Eksposisi
Surat Paulus kepada Timotius yang Pertama
oleh : Pdt. Budi Asali M.Div.
Ay 12:
“Aku bersyukur kepada Dia, yang menguatkan aku, yaitu Kristus Yesus, Tuhan
kita, karena Ia menganggap aku setia dan mempercayakan pelayanan ini kepadaku”.
1)
Kata-kata Paulus dalam ay 12 ini menunjukkan bahwa Yesus Kristuslah yang
telah meletakkan dirinya di dalam pelayanan, dan Paulus bersyukur untuk hal itu.
a)
Kristuslah yang meletakkan seseorang di dalam pelayanan.
Matthew
Henry: “It is Christ’s work to
put men into the ministry, Acts 26:16-17. God condemned the false prophets among
the Jews in these words, I have not sent these prophets, yet they ran: I have
not spoken to them, yet they prophesied, Jer. 23:21. Ministers, properly
speaking, cannot make themselves ministers; for it is Christ’s work, as king
and head, prophet and teacher, of his church. ... Those whom he puts into the
ministry he fits for it; whom he calls he qualifies. Those ministers who are no
way fit for their work, nor have ability for it, are not of Christ’s putting
into the ministry, though there are different qualifications as to gifts and
graces” (= Merupakan pekerjaan Kristus untuk meletakkan orang-orang ke
dalam pelayanan, Kis 26:16-17. Allah mengecam nabi-nabi palsu di antara
orang-orang Yahudi dengan kata-kata ini, ‘Aku tidak mengutus nabi-nabi ini,
namun mereka berlari: Aku tidak berfirman kepada mereka, namun mereka bernubuat,
Yer 23:21. Pelayan-pelayan / pendeta-pendeta, sebenarnya tidak bisa membuat diri
mereka sendiri sebagai pelayan / pendeta, karena itu adalah pekerjaan Kristus,
sebagai Raja dan Kepala, Nabi dan Guru, dari GerejaNya. ... Mereka yang Ia
letakkan ke dalam pelayanan Ia sesuaikan untuk itu; yang Ia panggil Ia jadikan
sehingga memenuhi syarat. Pelayan-pelayan yang sama sekali tidak cocok untuk
pekerjaan mereka, atau tidak mempunyai kemampuan untuk itu, tidak diletakkan
oleh Kristus ke dalam pelayanan, sekalipun ada kecakapan-kecakapan yang berbeda
berkenaan dengan karunia-karunia dan kasih karunia-kasih karunia).
Yer 23:21 - “‘Aku
tidak mengutus para nabi itu, namun mereka giat; Aku tidak berfirman
kepada mereka, namun mereka bernubuat”.
KJV: ‘I
have not sent these prophets, yet they ran: I have not spoken to them,
yet they prophesied’ (= Aku tidak mengutus nabi-nabi ini, namun mereka berlari:
Aku tidak berfirman kepada mereka, namun mereka bernubuat).
Kis 26:16-17
- “(16) Tetapi sekarang, bangunlah dan berdirilah. Aku menampakkan diri
kepadamu untuk menetapkan engkau menjadi pelayan dan saksi tentang segala
sesuatu yang telah kaulihat dari padaKu dan tentang apa yang akan Kuperlihatkan
kepadamu nanti. (17) Aku akan mengasingkan engkau dari bangsa ini dan dari
bangsa-bangsa lain. Dan Aku akan mengutus engkau kepada mereka”.
b)
Seseorang seharusnya bersyukur kepada Kristus kalau dirinya diletakkan oleh
Kristus di dalam pelayanan.
Matthew
Henry: “A call to the ministry is a
great favour, for which those who are so called ought to give thanks to Jesus
Christ” (= panggilan ke dalam pelayanan merupakan suatu kemurahan yang
besar, untuk mana mereka yang dipanggil seperti itu seharusnya bersyukur kepada
Yesus Kristus).
John Wesley:
“The meaning is, I thank him for putting me into the ministry, and
enabling me to be faithful therein” (= Artinya adalah, aku bersyukur
kepadaNya karena memasukkan aku ke dalam pelayanan, dan memampukan aku untuk
setia di dalamnya).
