(Jl.
Dinoyo 19b, lantai 3)
Rabu,
tanggal 6 Februari 2008, pk 19.00
Pdt. Budi Asali, M. Div.
(7064-1331 /
6050-1331)
1Tim 3:1-7 - “(1) Benarlah perkataan
ini: ‘Orang yang menghendaki jabatan penilik jemaat menginginkan pekerjaan
yang indah.’ (2) Karena itu penilik jemaat haruslah seorang yang tak
bercacat, suami dari satu isteri, dapat menahan diri, bijaksana, sopan, suka
memberi tumpangan, cakap mengajar orang, (3) bukan peminum, bukan pemarah
melainkan peramah, pendamai, bukan hamba uang, (4) seorang kepala keluarga
yang baik, disegani dan dihormati oleh anak-anaknya. (5) Jikalau seorang tidak
tahu mengepalai keluarganya sendiri, bagaimanakah ia dapat mengurus Jemaat
Allah? (6) Janganlah ia seorang yang baru bertobat, agar jangan ia menjadi
sombong dan kena hukuman Iblis. (7) Hendaklah ia juga mempunyai nama baik di
luar jemaat, agar jangan ia digugat orang dan jatuh ke dalam jerat Iblis”.
Ay 1: “Benarlah perkataan ini:
‘Orang yang menghendaki jabatan penilik jemaat menginginkan pekerjaan yang
indah.’”.
1)
“Benarlah
perkataan ini:”.
Ada
yang mengatakan bahwa potongan kalimat ini seharusnya dihubungkan dengan kontext
sebelumnya, dan menyatakan bahwa doktrin yang diajarkan dalam kontext sebelumnya
itu benar. Tetapi Calvin, dan juga banyak penafsir lain, tak setuju dengan
penafsiran ini.
2)
“Orang
yang menghendaki jabatan penilik jemaat”.
KJV/RSV: ‘bishop’ (= uskup).
NIV/NASB: ‘overseer’ (= pengawas).
Yunani:
EPISKOPOS.
a) Banyak penafsir menentang penterjemahan ‘bishop’
(= uskup) oleh KJV/RSV.
Perlu
diketahui bahwa pada jaman dulu ada jabatan ‘bishop’ (= uskup),
sebagai seorang kepala dari semua pengawas / pendeta gereja dari suatu kota.
Jadi, setiap kota mempunyai ‘bishop’ (= uskup). Tetapi karena Roma
merupakan ibukota kekaisaran Romawi, maka ‘bishop’ (= uskup) Roma
makin lama makin dianggap paling berkuasa. Ini akhirnya menjadi ‘universal
bishop’ (= uskup seluruh dunia), yang mulai awal abad 7 disebut Paus. Ia
dianggap sebagai pengganti rasul-rasul.
Barclay:
“It will be seen that to translate EPISKOPOS by the word ‘bishop’ in
the New Testament now gives the word a misleading meaning. It is better to
translate it ‘overseer’ or ‘superintendent’.” (= Akan terlihat
bahwa menterjemahkan EPISKOPOS dengan kata ‘bishop / uskup’ dalam
Perjanjian Baru sekarang memberikan kata itu suatu arti yang menyesatkan. Adalah
lebih baik untuk menterjemahkannya ‘pengawas’ atau ‘pemimpin /
inspektur’) - hal 72.
Adam
Clarke: “Our
term ‘bishop’ comes from the Anglo-Saxon ‘birceop’, which is a mere
corruption of the Greek episkopos,
and the Latin episcopus; the
former being compounded of epi,
‘over’, and skeptomai, ‘to
look or inspect’, signifies one who has the inspection or oversight of a
place, persons, or business; what we commonly term a superintendent” (=
Istilah kita ‘bishop’ datang dari kata Anglo-Saxon ‘birceop’, yang
sekedar merupakan suatu perusakan dari kata Yunani EPISKOPOS, dan kata Latin
EPISCOPUS; yang terdahulu itu merupakan gabungan dari EPI, ‘atas’, dan
SKEPTOMAI, ‘melihat atau menginspeksi’, yang berarti seseorang yang
menginspeksi atau mengawasi suatu tempat, orang-orang, atau kesibukan / bisnis;
apa yang biasanya kita sebut ‘pengawas / pemimpin / inspektur’).
