives, and
especially about their own house, have ‘denied the faith.’ And justly; for
there is no piety towards God, when a person can thus lay aside the feelings of
humanity. Would faith, which makes us the sons of God, render us worse than
brute beasts?” (= Ia berkata bahwa mereka yang tidak peduli tentang
keluarga mereka, dan khususnya tentang orang-orang di rumah mereka sendiri,
telah ‘menyangkal iman’. Dan dengan benar; karena tidak ada kesalehan
terhadap Allah, pada waktu seseorang bisa mengesampingkan perasaan kemanusiaan
seperti itu. Apakah iman, yang membuat kita anak-anak Allah, membuat kita lebih
buruk dari binatang yang tak berakal / tak berperasaan?).
Ay 9-10: “(9) Yang didaftarkan sebagai janda, hanyalah mereka yang tidak kurang
dari enam puluh tahun, yang hanya satu kali bersuami (10) dan yang terbukti
telah melakukan pekerjaan yang baik, seperti mengasuh anak, memberi tumpangan,
membasuh kaki saudara-saudara seiman, menolong orang yang hidup dalam kesesakan
- pendeknya mereka yang telah menggunakan segala kesempatan untuk berbuat baik”.
1)
“Yang
didaftarkan sebagai janda, hanyalah mereka yang tidak kurang dari enam puluh
tahun”.
Mengapa
ada pembatasan umur seperti ini dijelaskan nanti dalam ay 11-12.
2)
“yang hanya satu kali bersuami”.
Saya
merasa syarat yang satu ini aneh, mengingat dalam ay 14nya Paulus sendiri
menganjurkan janda-janda yang lebih muda untuk menikah lagi.
Calvin
menganggap bahwa syarat ini diberikan hanya untuk menjaga supaya
perempuan-perempuan yang menganggap bahwa pernikahan lagi itu merupakan suatu
keharusan, atau yang tidak bisa hidup tanpa suami, tidak dimasukkan dalam daftar
janda yang diberi bantuan oleh gereja.
Bandingkan
juga dengan pandangan Adam Clarke di bawah.
Adam
Clarke: “‘Having
been the wife of one man.’ Having lived in conjugal fidelity with her husband;
or having had but one husband at a time; or, according to others, having never
been but once married. But the former is the opinion of some of the most eminent
of the Greek fathers, and appears to be that most consistent with the scope of
the place, and with truth” [= ‘Yang pernah menjadi istri dari satu
laki-laki’. Yang telah hidup dalam kesetiaan pernikahan dengan suaminya; atau
mempunyai hanya satu suami pada satu saat; atau, menurut orang-orang lain, hanya
pernah menikah satu kali. Tetapi yang terdahulu adalah pandangan dari beberapa
bapa gereja Yunani yang paling terkenal, dan kelihatannya merupakan yang paling
konsisten dengan tujuan dari tempat itu (kontext?) dan dengan kebenaran].
3)
“dan yang
terbukti telah melakukan pekerjaan yang baik, seperti mengasuh anak, memberi
tumpangan, membasuh kaki saudara-saudara seiman, menolong orang yang hidup dalam
kesesakan - pendeknya mereka yang telah menggunakan segala kesempatan untuk
berbuat baik”.
Calvin
menganggap bahwa Paulus memaksudkan ‘membasuh
kaki’ sebagai semua pelayanan yang biasa dilakukan terhadap orang-orang
kudus, dan pada saat itu memang pelayanan ini merupakan sesuatu yang umum. Dan
ia menggunakan sebutan ‘membasuh
kaki’ karena ini merupakan pelayanan yang hina, dan karena itu janda-janda
yang memenuhi syarat ini dianggap rajin dan bukannya cerewet atau suka
pilih-pilih.
Dari
persyaratan yang diberikan tentang janda-janda ini Adam Clarke menduga bahwa
‘janda’ merupakan nama dari suatu jabatan dalam gereja pada saat itu, yang
seluruhnya diisi oleh janda-janda. Ia juga mengatakan bahwa ada orang-orang yang
beranggapan bahwa ‘janda’ ini menduduki jabatan ‘diaken perempuan’.
Sama
seperti persyaratan tentang tua-tua dan diaken dalam 1Tim 3, kalau mau diikuti
dengan sempurna, maka kita tidak akan pernah mendapatkan orang yang memenuhi
persyaratan tersebut.