Barclay:
“He thanked him because he chose him. Paul never had the feeling that he
had chosen Christ, but always that Christ had chosen him. It was as if, when he
was heading straight for destruction, Jesus Christ had laid his hand upon his
shoulder and arrested him in the way. It was as if, when he was busy throwing
away his life, Jesus Christ had suddenly brought him to his senses” (= Ia
bersyukur kepadaNya karena Ia memilihnya. Paulus tidak pernah merasa bahwa ia
telah memilih Kristus, tetapi selalu bahwa Kristus telah memilih dia. Itu adalah
seakan-akan, pada waktu ia sedang menuju langsung pada kehancuran, Yesus Kristus
telah meletakkan tanganNya pada bahunya dan menahannya di jalan. Itu adalah
seakan-akan, pada waktu ia sedang sibuk membuang hidupnya, Yesus Kristus dengan
tiba-tiba telah menyadarkannya) - hal 42.
Bdk. Yoh 15:16
- “Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku
telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu
tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam namaKu, diberikanNya
kepadamu”.
Barclay:
“He thanked him because he had appointed him. We must be very careful to
note that to which Paul felt himself appointed. He was appointed to service.
Paul never thought of himself as appointed to honour, or to leadership within
the Church. He was saved to serve. Plutarch tells that when a Spartan won a
victory in the games, his reward was that he might stand beside his king in
battle. A Spartan wrestler at the Olympic games was offered a very considerable
bribe to abandon the struggle; but he refused. Finally, after a terrific effort,
he won his victory. Someone said to him: ‘Well, Spartan, what have you got out
of this costly victory you have won?’ He answered: ‘I have won the privilege
of standing in front of my king in battle.’ His reward was to serve and, if
need be, to die for his king. It was for service, not honour, that Paul knew
himself to be chosen” (= Ia bersyukur kepadaNya karena Ia telah menetapkan
/ memilih dia. Kita harus sangat hati-hati untuk memperhatikan sesuatu kepada
apa Paulus merasa dirinya sendiri ditetapkan / dipilih. Ia ditetapkan / dipilih
untuk pelayanan. Paulus tidak pernah berpikir tentang dirinya sendiri sebagai
ditetapkan / dipilih untuk kehormatan, atau untuk kepemimpinan di dalam Gereja.
Ia diselamatkan untuk melayani. Plutarch menceritakan bahwa pada waktu seorang
Spartan memenangkan suatu kemenangan dalam pertandingan, pahalanya adalah bahwa
ia bisa berdiri di sisi rajanya dalam pertempuran. Seorang pegulat Spartan dalam
pertandingan Olimpiade ditawari suatu suapan yang sangat banyak untuk
meninggalkan pergumulan; tetapi ia menolak. Akhirnya, setelah suatu usaha yang
luar biasa, ia memenangkan kemenangannya. Seseorang berkata kepadanya:
‘Spartan, apa yang kamu dapatkan dari kemenangan yang mahal yang telah engkau
menangkan?’. Ia menjawab: ‘Aku telah memenangkan hak untuk berdiri di depan
rajaku dalam pertempuran’. Pahalanya adalah melayani dan, jika perlu, mati
untuk rajanya. Untuk pelayananlah, bukan untuk kehormatan, bahwa Paulus tahu
dirinya dipilih) - hal 42-43.
Barnes’
Notes: “If there is anything for
which a good man will be thankful, and should be thankful, it is that he has
been so directed by the Spirit and providence of God as to be put into the
ministry. It is indeed a work of toil, and of self-denial, and demanding many
sacrifices of personal ease and comfort. It requires a man to give up his
splendid prospects of worldly distinction, and of wealth and ease. It is often
identified with want, and poverty, and neglect, and persecution. But it is an
office so honorable, so excellent, so noble, and ennobling; it is attended with
so many precious comforts here, and is so useful to the world, and it has such
promises of blessedness and happiness in the world to come, that no matter what
a man is required to give up in order to become a minister of the gospel, he
should be thankful to Christ for putting him into the office” (= Jika ada
sesuatu apapun untuk mana seseorang yang baik / saleh akan bersyukur, dan
seharusnya bersyukur, itu adalah bahwa ia telah diarahkan sedemikian rupa oleh
Roh dan providensia Allah sehingga diletakkan ke dalam pelayanan. Itu memang
merupakan suatu pekerjaan yang berat, dan penyangkalan diri, dan menuntut banyak
pengorbanan ketenteraman dan kesenangan pribadi. Itu menuntut seseorang untuk
menyerahkan prospeknya yang bagus tentang kehormatan duniawi, dan tentang
kekayaan dan kesenangan. Itu sering disamakan / digabungkan dengan kekurangan,
dan kemiskinan, dan pengabaian, dan penganiayaan. Tetapi itu adalah suatu
jabatan / tugas yang begitu terhormat, begitu bagus, begitu mulia, dan
memuliakan; itu disertai dengan begitu banyak penghiburan yang berharga di sini,
dan begitu bermanfaat bagi dunia, dan itu mempunyai janji-janji berkat dan
kebahagiaan dalam dunia yang akan datang, sehingga tak peduli apa yang dituntut
untuk diserahkan dari seseorang untuk menjadi seorang pelayan injil, ia harus
bersyukur kepada Kristus untuk meletakkannya dalam jabatan / tugas itu).