Albert
Barnes mengatakan bahwa:
1.
Kata EPISKOPOS ini tak pernah digunakan dalam Kitab Suci untuk menunjuk
kepada rasul-rasul, kecuali kepada Yudas Iskariot dalam Kis 1:20 - “‘Sebab
ada tertulis dalam kitab Mazmur: Biarlah perkemahannya menjadi sunyi, dan
biarlah tidak ada penghuni di dalamnya: dan: Biarlah jabatannya (Yunani:
EPISKOPEN) diambil orang lain”.
2.
Kitab Suci tak pernah menggunakan kata EPISKOPOS untuk menunjuk pada
kedudukan / jabatan yang lebih tinggi dari tua-tua / penatua atau pengganti /
penerus jabatan rasul.
3.
Kata itu digunakan dalam Kitab Suci untuk menunjuk pada pelayan Injil /
pemimpin gereja, tanpa adanya tingkatan yang lebih tinggi atau lebih rendah.
b) Arti kata ini.
William
Barclay membahas 2 kata bahasa Yunani yaitu:
1. Presbuteros
/ elder / tua-tua / penatua.
Barclay
mengatakan bahwa tua-tua sudah ada dalam jaman Perjanjian Lama, yaitu dalam Bil 11:16
- “Lalu berfirmanlah TUHAN kepada Musa: ‘Kumpulkanlah di hadapanKu dari
antara para tua-tua Israel tujuh puluh orang, yang kauketahui menjadi tua-tua
bangsa dan pengatur pasukannya, kemudian bawalah mereka ke Kemah Pertemuan,
supaya mereka berdiri di sana bersama-sama dengan engkau”.
Barclay:
“Every synagogue had its elders, and they were the real leaders of the
Jewish community. They presided over the worship of the synagogue; they
administered rebuke and discipline where these were necessary; they settled the
disputes which other nations would have taken to the law-courts. Amongst the
Jews the elders were the respected men who exercised a fatherly oversight over
the spiritual and material affairs of every Jewish community” (= Setiap
sinagog mempunyai tua-tuanya, dan mereka merupakan pemimpin-pemimpin yang
sungguh-sungguh dari masyarakat Yahudi. Mereka memimpin atas ibadah dari
sinagog; mereka memberikan peneguran dan disiplin dimana hal-hal itu diperlukan;
mereka membereskan percekcokan, yang dalam bangsa-bangsa lain dibawa ke
pengadilan. Di antara orang-orang Yahudi tua-tua adalah orang-orang yang
dihormati, yang menjalankan pengawasan yang bersifat kebapakan atas
urusan-urusan rohani dan materi dari setiap masyarakat Yahudi) - hal 70.
2. Episkopos
/ overseer / penilik jemaat.
Dalam
LXX (Perjanjian Lama yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani) kata ini
digunakan dalam 2Taw 34:17 - “Mereka telah mengambil seluruh uang yang
terdapat di rumah TUHAN dan memberikannya ke tangan para pengawas dan
para pekerja.’”.
Barclay:
“The great question is: What was the relationship in the early Church
between the elder, the presbuteros,
and the overseer, the episkopos?
Modern scholarship is practically unanimous in holding that in the early Church
the Presbuteros and the episkopos
were one and the same” (= Pertanyaan yang besar / penting adalah ini: Apa
hubungan dalam gereja mula-mula antara ‘tua-tua / penatua’, PRESBUTEROS, dan
‘penilik / pengawas’, EPISKOPOS? Penafsir-penafsir modern secara praktis
sepakat dalam memandang bahwa dalam gereja mula-mula PRESBUTEROS dan EPISKOPOS
adalah satu dan sama) - hal 71.
Dasar
dari pandangan ini:
1. Di
setiap gereja Paulus mengangkat tua-tua / menyuruh mengangkat tua-tua.
Kis 14:23
- “Di tiap-tiap jemaat rasul-rasul itu menetapkan penatua-penatua
bagi jemaat itu dan setelah berdoa dan berpuasa, mereka menyerahkan penatua-penatua
itu kepada Tuhan, yang adalah sumber kepercayaan mereka”.