Ay 11-12: “(11) Tolaklah pendaftaran janda-janda yang lebih muda. Karena apabila
mereka sekali digairahkan oleh keberahian yang menceraikan mereka dari Kristus,
mereka itu ingin kawin (12) dan dengan memungkiri kesetiaan mereka yang semula
kepadaNya, mereka mendatangkan hukuman atas dirinya”.
1)
“Tolaklah pendaftaran janda-janda yang lebih muda”.
Ini
diberikan karena janda yang masih muda, sangat besar kemungkinannya untuk
menikah lagi.
2)
“Karena
apabila mereka sekali digairahkan oleh keberahian yang menceraikan mereka dari
Kristus, mereka itu ingin kawin”.
Ini
tak berarti bahwa janda yang kawin lagi menceraikan diri mereka dari Kristus!
Ingat bahwa dalam ay 14, Paulus sendiri menasehatkan janda yang masih muda untuk
menikah lagi. Tetapi kalau seorang janda sudah dimasukkan dalam daftar janda
dari gereja, dan ternyata ia lalu menikah lagi, maka ini dianggap sebagai suatu
ketidak-setiaan.
3)
“dan dengan
memungkiri kesetiaan mereka yang semula kepadaNya, mereka mendatangkan
hukuman atas dirinya”.
KJV:
‘Having damnation, because they have cast off
their first faith’ (= Mendapatkan hukuman, karena mereka telah membuang
iman pertama mereka).
RSV:
‘and so they incur condemnation for having
violated their first pledge’ (= dan dengan demikian mereka mendatangkan
hukuman karena telah melanggar ikrar pertama mereka).
Jadi,
Kitab Suci Indonesia menterjemahkan ‘kesetiaan’, tetapi KJV memberikan
terjemahan hurufiah yaitu ‘faith’
(= iman), sedangkan RSV (dan juga NIV/NASB) menterjemahkan ‘pledge’
(= ikrar / janji).
Ada
yang menafsirkan bahwa ‘melanggar kesetiaan / iman / janji’ ini berarti
bahwa dengan tindakan menikah lagi itu, mereka melanggar janji mereka untuk
tidak menikah lagi selama-lamanya pada waktu mereka didaftarkan sebagai janda
dalam daftar gereja. Dan ‘mendatangkan hukuman’ dianggap sebagai ‘layak
ditegur / dimarahi’. Calvin tidak setuju dengan penafsiran ini dan
menganggapnya menggelikan, tetapi bagi saya kelihatannya penafsiran ini memang
memungkinkan.
Calvin
sendiri menafsirkan bahwa janda-janda ini betul-betul memberontak dari iman /
murtad, dan ‘hukuman’ yang Paulus maksudkan adalah hukuman kekal / neraka.
Tetapi saya merasa penafsiran Calvin ini tak sesuai dengan kontext, karena anak
kalimat sebelumnya mengatakan janda itu menikah lagi. Bagaimana mungkin itu
dianggap sebagai kemurtadan?
Ay 13: “Lagipula dengan keluar masuk rumah orang, mereka membiasakan diri
bermalas-malas dan bukan hanya bermalas-malas saja, tetapi juga meleter
dan mencampuri soal orang lain dan mengatakan hal-hal yang tidak pantas”.
Kitab Suci Indonesia: ‘meleter’.
KJV: ‘tattlers’ (= pembuka rahasia
/ penggosip).
RSV/NIV/NASB: ‘gossips’ (=
penggosip-penggosip).
Matthew
Henry: “It is seldom that those who are
idle are idle only, they learn to be tattlers and busy-bodies, and to make
mischief among neighbours, and sow discord among brethren” (= Adalah
jarang bahwa mereka yang malas hanya malas saja, mereka belajar untuk menjadi
pembuka rahasia / penggosip dan orang yang suka mencampuri urusan orang lain,
dan membuat kejahatan di antara tetangga, dan menaburkan perselisihan /
perpecahan di antara saudara-saudara).
Calvin
mengatakan bahwa tidak ada yang lebih pantas bagi seorang perempuan dari pada
mengurus rumah, dan karena itu di antara orang-orang kuno seorang ibu yang baik
dan terhormat digambarkan sebagai seekor kura-kura (tak ada kura-kura
meninggalkan rumah!). Tetapi, ada banyak perempuan yang melakukan kebalikannya,
dengan keluyuran dari rumah satu ke rumah lain. Mereka tidak punya kerjaan,
mungkin bukan karena memang tak ada pekerjaan, tetapi karena mereka malas
mengerjakannya, dan mereka keluyuran untuk menjadi pembuka rahasia dan penggosip
dan orang yang suka mencampuri urusan orang lain.