2) ‘yang
menguatkan aku’.
Kata ‘menguatkan’
dalam bahasa Yunani adalah ENDUNAMOSANTI.
Bahwa Kristus
telah menguatkan / memberi kekuatan kepadanya dalam melayani, bagi Paulus
merupakan penggenapan janji Kristus dalam Kis 1:8.
Bdk. Kis 1:8 - “Tetapi
kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu
akan menjadi saksiKu di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke
ujung bumi.’”.
Dalam Kis 1:8
ini Kristus menjanjikan ‘kuasa’ kepada murid-murid, dan kata ‘kuasa’
dalam bahasa Yunani adalah DUNAMIS.
Pulpit
Commentary: “It comprises strength
of faith, strength to testify and to preach, strength to endure and suffer. St.
Paul’s whole course is the best illustration of the nature of the dunamis
(DUNAMIS) which Christ gave him” [= Itu
terdiri dari kekuatan iman, kekuatan untuk bersaksi dan berkhotbah /
memberitakan, kekuatan untuk bertahan dan menderita. Seluruh perjalanan Paulus
merupakan ilustrasi yang terbaik dari sifat dari DUNAMIS (kekuatan / kuasa) yang
Kristus berikan kepadanya] - hal 4.
Ada beberapa
ayat lain yang menunjukkan bahwa Paulus menyadari bahwa Kristuslah yang
menguatkan / memberi kekuatan kepadanya dalam melayani Tuhan.
· Fil
4:13 (KJV): ‘I can do all things through Christ which strengtheneth
me’ (= Aku bisa melakukan segala sesuatu melalui Kristus yang menguatkan
aku). Kata ‘menguatkan’ di sini dalam bahasa Yunani adalah
ENDUNAMOUNTI.
· 2Tim
4:17 - “tetapi Tuhan telah mendampingi aku dan menguatkan aku,
supaya dengan perantaraanku Injil diberitakan dengan sepenuhnya dan semua orang
bukan Yahudi mendengarkannya. Dengan demikian aku lepas dari mulut singa”.
Kata ‘menguatkan’
di sini dalam bahasa Yunani adalah ENEDUNAMOSEN.
· Kis
9:22 - “Akan tetapi Saulus semakin besar pengaruhnya dan ia
membingungkan orang-orang Yahudi yang tinggal di Damsyik, karena ia membuktikan,
bahwa Yesus adalah Mesias”.
KJV: ‘But
Saul increased the more in strength, and confounded the Jews which dwelt
at Damascus, proving that this is very Christ’ (= Tetapi Paulus makin
bertambah dalam kekuatan / kuasa, dan membingungkan orang-orang Yahudi
yang tinggal di Damsyik, dengan membuktikan bahwa ini adalah Kristus itu).
Bagian yang
saya garis bawahi secara hurufiah adalah: ‘was filled with power’ (=
dipenuhi dengan kuasa). Bagian ini diterjemahkan dari kata bahasa Yunani
ENEDUNAMOUTO.
Bagian ini
menunjukkan bahwa Paulus bukan hanya bersyukur atas pemilihan dari Tuhan sebagai
rasul / pelayan, tetapi juga atas penguatan yang Tuhan berikan, tanpa mana ia
tidak mungkin bisa bertahan / setia dalam pelayanannya.