Tit 1:5
- “Aku telah meninggalkan engkau di Kreta dengan maksud ini, supaya engkau
mengatur apa yang masih perlu diatur dan supaya engkau menetapkan penatua-penatua
di setiap kota, seperti yang telah kupesankan kepadamu”.
2. Persyaratan
dari tua-tua (Tit 1:6-9) dan penilik jemaat (1Tim 3:2-7) sama.
Bandingkan
1Tim 3:2-7 ini dengan Tit 1:6-9 - “(6) yakni orang-orang yang tak
bercacat, yang mempunyai hanya satu isteri, yang anak-anaknya hidup beriman dan
tidak dapat dituduh karena hidup tidak senonoh atau hidup tidak tertib. (7)
Sebab sebagai pengatur rumah Allah seorang penilik jemaat harus tidak bercacat,
tidak angkuh, bukan pemberang, bukan peminum, bukan pemarah, tidak serakah, (8)
melainkan suka memberi tumpangan, suka akan yang baik, bijaksana, adil, saleh,
dapat menguasai diri (9) dan berpegang kepada perkataan yang benar, yang sesuai
dengan ajaran yang sehat, supaya ia sanggup menasihati orang berdasarkan ajaran
itu dan sanggup meyakinkan penentang-penentangnya”.
3.
Dalam salamnya kepada gereja Filipi, Paulus memberi salam kepada penilik
jemaat dan diaken (Fil 1:1), dan merupakan sesuatu yang mustahil kalau
Paulus tak memberi salam kepada tua-tua, seandainya tua-tua bukanlah penilik
jemaat.
Fil 1:1
- “Dari Paulus dan Timotius, hamba-hamba Kristus Yesus, kepada semua orang
kudus dalam Kristus Yesus di Filipi, dengan para penilik jemaat dan diaken”.
4.
Dalam Kis 20:28 Paulus mengatakan kepada tua-tua (Kis 20:17)
bahwa Allah telah menjadikan mereka penilik jemaat untuk menggembalakan Gereja
Allah.
Kis 20:17,28
- “(17) Karena itu ia menyuruh seorang dari Miletus ke Efesus dengan pesan
supaya para penatua jemaat datang ke Miletus. ... (28) Karena itu jagalah
dirimu dan jagalah seluruh kawanan, karena kamulah yang ditetapkan Roh Kudus
menjadi penilik untuk menggembalakan jemaat Allah yang diperolehNya dengan
darah AnakNya sendiri”.
Catatan: kata ‘Anak’ yang saya coret itu seharusnya tidak
ada.
5.
Pada waktu Petrus menulis suratnya, ia berbicara kepada mereka sebagai
tua-tua kepada tua-tua, dan ia melanjutkan dengan mengatakan bahwa mereka harus
menggembalakan / menilik gereja Allah (1Pet 5:1-2). Kata Yunani yang ia
gunakan untuk menggembalakan / menilik di sini adalah kata kerja EPISKOPEIN dari
mana kata benda EPISKOPOS muncul.
1Pet 5:1-2
- “(1) Aku menasihatkan para penatua di antara kamu, aku sebagai teman
penatua dan saksi penderitaan Kristus, yang juga akan mendapat bagian dalam
kemuliaan yang akan dinyatakan kelak. (2) Gembalakanlah kawanan domba Allah
yang ada padamu, jangan dengan paksa, tetapi dengan sukarela sesuai dengan
kehendak Allah, dan jangan karena mau mencari keuntungan, tetapi dengan
pengabdian diri”.
Kalau
demikian, mengapa ada 2 kata, padahal menunjuk pada sesuatu yang sama?
William
Hendriksen: “With
respect to age and dignity its members were called presbyters or elders, ...
With respect to the nature of their task they were called overseers or
superintendents” (= Berkenaan dengan usia dan kewibawaan
anggota-anggotanya disebut penatua atau tua-tua, ... Berkenaan dengan sifat dari
tugas mereka, mereka disebut penilik atau pengawas) - hal 118.
c) Hal-hal lain berkenaan dengan tua-tua / penatua atau
penilik jemaat.
1.
Diaken masuk dalam majelis?