Calvin:
“as usually happens, from slothfulness sprung curiosity, which is also
the mother of talkativeness. Most true is the saying of Horace: ‘Shun an
inquisitive person, for he is always a tattler.’ ‘No trust should be
placed,’ as Plutarch says, ‘in inquisitive persons, for, as soon as they
have heard anything, they are never at rest till they have blabbed it out.’
This is especially the case with women, who, by nature, are prone to
talkativeness, and cannot keep a secret. With good reason, therefore, has Paul
joined together these three things, sloth, inquisitiveness, and tattling”
(= seperti yang biasanya terjadi, dari kemalasan muncul keingin-tahuan, yang
juga merupakan ibu dari sikap banyak bicara. Sangat benar ucapan dari Horace:
‘Hindarilah orang yang suka ingin tahu, karena ia selalu adalah seorang
pembuka rahasia / penggosip’. ‘Tak ada kepercayaan boleh diletakkan’,
seperti dikatakan oleh Plutarch, ‘dalam diri orang-orang yang suka ingin tahu,
karena begitu mereka mendengar apapun, mereka tak pernah beristirahat sampai
mereka mengocehkannya keluar’. Ini khususnya merupakan kasus dari
perempuan-perempuan, yang secara alamiah, condong pada sikap banyak bicara, dan
tidak bisa menjaga rahasia. Karena itu, dengan alasan yang baik, Paulus
menggabungkan ketiga hal ini, kemalasan, sikap suka ingin tahu, dan pembuka
rahasia / penggosip).
Sebetulnya
bukan hanya bagi perempuan saja kemalasan menyeret ke dalam dosa-dosa lain.
Bandingkan
dengan:
·
Kej 4:7 - “Apakah mukamu tidak
akan berseri, jika engkau berbuat baik? Tetapi jika engkau tidak berbuat baik,
dosa sudah mengintip di depan pintu; ia sangat menggoda engkau, tetapi engkau
harus berkuasa atasnya.’”.
·
2Sam 11:1-4 - “(1) Pada
pergantian tahun, pada waktu raja-raja biasanya maju berperang, maka Daud
menyuruh Yoab maju beserta orang-orangnya dan seluruh orang Israel. Mereka
memusnahkan bani Amon dan mengepung kota Raba, sedang Daud sendiri tinggal di
Yerusalem. (2) Sekali peristiwa pada waktu petang, ketika Daud bangun dari
tempat pembaringannya, lalu berjalan-jalan di atas sotoh istana, tampak
kepadanya dari atas sotoh itu seorang perempuan sedang mandi; perempuan itu
sangat elok rupanya. (3) Lalu Daud menyuruh orang bertanya tentang perempuan itu
dan orang berkata: ‘Itu adalah Batsyeba binti Eliam, isteri Uria orang Het
itu.’ (4) Sesudah itu Daud menyuruh orang mengambil dia. Perempuan itu datang
kepadanya, lalu Daud tidur dengan dia. Perempuan itu baru selesai membersihkan
diri dari kenajisannya. Kemudian pulanglah perempuan itu ke rumahnya”.
Ay 14: “Karena itu aku mau supaya janda-janda yang muda kawin lagi, beroleh
anak, memimpin rumah tangganya dan jangan memberi alasan kepada lawan untuk
memburuk-burukkan nama kita.”.
1)
“Karena itu
aku mau supaya janda-janda yang muda kawin lagi, beroleh anak”.
Calvin
menggunakan bagian ini untuk menyerang ajaran Gereja Roma Katolik yang melarang
suster dan pastor untuk menikah.
2)
“memimpin rumah tangganya”.
KJV:
‘guide the house’ (= membimbing rumah / rumah tangga).
RSV:
‘rule their households’ (= memerintah rumah tangga mereka).
NIV:
‘to manage their homes’ (= mengurus / mengatur rumah mereka).
NASB:
‘keep house’ (= menjaga / memelihara rumah).