Barclay:
“He thanked him because he had empowered him. Paul had long since
discovered that Jesus Christ never gives a man a task to do without also giving
him the power to do it. Paul would never have said, ‘See what I have
done,’ but always, ‘See what Jesus Christ has enabled me to do.’ No
man is good enough, or strong enough, or pure enough, or wise enough to be the
servant of Christ. But if he will give himself to Christ, he will go, not in his
own strength, but in the strength of the Lord” (= Ia bersyukur kepadaNya
karena Ia telah menguatkannya. Sejak lama Paulus telah menemukan bahwa Yesus
Kristus tidak pernah memberi seseorang suatu tugas untuk melakukan tanpa juga
memberikannya kuasa / kekuatan untuk melakukannya. Paulus tidak pernah berkata:
‘Lihatlah apa yang telah aku lakukan’, tetapi selalu, ‘Lihatlah apa
yang Yesus Kristus telah mampukan aku untuk melakukan’. Tidak ada orang
yang cukup baik, atau cukup kuat, atau cukup murni, atau cukup bijaksana, untuk
menjadi pelayan Yesus Kristus. Tetapi jika ia memberikan dirinya sendiri kepada
Kristus, ia akan berjalan, bukan dalam kekuatannya sendiri, tetapi dalam
kekuatan dari Tuhan) - hal 43.
Paulus yang
mengalami bahwa Kristus telah memberikan kekuatan kepadanya sehingga ia bisa
bertahan dalam pelayanan, juga memerintahkan kita untuk menjadi kuat, dalam
kekuatan yang Kristus berikan kepada kita dalam pelayanan.
Bdk. Ef 6:10 - “Akhirnya,
hendaklah kamu kuat di dalam Tuhan, di dalam kekuatan kuasaNya”.
Kata-kata ‘hendaklah
kamu kuat’ diterjemahkan dari kata bahasa Yunani ENDUNAMOUSTHE.
3) ‘karena Ia
menganggap aku setia’.
Calvin
mengatakan (hal 34) bahwa kata-kata ‘karena Ia menganggap aku setia’
bukanlah merupakan alasan mengapa Ia ‘mempercayakan pelayanan ini
kepadaku’.
Kelihatannya
ada orang-orang yang menafsirkan bagian ini dengan mengatakan bahwa Allah telah
melihat lebih dulu (God had foreseen) iman Paulus atau kesetiaan Paulus,
dan karena itu Allah lalu memilihnya menjadi rasul.
Calvin
membantah dengan mengatakan sebagai berikut:
“I
deny, therefore, that the meaning is, that he was admitted to the rank of an
apostle, because God had foreseen his faith; for Christ could not foresee in him
anything good but what the Father had bestowed on him”
(= Karena itu, saya menyangkal / membantah, bahwa arti dari bagian ini adalah
bahwa ia diterima kepada pangkat / barisan dari rasul, karena Allah telah
melihat lebih dulu imannya; karena Kristus tidak bisa melihat lebih dulu dalam
dia apapun yang baik kecuali apa yang Bapa telah berikan kepadanya)
- hal 34.
Menurut Calvin,
panggilan pelayanan itu / panggilan menjadi rasul itu, hanya membuktikan bahwa
ia dianggap setia oleh Kristus.
1Kor 4:3-5 - “(3)
Bagiku sedikit sekali artinya entahkah aku dihakimi oleh kamu atau oleh suatu
pengadilan manusia. Malahan diriku sendiripun tidak kuhakimi. (4) ... Dia, yang
menghakimi aku, ialah Tuhan. (5) Karena itu, janganlah menghakimi sebelum
waktunya, yaitu sebelum Tuhan datang. Ia akan menerangi, juga apa yang
tersembunyi dalam kegelapan, dan Ia akan memperlihatkan apa yang direncanakan di
dalam hati. Maka tiap-tiap orang akan menerima pujian dari Allah”.
Penerapan:
Dalam melayani
Tuhan bisa ada banyak serangan / kritikan dan bahkan fitnahan. Kalau kita terus
mengarahkan pandangan kita kepada hal-hal itu, mungkin kita akan berhenti
melayani karena kecewa. Kita harus memandang, bukan pada penilaian / kata-kata
manusia tentang diri kita, tetapi pada penilaian / kata-kata Tuhan tentang diri
kita.
Ay 13:
“aku yang tadinya seorang penghujat dan seorang penganiaya dan seorang ganas,
tetapi aku telah dikasihaniNya, karena semuanya itu telah kulakukan tanpa
pengetahuan yaitu di luar iman”.