Dalam
banyak gereja di Indonesia diaken masuk dalam majelis. Ini salah, karena Alkitab
tidak pernah menganggap diaken sebagai tua-tua / penilik jemaat.
Lenski:
“Deacons were never called presbyteroi”
(= Diaken-diaken tidak pernah disebut PRESBUTEROI / tua-tua / penatua) - hal
578.
2.
Adanya masa jabatan bagi majelis / tua-tua.
Kitab
Suci tidak pernah memberikan ‘masa jabatan’ untuk tua-tua / penilik jemaat.
Juga dalam Kitab Suci hanya ada pengangkatan tua-tua / penilik jemaat, tetapi
tidak pernah ada penurunannya. Karena itu, jelas bahwa adanya ‘masa jabatan’
bagi tua-tua / penilik jemaat di hampir semua gereja, adalah sesuatu yang salah
dan tidak Alkitabiah. Disamping itu, adalah tidak logis kalau sebentar si A bisa
membimbing si B, dan sebentar lagi sebaliknya.
3. Bagaimana
dengan adanya ‘ketua majelis’?
a.
Ini memang merupakan sesuatu yang tak terhindarkan, dan karena itu harus
ada, demi keteraturan. Tetapi ketua itu hanyalah seorang pemimpin di antara
orang-orang yang sederajat dengannya, dan karena itu ia tidak boleh
bersikap otoriter.
b.
Apakah ketua majelis harus gembala sidang / Pendeta?
Kitab
Suci tak pernah memberikan peraturan dalam hal ini, tetapi menurut saya adalah
logis kalau ketua majelisnya adalah gembala sidang atau pendeta. Merupakan
sesuatu yang aneh dan bahkan tidak logis, kalau ketua majelisnya adalah jemaat
awam, sedangkan pendeta / gembala sidangnya menjadi majelis biasa.
d)
Mengapa Paulus tahu-tahu menulis kepada Timotius tentang penilik jemaat /
penatua?
Matthew
Henry menganggap bahwa Timotius adalah seorang penginjil yang ditinggal oleh
Paulus di gereja Efesus untuk menjaga / memelihara para penatua di sana.
Gereja
itu adalah gereja yang masih baru, sehingga para penatuanya masih membutuhkan
bimbingan, dan Timotius ditugaskan untuk hal itu.
3)
“menginginkan”.
a) Arti kata ‘menginginkan’ ini.
Barnes’
Notes: “The
word rendered ‘desire’ here (oregoo),
denotes properly, ‘to reach’ or ‘stretch out’ - and hence to reach after
anything, to long after, to try to obtain; Heb. 11:16” [= Kata yang
diterjemahkan ‘menginginkan’ di sini (OREGOO), sebetulnya berarti
‘menjangkau’ atau ‘mengulurkan’ - dan lalu ‘menjangkau sesuatu,
merindukan, berusaha untuk mendapatkan’; Ibr 11:16].
Ibr 11:16
- “Tetapi sekarang mereka merindukan tanah air yang lebih baik yaitu
satu tanah air sorgawi. Sebab itu Allah tidak malu disebut Allah mereka, karena
Ia telah mempersiapkan sebuah kota bagi mereka”.
b) Tindakan menginginkan ini harus
disertai motivasi yang benar.
Matthew
Henry: “There
ought to be an earnest desire of the office in those who would be put into it;
if a man desire, he should earnestly desire it for the prospect he has of
bringing greater glory to God, and of doing the greatest good to the souls of
men by this means” (= Harus ada suatu keinginan yang sungguh-sungguh dalam
diri mereka yang akan dimasukkan ke dalamnya; jika seseorang menginginkan, ia
harus menginginkannya dengan sungguh-sungguh, dengan tujuan untuk membawa
kemuliaan yang lebih besar bagi Allah, dan untuk melakukan kebaikan terbesar
bagi jiwa-jiwa manusia melalui cara /
jalan ini).
c) Hal-hal yang banyak ada, yang bertentangan dengan point
ini:
1. Orang-orang
yang menginginkan jabatan ini dengan motivasi yang salah.
a. Motivasi uang.