Tentu
ini tak bisa diartikan bahwa perempuan itu yang menjadi kepala keluarga. Ini
akan bertentangan dengan ayat-ayat yang jelas menunjukkan bahwa Tuhan
menghendaki suami yang menjadi kepala keluarga. Jadi, artinya atau mereka
membimbing / memerintah anak-anak mereka, atau mereka mengurus / mengatur rumah
seperti dalam terjemahan NIV/NASB.
3)
“dan jangan
memberi alasan kepada lawan untuk memburuk-burukkan nama kita”.
Calvin
mengatakan bahwa janda muda selalu menyebabkan kecurigaan-kecurigaan dari
orang-orang di sekitarnya. Untuk menghindari hal itu dan gosip-gosip lain, yang
bisa memburukkan nama gereja / kekristenan, maka ia menasehatkan janda muda
menikah lagi.
Ay 15: “Karena beberapa janda telah tersesat mengikut Iblis”.
Calvin:
“‘After Satan.’ The expression
is worthy of notice; because no one can turn aside from Christ, in the smallest
degree, without following Satan; for he has dominion over all who do not belong
to Christ. We learn from this how destructive is turning aside from the right
course, since, from being children of God, it makes us slaves of Satan, and, by
withdrawing us from the government of Christ, places Satan over us as our
guide” (= ‘mengikuti Iblis’. Ungkapan ini layak diperhatikan;
karena tak seorangpun bisa menyimpang dari Kristus, dalam tingkat yang terkecil,
tanpa mengikuti Iblis; karena ia menguasai semua yang tidak merupakan milik
Kristus. Kita belajar dari hal ini, betapa menghancurkannya penyimpangan dari
jalan yang benar, karena dari keberadaan sebagai anak Allah, itu menjadikan kita
budak / hamba Iblis, dan dengan menarik kita dari pemerintahan Kristus, itu
menempatkan Iblis di atas kita sebagai pembimbing kita).
Ay 16: “Jika seorang laki-laki atau perempuan yang percaya mempunyai anggota
keluarga yang janda, hendaklah ia membantu mereka sehingga mereka jangan menjadi
beban bagi jemaat. Dengan demikian jemaat dapat membantu mereka yang benar-benar
janda”.
Kitab Suci Indonesia: ‘Jika seorang laki-laki atau perempuan yang percaya’.
KJV: ‘If
any man or woman that believeth’ (= Jika laki-laki atau perempuan manapun
yang percaya).
RSV: ‘If
any believing woman’ (= Jika perempuan percaya manapun).
NIV/NASB: ‘If
any woman who is a believer’ (= Jika perempuan manapun yang adalah orang percaya).
Wycliffe:
“‘Man’
should be omitted. ‘If any woman that believeth’ (ASV). Even a woman might
be in a position where it would be her responsibility to care for a widow rather
than throw the burden on the church” [= Kata ‘laki-laki’ seharusnya
dihapuskan. ‘Jika perempuan manapun yang percaya’ (ASV). Bahkan seorang
perempuan bisa berada dalam posisi dimana itu merupakan kewajibannya untuk
memelihara seorang janda dari pada melemparkan beban itu kepada gereja].
Calvin:
“And if they act a sinful part, who, by sparing themselves, allow the
Church to be burdened with expense, let us learn from this in what aggravated
sacrilege they are involved, who, by fraud or robbery, profane what was once
dedicated to the Church” (= Dan jika mereka melakukan tindakan yang
berdosa, dengan menghemat diri mereka sendiri, mengijinkan Gereja untuk dibebani
dengan biaya, hendaklah kita belajar dari hal ini bahwa mereka terlibat dalam
pelanggaran keramat yang lebih buruk, yang oleh penipuan / penggelapan /
kecurangan atau perampokan, mengotori / mencemarkan apa yang pernah
dipersembahkan kepada Gereja).
Penerapan:
orang-orang yang senang ‘menggunakan uang’ gereja, dan apalagi yang
betul-betul menyalah-gunakan, dan mengkorupsi uang gereja, harus memperhatikan
dan merenungkan kata-kata Calvin ini!
-o0o-
Author : Pdt. Budi Asali,M.Div.
E-mail : [email protected]
e-mail us at [email protected]
Link ke Channel Video Khotbah2 Pdt. Budi Asali di Youtube:
https://www.youtube.com/channel/UCP6lW2Ak1rqIUziNHdgp3HQ
Channel Live Streaming Youtube : bit.ly/livegkrigolgotha / budi asali