1) Mengapa di sini
Paulus tahu-tahu bercerita tentang dirinya sendiri?
Homer A.
Kent, Jr.: “When Paul wished to
give Timothy a most effective illustration of sound gospel teaching as
contrasted with the disastrous effects of legalism, he related his own personal
experience” [= Pada waktu Paulus ingin memberikan kepada Timotius suatu
ilustrasi yang paling efektif tentang ajaran injil yang sehat yang kontras
dengan hasil yang mendatangkan malapetaka dari ajaran yang bersifat legalisme (keselamatan
karena perbuatan baik), ia menceritakan pengalaman pribadinya sendiri] -
hal 85.
William
Hendriksen: “What we actually see
here is Paul as a radiant example of what God’s law, lawfully used, can
accomplish in the life of a former persecutor. Let the false teachers at Ephesus
take note of this, so that they may no longer look upon the law as a toy or as a
tool for the aggrandizement of their own ego” (= Apa yang sesungguhnya
kita lihat di sini adalah Paulus sebagai suatu contoh yang bersinar dari apa
yang bisa dicapai oleh hukum Taurat Allah, yang digunakan secara benar, dalam
kehidupan seorang yang dulunya adalah seorang penganiaya. Hendaklah guru-guru
palsu di Efesus memperhatikan hal ini, sehingga mereka tidak lagi melihat pada
hukum Taurat sebagai suatu mainan atau sebagai suatu alat untuk pembesaran /
perluasan dari ego mereka sendiri) - hal 73.
2)
‘aku yang tadinya seorang penghujat dan penganiaya dan seorang ganas,
tetapi aku telah dikasihaniNya, karena semuanya itu telah kulakukan tanpa
pengetahuan yaitu di luar iman’.
a)
Ia menghujat Kristus dan menganiaya orang-orang kristen. Tetapi ini dilakukan di
luar pengetahuan (karena ia tidak mengerti), karena ia mengira bahwa ia justru
harus melakukan hal itu.
Kis 26:9-11
- “(9) Bagaimanapun juga, aku sendiri pernah menyangka, bahwa aku harus
keras bertindak menentang nama Yesus dari Nazaret. (10) Hal itu kulakukan
juga di Yerusalem. Aku bukan saja telah memasukkan banyak orang kudus ke dalam
penjara, setelah aku memperoleh kuasa dari imam-imam kepala, tetapi aku juga
setuju, jika mereka dihukum mati. (11) Dalam rumah-rumah ibadat aku sering
menyiksa mereka dan memaksanya untuk menyangkal imannya dan dalam amarah yang
meluap-luap aku mengejar mereka, bahkan sampai ke kota-kota asing.’”.
Bdk. Yoh 16:1-3
- “(1) ‘Semuanya ini Kukatakan kepadamu, supaya kamu jangan kecewa dan
menolak Aku. (2) Kamu akan dikucilkan, bahkan akan datang saatnya bahwa
setiap orang yang membunuh kamu akan menyangka bahwa ia berbuat bakti bagi Allah.
(3) Mereka akan berbuat demikian, karena mereka tidak mengenal baik Bapa maupun
Aku”.
Ironside:
“A man can be very sincere in wrong things” (= Seseorang bisa
sangat tulus dalam hal-hal yang salah) - hal 36.
b)
Ketidak-tahuannya bukanlah alasan mengapa ia diampuni. Ketidaktahuannya
meletakkan ia di daerah yang memungkinkannya untuk diampuni, tetapi ia diampuni
semata-mata karena belas kasihan Allah,.
Jamieson,
Fausset & Brown: “His ignorance
was culpable; for he might have known, if he had sought aright: but it is less
culpable than sinning against light and knowledge. His ignorance gave him no
claim on, but put him within the range of, God’s mercy” (=
Ketidak-tahuannya merupakan suatu kesalahan / patut dicela, karena ia bisa
mengetahui seandainya ia mencari dengan benar: tetapi itu tidak sebersalah
seperti berdosa terhadap terang dan pengetahuan. Ketidak-tahuannya tidak
memberinya hak untuk mengclaim belas kasihan Allah, tetapi meletakkannya
dalam batasan dari belas kasihan Allah).
Ketidaktahuan
Paulus memang bukanlah alasan mengapa Allah memberi belas kasihan. Alasan Allah
memberinya belas kasihan ada dalam diri Allah sendiri.