Orang-orang
ini sering disebut sebagai orang-orang yang Cho Yesu / Cho gereja! Istilah ini
memalukan, tetapi harus diakui benar dalam banyak kasus! Orang-orang seperti ini
tujuannya adalah kekayaan diri sendiri, bukan kemuliaan Tuhan ataupun kebaikan
dari jiwa-jiwa yang mereka layani. Ini tak terlalu berbeda dengan orang-orang
yang jadi pendeta demi profesi. Mereka menganggap kalau sekolah sekuler, mahal
dan susah, dan kalau sudah dapat gelar S1 pun gajinya rendah. Jadi, lebih enak
kerja sebagai pendeta. Motivasi uang ini menyebabkan mereka sering rebutan
jemaat, saling tuduh sebagai pencuri domba dan sebagainya.
b.
Orang-orang yang mau menjadi tua-tua dengan tujuan supaya dihormati,
dianggap sebagai orang Kristen yang aktif, dan sebagainya.
2.
Banyak orang Kristen, yang entah karena rendah diri, atau memang karena
malas / tidak mau memikul tanggung jawab, selalu menolak untuk menjadi majelis.
Seseorang
hanya boleh menolak tawaran menjadi tua-tua, kalau ia yakin bahwa Tuhan tidak
memanggilnya untuk menduduki jabatan tersebut.
Matthew
Henry: “This
is the question proposed to those who offer themselves to the ministry of the
church of England: ‘Do you think you are moved by the Holy Ghost to take upon
you this office?’” (= Ini adalah pertanyaan yang dikemukakan kepada
mereka yang menawarkan diri mereka sendiri pada pelayanan gereja di Inggris:
‘Apakah kamu berpikir / menganggap bahwa kamu digerakkan oleh Roh Kudus untuk
mengambil jabatan ini bagimu?’).
4)
“pekerjaan
yang indah.’”.
a) Perhatikan situasi jaman itu.
Perlu
diingat bahwa surat Paulus ini ditulis pada abad pertama, dimana gereja / orang
Kristen dimusuhi oleh pihak Yahudi, Romawi, dan seadanya orang kafir lain.
Karena itu, pada jaman itu, menjadi orang Kristen saja sudah sangat susah /
menderita, apalagi kalau menjadi tua-tua / penilik jemaat. Karena itu, Paulus
meninggikan jabatan itu, dengan menggunakan istilah ‘pekerjaan yang
indah’ ini.
William
Hendriksen mengatakan bahwa sampai sekarang ini merupakan pekerjaan yang indah,
tetapi lebih-lebih pada jaman itu.
b) Perhatikan kata ‘pekerjaan’!
Matthew
Henry menekankan kata ‘pekerjaan’ ini dan mengatakan bahwa jabatan
tua-tua ini merupakan suatu pekerjaan, yang membutuhkan kerajinan / ketekunan.
Karena itu, kalau kita mau menjadi tua-tua / penilik jemaat, kita tidak boleh
menginginkannya karena memandang pada keuntungan ataupun kehormatan dari
kedudukan ini. Kita harus menginginkannya karena kita memang mau bekerja bagi
Tuhan.
Karena
ini merupakan suatu pekerjaan, bahkan pekerjaan yang berat, maka seseorang harus
mempertimbangkan dengan sungguh-sungguh sebelum menerima jabatan ini.
Jadi,
adanya kata ‘menginginkan’ di atas tidak berarti bahwa seseorang
boleh menginginkannya secara sembarangan.
5)
Ayat ini menunjukkan bahwa jabatan penatua / penilik jemaat dalam gereja
mereka suatu jabatan yang memang ditetapkan oleh Tuhan sendiri.
Tetapi
kalau dari sini ada gereja-gereja yang menganggap bahwa yang ada hanyalah
penatua, bukan gembala, maka itu jelas salah, karena jabatan gembala juga ada.
Ef
4:11 - “Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik
pemberita-pemberita Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar”.
-bersambung-
Author : Pdt. Budi Asali,M.Div.
E-mail : [email protected]
e-mail us at [email protected]
Link ke Channel Video Khotbah2 Pdt. Budi Asali di Youtube:
https://www.youtube.com/channel/UCP6lW2Ak1rqIUziNHdgp3HQ
Channel Live Streaming Youtube : bit.ly/livegkrigolgotha / budi asali