Ro 9:15 - “Sebab
Ia berfirman kepada Musa: ‘Aku akan menaruh belas kasihan kepada siapa Aku mau
menaruh belas kasihan dan Aku akan bermurah hati kepada siapa Aku mau bermurah
hati.’”.
c)
Perbedaan antara Paulus dengan orang-orang Farisi dalam Mat 12:24.
Calvin:
“Paul was not altogether free from a wicked disposition; but he was
hurried along by thoughtless zeal, so as to think that what he did was right.
Thus he was an adversary of Christ, not from deliberate intention, but through
mistake and ignorance. The Pharisees, who through a bad conscience slandered
Christ, were not entirely free from mistake and ignorance; but they were
instigated by ambition, and a base hatred of sound doctrine, and even by furious
rebellion against God, so that maliciously and intentionally, and not in
ignorance, they set themselves in opposition to Christ” (= Paulus tidak
sepenuhnya bebas dari suatu watak / kecondongan yang jahat; tetapi ia digerakkan
cepat-cepat oleh semangat tanpa pikiran, sehingga ia mengira bahwa apa yang ia
lakukan adalah benar. Karena itu, ia menjadi seorang musuh Kristus, bukan dari
suatu kesengajaan, tetapi dari kesalahan dan ketidak-tahuan. Orang-orang Farisi,
yang dengan hati nurani yang buruk memfitnah Kristus, tidaklah sepenuhnya bebas
dari kesalahan dan ketidak-tahuan; tetapi mereka dihasut oleh ambisi, dan suatu
kebencian yang jelek / hina terhadap ajaran yang sehat, dan bahkan oleh
pemberontakan yang hebat terhadap Allah, sehingga dengan jahat dan sengaja, dan
bukan dalam ketidak-tahuan, mereka mengarahkan diri mereka sendiri menentang
Kristus) - hal 37.
Catatan:
yang dimaksud oleh Calvin dengan ‘orang-orang Farisi’ di sini pasti
adalah orang-orang Farisi dalam Mat 12:24, kepada siapa Kristus mengatakan ayat
tentang penghujatan kepada Roh Kudus (Mat 12:31-32).
Mat 12:22-32 - “(22)
Kemudian dibawalah kepada Yesus seorang yang kerasukan setan. Orang itu buta dan
bisu, lalu Yesus menyembuhkannya, sehingga si bisu itu berkata-kata dan melihat.
(23) Maka takjublah sekalian orang banyak itu, katanya: ‘Ia ini agaknya Anak
Daud.’ (24) Tetapi ketika orang Farisi mendengarnya, mereka berkata:
‘Dengan Beelzebul, penghulu setan, Ia mengusir setan.’ (25) Tetapi Yesus
mengetahui pikiran mereka lalu berkata kepada mereka: ‘Setiap kerajaan yang
terpecah-pecah pasti binasa dan setiap kota atau rumah tangga yang
terpecah-pecah tidak dapat bertahan. (26) Demikianlah juga kalau Iblis mengusir
Iblis, iapun terbagi-bagi dan melawan dirinya sendiri; bagaimanakah kerajaannya
dapat bertahan? (27) Jadi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Beelzebul, dengan
kuasa siapakah pengikut-pengikutmu mengusirnya? Sebab itu merekalah yang akan
menjadi hakimmu. (28) Tetapi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Roh Allah,
maka sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang kepadamu. (29) Atau bagaimanakah
orang dapat memasuki rumah seorang yang kuat dan merampas harta bendanya apabila
tidak diikatnya dahulu orang kuat itu? Sesudah diikatnya barulah dapat ia
merampok rumah itu. (30) Siapa tidak bersama Aku, ia melawan Aku dan siapa tidak
mengumpulkan bersama Aku, ia mencerai-beraikan. (31) Sebab itu Aku berkata
kepadamu: Segala dosa dan hujat manusia akan diampuni, tetapi hujat terhadap Roh
Kudus tidak akan diampuni. (32) Apabila seorang mengucapkan sesuatu menentang
Anak Manusia, ia akan diampuni, tetapi jika ia menentang Roh Kudus, ia tidak
akan diampuni, di dunia ini tidak, dan di dunia yang akan datangpun tidak”.
d)
Penghujatan terhadap Roh Kudus dan dosa sengaja dalam Bil 15.
Kent (hal 87)
menghubungkan ini dengan hukum Taurat Perjanjian Lama dimana orang yang
melakukan dosa dengan tidak sengaja bisa diberi jalan untuk mendapatkan
pengampunan dosa, sedangkan orang yang berbuat dosa dengan sengaja tidak
diberikan jalan untuk mendapatkan pengampunan.
Bil 15:27-31
- “(27) Apabila satu orang saja berbuat dosa dengan tidak sengaja,
maka haruslah ia mempersembahkan kambing betina berumur setahun sebagai korban
penghapus dosa; (28) dan imam haruslah mengadakan pendamaian di hadapan TUHAN
bagi orang yang dengan tidak sengaja berbuat dosa itu, sehingga orang itu
beroleh pengampunan karena telah diadakan pendamaian baginya. (29) Baik bagi
orang Israel asli maupun bagi orang asing yang tinggal di tengah-tengah kamu,
satu hukum saja berlaku bagi mereka berkenaan dengan orang yang berbuat dosa
dengan tidak sengaja. (30) Tetapi orang yang berbuat sesuatu dengan sengaja,
baik orang Israel asli, baik orang asing, orang itu menjadi penista TUHAN, ia
harus dilenyapkan dari tengah-tengah bangsanya, (31) sebab ia telah memandang
hina terhadap firman TUHAN dan merombak perintahNya; pastilah orang itu
dilenyapkan, kesalahannya akan tertimpa atasnya.’”.
Kent bahkan
menyamakan dosa sengaja dalam Bil 15 ini dengan dosa menghujat Roh Kudus
dalam Perjanjian Baru.
Saya tidak
setuju dengan penghubungan / penyamaan ini, karena dalam Perjanjian Baru dosa
sengajapun bisa mendapat pengampunan (perlu diingat bahwa kebanyakan dosa adalah
dosa yang disengaja!). Yang tidak bisa diampuni adalah penghujatan terhadap Roh
Kudus, yang menurut saya, merupakan penghujatan yang dilakukan oleh orang-orang
yang telah mengerti, dan sebetulnya secara intelek percaya, tetapi tetap
melakukan penghujatan (bdk Mat 12:22-32).
e)
Paulus adalah orang yang sangat berdosa yang lalu dipertobatkan dan dipakai oleh
Allah.
Matthew
Henry: “What he was before his
conversion: A blasphemer, a persecutor, and injurious. ... Frequently those who
are designed for great and eminent services are left to themselves before their
conversion, to fall into great wickedness, that the mercy of God may be the more
glorified in their remission, and the grace of God in their regeneration. The
greatness of sin is no bar to our acceptance with God, no, nor to our being
employed for him, if it be truly repented of” (= Apa ia sebelum
pertobatannya: Seorang penghujat, seorang penganiaya, dan seorang yang
berbahaya. ... Seringkali mereka yang direncanakan untuk pelayanan-pelayanan
yang besar dan menonjol dibiarkan kepada diri mereka sendiri sebelum pertobatan
mereka, untuk jatuh ke dalam kejahatan yang besar, supaya belas kasihan Allah
bisa makin dimuliakan dalam pengampunan mereka, dan kasih karunia Allah makin
dimuliakan dalam kelahiran baru mereka. Besarnya dosa bukanlah suatu halangan
bagi penerimaan Allah terhadap diri kita, tidak, ataupun digunakannya kita untuk
Dia, jika kita sungguh-sungguh bertobat darinya).
f)
Keberdosaan yang besar dari Paulus menunjukkan bahwa kasih karunia Allah itu tak
bersyarat, dan diberikan semata-mata berdasarkan kedaulatan Allah saja.
William
Hendriksen: “Surely, had this grace
not been sovereign, unconditional, it would never have found him!” (=
Jelas bahwa andaikata kasih karunia ini bukannya berdaulat dan tak bersyarat,
itu tidak akan pernah menemukan dia!) - hal 74.
-AMIN-
Author : Pdt. Budi Asali,M.Div.
E-mail : [email protected]
e-mail us at [email protected]
Link ke Channel Video Khotbah2 Pdt. Budi Asali di Youtube:
https://www.youtube.com/channel/UCP6lW2Ak1rqIUziNHdgp3HQ
Channel Live Streaming Youtube : bit.ly/livegkrigolgotha / budi asali